Re: [iagi-net-l] Breaking News - Fenomena Alam baru dari Gunung Kidul
Fenomena tersebut saat ini sedang dikaji oleh Tim Geologi UGM (seharian tadi sudah turun lapangan), yang pada prinsipnya untuk mengurangi ketegangan dan ketakutan warga tentang hal tersebut. Karena, sejak LUSI mulai susah dijinakkan, kami yang sering mengadakan sosialisasi / penyuluhan kebencanaan geologi ke kampung-kampung di Sleman, Bantul, G.Kidul, juga Kulonprogo, bahkan kemarin di Ponorogo, selalu ada pertanyaan : apakah semburan lumpur bercampur gas seperti di Porong bisa muncul di wilayah perbuktian di DIY yang sekarang ini banyak retakan-retakan baru, pasca gempa besar 27 mei lalu? Lha penyuluhan masalah gempa dan longsor, juga banjir lahar, ternyata pertanyaannya banyak ke arah Lumpur di Porong itu. Ya..ternyata rasa ingin tahu warga jogja sangat tinggi, apa itu LUSI. Sehingga ketika retakan-retakan baru di beberapa wilayah highland Yogyakarta terancam longsor (baik yang sudah berbakat longsor atau resiko longsor paska geteran gempabumi 27Mei), lalu sebagian muncul asap, maka banyak warga yang takut tapi juga jadi tontonan. Tapi itulah fenomena alam yang akan memberikan banyak pelajaran bagi kita semua... Salam Agus Hendratno --- Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Friday, 08 December 2006, Berita Utama (Hlm Luar) RATUSAN WARGA SAKSIKAN FENOMENA ALAM GUNUNGKIDUL; Bukit Boyo Semburkan Api WONOSARI (KR) - Munculnya semburan api dan asap belerang (sulfur) di bukit Boyo, Buyutan, Ngalang, Gedangsari menjadi perhatian banyak orang. Apalagi bau asap belerang sangat menyengat, sehingga membuat masyarakat semakin yakin adanya gunung api 'tiban', meski belum ada penelitian yang membuktikan. Sampai Kamis (7/12), ratusan orang terus berdatangan menyaksikan fenomena alam yang dinilai ganjil dan terjadi tujuh bulan pasca gempa 27 Mei lalu. Tak hanya warga sekitar, tetapi juga dari Klaten dan Yogya. Lokasi semburan api dan asap di bukit Boyo itu berada di kawasan perbatasan Gunungkidul dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang dicurigai sebagai patahan (sesar) Nglanggeran dan lempeng Semilir atau lebih dikenal sebagai Patahan Opak. Sebagaimana dikatakan Ngatijo (40) warga Dusun Buyutan, Ngalang kepada KR di lokasi kejadian, semburan api dan asap belerang ini terjadi sekitar tiga hari yang lalu. Pemilik tanah Ny Adi Wiyono (48) terperangah setelah menyaksikan ladang perbukitan miliknya yang ditanami tanaman keras dan merupakan lahan pertanian itu mendadak bersuhu panas. Tak hanya cuaca di sekitarnya. Tetapi dalam radius seratus meter, tanah-tanah di sekitarnya juga berubah panas. Bahkan puluhan tanaman keras seperti pohon sono keling, clerecede, mangga dan lainnya mati dalam kondisi merangas. Sekitar lokasi semburan, bukit yang semula berbentuk pegunungan, pada bagian puncak bukit longsor dan ambles akibat tanahnya panas. Beberapa warga yang datang ke lokasi ragu-ragu menginjakkan kaki tanpa alas. Sedangkan longsoran bukit yang berada tepat pada titik semburan itu masih terus terjadi. Terlebih dalam dua hari kemarin kawasan sekitar bukit Boyo diguyur hujan deras. Erosi tanah yang terbawa arus air dari atas bukit menutup lubang semburan. Tetapi sekalipun asap tidak lagi terlihat pada siang hari, bau belerang masih saja menyengat dalam radius dua ratus meter. Sejauh ini, belum diketahui apakah kejadian di bukit Boyo tersebut merupakan kemunculan aktivitas baru vulkanik. Baik itu kemungkinan munculnya gunung api baru, atau pun adanya proses aktivitas magma dari gunung api lama. Namun menurut pengajar Fakultas Geografi yang juga Mantan Ketua Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM, Dr Sudibyakto, perlu penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas ini. Apalagi pasca gempa bumi telah menimbulkan kejadian baru yang di luar kebiasaan. Menurut Sudibyakto, sebelum munculnya aktivitas di bukit Boyo, sebelumnya juga muncul kejadian pasca gempa bumi, seperti bunyi dentuman di Kali Oyo, sumur-sumur yang mengering, longsornya bukit-bukit di pantai selatan dan lainnya. Perlu diketahui, di beberapa belahan bumi, selalu muncul fenomena alam. Ini perlu dicermati lebih jauh, ujar Sudibyakto. Serpihan Batu Dari pantauan, lengkah-lengkah bukit tempat semburan asap ini, memasuki hari kedua kemarin mulai gosong. Bahkan serpihan batu semakin banyak dan juga ditemukan pasir yang diduga berasal dari dalam tanah.Untuk mencapai lokasi ini memang cukup sulit. Secara geografis, kawasan bukit Boyo merupakan daerah perbukitan dan terletak arah barat laut kota Wonosari sekitar 15 kilometer. Dari arah Yogya, sampai di simpang tiga Sambipitu ke arah kiri menuju arah Kecamatan Gedangsari. Dari jalan raya Sambipitu-Nglipar jaraknya kurang lebih empat kilometer. Beberapa warga sekitar lokasi mengaku pasca gempa lalu, intensitas gempa terutama di sekitar lokasi ini cukup banyak dibanding daerah lain. Hal ini memang masuk akal, kata Kabid IPPE Bappeda Gunungkidul Birowo Adie MT. Karena di sekitar bukit Boyo adalah merupakan
Re: [iagi-net-l] Sedimentary Basins of Indonesia : Historical and Updated Status
Pak Ismail Seminar yang diadakan di Bandung kemarin itu 5-6 Desember 2006 (di hotel horison Bandung), berjudul : Geologi Indonesia : Dinamika dan Produknya, dimana host-nya adalah Pusat Survei Geologi (Pak Dr Djajang dkk), dengan pembicara kunci : Prof. Dr. Jan Sopaheluwakan (LIPI) dan Pak Awang (BPMIGAS). Apa yang disampaikan ke-2 tokoh ini sangat bagus baik, rinci, dan menantang dari sisi saintifik kebumian, juga dari sisi aplikasi sumberdaya dan bencana kebumian. Dan bahkan menjadi tantangan bagi para ahli ilmu kebumian pada umumnya, juga geologist khususnya. bahkan ada 10 tantangan dari pak Jan Sopa, untuk bidang kebumian ke depan yang tentunya lebih menyangkut earth system dinamic science daripada sekedar earth science. (kayaknya itu yang saya tangkap dari mengikuti perhelatan besar di Bandung kemarin). 10 tantangan itu, aku lupa urutan-urutannya, karena saya belum memperoleh copy CD dari paper-paper tersebut. Katanya nanti akan di CD-kan oleh panitia dan dibagi ke semua peserta. Diluar pembicara kunci tersebut, lebih banyak menampilkan paper-paper teknis, sebagaimana lazimnya saintifik paper dalam PIT IAGI dan oral presentation juga poster;, karena sebagian besar yang hadir adalah geologist dari berbagai instansi ESDM, perguruan tinggi, juga pemda-pemda. Yang jelas, saat sambutan Ketua Badan Geologi ESDM mengatakan bahwa seminar tersebut bertujuan sharing pengalaman dan pengetahuan; perkembangan riset/kajian/ penelitian bidang geologi indonesia, yang nantinya akan dipublikasikan khusus oleh PSG (dulunya Puslitbang Geologi, Jl. Diponegoro 57 itu) yaa, sekedar menambahkan cerita pak awang saja. Penggembira seminar tersebut Agus Hendratno --- Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Ismail, Ada beberapa saran yang dikemukakan di seminar tersebut. Pak Suyitno Patmosukismo (IPA) misalnya menyarankan melihat kembali aturan ring fencing, sehingga dana di suatu blok operasi berstatus produksi bisa dipakai di blok lain yang eksplorasi atau malahan untuk new venture-nya. Liberasi ini memang bertentangan dengan prinsip-prinsip KPS yang berlaku di Indonesia, walaupun kelihatannya akan mampu mendorong kegiatan eksplorasi di lahan frontier. Untuk itu, perlu dilihat dengan hati2. Pak Hardy Prasetyo (staf ahli Menteri