Re: [iagi-net-l] Breaking News - Fenomena Alam baru dari Gunung Kidul

2006-12-09 Terurut Topik Agus Hendratno
Fenomena tersebut saat ini sedang dikaji oleh Tim
Geologi UGM (seharian tadi sudah turun lapangan), yang
pada prinsipnya untuk mengurangi ketegangan dan
ketakutan warga tentang hal tersebut. Karena, sejak
LUSI mulai susah dijinakkan, kami yang sering
mengadakan sosialisasi / penyuluhan kebencanaan
geologi ke kampung-kampung di Sleman, Bantul, G.Kidul,
juga Kulonprogo, bahkan kemarin di Ponorogo, selalu
ada pertanyaan : apakah semburan lumpur bercampur gas
seperti di Porong bisa muncul di wilayah perbuktian di
DIY yang sekarang ini banyak retakan-retakan baru,
pasca gempa besar 27 mei lalu?
Lha penyuluhan masalah gempa dan longsor, juga banjir
lahar, ternyata pertanyaannya banyak ke arah Lumpur di
Porong itu. Ya..ternyata rasa ingin tahu warga jogja
sangat tinggi, apa itu LUSI. 
Sehingga ketika retakan-retakan baru di beberapa
wilayah highland Yogyakarta terancam longsor (baik
yang sudah berbakat longsor atau resiko longsor paska
geteran gempabumi 27Mei), lalu sebagian muncul asap,
maka banyak warga yang takut tapi juga jadi tontonan.
Tapi itulah fenomena alam yang akan memberikan banyak
pelajaran bagi kita semua...

Salam
Agus Hendratno 

--- Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Friday, 08 December 2006, Berita Utama (Hlm Luar)
 RATUSAN WARGA SAKSIKAN FENOMENA ALAM GUNUNGKIDUL;
 Bukit Boyo Semburkan Api
 
 WONOSARI (KR) - Munculnya semburan api dan asap
 belerang (sulfur) di bukit
 Boyo, Buyutan, Ngalang, Gedangsari menjadi perhatian
 banyak orang. Apalagi
 bau asap belerang sangat menyengat, sehingga membuat
 masyarakat semakin
 yakin adanya gunung api 'tiban', meski belum ada
 penelitian yang
 membuktikan.
 
 Sampai Kamis (7/12), ratusan orang terus berdatangan
 menyaksikan fenomena
 alam yang dinilai ganjil dan terjadi tujuh bulan
 pasca gempa 27 Mei lalu.
 Tak hanya warga sekitar, tetapi juga dari Klaten dan
 Yogya. Lokasi semburan
 api dan asap di bukit Boyo itu berada di kawasan
 perbatasan Gunungkidul
 dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang dicurigai
 sebagai patahan (sesar)
 Nglanggeran dan lempeng Semilir atau lebih dikenal
 sebagai Patahan Opak.
 
 Sebagaimana dikatakan Ngatijo (40) warga Dusun
 Buyutan, Ngalang kepada KR di
 lokasi kejadian, semburan api dan asap belerang ini
 terjadi sekitar tiga
 hari yang lalu.
 
 Pemilik tanah Ny Adi Wiyono (48) terperangah setelah
 menyaksikan ladang
 perbukitan miliknya yang ditanami tanaman keras dan
 merupakan lahan
 pertanian itu mendadak bersuhu panas. Tak hanya
 cuaca di sekitarnya. Tetapi
 dalam radius seratus meter, tanah-tanah di
 sekitarnya juga berubah panas.
 Bahkan puluhan tanaman keras seperti pohon sono
 keling, clerecede, mangga
 dan lainnya mati dalam kondisi merangas.
 
 Sekitar lokasi semburan, bukit yang semula berbentuk
 pegunungan, pada bagian
 puncak bukit longsor dan ambles akibat tanahnya
 panas. Beberapa warga yang
 datang ke lokasi ragu-ragu menginjakkan kaki tanpa
 alas. Sedangkan longsoran
 bukit yang berada tepat pada titik semburan itu
 masih terus terjadi.
 Terlebih dalam dua hari kemarin kawasan sekitar
 bukit Boyo diguyur hujan
 deras. Erosi tanah yang terbawa arus air dari atas
 bukit menutup lubang
 semburan. Tetapi sekalipun asap tidak lagi terlihat
 pada siang hari, bau
 belerang masih saja menyengat dalam radius dua ratus
 meter.
 
