RE: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik

2003-09-10 Terurut Topik Maryanto
 
Coba lagi karena yang dibuat tadi malam ini gagal kirim..

-Original Message-
From: Maryanto 
Sent: Wednesday, September 10, 2003 5:57 Sore
To: 'Awang Satyana'; Herman Moechtar
Cc: Pak bambang; Maryanto; Sardjono; IAGI; Ukat Sukanta at CPI;
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik


Pak Awang, Pak Herman, netters ..
 
Nah lama-lama terbangun juga sinergi, dituntun Pak Awang, gabungkan siklus
Milankovitch dengan Salam. Jangan bosan ya Pak...
 
Akarnya Salam berfikir 4 energi didunia: atom kuat, atom lemah, magnetik,
gravitasi. Semakin jauh jarak dua benda, semakin energi yang disebut
belakangan yang lebih kuat, dominat, berperan.  Mungkin ada yang membenarkan
mana antara kuat-dan lemah di energi atom itu lebih berperan versus jarak ?
Keduanya saya arikan sebagi peristiwa fisi/fusi, menimbulkan energi panas.
Energi ini memanaskan inti-mantel bumi. Benda didalam relatif homogen.
Perbedaan potensial panas bisa menggerakkan arus konveksi. Karena bentuk
yang homogen, maka keteraturan gerak putar lempeng dipermukaan agak sulit
kami terangkan bila penggeraknya hanya ini. Gaya magnetik dan garvitasi lah
yang mengatur geraknya. Evolusi jagadraya yang mengembang sa'at ini,
menjadikan perubahan gaya-gaya serta arah gerak inti dan mantel.
 
Tujuh lapisan bumi : Core dalam (relatif padat), core luar (cair), mantel
dalam (relatif padat), core luar (cair), asthenospher cair, lithosfer
(padat), lempeng (padat). Hampir semua bersifat kemagnitan.  Perubahan sudut
palnet-planet-palnet terhadap bumi, menyebabkan merubah gaya gerak masa
didalam bumi. Bumi yang bergerak spiral, timbulkan lempeng
(kontinenal-oseanik) yang berotasi.
 
Tujuh as tektonik : NE Afrika (pusat Pangea), Pasifik Selatan (Pusat Oseanik
Panthalasa), Batas Pangea-Panthalasa di Equator ReichTethys timur Siklun
Tektonik Laut Banda, dan sikluntektonik Laut Karibia,  Kutub Utara, kutub
Selatan,  serta intibumi.
 
Tujuh lempeng besar : EuroAsia, IndiaAustralia, Pasifik, Afrrika, North
Amerika, South Amerika, Antartika.
 
Selama 485 Ma, seluruh lempeng gerak kanan, arah jarum jam, konvergen di
kontinenatal, hingga Triasik (200 Ma'an), lalu putar kiri, berlawanan arah
jarum jam, devergen. Laut Merah diputar 165 derajad, selama 485 Ma itu, atau
0.7 keliling selama 700 Ma. Aakn ada tujuh putaran selam 7 Ga, seumur
tatasurya. yang terjadi adalah gerak bumi yang spiral. Lempeng dipengaruhi
oleh gerak masa didalam bumi, yang digerakkan oleh gaya magnetik/gravitasi
gaya ekternal (benda-benda angkasa).
 
olar wonder 1990-1975, ada siklus 7 th, dan 70 tahun. Standar deviasi (SD)
kurang dari 2%. Perubahan muka laut San Fransico dan Calcais (Spanyol),
global temperatur, curah hujan jakarta, mempunyai siklus yang sama, yakni
terlihat di pereode 70, dengan tahun yang sama. Dari semua diketahui : muka
laut naik, maka temperatur naik, curah hujan sedikit. Lalu dijabarkan
menjadi, ukuran butir sedimen mengecil,  tebal sedimen menipis, volume
sedimen semakin sedikit. lalu flora-fauna semakin banyak bila temperatur
dibawah Temperatur kehidupan optimum,  dan semakin sedikit bila diatas
temperatur optimum. Dat-data lain menunjang itu di paper kami.
 
 
Salam,
Maryanto.
 
 

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, September 10, 2003 4:49 Sore
To: Herman Moechtar
Cc: Pak bambang; Maryanto; Sardjono; IAGI; Ukat Sukanta at CPI;
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik


Pak Herman dan Pak Maryanto,
 
Sains berdiri di atas tiga kaki : facts, figures, dan theory. Fakta : kita
mellihat semua benda bergerak, tak ada satu pun yang diam (contohnya).
Figures : kita membuat persamaan matematik benda bergerak. Sampai di sini
tidak ada yang salah. Lalu kita lanjutkan ke teori, nah di sinilah terjadi
bongkar-pasangnya. Kita pernah mencatat ada teori geosentris dan
heliosentris. Kita pernah mencatat geosinklin dan plate tectonics. Kita
pernah mencatat generatio spontanea dan ovo oov (omne vivum ex ovo omne ovum
ex vivo = kehidupan berasal dari kehidupan). Kita pernah mencatat steady
state universe dan big bang universe. Dll. Artinya teori bongkar pasang
bongkar pasang dst. The rises and falls of theories, sudah biasa di sains. 
 