ESDM) menyarankan untuk melihat kembali dan merevisi peta cekungan Indonesia, benarkah kita mempunyai 60 cekungan ? Cekungan2 kecil di seputar Laut Banda misalnya, kemungkinan besar mereka tak punya prospektivitas hidrokarbon. Untuk itu, dihapus saja dari peta cekungan. Atau, bedakan antara peta cekungan minyak dan peta cekungan sedimen. Ini untuk menjelaskan bahwa 60 cekungan sedimen itu tak sama dengan 60 cekungan minyak. Yang sudah jelas cekungan minyak baru 16 dari 60 cekungan itu. Salah satu masalah juga adalah bahwa Pemerintah kita belum berhasil menyelesaikan tumpang tindih lahan kehutanan dengan pertambangan. Akibat ini, Pegunungan Tengah Papua tak bisa diapa-apakan sudah lebih dari lima tahun ini, padahal Pegunungan Tengah ini masih terusan pegunungan yang sama di PNG yang telah terbukti mengandung lapangan-lapangan minyak penting (mis Hedinia, Iagifu). Banyak saran dan kesimpulan bagus dari seminar2, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana merealisasikannya. Kelihatannya itu menjadi masalah kita semua... salam, awang ismail zaini [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang , ada nggak kesimpulan dari seminar tsb Hal Hal riel yang harus dilakukan Guna mendorong/mempercepat adanya Eksplorasi dan Produksi Migas , spt dikatakan dalam waktu 21 tahun hanya ada 2 cekungan tambahan dan disisi lain produksinya juga cenderung ada penurunan.( dan cost recovery semakin besar begitu kata Pak Kortubi dan BPKP dikoran kemarin ) Diwaktu yang bersamaan Dirjen Minerbapabum ESDM juga melaksanakan Seminar yang subtansinya hampir sama , cuma beda komoditinya / Mineral ,Batubara dan Panasbumi , ( sepertinya di ESDM lagi musim seminar , maklum akhir tahun. ) Salah satu kesimpulannya untuk mempercepat pemanfaatan Geothermal akan dibentuk Tim Khusus ( seperti Tim Nas gitu ) dg Keprres guna merumuskan semua permasalahan dan mencari terobotosan penyelesaiannya, dg melibatkan semua institusi terkait baik dari ESDM , Dept Kehutanan , Dept Keuangan/ Pajak maupun unsur lainya , Mungkin biar gak mbulat mbulet .. gitu. ISM - Original Message - From: Awang Harun Satyana To: Sent: Friday, December 08, 2006 3:15 PM Subject: [iagi-net-l] Sedimentary Basins of Indonesia : Historical and Updated Status Berikut adalah ringkasan hal2 yang saya presentasikan dan diskusikan di dalam seminar Badan Penelitian dan Pengembangan dan Badan Geologi Departemen ESDM bertema Optimasi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan untuk Mendorong Peningkatan Eksplorasi dan Produksi Migas (7 Desember 2006). Semoga berguna. Penyebaran jalur minyak Indonesia secara regional pertama
Re: [iagi-net-l] Geochemistry reaction in hc reservoirs and water reservoirs
HI Pak Frank, Saya punya beberapa article ttg geochemical-nya. However my colleague lagi study ttg porosity, permeability hubungannya dg pressure and saturation in seismic 4D tapi belon selesai, karena lagi nunggu next acquisition. Filenya banyak jadi langsung saya kirim ke email Pak Frank ya... Kalo Bapak/Ibu ada yang tertarik langsung email ke saya saja. Thanks and Cheers, Putri - Original Message From: Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia HAGI [EMAIL PROTECTED]; fogri@iagi.or.id Sent: Saturday, December 9, 2006 3:39:33 PM Subject: [iagi-net-l] Geochemistry reaction in hc reservoirs and water reservoirs Bapak2 dan Ibu2 yth Numpang tanya, ada yang tahu paper atau ada yang bisa bahas ttg geochemical reaction pada reservoirs? contoh yang baik adalah CO2 injection di water reservoir? tapi boleh juga kalau ada yang di oil dan gas reservoir juga. Putri Snowhite gimana? apa ada paper ttg geochemical reaction di reservoir? saya tertarik dengan efeknya di porosity dan permeability. saya mau berusaha menghubungkan dengan seismic 4D terima kasih sebelumnya. best regards, frank - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 - detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - Want to start your own business? Learn how on Yahoo! Small Business. http://smallbusiness.yahoo.com/r-index - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 - detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Coring @ Directional Well