 Sejauh ini, belum diketahui apakah kejadian di bukit
 Boyo tersebut merupakan
 kemunculan aktivitas baru vulkanik. Baik itu
 kemungkinan munculnya gunung
 api baru, atau pun adanya proses aktivitas magma
 dari gunung api lama.
 
 Namun menurut pengajar Fakultas Geografi yang juga
 Mantan Ketua Pusat Studi
 Bencana Alam (PSBA) UGM, Dr Sudibyakto, perlu
 penelitian lebih lanjut
 mengenai aktivitas ini. Apalagi pasca gempa bumi
 telah menimbulkan kejadian
 baru yang di luar kebiasaan.
 
 Menurut Sudibyakto, sebelum munculnya aktivitas di
 bukit Boyo, sebelumnya
 juga muncul kejadian pasca gempa bumi, seperti bunyi
 dentuman di Kali Oyo,
 sumur-sumur yang mengering, longsornya bukit-bukit
 di pantai selatan dan
 lainnya.
 
 Perlu diketahui, di beberapa belahan bumi, selalu
 muncul fenomena alam. Ini
 perlu dicermati lebih jauh, ujar Sudibyakto.
 
 Serpihan Batu
 
 Dari pantauan, lengkah-lengkah bukit tempat semburan
 asap ini, memasuki hari
 kedua kemarin mulai gosong. Bahkan serpihan batu
 semakin banyak dan juga
 ditemukan pasir yang diduga berasal dari dalam
 tanah.Untuk mencapai lokasi
 ini memang cukup sulit. Secara geografis, kawasan
 bukit Boyo merupakan
 daerah perbukitan dan terletak arah barat laut kota
 Wonosari sekitar 15
 kilometer. Dari arah Yogya, sampai di simpang tiga
 Sambipitu ke arah kiri
 menuju arah Kecamatan Gedangsari. Dari jalan raya
 Sambipitu-Nglipar jaraknya
 kurang lebih empat kilometer.
 
 Beberapa warga sekitar lokasi mengaku pasca gempa
 lalu, intensitas gempa
 terutama di sekitar lokasi ini cukup banyak
 dibanding daerah lain. Hal ini
 memang masuk akal, kata Kabid IPPE Bappeda
 Gunungkidul Birowo Adie MT.
 Karena di sekitar bukit Boyo adalah merupakan 

Re: [iagi-net-l] Sedimentary Basins of Indonesia : Historical and Updated Status

2006-12-09 Terurut Topik Agus Hendratno
Pak Ismail

Seminar yang diadakan di Bandung kemarin itu 5-6
Desember 2006 (di hotel horison Bandung), berjudul :
Geologi Indonesia : Dinamika dan Produknya, dimana
host-nya adalah Pusat Survei Geologi (Pak Dr Djajang
dkk), dengan pembicara kunci : Prof. Dr. Jan
Sopaheluwakan (LIPI) dan Pak Awang (BPMIGAS). Apa yang
disampaikan ke-2 tokoh ini sangat bagus baik, rinci,
dan menantang dari sisi saintifik kebumian, juga dari
sisi aplikasi sumberdaya dan bencana kebumian. Dan
bahkan menjadi tantangan bagi para ahli ilmu kebumian
pada umumnya, juga geologist khususnya. bahkan ada 10
tantangan dari pak Jan Sopa, untuk bidang kebumian ke
depan yang tentunya lebih menyangkut earth system
dinamic science daripada sekedar earth science.
(kayaknya itu yang saya tangkap dari mengikuti
perhelatan besar di Bandung kemarin).
10 tantangan itu, aku lupa urutan-urutannya, karena
saya belum memperoleh copy CD dari paper-paper
tersebut. Katanya nanti akan di CD-kan oleh panitia
dan dibagi ke semua peserta.