Ada siklus2 yang kelihatannya bersamaan, ini belum tentu fakta, bisa saja
suatu kebetulan. Apa jadinya persamaan matematika yang dilandasi fakta yang
belum tentu fakta ? Apa jadinya teori yang dibangun atas persamaan yang
salah ? Menghubungkan big bang ke siklus hari hujan di Jakarta ? Saya tidak
bisa menalarnya. Lebih gampang ditalar kalau menghubungkan Milankovitch
cycle ke perubahan iklim, perubahan iklim ke glasiasi, glasiasi ke sea level
changes, dan sea level changes ke sedimentary record. Evolusi bigbang ke
homo sapiens memang bisa saja walau 15 Ga lamanya. Menghubungkan
Milankovitch cycle ke 

FW: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik

2003-09-10 Terurut Topik Ukat Sukanta at CPI
FYI.
 
 
-Original Message-
From: Maryanto 
Sent: Thursday, September 11, 2003 8:39 AM
To: 'IAGI'
Cc: Ukat Sukanta at CPI; 'Awang Satyana'; 'Herman Moechtar'
Subject: RE: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik


 
Coba lagi karena yang dibuat tadi malam ini gagal kirim..

-Original Message-
From: Maryanto 
Sent: Wednesday, September 10, 2003 5:57 Sore
To: 'Awang Satyana'; Herman Moechtar
Cc: Pak bambang; Maryanto; Sardjono; IAGI; Ukat Sukanta at CPI;
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik


Pak Awang, Pak Herman, netters ..
 
Nah lama-lama terbangun juga sinergi, dituntun Pak Awang, gabungkan siklus
Milankovitch dengan Salam. Jangan bosan ya Pak...
 
Akarnya Salam berfikir 4 energi didunia: atom kuat, atom lemah, magnetik,
gravitasi. Semakin jauh jarak dua benda, semakin energi yang disebut
belakangan yang lebih kuat, dominat, berperan.  Mungkin ada yang membenarkan
mana antara kuat-dan lemah di energi atom itu lebih berperan versus jarak ?
Keduanya saya arikan sebagi peristiwa fisi/fusi, menimbulkan energi panas.
Energi ini memanaskan inti-mantel bumi. Benda didalam relatif homogen.
Perbedaan potensial panas bisa menggerakkan arus konveksi. Karena bentuk
yang homogen, maka keteraturan gerak putar lempeng dipermukaan agak sulit
kami terangkan bila penggeraknya hanya ini. Gaya magnetik dan garvitasi lah
yang mengatur geraknya. Evolusi jagadraya yang mengembang sa'at ini,
menjadikan perubahan gaya-gaya serta arah gerak inti dan mantel.
 
Tujuh lapisan bumi : Core dalam (relatif padat), core luar (cair), mantel
dalam (relatif padat), core luar (cair), asthenospher cair, lithosfer
(padat), lempeng (padat). Hampir semua bersifat kemagnitan.  Perubahan sudut
palnet-planet-palnet terhadap bumi, menyebabkan merubah gaya gerak masa
didalam bumi. Bumi yang bergerak spiral, timbulkan lempeng
(kontinenal-oseanik) yang berotasi.
 
Tujuh as tektonik : NE Afrika (pusat Pangea), Pasifik Selatan (Pusat Oseanik
Panthalasa), Batas Pangea-Panthalasa di Equator ReichTethys timur Siklun
Tektonik Laut Banda, dan sikluntektonik Laut Karibia,  Kutub Utara, kutub
Selatan,  serta intibumi.
 
Tujuh lempeng besar : EuroAsia, IndiaAustralia, Pasifik, Afrrika, North
Amerika, South Amerika, Antartika.
 
Selama 485 Ma, seluruh lempeng gerak kanan, arah jarum jam, konvergen di
kontinenatal, hingga Triasik (200 Ma'an), lalu putar kiri, berlawanan arah
jarum jam, devergen. Laut Merah diputar 165 derajad, selama 485 Ma itu, atau
0.7 keliling selama 700 Ma. Aakn ada tujuh putaran selam 7 Ga, seumur
tatasurya. yang terjadi adalah gerak bumi yang spiral. Lempeng dipengaruhi
oleh gerak masa didalam bumi, yang digerakkan oleh gaya magnetik/gravitasi
gaya ekternal (benda-benda angkasa).
 
olar wonder 1990-1975, ada siklus 7 th, dan 70 tahun. Standar deviasi (SD)
kurang dari 2%. Perubahan muka laut San Fransico dan Calcais (Spanyol),
global temperatur, curah hujan jakarta, mempunyai siklus yang sama, yakni
terlihat di pereode 70, dengan tahun yang sama. Dari semua diketahui : muka
laut naik, maka temperatur naik, curah hujan sedikit. Lalu dijabarkan
menjadi, ukuran butir sedimen mengecil,  tebal sedimen menipis, volume
sedimen semakin sedikit. lalu flora-fauna semakin banyak bila temperatur
dibawah Temperatur kehidupan optimum,  dan semakin sedikit bila diatas
temperatur optimum. Dat-data lain menunjang itu di paper kami.
 
 
Salam,
Maryanto.
 
