RE: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik
Coba lagi karena yang dibuat tadi malam ini gagal kirim.. -Original Message- From: Maryanto Sent: Wednesday, September 10, 2003 5:57 Sore To: 'Awang Satyana'; Herman Moechtar Cc: Pak bambang; Maryanto; Sardjono; IAGI; Ukat Sukanta at CPI; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik Pak Awang, Pak Herman, netters .. Nah lama-lama terbangun juga sinergi, dituntun Pak Awang, gabungkan siklus Milankovitch dengan Salam. Jangan bosan ya Pak... Akarnya Salam berfikir 4 energi didunia: atom kuat, atom lemah, magnetik, gravitasi. Semakin jauh jarak dua benda, semakin energi yang disebut belakangan yang lebih kuat, dominat, berperan. Mungkin ada yang membenarkan mana antara kuat-dan lemah di energi atom itu lebih berperan versus jarak ? Keduanya saya arikan sebagi peristiwa fisi/fusi, menimbulkan energi panas. Energi ini memanaskan inti-mantel bumi. Benda didalam relatif homogen. Perbedaan potensial panas bisa menggerakkan arus konveksi. Karena bentuk yang homogen, maka keteraturan gerak putar lempeng dipermukaan agak sulit kami terangkan bila penggeraknya hanya ini. Gaya magnetik dan garvitasi lah yang mengatur geraknya. Evolusi jagadraya yang mengembang sa'at ini, menjadikan perubahan gaya-gaya serta arah gerak inti dan mantel. Tujuh lapisan bumi : Core dalam (relatif padat), core luar (cair), mantel dalam (relatif padat), core luar (cair), asthenospher cair, lithosfer (padat), lempeng (padat). Hampir semua bersifat kemagnitan. Perubahan sudut palnet-planet-palnet terhadap bumi, menyebabkan merubah gaya gerak masa didalam bumi. Bumi yang bergerak spiral, timbulkan lempeng (kontinenal-oseanik) yang berotasi. Tujuh as tektonik : NE Afrika (pusat Pangea), Pasifik Selatan (Pusat Oseanik Panthalasa), Batas Pangea-Panthalasa di Equator ReichTethys timur Siklun Tektonik Laut Banda, dan sikluntektonik Laut Karibia, Kutub Utara, kutub Selatan, serta intibumi. Tujuh lempeng besar : EuroAsia, IndiaAustralia, Pasifik, Afrrika, North Amerika, South Amerika, Antartika. Selama 485 Ma, seluruh lempeng gerak kanan, arah jarum jam, konvergen di kontinenatal, hingga Triasik (200 Ma'an), lalu putar kiri, berlawanan arah jarum jam, devergen. Laut Merah diputar 165 derajad, selama 485 Ma itu, atau 0.7 keliling selama 700 Ma. Aakn ada tujuh putaran selam 7 Ga, seumur tatasurya. yang terjadi adalah gerak bumi yang spiral. Lempeng dipengaruhi oleh gerak masa didalam bumi, yang digerakkan oleh gaya magnetik/gravitasi gaya ekternal (benda-benda angkasa). olar wonder 1990-1975, ada siklus 7 th, dan 70 tahun. Standar deviasi (SD) kurang dari 2%. Perubahan muka laut San Fransico dan Calcais (Spanyol), global temperatur, curah hujan jakarta, mempunyai siklus yang sama, yakni terlihat di pereode 70, dengan tahun yang sama. Dari semua diketahui : muka laut naik, maka temperatur naik, curah hujan sedikit. Lalu dijabarkan menjadi, ukuran butir sedimen mengecil, tebal sedimen menipis, volume sedimen semakin sedikit. lalu flora-fauna semakin banyak bila temperatur dibawah Temperatur kehidupan optimum, dan semakin sedikit bila diatas temperatur optimum. Dat-data lain menunjang itu di paper kami. Salam, Maryanto. -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 10, 2003 4:49 Sore To: Herman Moechtar Cc: Pak bambang; Maryanto; Sardjono; IAGI; Ukat Sukanta at CPI; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik Pak Herman dan Pak Maryanto, Sains berdiri di atas tiga kaki : facts, figures, dan theory. Fakta : kita mellihat semua benda bergerak, tak ada satu pun yang diam (contohnya). Figures : kita membuat persamaan matematik benda bergerak. Sampai di sini tidak ada yang salah. Lalu kita lanjutkan ke teori, nah di sinilah terjadi bongkar-pasangnya. Kita pernah mencatat ada teori geosentris dan heliosentris. Kita pernah mencatat geosinklin dan plate tectonics. Kita pernah mencatat generatio spontanea dan ovo oov (omne vivum ex ovo omne ovum ex vivo = kehidupan berasal dari kehidupan). Kita pernah mencatat steady state universe dan big bang universe. Dll. Artinya teori bongkar pasang bongkar pasang dst. The rises and falls of theories, sudah biasa di sains. Ada siklus2 yang kelihatannya bersamaan, ini belum tentu fakta, bisa saja suatu kebetulan. Apa jadinya persamaan matematika yang dilandasi fakta yang belum tentu fakta ? Apa jadinya teori yang dibangun atas persamaan yang salah ? Menghubungkan big bang ke siklus hari hujan di Jakarta ? Saya tidak bisa menalarnya. Lebih gampang ditalar kalau menghubungkan Milankovitch cycle ke perubahan iklim, perubahan iklim ke glasiasi, glasiasi ke sea level changes, dan sea level changes ke sedimentary record. Evolusi bigbang ke homo sapiens memang bisa saja walau 15 Ga lamanya. Menghubungkan Milankovitch cycle ke