Diluar pembicara kunci tersebut, lebih banyak
menampilkan paper-paper teknis, sebagaimana lazimnya
saintifik paper dalam PIT IAGI dan oral presentation
juga poster;, karena sebagian besar yang hadir adalah
geologist dari berbagai instansi ESDM, perguruan
tinggi, juga pemda-pemda. 
Yang jelas, saat sambutan Ketua Badan Geologi ESDM
mengatakan bahwa seminar tersebut bertujuan sharing
pengalaman dan pengetahuan; perkembangan riset/kajian/
penelitian bidang geologi indonesia, yang nantinya
akan dipublikasikan khusus oleh PSG (dulunya
Puslitbang Geologi, Jl. Diponegoro 57 itu)

yaa, sekedar menambahkan cerita pak awang saja.

Penggembira seminar tersebut
Agus Hendratno

--- Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Ismail,

   Ada beberapa saran yang dikemukakan di seminar
 tersebut. Pak Suyitno Patmosukismo (IPA) misalnya
 menyarankan melihat kembali aturan ring fencing,
 sehingga dana di suatu blok operasi berstatus
 produksi bisa dipakai di blok lain yang eksplorasi
 atau malahan untuk new venture-nya. Liberasi ini
 memang bertentangan dengan prinsip-prinsip KPS yang
 berlaku di Indonesia, walaupun kelihatannya akan
 mampu mendorong kegiatan eksplorasi di lahan
 frontier. Untuk itu, perlu dilihat dengan hati2.

   Pak Hardy Prasetyo (staf ahli Menteri ESDM)
 menyarankan untuk melihat kembali dan merevisi peta
 cekungan Indonesia, benarkah kita mempunyai 60
 cekungan ? Cekungan2 kecil di seputar Laut Banda
 misalnya, kemungkinan besar mereka tak punya
 prospektivitas hidrokarbon. Untuk itu, dihapus saja
 dari peta cekungan. Atau, bedakan antara peta
 cekungan minyak dan peta cekungan sedimen. Ini untuk
 menjelaskan bahwa 60 cekungan sedimen itu tak sama
 dengan 60 cekungan minyak. Yang sudah jelas cekungan
 minyak baru 16 dari 60 cekungan itu.

   Salah satu masalah juga adalah bahwa Pemerintah
 kita belum berhasil menyelesaikan tumpang tindih
 lahan kehutanan dengan pertambangan. Akibat ini,
 Pegunungan Tengah Papua tak bisa diapa-apakan sudah
 lebih dari lima tahun ini, padahal Pegunungan Tengah
 ini masih terusan pegunungan yang sama di PNG yang
 telah terbukti mengandung lapangan-lapangan minyak
 penting (mis Hedinia, Iagifu).

   Banyak saran dan kesimpulan bagus dari seminar2,
 tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana
 merealisasikannya. Kelihatannya itu menjadi masalah
 kita semua...

   salam,
   awang
 
 ismail zaini [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Pak Awang , ada nggak kesimpulan dari seminar tsb
 Hal Hal riel yang harus 
 dilakukan Guna mendorong/mempercepat adanya
 Eksplorasi dan Produksi Migas , 
 spt dikatakan dalam waktu 21 tahun hanya ada 2
 cekungan tambahan dan disisi 
 lain produksinya juga cenderung ada penurunan.( dan
 cost recovery semakin 
 besar  begitu kata Pak Kortubi dan BPKP dikoran
 kemarin )
 Diwaktu yang bersamaan Dirjen Minerbapabum ESDM juga
 melaksanakan Seminar 
 yang subtansinya hampir sama , cuma beda komoditinya
 / Mineral ,Batubara dan 
 Panasbumi , ( sepertinya di ESDM lagi musim seminar
 , maklum akhir 
 tahun. ) Salah satu kesimpulannya untuk
 mempercepat pemanfaatan 
 Geothermal akan dibentuk Tim Khusus ( seperti Tim
 Nas gitu ) dg Keprres guna 
 merumuskan semua permasalahan dan mencari
 terobotosan penyelesaiannya, dg 
 melibatkan semua institusi terkait baik dari ESDM ,
 Dept Kehutanan , Dept 
 Keuangan/ Pajak maupun unsur lainya , Mungkin biar
 gak mbulat mbulet .. 
 gitu.
 