rekan-rekan dan pak Romdoni, bisa dijelasin lebih lanjut tentang kelebihan dan kekurangannya? dan kapan kita menggunakan? - core head yang conventional atau low invasion - inner core barel yang allumunium atau fiberglass - handling on surface yang resin atau gypsum terima kasih, soalnya saya juga lagi belajar Cahyo LA Pada tanggal 06/12/08, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] menulis: Wah menarik nich, karena saya juga belum pernah melakukan directional coring. Apakah adahal teknis tertentu, sehingga harus coring dengan directional well type? kecuali memang disengaja agar coring BHA tegak lurus dengan kemiringan formasinya. Karena dengan directional, pasti akan mengurangi true thickness dari reservoir yang akan di coring. Mungkin menurut saya, secara operational tidak akan ada bedanya antara vertical dan directional coring, hanya drilling parameter saja yang harus lebih diperhatikan. Hal2 yang harus diperhatikan; - jenis mud (WBM or OBM), - core head (conventional or low invasion) - inner core barel (allumunium atau fiberglass) - handling on surface (resin or gypsum) Semua akan sangat tergantung pada BHT dan jenis formasi yang akan di coring (apakah temasuk consolidated atau unconsolidated), dan yang terpenting juga, analisis apa saja yang akan dilakukan di laboratorium. Rasio? nanti sharing yach hasilnya. Best Regards, ROMDONI Operation Geologist Eni Indonesia Phone: 021-52997254 HP: 081381877717 Email: [EMAIL PROTECTED] Barkah, Raden (rbarkah) [EMAIL PROTECTED] 12/08/2006 11:00 AM Please respond to iagi-net To: iagi-net@iagi.or.id cc: Subject:[iagi-net-l] Coring @ Directional Well Dear Iagi-netter yth, Mohon sharing pengalaman dari rekans semua. Kita ada rencana untuk melakukan pengambilan core (coring) pada sumur direksional (kemungkinan slanted/J type tapi bisa juga S type), dgn kemiringan sudut +/- 15-20 deg. Kira-kira apa saja yang perlu diperhatikan agar recovery core tsb sesuai harapan ( 80%)? Dan meminimalisasi kendala yg mungkin terjadi saat operasionalnya? Berapa ya sukses rasio-nya dibanding vertical well. Terima kasih kind regards, Rai Barkah yglagibelajarcoring
[iagi-net-l] Sumur Barambai, Semburan di Barambai Kalimantan Selatan
Sumur Barambai, Semburan di Barambai Kalimantan Selatan Seperti biasa peta dan gambar ada di http://rovicky.wordpress.com Ditulis oleh Rovicky on Desember 9th, 2006 Banyak sekali yang penasaran dengan semburan yang muncul dibanyak tempat akhir-akhir ini. Ada semburan di bekas pengambilan data seismik di Bojonegoro, juga yang cukup besar di di Berambai. Nah berikut ini penuturan sahabat saya yang juga sontrek mania tapi beda jamaah mazhab denganku, Mas Sonny ini termasuk jamaah Canoniah sedangkan aku masuk jamaah Nikoniah. Berikut pemaparan beliau dan uraian ringkas bagaimana hubungannya dengan eksplorasi migas yang rame itu. --- quote -- Kami dan masyarakat kalsel, khususnya masyarakat banjarmasin, sementara ini menyebutnya sebagai sumur barambai. Barambai adalah nama desa di dekat kota marabahan sebelah utara banjarmasin. Sampai bbrp puluh meter bisa dicapai naik mobil. Dari treking pake gps ini, naik mobil tsb, kira-kira 42 km sebelah utara banjarmasin. Sumur