FW: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik
FYI. -Original Message- From: Maryanto Sent: Thursday, September 11, 2003 8:39 AM To: 'IAGI' Cc: Ukat Sukanta at CPI; 'Awang Satyana'; 'Herman Moechtar' Subject: RE: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik Coba lagi karena yang dibuat tadi malam ini gagal kirim.. -Original Message- From: Maryanto Sent: Wednesday, September 10, 2003 5:57 Sore To: 'Awang Satyana'; Herman Moechtar Cc: Pak bambang; Maryanto; Sardjono; IAGI; Ukat Sukanta at CPI; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik Pak Awang, Pak Herman, netters .. Nah lama-lama terbangun juga sinergi, dituntun Pak Awang, gabungkan siklus Milankovitch dengan Salam. Jangan bosan ya Pak... Akarnya Salam berfikir 4 energi didunia: atom kuat, atom lemah, magnetik, gravitasi. Semakin jauh jarak dua benda, semakin energi yang disebut belakangan yang lebih kuat, dominat, berperan. Mungkin ada yang membenarkan mana antara kuat-dan lemah di energi atom itu lebih berperan versus jarak ? Keduanya saya arikan sebagi peristiwa fisi/fusi, menimbulkan energi panas. Energi ini memanaskan inti-mantel bumi. Benda didalam relatif homogen. Perbedaan potensial panas bisa menggerakkan arus konveksi. Karena bentuk yang homogen, maka keteraturan gerak putar lempeng dipermukaan agak sulit kami terangkan bila penggeraknya hanya ini. Gaya magnetik dan garvitasi lah yang mengatur geraknya. Evolusi jagadraya yang mengembang sa'at ini, menjadikan perubahan gaya-gaya serta arah gerak inti dan mantel. Tujuh lapisan bumi : Core dalam (relatif padat), core luar (cair), mantel dalam (relatif padat), core luar (cair), asthenospher cair, lithosfer (padat), lempeng (padat). Hampir semua bersifat kemagnitan. Perubahan sudut palnet-planet-palnet terhadap bumi, menyebabkan merubah gaya gerak masa didalam bumi. Bumi yang bergerak spiral, timbulkan lempeng (kontinenal-oseanik) yang berotasi. Tujuh as tektonik : NE Afrika (pusat Pangea), Pasifik Selatan (Pusat Oseanik Panthalasa), Batas Pangea-Panthalasa di Equator ReichTethys timur Siklun Tektonik Laut Banda, dan sikluntektonik Laut Karibia, Kutub Utara, kutub Selatan, serta intibumi. Tujuh lempeng besar : EuroAsia, IndiaAustralia, Pasifik, Afrrika, North Amerika, South Amerika, Antartika. Selama 485 Ma, seluruh lempeng gerak kanan, arah jarum jam, konvergen di kontinenatal, hingga Triasik (200 Ma'an), lalu putar kiri, berlawanan arah jarum jam, devergen. Laut Merah diputar 165 derajad, selama 485 Ma itu, atau 0.7 keliling selama 700 Ma. Aakn ada tujuh putaran selam 7 Ga, seumur tatasurya. yang terjadi adalah gerak bumi yang spiral. Lempeng dipengaruhi oleh gerak masa didalam bumi, yang digerakkan oleh gaya magnetik/gravitasi gaya ekternal (benda-benda angkasa). olar wonder 1990-1975, ada siklus 7 th, dan 70 tahun. Standar deviasi (SD) kurang dari 2%. Perubahan muka laut San Fransico dan Calcais (Spanyol), global temperatur, curah hujan jakarta, mempunyai siklus yang sama, yakni terlihat di pereode 70, dengan tahun yang sama. Dari semua diketahui : muka laut naik, maka temperatur naik, curah hujan sedikit. Lalu dijabarkan menjadi, ukuran butir sedimen mengecil, tebal sedimen menipis, volume sedimen semakin sedikit. lalu flora-fauna semakin banyak bila temperatur dibawah Temperatur kehidupan optimum, dan semakin sedikit bila diatas temperatur optimum. Dat-data lain menunjang itu di paper kami. Salam, Maryanto. -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 10, 2003 4:49 Sore To: Herman Moechtar Cc: Pak bambang; Maryanto; Sardjono; IAGI; Ukat Sukanta at CPI; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: FW: [iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik Pak Herman dan Pak Maryanto, Sains berdiri di atas tiga kaki : facts, figures, dan theory. Fakta : kita mellihat semua benda bergerak, tak ada satu pun yang diam (contohnya). Figures : kita membuat persamaan matematik benda bergerak. Sampai di sini tidak ada yang salah. Lalu kita lanjutkan ke teori, nah di sinilah terjadi bongkar-pasangnya. Kita pernah mencatat ada teori geosentris dan heliosentris. Kita pernah mencatat geosinklin dan plate tectonics. Kita pernah mencatat generatio spontanea dan ovo oov (omne vivum ex ovo omne ovum ex vivo = kehidupan berasal dari kehidupan). Kita pernah mencatat steady state universe dan big bang universe. Dll. Artinya teori bongkar pasang bongkar pasang dst. The rises and falls of theories, sudah biasa di sains. Ada siklus2 yang kelihatannya bersamaan, ini belum tentu fakta, bisa saja suatu kebetulan. Apa jadinya persamaan matematika yang dilandasi fakta yang belum tentu fakta ? Apa jadinya teori yang dibangun atas persamaan yang salah ? Menghubungkan big bang ke siklus hari hujan di Jakarta ? Saya tidak bisa menalarnya. Lebih gampang ditalar kalau menghubungkan Milankovitch cycle ke perubahan
RE: [iagi-net-l] Renungan IAGI Lingkungan
Dalam diskusi-diskusi sering muncul dua kubu yang berlawanan, yang satu berpegang pada pembangunan ekonomi dan dikubu yang lain berpegang pada pelestarian lingkungan (lingkungan fisik dan non fisik). Pada kenyataannya pembangunan ekonomi terutama di Negara sedang berkembang seperti Indonesia akan selalu bertumpu pada pembangunan ekonomi yang mengakibatkan dampak terhadap lingkungan baik fisik maupun non fisik karena lebih berorientasi kepada pembangunan pertanian, kehutanan, agribisnis, pertambangan ataupun industri manufaktur. Hal ini sangat berbeda dengan di Negara kaya dan maju dimana mungkin pembangunan ekonominya lebih terfokus pada bidang teknologi tinggi (termasuk teknologi informasi) dan jasa, sehingga dampaknya terhadap lingkungan mungkin akan lebih kecil. Pada saat ini arus informasi dan opini dunia lebih dikuasai oleh Negara maju nan kaya tersebut, dimana sebenarnya mereka dulu telah dengan sepuas-puasnya mengeksploitasi sumberdaya (alam)nya dan telah berhasil mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi mengeksploitasi sumber daya mereka. Terjadi perubahan paradigma yang drastis pada mereka, dari bagaimana mengeksploiasi alam kepada melestarikan alam. Dus, kemudian agenda mereka apa?. Untuk mereka bisa hidup nyaman tentu mereka memerlukan lingkungan yang juga nyaman, bagaimana caranya?. Tentu dengan cara mengusahakan agar lingkungan (fisik) belahan dunia lain yang belum terganggu agar bisa dijaga agar lingkungan global dimana mereka berada tidak berubah. Apa dampaknya terhadap Negara-negara sedang berkembang?. Negara-negara tersebut diharapkan untuk juga membangun industri seperti yang mereka punya yaitu yang tidak banyak dampaknya terhadap lingkungan. Maka dimulailah pengenalan industri teknologi tinggi, industri teknologi bersih, industri informasi dan jasa dimana semua expertisenya adalah milik mereka. Maka muncullah ekoindustri, ekolabeling, eko dan eko lainnya yang kriterianya semua mereka yang menetapkan. Apakah semua teknologi tersebut gratis?, tentu saja tidak, kita harus bayar. Bayarnya dengan apa?. Apakah semua itu cukup?. Ternyata tidak. Mereka ternyata masih memerlukan bahan-bahan hasil industri yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan tersebut, misalnya hasil industri ekstraktif. Maka ramai-ramailah pemodal dari Negara maju ke Negara sedang berkembang lagi, misalnya Indonesia, dan ini juga di support oleh Negara ybs. Jadi disini ada tarik ulur kepentingan yang sangat rumit. Tetapi yang penting untuk kita apa? Sebenarnya kita cukup memutuskan untuk memprioritaskan apa? Pembangunan ekonomi atau pelestarian lingkungan, atau kedua-duanya sekaligus secara bersamaan? Apa mungkin? perlu policy yang jelas. Dalam hal industri ekstraktif terutama pertambangan kita belum punya arah kebijakan yang jelas seperti apa yang di luar negeri disebut sebagai Mining Policy (Apa IAGI bisa berperan disini? Yaitu dalam memberikan masukan di tingkat kebijakan?) Sebagai intermezzo, saya teringat kepada