 ISM
 
 - Original Message - 
 From: Awang Harun Satyana 
 To: 
 Sent: Friday, December 08, 2006 3:15 PM
 Subject: [iagi-net-l] Sedimentary Basins of
 Indonesia : Historical and 
 Updated Status
 
 
 Berikut adalah ringkasan hal2 yang saya
 presentasikan dan diskusikan di
 dalam seminar Badan Penelitian dan Pengembangan dan
 Badan Geologi
 Departemen ESDM bertema Optimasi Kegiatan
 Penelitian dan Pengembangan
 untuk Mendorong Peningkatan Eksplorasi dan Produksi
 Migas (7 Desember
 2006). Semoga berguna.
 
 Penyebaran jalur minyak Indonesia secara regional
 pertama 

Re: [iagi-net-l] Geochemistry reaction in hc reservoirs and water reservoirs

2006-12-09 Terurut Topik Snow White
HI Pak Frank,

Saya punya beberapa article ttg geochemical-nya. However my colleague lagi 
study ttg porosity, permeability hubungannya dg pressure and saturation in 
seismic 4D tapi belon selesai, karena lagi nunggu next acquisition.

Filenya banyak jadi langsung saya kirim ke email Pak Frank ya...

Kalo Bapak/Ibu ada yang tertarik langsung email ke saya saja.

Thanks and Cheers,
Putri

- Original Message 
From: Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia HAGI [EMAIL 
PROTECTED]; fogri@iagi.or.id
Sent: Saturday, December 9, 2006 3:39:33 PM
Subject: [iagi-net-l] Geochemistry reaction in hc reservoirs and water 
reservoirs


Bapak2 dan Ibu2 yth
Numpang tanya,
ada yang tahu paper atau ada yang bisa bahas ttg geochemical reaction pada 
reservoirs?
contoh yang baik adalah CO2 injection di water reservoir?
tapi boleh juga kalau ada yang di oil dan gas reservoir juga.

Putri Snowhite gimana? apa ada paper ttg geochemical reaction di reservoir?

saya tertarik dengan efeknya di porosity dan permeability.
saya mau berusaha menghubungkan dengan seismic 4D

terima kasih sebelumnya.

best regards,
frank

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
-  detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-


 

Want to start your own business?
Learn how on Yahoo! Small Business.
http://smallbusiness.yahoo.com/r-index

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
-  detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Coring @ Directional Well

2006-12-09 Terurut Topik Cahyo L.A.

rekan-rekan dan pak Romdoni,

bisa dijelasin lebih lanjut tentang kelebihan dan kekurangannya? dan kapan
kita menggunakan?

- core head yang conventional atau low invasion

- inner core barel yang allumunium atau fiberglass

- handling on surface yang resin atau gypsum



terima kasih, soalnya saya juga lagi belajar



Cahyo LA



Pada tanggal 06/12/08, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]

menulis:



Wah menarik nich, karena saya juga belum pernah melakukan directional
coring.

Apakah adahal teknis tertentu, sehingga harus coring dengan directional
well type? kecuali memang disengaja agar coring BHA tegak lurus dengan
kemiringan formasinya.  Karena dengan directional, pasti akan mengurangi
true thickness dari reservoir yang akan di coring.
Mungkin menurut saya, secara operational tidak akan ada bedanya antara
vertical dan directional coring, hanya drilling parameter saja yang harus
lebih diperhatikan.
Hal2 yang harus diperhatikan;
- jenis mud (WBM or OBM),
- core head (conventional or low invasion)
- inner core barel (allumunium atau fiberglass)
- handling on surface (resin or gypsum)
Semua akan sangat tergantung pada BHT dan jenis formasi yang akan di
coring (apakah temasuk consolidated atau unconsolidated), dan yang
terpenting juga, analisis apa saja yang akan dilakukan di laboratorium.

Rasio? nanti sharing yach hasilnya.


