RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Konflik Angkot Vs Omprengan Tak Berujung, Sopir jadi Korban
Konflik ini paling menarik untuk dikaji Angkutan Plat hitam yang sudah ada sejak lama Angkutan Plat hitam yang ada karena adanya kebutuhan angkutan. Lalu kenapa ada plat kuning dan plat hitam ini sih nggak jauh dari lemahnya kinerja dari dinas/departemen perhubungan yang bertanggung jawab untuk melakukan survey kebutuhan angkutan setiap 6 bulan sekali, dan dari survey tersebut melakukan kebijakan yang sesuai dengan aturan yang ada. Dan menariknya ..dephub/Dishub ..saat mengetahui adanya angkutan umum yang menggunakan plat nopol hitam TIDAK MAU melakukan pembinaan yang menjadi tanggung jawabnya .nah kalau sudah terjadi bentrok dilapangan .apakah ada aparat Dephub/Dishub yang mau menjelaskan Permasalahannya ..pasti tidak lah .mereka akan lepas tanggung jawab dan akan melimpahkan tanggung jawab pengawasan kepada pihak kepolisian kalau melihat dari sudut pandang ini ..kaaaciiian deh polisi .(dari sini saja lho) Institusi yang membuat aturan walaupun mengetahui ada pelanggaran akan membiarkannya kalau sudah konflik baru menyalahkan kepolisian karena dalam aturan yang dibuatnya tanggung jawab penegakan hukum kendaraan yang berpelat nomor hitam adalah kepolisian tapi kalau ada kendaraan nopol hitam masuk busway atau salah parkir .institusi yang alergi dengan plat hitam ikut juga melakukan penilangan juga sih ..(pernah terjadi bentrokan antara LLAJ dengan polisi dalam kasus penilangan plat hitam) Yah itulah kinerja instansi yang membina angkutan umum di Indonesia. Rudy Th _ From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Agus Hamonangan Sent: 29 Juli 2008 12:02 To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Konflik Angkot Vs Omprengan Tak Berujung, Sopir jadi Korban http://kompas. http://kompas.com/read/xml/2008/07/29/11194474/konflik.angkot.vs.omprengan. tak.berujung.sopir.jadi.korban com/read/xml/2008/07/29/11194474/konflik.angkot.vs.omprengan.tak.berujung.so pir.jadi.korban JAKARTA, SELASA - Konflik antara angkutan pelat kuning dan omprengan (pelat hitam) di Tengarang sudah menahun tak terselesaikan. Sempat mereda, tiba-tiba memanas kembali. Pertengahan Mei lalu bahkan sempat hampir terjadi bentrok antarmassa sopir. Senin (29/7) kemarin seteru kembali berlanjut setelah adanya perusakan armada, baik pelat kuning maupun pelat hitam. Bagaimana para sopir melihat persoalan yang ibarat api dalam sekam, dapat menyala setiap saat ini? Jujur saja, kami juga capek. Maunya selesai karena kerja juga enggak tenang. Kita waswas, apalagi kalau narik malam dikit, takut dicegat, kata Pinem, sopir Roda Niaga G-03, jurusan Kali Deres-Kota Bumi, Selasa (29/7). Pinem menuturkan, ia kerap mengalami penyegatan oleh sopir omprengan. Tapi, alhamdulillah, enggak sampai anarkis, ujarnya. Keberadaan omprengan, ujar Pinem, telah menyedot sebagian pendapatannya. Sebab, omprengan tak mematok tarif bagi penumpangan. Hal ini menurutnya merugikan sopir angkot. Namun, tak beroperasinya omprengan pada hari ini ternyata juga tak membawa pengaruh besar pada pemasukan para sopir angkot pelat kuning. Kalau baru rusuh begini, memang enggak ngaruh, belum stabil. Mungkin karena penumpang takut juga naik, takut dicegat, kata Andi, sopir angkot lainnya. Dalam sehari, sebuah angkot bisa beroperasi 6-8 putaran (Kali Deres-Kota Bumi, PP). Pemasukannya sekitar Rp 300.000. Dari jumlah itu, mereka harus menyetorkan Rp 120.000 per hari. Tapi, enggak tentu juga, tergantung penumpang, ujar Andi. Para sopir ini pun berharap konflik yang juga melelahkan bagi mereka akan segera berakhir. Ya, pemerintah segera ambil keputusan. Kami berharap, yang namanya enggak resmi ditindak. Jangan ada lagi. Penumpang juga kan lebih nyaman kalau resmi, kata Jauhari. ING Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network = Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM) 3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Forum Pembaca KOMPAS] Konflik Angkot Vs Omprengan Tak Berujung, Sopir jadi Korban