apa yang sering dikemukakan oleh Pak Wimpy tentang hubungan antara manusia dan lingkungan. Katanya manusia itu akan dengan sendirinya peduli terhadap lingkungan seiring dengan pertumbuhan ekonominya. Dia mencontohkan, bahwa ketika masih miskin dan hidup secara sederhana di kampung dulu maka ia cukup (maaf) buang hajat di sungai di belakang rumah, ketika telah punya pengasilan sedikit maka ia buang hajat di WC yang dibangun dikebun di belakang rumah, dan setelah mendapat penghasilan yang lumayan maka dibangunlan WC jongkok di dalam rumah (hanya satu buah) untuk bareng-bareng, Pas ketika ketiban rejeki yang lebih besar maka dibangunlah WC duduk yang lengkap di samping kamar tidurnya untuk pribadi. Salam, Laung -Original Message- From: Sukmandaru Prihatmoko [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 10, 2003 10:05 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Renungan IAGI Lingkungan Berbicara masalah industri ekstraktif kebumian versus (dan) kerusakan lingkungan saya bisa mengamatinya paling tidak dengan dua skala. Pada skala mikro (pinjam istilahnya Pak Andang) atau wilayah (dan komunitas) kecil, dua hal tsb tidak perlu dipertentangkan. Karena pada dasarnya industri ekstraktif itu membawa dampak lingkungan baik lingkungan alam (perubahan bentang alam, air tanah dst...dst) maupun lingkungan sosial kemasyarakatannya. Tapi kalau kita mau jujur, mana ada sih kegiatan industri yang tidak membawa dampak lingkungan (ini agak melenceng sedikit...). Isunya memang kemudian bisa dilokalisir menjadi seberapa penting dan diperlukannyakah industri tsb untuk suatu daerah (dan kelompok masyarakat), dan seberapa jauhkah dampak lingkungan yang (akan) ditimbulkan dapat dihambat dan direhabilitasi. Dengan kacamata yang jernih (tanpa dikotori aspek politis, ekonomi yang berlebihan dsb) saya yakin keberadaan industri ekstraktif di suatu tempat bisa ditimbang-timbang manfaat dan
RE: [iagi-net-l] rekonstruksi tektonik dalam hipotesa salam
Pak Maryanto, Saya salut kepada anda, terima kasih atas penjelasan nya. Namun demikian, menurut saya fenomena alam adalah fakta dan bersifat universal (dimana pun anda berada, anda kan melihat fenomena alam yg sama dan mempunyai notasi angka yang sama pula), seperti contohnya 1 tahun = 365.2425 - 365.25 hari. Sekali lagi, terima kasih ya Pak. Salam, JCI -Original Message- From: Maryanto [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 11, 2003 8:29 AM To: Ukat Sukanta at CPI Cc: '[EMAIL PROTECTED]' Subject: RE: [iagi-net-l] rekonstruksi tektonik dalam hipotesa salam Pak Jossy, Ya itu teori saya, mecoba menghubungkan fakta-fakta, lalu dicari korelasinya. Ada pemakaian seminggu 7 hari. Fenomena alamnya : ada 7 hari dimana satu siklus untuk bulan mulai timbul di suatu satuan waktu adalh seperemptan dari 24 jam. Bahwa 24 jam adalah sehari-semalam. Lalu itulah yang saya dapatkan adanya fenomena alam dengan mengapa ada satuan 7 hari (disingkat menjadi seminggu itu). Seumur hidup ya baru 3 bulaan lalu saya mengerti jawaban siklus 7 hari itu atas keterangan Pak Moedji Raharto, Boscca, Lembang. Ini saya anggap sudah berlaku universal, memakai logika dan perhitungan manusia. Sering satuan pereode ada yang dibagai 2, 3, 4. Untuk tahun maka akan menjadi berturut-turut : smester, 4 bulanan, kwartal. Untuk hari berturut-turut : siang-malam, (1/3 tak lazim, walau ada kata sepertiga malam terakhir disuatu malam), seperempatan adalah 6 jam'an : jam 0-6, 6-12, 12-18, 18-24. Fenomena alam lain untuk 7 harian itu adalah: Kami dapatkan juga waktu pengeraman telor : burung 2x7 hari, ayam 3x 7 hari, mentog 4 x 7 hari, angsa 5 x 7 hari, dst. Makin besar badan, semakin lama pengeramannya. Jadi ada siklus satu minggu (7 hari itu di fenomena alam). Yah kerjaan bikin teori adalah menggabung-gabung, mengkorelasikan. Kalau mendapatkan sesuatu, wah kadang jadi seneng. Tapi ya gag akan puas-puas, karena mau coba lain... Pak Ukat, Ilmiah berarti dengan analisa data, lalu dicari polanya lalu dibuat teorinya. Banyak sekali fakta/data yang tak diketahui teorinya. Manusia hanya diberi tahu sedikit ilmu universal. Yang belum tahu disebut metafisika (magis, mejik, abstrat, gag bisa dirasakan indra manusia dan tak dapat diruntun