Best Regards,
ROMDONI
Operation Geologist
Eni Indonesia

Phone: 021-52997254
HP: 081381877717
Email: [EMAIL PROTECTED]






Barkah, Raden (rbarkah) [EMAIL PROTECTED]
12/08/2006 11:00 AM
Please respond to iagi-net


   To: iagi-net@iagi.or.id
   cc:
   Subject:[iagi-net-l] Coring @ Directional Well






Dear Iagi-netter yth,
Mohon sharing pengalaman dari rekans semua.
Kita ada rencana untuk melakukan pengambilan core (coring) pada sumur
direksional (kemungkinan slanted/J type tapi bisa juga S type),
dgn kemiringan sudut +/- 15-20 deg. Kira-kira apa saja yang perlu
diperhatikan agar recovery core tsb sesuai harapan ( 80%)?
Dan meminimalisasi kendala yg mungkin terjadi saat operasionalnya?
Berapa ya sukses rasio-nya dibanding vertical well.

Terima kasih

kind regards,

Rai Barkah
yglagibelajarcoring






[iagi-net-l] Sumur Barambai, Semburan di Barambai Kalimantan Selatan

2006-12-09 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Sumur Barambai, Semburan di Barambai Kalimantan Selatan
Seperti biasa peta dan gambar ada di http://rovicky.wordpress.com

Ditulis oleh Rovicky on Desember 9th, 2006

Banyak sekali yang penasaran dengan semburan yang muncul dibanyak
tempat akhir-akhir ini. Ada semburan di bekas pengambilan data seismik
di Bojonegoro, juga yang cukup besar di di Berambai. Nah berikut ini
penuturan sahabat saya yang juga sontrek mania tapi beda jamaah mazhab
denganku, Mas Sonny ini termasuk jamaah Canoniah sedangkan aku masuk
jamaah Nikoniah.

Berikut pemaparan beliau dan uraian ringkas bagaimana hubungannya
dengan eksplorasi migas yang rame itu.

--- quote --
Kami dan masyarakat kalsel, khususnya masyarakat banjarmasin,
sementara ini menyebutnya sebagai sumur barambai. Barambai adalah
nama desa di dekat kota marabahan sebelah utara banjarmasin. Sampai
bbrp puluh meter bisa dicapai naik mobil. Dari treking pake gps ini,
naik mobil tsb, kira-kira 42 km sebelah utara banjarmasin.

Sumur barambai kira-kira 5 km sebelah barat sungai barito, dgn naik
mobil tsb kita menyeberang naik ponton.
Koordinat sumur barambai kami ukur tgl 29-NOV-06 pk 17:09:50 sbb : S 2
der 59 men 14.9 det; E 114der 42men 21.4det, ketinggian 6 m dpl (alat
kur garmin gpsmap76csx).

Keadaan yang kami amati:
Pengukuran lokasi dengan GPS Sesuai cerita yg berhasil kami himpun,
sumur barambai ini tadinya diniatkan untuk cari air tanah yg rada
bersih utk masyarakat desa Barambai yang penghuni di sekitar sumur itu
merupakan transmigran asal Bali(?), beragama hindu. Dilaporkan bahwa
semburan terjadi ketika pemboran mencapai kedalaman sekitar 135 m.
Kami tidak mengetahui sebab-sebab mereka ingin mencapai kedalaman
segitu tk cari air tanah. Tukang bor tidak berhasil kami temui dan
sulit mencari info jati diri tukang bor air.

Sumur barambai terletak di tengah-tengah lingkungan alam rawa gambut
yang luas sekali dari sistem sungai barito , delta sungai
Kapuas-petak-murung (kalsel) dan sungai kahayan. Dari hasil pengamatan
2 hari sebelum pengukuran koordinat di atas, langsung di sumur
barambai adalah murni semburan gas yang menyebabkan olakan air
setempat (tidak seperti di sidoarjo yang diikuti oleh material baik
material padat dan halus).