 

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, September 10, 2003 4:49 Sore
To: Herman Moechtar
Cc: Pak bambang; Maryanto; Sardjono; IAGI; Ukat Sukanta at CPI;
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik


Pak Herman dan Pak Maryanto,
 
Sains berdiri di atas tiga kaki : facts, figures, dan theory. Fakta : kita
mellihat semua benda bergerak, tak ada satu pun yang diam (contohnya).
Figures : kita membuat persamaan matematik benda bergerak. Sampai di sini
tidak ada yang salah. Lalu kita lanjutkan ke teori, nah di sinilah terjadi
bongkar-pasangnya. Kita pernah mencatat ada teori geosentris dan
heliosentris. Kita pernah mencatat geosinklin dan plate tectonics. Kita
pernah mencatat generatio spontanea dan ovo oov (omne vivum ex ovo omne ovum
ex vivo = kehidupan berasal dari kehidupan). Kita pernah mencatat steady
state universe dan big bang universe. Dll. Artinya teori bongkar pasang
bongkar pasang dst. The rises and falls of theories, sudah biasa di sains. 
 
Ada siklus2 yang kelihatannya bersamaan, ini belum tentu fakta, bisa saja
suatu kebetulan. Apa jadinya persamaan matematika yang dilandasi fakta yang
belum tentu fakta ? Apa jadinya teori yang dibangun atas persamaan yang
salah ? Menghubungkan big bang ke siklus hari hujan di Jakarta ? Saya tidak
bisa menalarnya. Lebih gampang ditalar kalau menghubungkan Milankovitch
cycle ke perubahan 

RE: [iagi-net-l] Renungan IAGI Lingkungan

2003-09-10 Terurut Topik Parlaungan (RTI)
Dalam diskusi-diskusi sering muncul dua kubu yang berlawanan, yang satu berpegang pada 
pembangunan ekonomi dan dikubu yang lain berpegang pada pelestarian lingkungan 
(lingkungan fisik dan non fisik). Pada kenyataannya pembangunan ekonomi terutama di 
Negara sedang berkembang seperti Indonesia akan selalu bertumpu pada pembangunan 
ekonomi yang mengakibatkan dampak terhadap lingkungan baik fisik maupun non fisik 
karena lebih berorientasi kepada pembangunan pertanian, kehutanan, agribisnis, 
pertambangan ataupun industri manufaktur. Hal ini sangat berbeda dengan di Negara kaya 
dan maju dimana mungkin pembangunan ekonominya lebih terfokus pada bidang teknologi 
tinggi (termasuk teknologi informasi) dan jasa, sehingga dampaknya terhadap lingkungan 
mungkin akan lebih kecil. 

Pada saat ini arus informasi dan opini dunia lebih dikuasai oleh Negara maju nan kaya 
tersebut, dimana sebenarnya mereka dulu telah dengan sepuas-puasnya mengeksploitasi 
sumberdaya (alam)nya dan telah berhasil mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi ilmu 
pengetahuan dan teknologi mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi mengeksploitasi 
sumber daya mereka. Terjadi perubahan paradigma yang drastis pada mereka, dari 
bagaimana mengeksploiasi alam kepada melestarikan alam. Dus, kemudian agenda mereka 
apa?. Untuk mereka bisa hidup nyaman tentu mereka memerlukan lingkungan yang juga 
nyaman, bagaimana caranya?. Tentu dengan cara mengusahakan agar lingkungan (fisik) 
belahan dunia lain yang belum terganggu agar bisa dijaga agar lingkungan global dimana 
mereka berada tidak berubah. Apa dampaknya terhadap Negara-negara sedang berkembang?. 
Negara-negara tersebut diharapkan untuk juga membangun industri seperti yang mereka 
punya yaitu yang tidak banyak dampaknya terhadap lingkungan. Maka dimulailah 
pengenalan industri teknologi tinggi, industri teknologi bersih, industri informasi 
dan jasa dimana semua expertisenya adalah milik mereka. Maka muncullah 
ekoindustri, ekolabeling, eko dan eko lainnya yang kriterianya semua mereka yang 
menetapkan. Apakah semua teknologi tersebut gratis?, tentu saja tidak, kita harus 
bayar. Bayarnya dengan apa?. Apakah semua itu cukup?. Ternyata tidak. Mereka ternyata 
masih memerlukan bahan-bahan hasil industri yang menimbulkan dampak terhadap 
lingkungan tersebut, misalnya hasil industri ekstraktif. Maka ramai-ramailah pemodal 
dari Negara maju ke Negara sedang berkembang lagi, misalnya Indonesia, dan ini juga di 
support oleh Negara ybs. Jadi disini ada tarik ulur kepentingan yang sangat rumit.

Tetapi yang penting untuk kita apa? Sebenarnya kita cukup memutuskan untuk 
memprioritaskan apa? Pembangunan ekonomi atau pelestarian lingkungan, atau 
kedua-duanya sekaligus secara bersamaan? Apa mungkin? perlu policy yang jelas. Dalam 
hal industri ekstraktif terutama pertambangan kita belum punya arah kebijakan yang 
jelas seperti apa yang di luar negeri disebut sebagai Mining Policy (Apa IAGI bisa 
berperan disini? Yaitu dalam memberikan masukan di tingkat kebijakan?) 