balik). Metafisika adalah disamping fisika. Pak Koesoema menyebutkannya itu dan menghubungkan bahwa diperpustakaan, maka buku metafisika diletakkan di dekat fisika. Dan ini gag ilmiah. Nah bila metafisika itu suatu saat didapatkan teorinya, maka menjadi ilmiah, science. Itu menjadi tidak metafisika lagi, lalu menjadi ilmiah. Yang sudah diketahui teorinya, tapi ada fakta baru menjadi salah teorinya, maka disebut abstak lagi, tak diketahui (kayaknya mungkin ada kasus ini, misal banyak berguguran teori semula kuat tentang turbidid). Yang saya tekankan adalah banyak 7 muncul dialam, seratusan ya mudah mendapatkannya. Jauh lebih banyak yang tak diketahui teorinya ilmiahnya. Menjadikan bahwa mengapa detektif kok pakai 007, gag 008 atau yang lain, mengapa 7 dipakai boeng, mengapa tidak 6 tutunan, pusing 5 keliling, arah 6'an tapi tujuan, setuju tidak seenam, misalnya. Tak mau, dan tak bisa saya jawab mengapa 7 dipakai disana, kecuali bilang ya dari sononya he... Tapi kalau memang bermanfaat, tentu akan ada yang mau mencari mengapanya. Prioritas, kebutuhan, ekonomi,...Wah banyak data, banyak yang akan bisa dikerjakan. (He..he... ada yang se7). Salam, Maryanto -Original Message- From: Ukat Sukanta at CPI Sent: Thursday, September 11, 2003 7:54 Pagi To: Maryanto Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: FW: [iagi-net-l] rekonstruksi tektonik dalam hipotesa salam Par Maryanto, Mungkin sebaiknya, terangkan dulu asal ilmiahnya angka 7...kalau memang angka ini angka mejik. Contoh: detektif 007, boing 747, 7 turunan, cemara 7, pusing 7 keliling, bintang 7, 7an, se7.sepertinya tidak ilmiah. Salam, US -Original Message- From: Jossy C. Inaray [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 11, 2003 7:44 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] rekonstruksi tektonik dalam hipotesa salam Ini mah logika dan perhitungan manusia aja, bukan fenomena alam (yg berlaku secara universal) Salam, JCI -Original Message- From: Maryanto [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 10, 2003 4:03 PM To: '[EMAIL PROTECTED]' Subject: RE: [iagi-net-l] rekonstruksi tektonik dalam hipotesa salam Tujuh hari dalam seminggu adalah banyaknya hari untuk bulan terbit pada seperempat 24 jam. Misal banyaknya hari untuk bulan terbit dari jam : 0-6 = 7 hari 6-12 = 7 hari 12-18 = 7 hari 18-24 = 7 hari. Seratusan angka 7 yang kami catat muncul di alam, tapi hanya sedikit yang bisa kami jawab mengapanya. Diantaranya : atom kulit maksimum 7, 7 keajaiban dunia, detektif 007, boing 747, 7 turunan, cemara 7, pusing 7 keliling, bintang 7, 7an, se7. 7 adalah bilangan prima. Semakin kecil bilangan prima, mungkin semakin banyak muncul dialam. Angka 7 sering muncul, tak semua akan 7, karena
Re: [iagi-net-l] Renungan IAGI Lingkungan
Ada apa gerangan hingga membuat Pak Ketum merasa gusar sampai mengeluarkan posting ini? Dimanakah posisi IAGI dalam isu-isu industri ekstraktif kebumian versus kerusakan lingkungan? Saya pikir IAGI - mau tidak mau - harus pro-lingkungan. Isu lingkungan di seluruh dunia sangat sangat deras, dan kita pikir kita tidak bisa melawan arus itu, harus mengikuti arus tapi jangan sampai karam dan tenggelam. Inilah justru tantangan para ahli geologi untuk pengembangan metoda-metoda dalam industri ekstraktif kebumian tanpa banyak menimbulkan kerusakan lingkungan. Bagaimana mendapatkan batu di dalam dasar kolam, tanpa membuat keruh air kolam, dan tanpa membuat gusar ikan-ikan di kolam Begitu juga apakah kita akan kembali ke jaman batu tanpa industri ekstraktif kebumian? Mungkin iya kalau hanya mengandalkan sumberdaya mineral klasik yang kita kenal sekarang ini. Ini tantangan lagi bagi para ahli geologi untuk mencari alternatif sumberdaya mineral baru dan sumberdaya energi baru yang tidak banyak menimbulkan kerusakan lingkungan...tanpa mengandalkan sumberdaya mineral dan energi klasik sekarang ini. (tapi jangan tanya saya, saya juga belum tahu). Itu dulu yang ada dalam pikiran saya Salam, BB Sampai saat ini, menurut pengetahuan saya, tidak ada satu dokumenpun di IAGI yang secara eksplisit mendeklarasikannya. Hal ini bukan berarti bahwa IAGI (dan para anggotanya) tidak concern dengan masalah tersebut. Untuk rekan-rekan yang bergerak di posisi