barambai kira-kira 5 km sebelah barat sungai barito, dgn naik mobil tsb kita menyeberang naik ponton. Koordinat sumur barambai kami ukur tgl 29-NOV-06 pk 17:09:50 sbb : S 2 der 59 men 14.9 det; E 114der 42men 21.4det, ketinggian 6 m dpl (alat kur garmin gpsmap76csx). Keadaan yang kami amati: Pengukuran lokasi dengan GPS Sesuai cerita yg berhasil kami himpun, sumur barambai ini tadinya diniatkan untuk cari air tanah yg rada bersih utk masyarakat desa Barambai yang penghuni di sekitar sumur itu merupakan transmigran asal Bali(?), beragama hindu. Dilaporkan bahwa semburan terjadi ketika pemboran mencapai kedalaman sekitar 135 m. Kami tidak mengetahui sebab-sebab mereka ingin mencapai kedalaman segitu tk cari air tanah. Tukang bor tidak berhasil kami temui dan sulit mencari info jati diri tukang bor air. Sumur barambai terletak di tengah-tengah lingkungan alam rawa gambut yang luas sekali dari sistem sungai barito , delta sungai Kapuas-petak-murung (kalsel) dan sungai kahayan. Dari hasil pengamatan 2 hari sebelum pengukuran koordinat di atas, langsung di sumur barambai adalah murni semburan gas yang menyebabkan olakan air setempat (tidak seperti di sidoarjo yang diikuti oleh material baik material padat dan halus). Pengukuran menggunaka detektor gas (yang biasa kami pakai utk memantau keadaan gas metana di tambang batubara bawah tanah yang sedang kami kerjakan) dilakukan 3 kali tepat pada pusat lubang bor yaitu: 1. Jam 11.00 Wita : CH4: 26.6%; O2: 19.1; CO: 9 ppm; H2S: 0 ppm dan CO2: 0 ppm 2. Jam 11.30 Wita : CH4: 26.6%; O2: 18.2; CO: 3 ppm; H2S: 0 ppm dan CO2: 0 ppm 3. Jam 12.30 Wita : CH4: 26.6%; O2: 18.4; CO: 5 ppm; H2S: 0 ppm dan CO2: 0 ppm Di sekitar bibir sumur dengan radius 3 metrer dari lubang bor didapat hasil rerata: * CH4: 0.54 - 2 %; * O2: 20.1% ; * CO: 1 -4 ppm; * H2S: 0 ppm dan * CO2: 0 ppm sedangkan sekitar daerah tanggul radius 50 meter dari lubang bor didapat hasil rerata: * CH4: 0.26 %; * O2: 20.1% ; * CO: 0 ppm; * H2S: 0 ppm dan * CO2: 0 ppm Sensor detektor gas yang kami miliki hanya untuk CH4, untuk gas-gas lain dalam kelompok mudah terbakar tetap akan terbaca sebagai CH4. Yang kita lihat seperti semburan di warta berita televisi tentang sumur barambai sesungguhnya merupakan fenomena dari air yang ada di dekat mulut sumur yang mau turun kembali ke dalam lobang sumur namun dilawan oleh semburan gas dari dalam sumur sehingga terlihat seperi semburan lumpur. Tidak ada penambahan air atau lumpur yang ke luar dari dlm sumur tsb selain gas makin lama air / lumpur itu surut, dan yang lebih banyak semburan gas. Sekitar 4-5 meter dari sumur sudah kering atau becek karena sifat rawa-rawa. Pengukuarn di atas dilaksanakan oleh pegawai kami, seorang geologiwan Indonesia, untuk tambang bawah tanah, atas permintaan gubernur kalsel. Atas saran kami, pemprop kalsel tidak perlu memaklumatkan keadaan berbahaya untuk radius lebih dari 50 m dari lubang sumur barambai. Setelah pengukuran di atas pemprop kalsel belum meminta lagi pengukuran selanjutnya. Dan tidak ada laporan dari barambai tentang adanya peningkatan aktivitas semburan gas di sumur barambai. (melalui japri ke email RDP akan saya coba kirim bbrp foto agar bisa berbagi kisah bila dopasang di websitenya RDP) -- end quote -- Penjelasan yang dapat saya lakukan hanyalah melihat dari sisi regional daerah tersebut. Ngliat dari satelit pakai google earth. Dan juga nge-donlod gambar peta dari MSN. plus ditambah peta2 lapangan migas dari publikasi2 koleksiku saja. Kan aku ngga kesana :) . Jadi jangan dianggap ini sebuah penelitian, ini hanya dongengan sambil minum kopi pahit dan pisang gorek … glek ! :) Gambar disebelah ini merupakan gabaran situasi di daerah Cekungan Barito. Cekungan Barito ini di sebelah Timur dibatasi oleh Pegunungan Meratus. Kelihatan kan kalau dari satelit bahwa daratan di cekungan Barito ini topografinya merupakan landaian. Pegunungan Meratus merupakan batas sebelah Timur dari cekungan ini. Batas cekungan ini berupa