http://kompas.com/read/xml/2008/07/29/11194474/konflik.angkot.vs.omprengan.tak.berujung.sopir.jadi.korban JAKARTA, SELASA - Konflik antara angkutan pelat kuning dan omprengan (pelat hitam) di Tengarang sudah menahun tak terselesaikan. Sempat mereda, tiba-tiba memanas kembali. Pertengahan Mei lalu bahkan sempat hampir terjadi bentrok antarmassa sopir. Senin (29/7) kemarin seteru kembali berlanjut setelah adanya perusakan armada, baik pelat kuning maupun pelat hitam. Bagaimana para sopir melihat persoalan yang ibarat api dalam sekam, dapat menyala setiap saat ini? Jujur saja, kami juga capek. Maunya selesai karena kerja juga enggak tenang. Kita waswas, apalagi kalau narik malam dikit, takut dicegat, kata Pinem, sopir Roda Niaga G-03, jurusan Kali Deres-Kota Bumi, Selasa (29/7). Pinem menuturkan, ia kerap mengalami penyegatan oleh sopir omprengan. Tapi, alhamdulillah, enggak sampai anarkis, ujarnya. Keberadaan omprengan, ujar Pinem, telah menyedot sebagian pendapatannya. Sebab, omprengan tak mematok tarif bagi penumpangan. Hal ini menurutnya merugikan sopir angkot. Namun, tak beroperasinya omprengan pada hari ini ternyata juga tak membawa pengaruh besar pada pemasukan para sopir angkot pelat kuning. Kalau baru rusuh begini, memang enggak ngaruh, belum stabil. Mungkin karena penumpang takut juga naik, takut dicegat, kata Andi, sopir angkot lainnya. Dalam sehari, sebuah angkot bisa beroperasi 6-8 putaran (Kali Deres-Kota Bumi, PP). Pemasukannya sekitar Rp 300.000. Dari jumlah itu, mereka harus menyetorkan Rp 120.000 per hari. Tapi, enggak tentu juga, tergantung penumpang, ujar Andi. Para sopir ini pun berharap konflik yang juga melelahkan bagi mereka akan segera berakhir. Ya, pemerintah segera ambil keputusan. Kami berharap, yang namanya enggak resmi ditindak. Jangan ada lagi. Penumpang juga kan lebih nyaman kalau resmi, kata Jauhari. ING Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network
RE: [Forum Pembaca KOMPAS] Konflik Angkot Vs Omprengan Tak Berujung, Sopir jadi Korban
Ya aparatnya aja yang geblek bener, punya kewenangan untuk mengatur, malah disalahgunakan sih. Sibuk melakukan pungli terus. Sekarang baru pusing ada perseteruan kan. Eric Soesilo [EMAIL PROTECTED] Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Agus Hamonangan [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 29 Jul 2008 05:01:42 To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Konflik Angkot Vs Omprengan Tak Berujung, Sopir jadi Korban http://kompas.com/read/xml/2008/07/29/11194474/konflik.angkot.vs.omprengan.tak.berujung.sopir.jadi.korban JAKARTA, SELASA - Konflik antara angkutan pelat kuning dan omprengan (pelat hitam) di Tengarang sudah menahun tak terselesaikan. Sempat mereda, tiba-tiba memanas kembali. Pertengahan Mei lalu bahkan sempat hampir terjadi bentrok antarmassa sopir. Senin (29/7) kemarin seteru kembali berlanjut setelah adanya perusakan armada, baik pelat kuning maupun pelat hitam. Bagaimana para sopir melihat persoalan yang ibarat api dalam sekam, dapat menyala setiap saat ini? Jujur saja, kami juga capek. Maunya selesai karena kerja juga enggak tenang. Kita waswas, apalagi kalau narik malam dikit, takut dicegat, kata Pinem, sopir Roda Niaga G-03, jurusan Kali Deres-Kota Bumi, Selasa (29/7). Pinem menuturkan, ia kerap mengalami penyegatan oleh sopir omprengan. Tapi, alhamdulillah, enggak sampai anarkis, ujarnya. Keberadaan omprengan, ujar Pinem, telah menyedot sebagian pendapatannya. Sebab, omprengan tak mematok tarif bagi penumpangan. Hal ini menurutnya merugikan sopir angkot. Namun, tak beroperasinya omprengan pada hari ini ternyata juga tak membawa pengaruh besar pada pemasukan para sopir angkot pelat kuning. Kalau baru rusuh begini, memang enggak ngaruh, belum stabil. Mungkin karena penumpang takut juga naik, takut dicegat, kata Andi, sopir angkot lainnya. Dalam sehari, sebuah angkot bisa beroperasi 6-8 putaran (Kali Deres-Kota Bumi, PP). Pemasukannya sekitar Rp 300.000. Dari jumlah itu, mereka harus menyetorkan Rp 120.000 per hari. Tapi, enggak tentu juga, tergantung penumpang, ujar Andi. Para sopir ini pun berharap konflik yang juga melelahkan bagi mereka akan segera berakhir. Ya, pemerintah segera ambil keputusan. Kami berharap, yang namanya enggak resmi ditindak. Jangan ada lagi. Penumpang juga kan lebih nyaman kalau resmi, kata Jauhari. ING Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Konflik Angkot Vs Omprengan Tak Berujung, Sopir jadi Korban
Sebetulnya sih, hak setiap orang yang mau menggunakan angkutan yang dia pilih. Berbagai macam alasan, dengan pilihan ke omprengan banyak sekali kemudahan, yaitu nyaman, cepat (tidak pake ngetem), sampai didekat rumah pula... - Original Message - From: Agus Hamonangan To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Tuesday, July 29, 2008 12:01 PM Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Konflik Angkot Vs Omprengan Tak Berujung, Sopir jadi Korban http://kompas.com/read/xml/2008/07/29/11194474/konflik.angkot.vs.omprengan.tak.berujung.sopir.jadi.korban JAKARTA, SELASA - Konflik antara angkutan pelat kuning dan omprengan (pelat hitam) di Tengarang sudah menahun tak terselesaikan. Sempat mereda, tiba-tiba memanas kembali. Pertengahan Mei lalu bahkan sempat hampir terjadi bentrok antarmassa sopir. Senin (29/7) kemarin seteru kembali berlanjut setelah adanya perusakan armada, baik pelat kuning maupun pelat hitam. Bagaimana para sopir melihat persoalan yang ibarat api dalam sekam, dapat menyala setiap saat ini? Jujur saja, kami juga capek. Maunya selesai karena kerja juga enggak tenang. Kita waswas, apalagi kalau narik malam dikit, takut dicegat, kata Pinem, sopir Roda Niaga G-03, jurusan Kali Deres-Kota Bumi, Selasa (29/7). Pinem menuturkan, ia kerap mengalami penyegatan oleh sopir omprengan. Tapi, alhamdulillah, enggak sampai anarkis, ujarnya. Keberadaan omprengan, ujar Pinem, telah menyedot sebagian pendapatannya. Sebab, omprengan tak mematok tarif bagi penumpangan. Hal ini menurutnya merugikan sopir angkot. Namun, tak beroperasinya omprengan pada hari ini ternyata juga tak membawa pengaruh besar pada pemasukan para sopir angkot pelat kuning. Kalau baru rusuh begini, memang enggak ngaruh, belum stabil. Mungkin karena penumpang takut juga naik, takut dicegat, kata Andi, sopir angkot lainnya. Dalam sehari, sebuah angkot bisa beroperasi 6-8 putaran (Kali Deres-Kota Bumi, PP). Pemasukannya sekitar Rp 300.000. Dari jumlah itu, mereka harus menyetorkan Rp 120.000 per hari. Tapi, enggak tentu juga, tergantung penumpang, ujar Andi. Para sopir ini pun berharap konflik yang juga melelahkan bagi mereka akan segera berakhir. Ya, pemerintah segera ambil keputusan. Kami berharap, yang namanya enggak resmi ditindak. Jangan ada lagi. Penumpang juga kan lebih nyaman kalau resmi, kata Jauhari. ING Sent from my BlackBerry © Wireless device from XL GPRS/EDGE/3G Network [Non-text portions of this message have been removed]