Public Relation, HupMas, maupun Manajer Eksplorasi dari perusahaan-perusahaan migas dan tambang, isu tersebut malahan sudah jadi makanan sehari-hari yang harus dikunyah, dicerna, dan disikapi. Apa yang saya tangkap dari sikap, tindakan, dan pembicaraan kawan-kawan tersebut adalah rasa keterdesakan (kepepet) dalam menjustifikasi kegiatan industri ekstraktif kebumian dimata para environmentalis, sehingga kadang-kadang nampak naif dan ekstrim. Kesabaran dan ketekunan yang menjadi salah satu ciri intelektual, seringkali termakan oleh emosi dan rasa frustasi. Seperti kita tahu, pada umumnya kaum enviromentalis (termasuk juga didalamnya ada banyak ahli geologi) mempunyai basis ideologis dan militansi yang kuat, dan seringkali juga dukungan dana yang kontinyu (dari berbagai LSM dan Lembaga-Lembaga lainnya dalam dan luar negeri). Sementara itu, kawan-kawan yang bergerak di industri ekstraktif, walaupun dukungan dananya lebih kuat, namun tidak se-militan para environmentalis. Apakah yang menyebabkannya??? Apakah karena kawan-kawan environmentalis mempunyai satu isu sentral dan mengglobal, sedangkan rekan-rekan dari industri ekstraktif seringkali bermain pada tataran mikro, untuk kepentingan project dan perusahaannya saja. Atau mungkin karakter industri ekstraktif kebumian yang banyak didominasi oleh teknologi padat modal telah mengalineasikan kita dari permasalahan padat karya, yaitu sesuatu yang secara langsung berguna bagi kepentingan rakyat banyak. Saya katakan LANGSUNG, yang artinya benar-benar langsung, yaitu rakyat benar-benar sejahtera didaerah yang kaya migas, emas, dan batubara. Tidak ada yang harus mengais-ngais sampah buangan makanan dari mess-hall perusahaan hanya untuk menyambung hidup; tidak ada yang harus mengemis-ngemis minta pekerjaan ke perusahaan; tidak ada yang harus demo meminta ganti rugi yang wajar dari tanah yang dibebaskan; dsbnya, dsbnya(sound like LSM jargons: isn't it??). Kalaupun toh contoh-contoh yang saya kemukakan diatas terlalu ekstrim (sehingga kenyataannya sering jadi kontroversi), pada dasarnya kita harus akui, bahwa kebiasaan kita bekerja pada pemodal bisnis resiko tinggi ini, seringkali membuat kita jadi kurang militan dibanding teman-teman kita kaum environmentalis di LSM-LSM. Padahal kita tahu dan sangat menyadari bahwa tanpa mengembangkan industri ektraktif kebumian, kita akan kembali ke titik nol, ke jaman batu!!(¿?) Menjadi tantangan kita mengajak kebijakan industri ekstraktif kebumian di Indonesia ini in-line terhadap problema Lingkungan, tidak hanya sekedar bersifat lip-service saja. IAGI selayaknya mendorong pada basis utamanya : tumbuh bersama dalam lingkungan kita. Apakah kita akan menunggu munculnya Moratorium Penambangan Minyak, untuk kemudian kelabakan. Kita tidak berharap munculnya banyak moratorium untuk industri ekstraktif kebumian, namun pada sisi lain kita juga perlu mencari terobosan yang adil untuk dapat mewadahi semua kepentingan. Wacana bahwa industri ekstraktif kebumian memerlukan pendekatan dengan ekonomi lingkungan yang mempertimbangkan social cost, dll-nya sudah selayaknya menjadi parameter dalam industi ini, militansi kawan-kawan dari industri ekstraktif lah yang akan mampu mendorong tidak terjadinya moratorium-moratorium ini. Hanya saja, saya merasa cara kita menerangkan, bernegosiasi, berasimilasi, dan sosialisasi, pada saat ini kurang pas dan tidak efektif. Apalagi ditengah suasana otonomi daerah yang gegap
[iagi-net-l] Situs baru Marine Hydrothermalism di Laut Flores
Rekan-rekan geologist, Setelah empat setengah hari berlayar dari Muara Baru, akhirnya kapal riset Baruna Jaya delapan (BJ-8) mencapai lokasi penelitian ditengah Laut Flores pada tanggal 19 Agustus 2003. BJ-8 yang milik Lembaga Oceanografi Nasional LIPI ini membawa tim BANDAMIN II ilmuwan geologi dari Free University Berlin (FUB) bersama-sama tim nasional untuk mengeksplorasi kemungkinan mineralisasi hidrotermal bawah laut yang berada diantara Gunung Komba dan Pulau Lomblen. Insiator dari proyek BANDAMIN II ini adalah tim FUB yang dikomandani oleh Prof. Dr. Ing. P. Halbach. Selajutnya "hajat" tim FUB ini didukung oleh Direktorat Ekplorasi Sumber Daya Alam Non Hayati, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Beberapa