Sebagai intermezzo, saya teringat kepada apa yang sering dikemukakan oleh Pak Wimpy 
tentang hubungan antara manusia dan lingkungan. Katanya manusia itu akan dengan 
sendirinya peduli terhadap lingkungan seiring dengan pertumbuhan ekonominya. Dia 
mencontohkan, bahwa ketika masih miskin dan hidup secara sederhana di kampung dulu 
maka ia cukup (maaf) buang hajat di sungai di belakang rumah, ketika telah punya 
pengasilan sedikit maka ia buang hajat di WC yang dibangun dikebun di belakang rumah, 
dan setelah mendapat penghasilan yang lumayan maka dibangunlan WC jongkok di dalam 
rumah (hanya satu buah) untuk bareng-bareng, Pas ketika ketiban rejeki yang lebih 
besar maka dibangunlah WC duduk yang lengkap di samping kamar tidurnya untuk pribadi. 

Salam,
Laung



-Original Message-
From: Sukmandaru Prihatmoko [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, September 10, 2003 10:05 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Renungan IAGI  Lingkungan

Berbicara masalah industri ekstraktif kebumian versus (dan) kerusakan
lingkungan saya bisa mengamatinya paling tidak dengan dua skala. Pada skala
mikro (pinjam istilahnya Pak Andang) atau wilayah (dan komunitas) kecil, dua
hal tsb tidak perlu dipertentangkan. Karena pada dasarnya industri
ekstraktif itu membawa dampak lingkungan baik lingkungan alam (perubahan
bentang alam, air tanah dst...dst) maupun lingkungan sosial
kemasyarakatannya. Tapi kalau kita mau jujur, mana ada sih kegiatan industri
yang tidak membawa dampak lingkungan (ini agak melenceng sedikit...). Isunya
memang kemudian bisa dilokalisir menjadi seberapa penting dan
diperlukannyakah industri tsb untuk suatu daerah (dan kelompok masyarakat),
dan seberapa jauhkah dampak lingkungan yang (akan) ditimbulkan dapat
dihambat dan direhabilitasi. Dengan kacamata yang jernih (tanpa dikotori
aspek politis, ekonomi yang berlebihan dsb) saya yakin keberadaan industri
ekstraktif di suatu tempat bisa ditimbang-timbang manfaat dan 

RE: [iagi-net-l] rekonstruksi tektonik dalam hipotesa salam

2003-09-10 Terurut Topik Jossy C. Inaray
Pak Maryanto,

Saya salut kepada anda, terima kasih atas penjelasan nya. Namun
demikian, menurut saya fenomena alam adalah fakta dan bersifat universal
(dimana pun anda berada, anda kan melihat fenomena alam yg sama dan
mempunyai notasi angka yang sama pula), seperti contohnya 1 tahun =
365.2425 - 365.25 hari.

Sekali lagi, terima kasih ya Pak.

Salam,

JCI

-Original Message-
From: Maryanto [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, September 11, 2003 8:29 AM
To: Ukat Sukanta at CPI
Cc: '[EMAIL PROTECTED]'
Subject: RE: [iagi-net-l] rekonstruksi tektonik dalam hipotesa salam


Pak Jossy,

Ya itu teori saya, mecoba menghubungkan fakta-fakta, lalu dicari
korelasinya.

Ada pemakaian seminggu 7 hari.
Fenomena alamnya : ada 7 hari dimana satu siklus untuk bulan mulai
timbul di
suatu satuan waktu adalh seperemptan dari 24 jam. Bahwa 24 jam adalah
sehari-semalam. Lalu itulah yang saya dapatkan adanya fenomena alam
dengan
mengapa ada satuan 7 hari (disingkat menjadi seminggu itu). Seumur hidup
ya
baru 3 bulaan lalu saya mengerti jawaban siklus 7 hari itu atas
keterangan
Pak Moedji Raharto, Boscca, Lembang. Ini saya anggap sudah berlaku
universal, memakai logika dan perhitungan manusia.

Sering satuan pereode ada yang dibagai 2, 3, 4. Untuk tahun maka akan
menjadi berturut-turut : smester, 4 bulanan, kwartal. Untuk hari
berturut-turut : siang-malam, (1/3 tak lazim, walau ada kata sepertiga
malam
terakhir disuatu malam), seperempatan adalah 6 jam'an : jam 0-6, 6-12,
12-18, 18-24.

Fenomena alam lain untuk 7 harian itu adalah:
Kami dapatkan juga waktu pengeraman telor :
burung 2x7 hari, ayam 3x 7 hari, mentog 4 x 7 hari, angsa 5 x 7 hari,
dst.
Makin besar badan, semakin lama pengeramannya. Jadi ada siklus satu
minggu
(7 hari itu di fenomena alam).

Yah kerjaan bikin teori adalah menggabung-gabung, mengkorelasikan. Kalau
mendapatkan sesuatu, wah kadang jadi seneng. Tapi ya gag akan puas-puas,
karena mau coba lain...

Pak Ukat,

Ilmiah berarti dengan analisa data, lalu dicari polanya lalu dibuat
teorinya. Banyak sekali fakta/data yang tak diketahui teorinya. Manusia
hanya diberi tahu sedikit ilmu universal. Yang belum tahu disebut
metafisika
(magis, mejik, abstrat, gag bisa dirasakan indra manusia dan tak dapat
diruntun balik). Metafisika adalah disamping fisika.  Pak Koesoema
menyebutkannya itu dan menghubungkan bahwa diperpustakaan, maka buku
metafisika diletakkan di dekat fisika. Dan ini gag ilmiah. Nah bila
metafisika itu suatu saat didapatkan teorinya, maka menjadi ilmiah,
science.
Itu menjadi tidak metafisika lagi, lalu menjadi ilmiah. Yang sudah
diketahui
teorinya, tapi ada fakta baru menjadi salah teorinya, maka disebut
abstak
lagi, tak diketahui (kayaknya mungkin ada kasus ini, misal banyak
berguguran
teori semula kuat tentang turbidid).