Re: [iagi-net-l] Coring @ Directional Well
Pak cahyo, Mungkin secara sederhana pemilihannya sbb: - core head yang conventional atau low invasion? Tentunya low invasion jauh lebih baik dari segi kualitas coring nantinya, pertimbangannya hanya dari segi cost. - inner core barel yang allumunium atau fiberglass? Fiberglass mempunyai sifat low friction tapi kurang resistent terhadap T dan P, allumunium sebaliknya. So, kalau kita punya well yang High T dan high P, tentunya allumunium jadi pilihan. - handling on surface yang resin atau gypsum? Untuk unconsolidated, cara terbaik adalah dengan inject gypsum. Bisa juga dengan foam, tp akan sangat sulit memisahkannya dng batuan di lab. Kalau utk consolidated cukup dengan resin. Jadi pemilihan sangat tergantung dari segi jenis batuan dan kondisi lapangan. Mungkin teman2 yg lain bisa menambahkan. Cahyo L.A. [EMAIL PROTECTED] 12/10/2006 11:04 AM Please respond to iagi-net To: iagi-net@iagi.or.id cc: Subject:Re: [iagi-net-l] Coring @ Directional Well rekan-rekan dan pak Romdoni, bisa dijelasin lebih lanjut tentang kelebihan dan kekurangannya? dan kapan kita menggunakan? - core head yang conventional atau low invasion - inner core barel yang allumunium atau fiberglass - handling on surface yang resin atau gypsum terima kasih, soalnya saya juga lagi belajar Cahyo LA Pada tanggal 06/12/08, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] menulis: Wah menarik nich, karena saya juga belum pernah melakukan directional coring. Apakah adahal teknis tertentu, sehingga harus coring dengan directional well type? kecuali memang disengaja agar coring BHA tegak lurus dengan kemiringan formasinya. Karena dengan directional, pasti akan mengurangi true thickness dari reservoir yang akan di coring. Mungkin menurut saya, secara operational tidak akan ada bedanya antara vertical dan directional coring, hanya drilling parameter saja yang harus lebih diperhatikan. Hal2 yang harus diperhatikan; - jenis mud (WBM or OBM), - core head (conventional or low invasion) - inner core barel (allumunium atau fiberglass) - handling on surface (resin or gypsum) Semua akan sangat tergantung pada BHT dan jenis formasi yang akan di coring (apakah temasuk consolidated atau unconsolidated), dan yang terpenting juga, analisis apa saja yang akan dilakukan di laboratorium. Rasio? nanti sharing yach hasilnya. Best Regards, ROMDONI Operation Geologist Eni Indonesia Phone: 021-52997254 HP: 081381877717 Email: [EMAIL PROTECTED] Barkah, Raden (rbarkah) [EMAIL PROTECTED] 12/08/2006 11:00 AM Please respond to iagi-net To: iagi-net@iagi.or.id cc: Subject:[iagi-net-l] Coring @ Directional Well Dear Iagi-netter yth, Mohon sharing pengalaman dari rekans semua. Kita ada rencana untuk melakukan pengambilan core (coring) pada sumur direksional (kemungkinan slanted/J type tapi bisa juga S type), dgn kemiringan sudut +/- 15-20 deg. Kira-kira apa saja yang perlu diperhatikan agar recovery core tsb sesuai harapan ( 80%)? Dan meminimalisasi kendala yg mungkin terjadi saat operasionalnya? Berapa ya sukses rasio-nya dibanding vertical well. Terima kasih kind regards, Rai Barkah yglagibelajarcoring
Re: [iagi-net-l] Coring @ Directional Well