Pengukuran menggunaka detektor gas (yang biasa kami pakai utk memantau
keadaan gas metana di tambang batubara bawah tanah yang sedang kami
kerjakan) dilakukan 3 kali tepat pada pusat lubang bor yaitu:

  1. Jam 11.00 Wita : CH4: 26.6%; O2: 19.1; CO: 9 ppm; H2S: 0 ppm dan
CO2: 0 ppm
  2. Jam 11.30 Wita : CH4: 26.6%; O2: 18.2; CO: 3 ppm; H2S: 0 ppm dan
CO2: 0 ppm
  3. Jam 12.30 Wita : CH4: 26.6%; O2: 18.4; CO: 5 ppm; H2S: 0 ppm dan
CO2: 0 ppm

Di sekitar bibir sumur dengan radius 3 metrer dari lubang bor didapat
hasil rerata:

   * CH4: 0.54 - 2 %;
   * O2: 20.1% ;
   * CO: 1 -4 ppm;
   * H2S: 0 ppm dan
   * CO2: 0 ppm

sedangkan sekitar daerah tanggul radius 50 meter dari lubang bor
didapat hasil rerata:

   * CH4: 0.26 %;
   * O2: 20.1% ;
   * CO: 0 ppm;
   * H2S: 0 ppm dan
   * CO2: 0 ppm

Sensor detektor gas yang kami miliki hanya untuk CH4, untuk gas-gas
lain dalam kelompok mudah terbakar tetap akan terbaca sebagai CH4.

   Yang kita lihat seperti semburan di warta berita televisi tentang
sumur barambai sesungguhnya merupakan fenomena dari air yang ada di
dekat mulut sumur yang mau turun kembali ke dalam lobang sumur namun
dilawan oleh semburan gas dari dalam sumur sehingga terlihat seperi
semburan lumpur. Tidak ada penambahan air atau lumpur yang ke luar
dari dlm sumur tsb selain gas makin lama air / lumpur itu surut, dan
yang lebih banyak semburan gas.

Sekitar 4-5 meter dari sumur sudah kering atau becek karena sifat
rawa-rawa. Pengukuarn di atas dilaksanakan oleh pegawai kami, seorang
geologiwan Indonesia, untuk tambang bawah tanah, atas permintaan
gubernur kalsel. Atas saran kami, pemprop kalsel tidak perlu
memaklumatkan keadaan berbahaya untuk radius lebih dari 50 m dari
lubang sumur barambai.

Setelah pengukuran di atas pemprop kalsel belum meminta lagi
pengukuran selanjutnya. Dan tidak ada laporan dari barambai tentang
adanya peningkatan aktivitas semburan gas di sumur barambai.
(melalui japri ke email RDP akan saya coba kirim bbrp foto agar bisa
berbagi kisah bila dopasang di websitenya RDP)
-- end quote --

Penjelasan yang dapat saya lakukan hanyalah melihat dari sisi regional
daerah tersebut. Ngliat dari satelit pakai google earth. Dan juga
nge-donlod gambar peta dari MSN. plus ditambah peta2 lapangan migas
dari publikasi2 koleksiku saja.

Kan aku ngga kesana :) . Jadi jangan dianggap ini sebuah penelitian,
ini hanya dongengan sambil minum kopi pahit dan pisang gorek … glek !
:)

Gambar disebelah ini merupakan gabaran situasi di daerah Cekungan
Barito. Cekungan Barito ini di sebelah Timur dibatasi oleh Pegunungan
Meratus. Kelihatan kan kalau dari satelit bahwa daratan di cekungan
Barito ini topografinya merupakan landaian. Pegunungan Meratus
merupakan batas sebelah Timur dari cekungan ini. Batas cekungan ini
berupa 

Re: [iagi-net-l] Coring @ Directional Well

2006-12-09 Terurut Topik romdoni


Pak cahyo, Mungkin secara sederhana pemilihannya sbb:
- core head yang conventional atau low invasion?
Tentunya low invasion jauh lebih baik dari segi kualitas coring nantinya, 
pertimbangannya hanya dari segi cost.
- inner core barel yang allumunium atau fiberglass?
Fiberglass mempunyai sifat low friction tapi kurang resistent terhadap T 
dan P, allumunium sebaliknya. So, kalau kita punya well yang High T dan 
high P, tentunya allumunium jadi pilihan.
- handling on surface yang resin atau gypsum?
Untuk unconsolidated, cara terbaik adalah dengan inject gypsum.  Bisa juga 
dengan foam, tp akan sangat sulit memisahkannya dng batuan di lab. Kalau 
utk consolidated cukup dengan resin.