Yang saya tekankan adalah banyak 7 muncul dialam, seratusan ya mudah
mendapatkannya. Jauh lebih banyak yang tak diketahui teorinya ilmiahnya.
Menjadikan bahwa mengapa detektif kok pakai 007, gag 008 atau yang lain,
mengapa 7 dipakai boeng, mengapa tidak 6 tutunan, pusing 5 keliling,
arah
6'an tapi tujuan, setuju tidak seenam, misalnya. Tak mau, dan tak bisa
saya
jawab mengapa 7 dipakai disana, kecuali bilang ya dari sononya he...
Tapi
kalau memang bermanfaat, tentu akan ada yang mau mencari mengapanya.
Prioritas, kebutuhan, ekonomi,...Wah banyak data, banyak yang akan bisa
dikerjakan. (He..he... ada yang se7).

Salam,
Maryanto
-Original Message-
From: Ukat Sukanta at CPI 
Sent: Thursday, September 11, 2003 7:54 Pagi
To: Maryanto
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: FW: [iagi-net-l] rekonstruksi tektonik dalam hipotesa salam


Par Maryanto,

Mungkin sebaiknya,  terangkan dulu asal ilmiahnya angka 7...kalau memang
angka ini angka mejik. 

Contoh: detektif 007, boing 747, 7 turunan, cemara 7, pusing 7 keliling,
bintang 7, 7an, se7.sepertinya tidak ilmiah.

Salam,
US 

-Original Message-
From: Jossy C. Inaray [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 11, 2003 7:44 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] rekonstruksi tektonik dalam hipotesa salam


Ini mah logika dan perhitungan manusia aja, bukan fenomena alam (yg
berlaku secara universal)

Salam,

JCI

-Original Message-
From: Maryanto [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, September 10, 2003 4:03 PM
To: '[EMAIL PROTECTED]'
Subject: RE: [iagi-net-l] rekonstruksi tektonik dalam hipotesa salam



Tujuh hari dalam seminggu adalah banyaknya hari untuk bulan terbit pada
seperempat 24 jam.
Misal banyaknya hari untuk bulan terbit dari jam :
0-6 = 7 hari
6-12 = 7 hari
12-18 = 7 hari
18-24 = 7 hari.

Seratusan angka 7 yang kami catat muncul di alam, tapi hanya sedikit
yang
bisa kami jawab mengapanya. Diantaranya : atom kulit maksimum 7, 7
keajaiban
dunia, detektif 007, boing 747, 7 turunan, cemara 7, pusing 7 keliling,
bintang 7, 7an, se7. 

7 adalah bilangan prima. Semakin kecil bilangan prima, mungkin semakin
banyak muncul dialam. Angka 7 sering muncul, tak semua akan 7, karena

Re: [iagi-net-l] Renungan IAGI Lingkungan

2003-09-10 Terurut Topik Budi Brahmantyo
Ada apa gerangan hingga membuat Pak Ketum merasa gusar sampai mengeluarkan
posting ini?

 Dimanakah posisi IAGI dalam isu-isu industri ekstraktif kebumian versus
 kerusakan lingkungan?

Saya pikir IAGI - mau tidak mau - harus pro-lingkungan. Isu lingkungan di
seluruh dunia sangat sangat deras, dan kita pikir kita tidak bisa melawan
arus itu, harus mengikuti arus tapi jangan sampai karam dan tenggelam.

Inilah justru tantangan para ahli geologi untuk pengembangan metoda-metoda
dalam industri ekstraktif kebumian tanpa banyak menimbulkan kerusakan
lingkungan.
Bagaimana mendapatkan batu di dalam dasar kolam, tanpa membuat keruh air
kolam, dan tanpa membuat gusar ikan-ikan di kolam

Begitu juga apakah kita akan kembali ke jaman batu tanpa industri
ekstraktif kebumian?  Mungkin iya kalau hanya mengandalkan sumberdaya
mineral klasik yang kita kenal sekarang ini. Ini tantangan lagi bagi para
ahli geologi untuk mencari alternatif sumberdaya mineral baru dan
sumberdaya energi baru yang tidak banyak menimbulkan kerusakan
lingkungan...tanpa mengandalkan sumberdaya mineral dan energi klasik
sekarang ini.
(tapi jangan tanya saya, saya juga belum tahu).

Itu dulu yang ada dalam pikiran saya

Salam,
BB






Sampai saat ini, menurut pengetahuan saya, tidak
 ada satu dokumenpun di IAGI yang secara eksplisit mendeklarasikannya.
 Hal ini bukan berarti bahwa IAGI (dan para anggotanya) tidak concern
 dengan masalah tersebut.