geologis dari beberbagai universitas diundang oleh DKP untuk berpartisipasi untuk untuk mendukung ekspedisi ilmiah ini. Tim nasional yang "on board" antara lain wakil-wakil dari PP-Geologi Laut (Bandung), USAKTI, UPN-Veteran (Yogya), UNPAD, ITB dan ilmuwan dari DKP. Sebagian besar dari tim nasional sempat mengalami "mabok gratis", maklum pertama kali "napak tilas nenek moyangnya yang pelaut" itu. Alhamdullilah "mabok gratis" hanya dialami selama 2 hari saja sejak mulai pelayaran. Sejak 19 Agustus tim ilmuwan Jerman dan Indonesia, kapten dan awak kapal mulai sibuk melakukan pengambilan data ditengah-tengah Laut Flores. BJ-8 yang "made in Norwegia" yang dilengkapi fasilitas, kaptek dan awak kapal yang canggih benar-benar kesepian di Laut Flores! Jarang sekali kita jumpa dengan kapal-kapal lainnya! Peneltian diawali dengan pemetaan menggunakan Multibeam SIMRAD yang menghasilkan peta topografi dan diagram tiga dimensi detail dan baik. Pemetaan ini menhadirkan tampakan morfologi-morfologi baru bawah laut diantara Gunung Komba dan Pulau Lomblen. Gunung Komba adalah gunung api aktif yang situasinya mirip Gunung Karakatau, kerucut ditengah laut dengan ketinggian +200m dpl. Peta kemudian dianalisis oleh tim untuk menentukan titik "sampling" CTD, Dredging, Van Veen Grab, Box Graber dan Kamera Bawah Air. Program yang paling penting dalam misi ini adalah "Dredging" yang fungsinya adalah menyeret bebatuan dari singkapan didasar laut. Sistim "dredging" ini beratnya 1-1.5 ton, fungsinya seperti gabungan palu geologi dan keranjang penampungnya! Dengan kerja tim secara estafet "24"jam sehari, terkumpul contoh-contoh batuan dari sekitar 30 lokasi dredging! Sebagian besar batuan hasil dredging menunnjukan mineralisasi dan alterasi yang ditampilkan dengan adanya sebaran pirit halus, urat-urat halus kuarsa, pirhotit dan markasit. Bahkan salah satu hasil dredging penuh dengan gossan dan beberapa batuan yang diselimuti oleh kerak mangan! Semua bukti mineralisasi hidrotermal ini di "dredging" dari puncak serta lereng gunung bawah laut " Ibu Komba, Abang Komba dan Baruna Komba! Ibung dan abang Komba ditemukan dari ekspedisi Bandamin I tahun 2001 yang lalu. Sedang Baruna Komba ditemukan pada tanggal 21 Agustus yang lalu. Ketiga gunung bawah laut tersebut berada satu jalur dengan gunung api aktif Komba! Diduga ketiga gunung bawah laut tersebut lahir akibat aktifitas tektonik sesar geser yang menyebabkan naiknya magma hidrortermal. Wasallam wr wb Andri SSM Anggota Tim Bandamin I II Dept. Teknik Geologi FIKTM - ITB Blank Bkgrd.gif
Re: [iagi-net-l] Mohon informasi
Pak Surya Sudana, Info berikut didapatkan dari software commecial IHS Energy, mohon double check dengan data yg lain. Ketaling Timur-02. Spud/completed/status:July 17, 1983/Sept 10, 1983/Oil, suspended Ketaling Timur-03 Spud/completed/status:Sept.11 1983/Oct. 24, 1983/Oil, PA Keduanya oleh jambi Oil Development Co., Ltd. Semoga bisa membantu, - Original Message - From: Surya Sudana [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 11, 2003 1:12 PM Subject: [iagi-net-l] Mohon informasi Dear netters, Apakah ada yg tahu informasi mengenai well East Ketaling 2 3 di South Sumatra. Yang ingin saya tanyakan adalah ' Kapan wells tersebut dibor (completion date) dan oleh siapa (Operator)'. Kalo tidak salah E. Ketaling -1 dibor oleh Jambi Oil th 1981. Terima kasih sebelumnya. Suryo - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
[iagi-net-l] Re: korelasi geodinamik (FUNDAMENTAL FORCES)
Pak Maryanto, Sebelum membahas Hipotesa Salam lebih jauh, saya ingin mengomentari 4 fundamental forces yang dipakai sebab kalau saya kaji hipotesa tersebut rasanya berangkat dari fundamental forces ini. Kita tahu dari semua teori fisika yang lahir sejak Newton, Maxwell, dan Einstein serta percobaan2 fisika partikel subatomik dengan accelerator tercanggih sampai tahun 1980-an disimpulkan bahwa alam dikontrol oleh empat gaya : gravitasi, elektromagnetik, gaya atom lemah, gaya atom kuat. Dua gaya belakangan ditemukan lewat konsep mekanika kuantum dan terbukti benar setelah diuji oleh particle accelerator. Kita sudah terbiasa dengan gravitasi dan elektromagnetik sebab masuk ke fisika klasik, yang dua terakhir