Jadi pemilihan sangat tergantung dari segi jenis batuan dan kondisi 
lapangan.

Mungkin teman2 yg lain  bisa menambahkan.





Cahyo L.A. [EMAIL PROTECTED]
12/10/2006 11:04 AM
Please respond to iagi-net

 
To: iagi-net@iagi.or.id
cc: 
Subject:Re: [iagi-net-l] Coring @ Directional Well






rekan-rekan dan pak Romdoni,

bisa dijelasin lebih lanjut tentang kelebihan dan kekurangannya? dan kapan
kita menggunakan?

- core head yang conventional atau low invasion

- inner core barel yang allumunium atau fiberglass

- handling on surface yang resin atau gypsum



terima kasih, soalnya saya juga lagi belajar



Cahyo LA



 Pada tanggal 06/12/08, [EMAIL PROTECTED] 
[EMAIL PROTECTED]
 menulis:



 Wah menarik nich, karena saya juga belum pernah melakukan directional
 coring.

 Apakah adahal teknis tertentu, sehingga harus coring dengan directional
 well type? kecuali memang disengaja agar coring BHA tegak lurus dengan
 kemiringan formasinya.  Karena dengan directional, pasti akan mengurangi
 true thickness dari reservoir yang akan di coring.
 Mungkin menurut saya, secara operational tidak akan ada bedanya antara
 vertical dan directional coring, hanya drilling parameter saja yang 
harus
 lebih diperhatikan.
 Hal2 yang harus diperhatikan;
 - jenis mud (WBM or OBM),
 - core head (conventional or low invasion)
 - inner core barel (allumunium atau fiberglass)
 - handling on surface (resin or gypsum)
 Semua akan sangat tergantung pada BHT dan jenis formasi yang akan di
 coring (apakah temasuk consolidated atau unconsolidated), dan yang
 terpenting juga, analisis apa saja yang akan dilakukan di laboratorium.

 Rasio? nanti sharing yach hasilnya.


 Best Regards,
 ROMDONI
 Operation Geologist
 Eni Indonesia

 Phone: 021-52997254
 HP: 081381877717
 Email: [EMAIL PROTECTED]






 Barkah, Raden (rbarkah) [EMAIL PROTECTED]
 12/08/2006 11:00 AM
 Please respond to iagi-net


To: iagi-net@iagi.or.id
cc:
Subject:[iagi-net-l] Coring @ Directional Well






 Dear Iagi-netter yth,
 Mohon sharing pengalaman dari rekans semua.
 Kita ada rencana untuk melakukan pengambilan core (coring) pada sumur
 direksional (kemungkinan slanted/J type tapi bisa juga S type),
 dgn kemiringan sudut +/- 15-20 deg. Kira-kira apa saja yang perlu
 diperhatikan agar recovery core tsb sesuai harapan ( 80%)?
 Dan meminimalisasi kendala yg mungkin terjadi saat operasionalnya?
 Berapa ya sukses rasio-nya dibanding vertical well.

 Terima kasih

 kind regards,

 Rai Barkah
 yglagibelajarcoring








Re: [iagi-net-l] Coring @ Directional Well

2006-12-09 Terurut Topik Cahyo L.A.

terima kasih pak Doni,

lebih lanjut lagi,

jikalau kita memakai yang low invasion dari segi rig time apakah lebih
lambat daripada conventional, mengingat ini juga perhitungan cost ? dalam
melakukan coring, parameter drilling macam apa saja yang perlu diperhatikan
ya kalau boleh tau?

kedua, apakah penggunaan low invasion, gypsum, foam, atau resin ini dapat
diterapkan di lingkungan / reservoir karbonat..?

jikalau melihat daerah kontrak kerja CPI berarti lebih baik menggunakan
fiberglass mengingat daerahnya bukanlah high P dan T ya..?

kejadian pak Amir, saya ingin bertanya untuk seperti di lingkungan
shaly-sand yang notabene akan berselingan shand-shale apakah treatment-nya
berbeda?

salam,

Cahyo L.A.