 Untuk rekan-rekan yang bergerak di posisi Public Relation, HupMas,
 maupun Manajer Eksplorasi dari perusahaan-perusahaan migas dan tambang,
 isu tersebut malahan sudah jadi makanan sehari-hari yang harus dikunyah,
 dicerna, dan disikapi. Apa yang saya tangkap dari sikap, tindakan, dan
 pembicaraan kawan-kawan tersebut adalah rasa keterdesakan (kepepet)
 dalam menjustifikasi kegiatan industri ekstraktif kebumian dimata para
 environmentalis, sehingga kadang-kadang nampak naif dan ekstrim.
 Kesabaran dan ketekunan yang menjadi salah satu ciri intelektual,
 seringkali termakan oleh emosi dan rasa frustasi.



 Seperti kita tahu, pada umumnya kaum enviromentalis (termasuk juga
 didalamnya ada banyak ahli geologi) mempunyai basis ideologis dan
 militansi yang kuat, dan seringkali juga dukungan dana yang kontinyu
 (dari berbagai LSM dan Lembaga-Lembaga lainnya dalam dan luar negeri).
 Sementara itu, kawan-kawan yang bergerak di industri ekstraktif,
 walaupun dukungan dananya lebih kuat, namun tidak se-militan para
 environmentalis. Apakah yang menyebabkannya??? Apakah karena kawan-kawan
 environmentalis mempunyai satu isu sentral dan mengglobal, sedangkan
 rekan-rekan dari industri ekstraktif  seringkali bermain pada tataran
 mikro, untuk kepentingan project dan perusahaannya saja. Atau mungkin
 karakter industri ekstraktif kebumian yang banyak didominasi oleh
 teknologi padat modal telah mengalineasikan kita dari permasalahan
 padat karya, yaitu sesuatu yang secara langsung berguna bagi
 kepentingan rakyat banyak.



 Saya katakan LANGSUNG, yang artinya benar-benar langsung, yaitu rakyat
 benar-benar sejahtera didaerah yang kaya migas, emas, dan batubara.
 Tidak ada yang harus mengais-ngais sampah buangan makanan dari mess-hall
 perusahaan hanya untuk menyambung hidup; tidak ada yang harus
 mengemis-ngemis minta pekerjaan ke perusahaan; tidak ada yang harus demo
 meminta ganti rugi yang wajar dari tanah yang dibebaskan; dsbnya,
 dsbnya(sound like LSM jargons: isn't it??). Kalaupun toh
 contoh-contoh yang saya kemukakan diatas terlalu ekstrim (sehingga
 kenyataannya sering jadi kontroversi), pada dasarnya kita harus akui,
 bahwa kebiasaan kita bekerja pada pemodal bisnis resiko tinggi ini,
 seringkali membuat kita jadi kurang militan dibanding teman-teman kita
 kaum environmentalis di LSM-LSM. Padahal kita tahu dan sangat menyadari
 bahwa tanpa mengembangkan industri ektraktif kebumian, kita akan kembali
 ke titik nol, ke jaman batu!!(¿?)



 Menjadi tantangan kita mengajak kebijakan industri ekstraktif kebumian
 di Indonesia ini in-line terhadap problema Lingkungan, tidak hanya
 sekedar bersifat lip-service saja. IAGI selayaknya mendorong pada basis
 utamanya : tumbuh bersama dalam lingkungan kita. Apakah kita akan
 menunggu munculnya Moratorium Penambangan Minyak, untuk kemudian
 kelabakan. Kita tidak berharap munculnya banyak moratorium untuk
 industri ekstraktif kebumian, namun pada sisi lain kita juga perlu
 mencari terobosan yang adil untuk dapat mewadahi semua kepentingan.



 Wacana bahwa industri ekstraktif kebumian memerlukan pendekatan dengan
 ekonomi lingkungan yang mempertimbangkan social cost, dll-nya sudah
 selayaknya menjadi parameter dalam industi ini, militansi kawan-kawan
 dari industri ekstraktif lah yang akan mampu mendorong tidak terjadinya
 moratorium-moratorium ini.



 Hanya saja, saya merasa cara kita menerangkan, bernegosiasi,
 berasimilasi, dan sosialisasi, pada saat ini kurang pas dan tidak
 efektif. Apalagi ditengah suasana otonomi daerah yang gegap 

[iagi-net-l] Situs baru Marine Hydrothermalism di Laut Flores

2003-09-10 Terurut Topik Andri Mubandi



Rekan-rekan geologist,

Setelah empat setengah hari berlayar dari Muara Baru, akhirnya kapal riset 
Baruna Jaya delapan (BJ-8) mencapai lokasi penelitian ditengah Laut Flores pada 
tanggal 19 Agustus 2003. BJ-8 yang milik Lembaga Oceanografi Nasional LIPI ini 
membawa tim BANDAMIN II ilmuwan geologi dari Free University Berlin (FUB) 
bersama-sama tim nasional untuk mengeksplorasi kemungkinan mineralisasi 
hidrotermal bawah laut yang berada diantara Gunung Komba dan Pulau Lomblen. 
Insiator dari proyek BANDAMIN II ini adalah tim FUB yang dikomandani oleh Prof. 
Dr. Ing. P. Halbach. Selajutnya "hajat" tim FUB ini didukung oleh Direktorat 
Ekplorasi Sumber Daya Alam Non Hayati, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). 
Beberapa geologis dari beberbagai universitas diundang oleh DKP untuk 
berpartisipasi untuk untuk mendukung ekspedisi ilmiah ini. Tim nasional yang "on 
board" antara lain wakil-wakil dari PP-Geologi Laut (Bandung), USAKTI, 
UPN-Veteran (Yogya), UNPAD, ITB dan ilmuwan dari DKP. Sebagian besar dari 
tim nasional sempat mengalami "mabok gratis", maklum pertama kali "napak tilas 
nenek moyangnya yang pelaut" itu. Alhamdullilah "mabok gratis" hanya dialami 
selama 2 hari saja sejak mulai pelayaran. 