terima kasih pak Doni, lebih lanjut lagi, jikalau kita memakai yang low invasion dari segi rig time apakah lebih lambat daripada conventional, mengingat ini juga perhitungan cost ? dalam melakukan coring, parameter drilling macam apa saja yang perlu diperhatikan ya kalau boleh tau? kedua, apakah penggunaan low invasion, gypsum, foam, atau resin ini dapat diterapkan di lingkungan / reservoir karbonat..? jikalau melihat daerah kontrak kerja CPI berarti lebih baik menggunakan fiberglass mengingat daerahnya bukanlah high P dan T ya..? kejadian pak Amir, saya ingin bertanya untuk seperti di lingkungan shaly-sand yang notabene akan berselingan shand-shale apakah treatment-nya berbeda? salam, Cahyo L.A. Pada tanggal 06/12/10, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] menulis: Pak cahyo, Mungkin secara sederhana pemilihannya sbb: - core head yang conventional atau low invasion? Tentunya low invasion jauh lebih baik dari segi kualitas coring nantinya, pertimbangannya hanya dari segi cost. - inner core barel yang allumunium atau fiberglass? Fiberglass mempunyai sifat low friction tapi kurang resistent terhadap T dan P, allumunium sebaliknya. So, kalau kita punya well yang High T dan high P, tentunya allumunium jadi pilihan. - handling on surface yang resin atau gypsum? Untuk unconsolidated, cara terbaik adalah dengan inject gypsum. Bisa juga dengan foam, tp akan sangat sulit memisahkannya dng batuan di lab. Kalau utk consolidated cukup dengan resin. Jadi pemilihan sangat tergantung dari segi jenis batuan dan kondisi lapangan. Mungkin teman2 yg lain bisa menambahkan. Cahyo L.A. [EMAIL PROTECTED] 12/10/2006 11:04 AM Please respond to iagi-net To: iagi-net@iagi.or.id cc: Subject:Re: [iagi-net-l] Coring @ Directional Well rekan-rekan dan pak Romdoni, bisa dijelasin lebih lanjut tentang kelebihan dan kekurangannya? dan kapan kita menggunakan? - core head yang conventional atau low invasion - inner core barel yang allumunium atau fiberglass - handling on surface yang resin atau gypsum terima kasih, soalnya saya juga lagi belajar Cahyo LA Pada tanggal 06/12/08, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] menulis: Wah menarik nich, karena saya juga belum pernah melakukan directional coring. Apakah adahal teknis tertentu, sehingga harus coring dengan directional well type? kecuali memang disengaja agar coring BHA tegak lurus dengan kemiringan formasinya. Karena dengan directional, pasti akan mengurangi true thickness dari reservoir yang akan di coring. Mungkin menurut saya, secara operational tidak akan ada bedanya antara vertical dan directional coring, hanya drilling parameter saja yang harus lebih diperhatikan. Hal2 yang harus diperhatikan; - jenis mud (WBM or OBM), - core head (conventional or low invasion) - inner core barel (allumunium atau fiberglass) - handling on surface (resin or gypsum) Semua akan sangat tergantung pada BHT dan jenis formasi yang akan di coring (apakah temasuk consolidated atau unconsolidated), dan yang terpenting juga, analisis apa saja yang akan dilakukan di laboratorium. Rasio? nanti sharing yach hasilnya. Best Regards, ROMDONI Operation Geologist Eni Indonesia Phone: 021-52997254 HP: 081381877717 Email: [EMAIL PROTECTED] Barkah, Raden (rbarkah) [EMAIL PROTECTED] 12/08/2006 11:00 AM Please respond to iagi-net To: iagi-net@iagi.or.id cc: Subject:[iagi-net-l] Coring @ Directional Well Dear Iagi-netter yth, Mohon sharing pengalaman dari rekans semua. Kita ada rencana untuk melakukan pengambilan core (coring) pada sumur direksional (kemungkinan slanted/J type tapi bisa juga S type), dgn kemiringan sudut +/- 15-20 deg. Kira-kira apa saja yang perlu diperhatikan agar recovery core tsb sesuai harapan ( 80%)? Dan meminimalisasi kendala yg mungkin terjadi saat operasionalnya? Berapa ya sukses rasio-nya dibanding vertical well. Terima kasih kind regards, Rai Barkah yglagibelajarcoring