agak tidak biasa sebab masuk ke fisika moderen. Keempat gaya ini daerah operasi-nya berlainan dengan jarak jangkauan yang makin menurun tetapi semakin kuat. Gravitasi mengontrol mekanika benda langit, elektromagnetik mengontrol ikatan molekul, atom lemah dan kuat hanya beroperasi di inti atom. Daya jangkauan semakin kecil, tetapi kalau soal kekuatan, maka gaya atom kuat yang terkuat dan gravitasi yang terlemah. Sepanjang sejarah perkembangan fisika kita melihat usaha menyatukan keempat gaya ini. Ada GUT (grand unified theory), tetapi tidak memuaskan sebab tidak bisa mengakomodasi gravitasi. Elektromagnetik, atom lemah, dan atom kuat punya struktur matematika yang sama dan biasa dikelompokkan sebagai Gauge Theories, inilah standard model; gravitasi tak memenuhi kriteria mekanika kuantum. Lalu ada Superstring yang katanya bisa menyatukan keempat gaya dengan asumsi bahwa di balik matter and energy ada string. Kelihatannya ini pun belum sepakat diterima. Bagaimana menghubungkannya ke Hipotesa Salam-nya Pak Maryanto ? Dalam hipotesa itu, disebut bahwa convection mantle Bumi masih harus digoyang gravitasi dan elektromagnetik agar menggigit sebab atom kuat dan lemah tak punya daya. mesti dibantu dari luar. Kalau pendapat saya, tak perlu gravitasi dan elektromagnetik untuk membuat turbulensi arus konveksi di mantel. Interior Bumi punya mesin sendiri. Atom2 Ni-Fe-Co di core atau di mantle akan meluruh secara radioaktif oleh gaya atom lemah (memang tugasnya begitu), terjadi perubahan unsur, dan massa yang berubah (defect mass) akan mengeluarkan energi panas. Inilah yang membuat panas ada di core dan mantle yang lalu pada akhirnya akan menimbulkan turbulensi konveksi. Tidak perlu goyangan gravity dan electromagnetism, cukup dengan gaya atom lemah. Lalu oleh konveksi mantel kita sudah tahu, semua fenomena dinamika Bumi terjadi. Jadi, saya berpendapat tak ada kontrol gravitasi antar benda langit sedetail kepada mantle convection dan selanjutnya ke fenomena dinamika Bumi, apalagi gravitasi adalah gaya terlemah. Saat alam semesta bermula dari singularitas atau omega point 15-20 Ga lewat bigbang, tentu yang bekerja di situ adalah weak and strong nuclear force yang jangkauannya nucleus atom. Sebesar apa massa singularitas itu, tentu subatomik, dan di situ yang bekerja hanya gaya2 antar quark yang diikat gluon strong neuclear force dan diluruhkan weak nuclear force. Tak ada electromagnetic apalagi gravity. Pertanyaannya, bagaimana bisa hipotesa salam terjadi kalau dasar elementary force-nya tidak sesuai prinsip theoretical physics ? Salam, Awang H. Satyana (hipotesis mesti diuji kan ? dan saya sedang melakukannya) Maryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Pak Herman, netter yang asiiikkk... Nah lama-lama terbangun juga sinergi, dituntun Pak Awang, gabungkan siklus Milankovitch dengan Salam. Jangan bosan ya Pak... Akarnya Salam berfikir 4 energi didunia: atom kuat, atom lemah, magnetik, gravitasi. Semakin jauh jarak dua benda, semakin energi yang disebut belakangan yang lebih kuat, dominat, berperan. Mungkin ada yang membenarkan mana antara kuat-dan lemah di energi atom itu lebih berperan versus jarak ? Keduanya saya arikan sebagi peristiwa fisi/fusi, menimbulkan energi panas. Energi ini memanaskan inti-mantel bumi. Benda didalam relatif homogen. Perbedaan potensial panas bisa menggerakkan arus konveksi. Karena bentuk yang homogen, maka keteraturan gerak putar lempeng dipermukaan agak sulit kami terangkan bila penggeraknya hanya ini. Gaya magnetik dan garvitasi lah yang mengatur geraknya. Evolusi jagadraya yang mengembang sa'at ini, menjadikan perubahan gaya-gaya serta arah gerak inti dan mantel. Tujuh lapisan bumi : Core dalam (relatif padat), core luar (cair), mantel dalam (relatif padat), core luar (cair), asthenospher cair, lithosfer (padat), lempeng (padat). Hampir semua bersifat kemagnitan. Perubahan sudut palnet-planet-palnet terhadap bumi, menyebabkan merubah gaya gerak masa didalam bumi. Bumi yang bergerak spiral, timbulkan lempeng (kontinenal-oseanik) yang berotasi. Tujuh as tektonik : NE Afrika (pusat Pangea), Pasifik Selatan (Pusat Oseanik Panthalasa), Batas Pangea-Panthalasa di Equator ReichTethys timur Siklun Tektonik Laut