Sejak 19 Agustus tim ilmuwan Jerman dan Indonesia, kapten dan awak kapal 
mulai sibuk melakukan pengambilan data ditengah-tengah Laut Flores. BJ-8 yang 
"made in Norwegia" yang dilengkapi fasilitas, kaptek dan awak kapal yang canggih 
benar-benar kesepian di Laut Flores! Jarang sekali kita jumpa dengan kapal-kapal 
lainnya! Peneltian diawali dengan pemetaan menggunakan Multibeam SIMRAD yang 
menghasilkan peta topografi dan diagram tiga dimensi detail dan baik. Pemetaan 
ini menhadirkan tampakan morfologi-morfologi baru bawah laut diantara Gunung 
Komba dan Pulau Lomblen. Gunung Komba adalah gunung api aktif yang situasinya 
mirip Gunung Karakatau, kerucut ditengah laut dengan ketinggian +200m dpl. Peta 
kemudian dianalisis oleh tim untuk menentukan titik "sampling" CTD, Dredging, 
Van Veen Grab, Box Graber dan Kamera Bawah Air. Program yang paling penting 
dalam misi ini adalah "Dredging" yang fungsinya adalah menyeret bebatuan dari 
singkapan didasar laut. Sistim "dredging" ini beratnya 1-1.5 ton, fungsinya 
seperti gabungan palu geologi dan keranjang penampungnya! Dengan kerja tim 
secara estafet "24"jam sehari, terkumpul contoh-contoh batuan dari sekitar 30 
lokasi dredging! Sebagian besar batuan hasil dredging menunnjukan mineralisasi 
dan alterasi yang ditampilkan dengan adanya sebaran pirit halus, urat-urat halus 
kuarsa, pirhotit dan markasit. Bahkan salah satu hasil dredging penuh dengan 
gossan dan beberapa batuan yang diselimuti oleh kerak mangan! Semua bukti 
mineralisasi hidrotermal ini di "dredging" dari puncak serta lereng gunung bawah 
laut " Ibu Komba, Abang Komba dan Baruna Komba! Ibung dan abang Komba ditemukan 
dari ekspedisi Bandamin I tahun 2001 yang lalu. Sedang Baruna Komba ditemukan 
pada tanggal 21 Agustus yang lalu. Ketiga gunung bawah laut tersebut berada satu 
jalur dengan gunung api aktif Komba! Diduga ketiga gunung bawah laut tersebut 
lahir akibat aktifitas tektonik sesar geser yang menyebabkan naiknya magma 
hidrortermal.

Wasallam wr wb
Andri SSM
Anggota Tim Bandamin I  II
Dept. Teknik Geologi FIKTM - ITB

Blank Bkgrd.gif

Re: [iagi-net-l] Mohon informasi

2003-09-10 Terurut Topik henry
Pak Surya Sudana,

Info berikut didapatkan dari software commecial IHS Energy, mohon double
check dengan data yg lain.

Ketaling Timur-02.
Spud/completed/status:July 17, 1983/Sept 10, 1983/Oil, suspended

Ketaling Timur-03
Spud/completed/status:Sept.11 1983/Oct. 24, 1983/Oil, PA

Keduanya oleh jambi Oil Development Co., Ltd.

Semoga bisa membantu,


- Original Message - 
From: Surya Sudana [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 11, 2003 1:12 PM
Subject: [iagi-net-l] Mohon informasi


 Dear netters,

 Apakah ada yg tahu informasi mengenai well East Ketaling  2  3 di South
 Sumatra.
 Yang ingin saya tanyakan adalah ' Kapan wells tersebut dibor (completion
 date) dan oleh siapa (Operator)'.
 Kalo tidak salah E. Ketaling -1 dibor oleh Jambi Oil th 1981.

 Terima kasih sebelumnya.

 Suryo



-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



[iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik (FUNDAMENTAL FORCES)

2003-09-10 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Maryanto,
 
Sebelum membahas Hipotesa Salam lebih jauh, saya ingin mengomentari 4 fundamental 
forces yang dipakai sebab kalau saya kaji hipotesa tersebut rasanya berangkat dari 
fundamental forces ini. 
 
Kita tahu dari semua teori fisika yang lahir sejak Newton, Maxwell, dan Einstein serta 
percobaan2 fisika partikel subatomik dengan accelerator tercanggih sampai tahun 
1980-an disimpulkan bahwa alam dikontrol oleh empat gaya : gravitasi, elektromagnetik, 
gaya atom lemah, gaya atom kuat. Dua gaya belakangan ditemukan lewat konsep mekanika 
kuantum dan terbukti benar setelah diuji oleh particle accelerator. Kita sudah 
terbiasa dengan gravitasi dan elektromagnetik sebab masuk ke fisika klasik, yang dua 
terakhir agak tidak biasa sebab masuk ke fisika moderen. Keempat gaya ini daerah 
operasi-nya berlainan dengan jarak jangkauan yang makin menurun tetapi semakin kuat. 
Gravitasi mengontrol mekanika benda langit, elektromagnetik mengontrol ikatan molekul, 
atom lemah dan kuat hanya beroperasi di inti atom. Daya jangkauan semakin kecil, 
tetapi kalau soal kekuatan, maka gaya atom kuat yang terkuat dan gravitasi yang 
terlemah.
 