Pada tanggal 06/12/10, [EMAIL PROTECTED] 
[EMAIL PROTECTED] menulis:




Pak cahyo, Mungkin secara sederhana pemilihannya sbb:
- core head yang conventional atau low invasion?
Tentunya low invasion jauh lebih baik dari segi kualitas coring nantinya,
pertimbangannya hanya dari segi cost.
- inner core barel yang allumunium atau fiberglass?
Fiberglass mempunyai sifat low friction tapi kurang resistent terhadap T
dan P, allumunium sebaliknya. So, kalau kita punya well yang High T dan
high P, tentunya allumunium jadi pilihan.
- handling on surface yang resin atau gypsum?
Untuk unconsolidated, cara terbaik adalah dengan inject gypsum.  Bisa juga
dengan foam, tp akan sangat sulit memisahkannya dng batuan di lab. Kalau
utk consolidated cukup dengan resin.

Jadi pemilihan sangat tergantung dari segi jenis batuan dan kondisi
lapangan.

Mungkin teman2 yg lain  bisa menambahkan.





Cahyo L.A. [EMAIL PROTECTED]
12/10/2006 11:04 AM
Please respond to iagi-net


   To: iagi-net@iagi.or.id
   cc:
   Subject:Re: [iagi-net-l] Coring @ Directional Well






rekan-rekan dan pak Romdoni,

bisa dijelasin lebih lanjut tentang kelebihan dan kekurangannya? dan kapan
kita menggunakan?

- core head yang conventional atau low invasion

- inner core barel yang allumunium atau fiberglass

- handling on surface yang resin atau gypsum



terima kasih, soalnya saya juga lagi belajar



Cahyo LA



Pada tanggal 06/12/08, [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]
 menulis:



 Wah menarik nich, karena saya juga belum pernah melakukan directional
 coring.

 Apakah adahal teknis tertentu, sehingga harus coring dengan directional
 well type? kecuali memang disengaja agar coring BHA tegak lurus dengan
 kemiringan formasinya.  Karena dengan directional, pasti akan mengurangi
 true thickness dari reservoir yang akan di coring.
 Mungkin menurut saya, secara operational tidak akan ada bedanya antara
 vertical dan directional coring, hanya drilling parameter saja yang
harus
 lebih diperhatikan.
 Hal2 yang harus diperhatikan;
 - jenis mud (WBM or OBM),
 - core head (conventional or low invasion)
 - inner core barel (allumunium atau fiberglass)
 - handling on surface (resin or gypsum)
 Semua akan sangat tergantung pada BHT dan jenis formasi yang akan di
 coring (apakah temasuk consolidated atau unconsolidated), dan yang
 terpenting juga, analisis apa saja yang akan dilakukan di laboratorium.

 Rasio? nanti sharing yach hasilnya.


 Best Regards,
 ROMDONI
 Operation Geologist
 Eni Indonesia

 Phone: 021-52997254
 HP: 081381877717
 Email: [EMAIL PROTECTED]






 Barkah, Raden (rbarkah) [EMAIL PROTECTED]
 12/08/2006 11:00 AM
 Please respond to iagi-net


To: iagi-net@iagi.or.id
cc:
Subject:[iagi-net-l] Coring @ Directional Well






 Dear Iagi-netter yth,
 Mohon sharing pengalaman dari rekans semua.
 Kita ada rencana untuk melakukan pengambilan core (coring) pada sumur
 direksional (kemungkinan slanted/J type tapi bisa juga S type),
 dgn kemiringan sudut +/- 15-20 deg. Kira-kira apa saja yang perlu
 diperhatikan agar recovery core tsb sesuai harapan ( 80%)?
 Dan meminimalisasi kendala yg mungkin terjadi saat operasionalnya?
 Berapa ya sukses rasio-nya dibanding vertical well.

 Terima kasih

 kind regards,

 Rai Barkah
 yglagibelajarcoring