Sepanjang sejarah perkembangan fisika kita melihat usaha menyatukan keempat gaya ini. 
Ada GUT (grand unified theory), tetapi tidak memuaskan sebab tidak bisa mengakomodasi 
gravitasi. Elektromagnetik, atom lemah, dan atom kuat punya struktur matematika yang 
sama dan biasa dikelompokkan sebagai Gauge Theories, inilah standard model; gravitasi 
tak memenuhi kriteria mekanika kuantum. Lalu ada Superstring yang katanya bisa 
menyatukan keempat gaya dengan asumsi bahwa di balik matter and energy ada string. 
Kelihatannya ini pun belum sepakat diterima.
 
Bagaimana menghubungkannya ke Hipotesa Salam-nya Pak Maryanto ? Dalam hipotesa itu, 
disebut bahwa convection mantle Bumi masih harus digoyang gravitasi dan 
elektromagnetik agar menggigit sebab atom kuat dan lemah tak punya daya. mesti 
dibantu dari luar. Kalau pendapat saya, tak perlu gravitasi dan elektromagnetik untuk 
membuat turbulensi arus konveksi di mantel. Interior Bumi punya mesin sendiri. Atom2 
Ni-Fe-Co di core atau di mantle akan meluruh secara radioaktif oleh gaya atom lemah 
(memang tugasnya begitu), terjadi perubahan unsur, dan massa yang berubah (defect 
mass) akan mengeluarkan energi panas. Inilah yang membuat panas ada di core dan mantle 
yang lalu pada akhirnya akan menimbulkan turbulensi konveksi. Tidak perlu goyangan 
gravity dan electromagnetism, cukup dengan gaya atom lemah. Lalu oleh konveksi mantel 
kita sudah tahu, semua fenomena dinamika Bumi terjadi.
 
Jadi, saya berpendapat tak ada kontrol gravitasi antar benda langit sedetail kepada 
mantle convection dan selanjutnya ke fenomena dinamika Bumi, apalagi gravitasi adalah 
gaya terlemah. Saat alam semesta bermula dari singularitas atau omega point 15-20 Ga 
lewat bigbang, tentu yang bekerja di situ adalah weak and strong nuclear force yang 
jangkauannya nucleus atom. Sebesar apa massa singularitas itu, tentu subatomik, dan di 
situ yang bekerja hanya gaya2 antar quark yang diikat gluon strong neuclear force dan 
diluruhkan weak nuclear force. Tak ada electromagnetic apalagi gravity.
 
Pertanyaannya, bagaimana bisa hipotesa salam terjadi kalau dasar elementary force-nya 
tidak sesuai prinsip theoretical physics ? 
 
Salam,
Awang H. Satyana
(hipotesis mesti diuji kan ? dan saya sedang melakukannya)

Maryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
Pak Awang, Pak Herman, netter yang asiiikkk...
 
Nah lama-lama terbangun juga sinergi, dituntun Pak Awang, gabungkan siklus 
Milankovitch dengan Salam. Jangan bosan ya Pak...
 
Akarnya Salam berfikir 4 energi didunia: atom kuat, atom lemah, magnetik, gravitasi. 
Semakin jauh jarak dua benda, semakin energi yang disebut belakangan yang lebih kuat, 
dominat, berperan.  Mungkin ada yang membenarkan mana antara kuat-dan lemah di energi 
atom itu lebih berperan versus jarak ? Keduanya saya arikan sebagi peristiwa 
fisi/fusi, menimbulkan energi panas. Energi ini memanaskan inti-mantel bumi. Benda 
didalam relatif homogen. Perbedaan potensial panas bisa menggerakkan arus konveksi. 
Karena bentuk yang homogen, maka keteraturan gerak putar lempeng dipermukaan agak 
sulit kami terangkan bila penggeraknya hanya ini. Gaya magnetik dan garvitasi lah yang 
mengatur geraknya. Evolusi jagadraya yang mengembang sa'at ini, menjadikan perubahan 
gaya-gaya serta arah gerak inti dan mantel.
 
Tujuh lapisan bumi : Core dalam (relatif padat), core luar (cair), mantel dalam 
(relatif padat), core luar (cair), asthenospher cair, lithosfer (padat), lempeng 
(padat). Hampir semua bersifat kemagnitan.  Perubahan sudut palnet-planet-palnet 
terhadap bumi, menyebabkan merubah gaya gerak masa didalam bumi. Bumi yang bergerak 
spiral, timbulkan lempeng (kontinenal-oseanik) yang berotasi.
 
Tujuh as tektonik : NE Afrika (pusat Pangea), Pasifik Selatan (Pusat Oseanik 
Panthalasa), Batas Pangea-Panthalasa di Equator ReichTethys timur Siklun Tektonik Laut