[iagi-net-l] Petrophysics - Secondary Porosity
Barangkali ada yang bisa bantu masalah saya. Saya lagi mencoba menghitung besarnya secondary porosity di carbonat dengan menggunakan pendekatan harga cementation factor (m). Saya coba menggunakan beberapa pendekatan persamaan di beberapa publikasi seperti persamaan Secondary Porosity Index, Nugent (1984), Nurmi, Rasmus, quadratic dan laen sebagainya. Dari seluruh persamaan yang ada, semuanya menyebutkan bahwa Porositas yang dihasilkan oleh SONIC selalu lebih rendah dari Total Porosity yang dihasilkan dari perhitungan Density dan Neutron. Nah yang dipunyai di lapangan saya ini kebalikannya, yaitu POROSITY SONIC selalu lebih tinggi dari TOTAL POROSITY (dari Density Neutron) nya. Akhirnya saya tidak bisa menggunakan beberapa persamaan diatas untuk menentukan berapa besarnya m dan berapa besarnya porsi secondary porosity dari sistem. Dari persamaan yang ada, hanya Nugent yang bisa diterapkan karena tidak mempunyai factor pengurangan Total Porosity dengan Sonic Porosity. Seandainya memang benar SONIC POROSITY lebih besar dari TOTAL POROSITY (DN), apakah saya bisa berargumanetasi bahwa SONIC tool ini bisa membaca lebih detil porosity laen yang tidak terbaca oleh Density dan Neutron? Apakah selisih antara SONIC Porosity dan Total Porosity adalah secondary porosity (vuggy)? kalo iya, berarti bertentangan dengan semua asumsi yang ada di publikasi. Thanks sebelumnya untuk yang mau berbagi ilmu. Salam Shofi
Re: [iagi-net-l] Ore in sediment vs BIF in Indonesia
Sementara ini jumlahnya mungkin mencukupi kebutuhan total, tapi mungkin sekitar 25-40% bisa pelahan-lahan dipenuhi dari dalam negri. Low grade iron laterit yang berasosisi dengan nikel laterit, hingga saat ini berjuta-juta ton dieksport begitu saja ke Cina. Sekarang pelahan-lahan cadangan besi di Indonesia meningkat dengan banyak nya ekspolarasi di berbagai pulau. Sedangkan untuk stainless steel alloys Indonesia termasuk produsen kelas satu didunia! Besi tanpa alloys (campuran logam lain) tidak akan perah jadi baja yang baik. Salam AnssM - Original Message - From: kartiko samodro To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, August 04, 2007 3:54 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Ore in sediment vs BIF in Indonesia apa jumlah prospeknya cukup besar untuk dapat menggantikan import ? On 7/30/07, Andri Subandrio [EMAIL PROTECTED] wrote: IAGI netter yang budiman, Eforia eksplorasi di Tanah Air akhir-akhir ini ternyata juga bisa mengungkap informasi geologi baru yang selama ini sebagian terpendam dalam tanah berada dibawah hutan tropis nan lebat. Mungkin jangan disamakan dengan Oil yang sebagian besar subsurface geologinya telah didokumentasikan dengan ribuan bor dan dibedah seismik. Dalam prospeksi mineral logam di Indonesia yang kini terbanyak data bornya adalah eksplorasi emas dan tembaga, selebihnya mengandalkan info seadanya, cangkul, linggis dan sekop! Bagi yang mampu biasanya menggali test pit dengan batuan ekskavator. Salah satu berkah dari penggalian ekskavator di Ketapang- Kalbar, adalah ditemukannya singkapan yang semula tidak pernah disebutkan peta geologi regional. Singkapan ini terdiri dari selang-seling rijang dan bijih besi hematit. Lapisan hematit pada tebalnya sekitas 5mm hingga beberapa cm, namun terdapat juga yang tebalnya hingga 2 meteran. Lapisan yang paling tebal ini telah ditambang untuk bijih besinya. Bila diperhatikan teksturnya maka endapan bijih besi ini mirip dengan BIF (Banded Iron Formation) yang terdapat di Lake Superior (USA), Minas Grais (Brazil) dan Hamesley (Australia). Hingga kini tipe BIF ini merupakan pemasok 70% besi dunia untuk industri baja! KS juga import dari tipe BIF ini. Uniknya semua BIF berumur Archean hingga Proterozoikum! Masuk akal karena hematit hanya bisa diendapkan pada kadar oksigen rendah atau anoxyc yang disinyalir terjadi pada Archean. Mungkinkah di Indonesia ada kerak Archean ? Sedangkan di Kendawangan yang tertua adalah Kapur ? Tantanngan untuk FOSI not for oil but for ore! Catatan: foto-foto temuan BIF di Ketapang sebenarnya ingin saya launching untuk rekan-rekan sekalian, tapi nampaknya server IAGI tidak bisa terima attachment gambar walau hanya 300an Kb saja! Ada ide dan saran bagaimana supaya gambar bisa masuk net IAGI ? Salam Andri Subandrio Hot News!!! EXTENDED ABSTRACT OR FULL PAPER SUBMISSION: 228 papers have been accepted to be presented; send the extended-abstract or full paper by 16 August 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] BIOGRAFI J.A.KATILI : HARTA BUMI INDONESIA
Tambahan info saja, di dalam buku biografi ini bisa ditemukan juga ringkasan pendek (masing-masing satu paragraf) dari sekitar 200 publikasi Pak Katili (artikel di koran/majalah, paper di jurnal2 ilmiah, buku2, dan presentasi). Meskipun ringkas, daripadanya bisa ditelusuri bagaimana perkembangan pemikiran kegeologian Pak Katili. Buku Pak Katili yang pertama, 3.000. Tahun Sejarah Bumi (tahun 1950-an) dan bukunya yang paling tebal Geologi (disusun bersama P. Marks untuk bagian geologi sejarah dan paleontologi) (tahun 1960-an) tentu sekarang sudah sangat sulit dicari. Kedua buku itu menempati rak buku2 geologi klasik di rumah saya bersama buku2 geologi klasik lainnya dari Reinout van Bemmelen, Henry Brouwer, Umbgrove, dll. Paper2 klasik Pak Katili selama tahun 1970-an yang dimuat berbagai jurnal ilmiah bagus untuk dicermati sebab memuat penerapan konsep tektonik lempeng untuk Indonesia. Saat2 itu Pak Katili dan Warren Hamilton dari USGS bekerja sama meneliti geotektonik Indonesia berdasarkan konsep tektonik lempeng. Konsep2 tektonik yang dikemukakan Katili dan Hamilton masih bisa kita pakai walaupun ada beberapa di antaranya yang perlu ditinjau ulang berdasarkan data baru dan kemajuan konsep tektonik. Seperti yang Mang Okim tulis, buku biografi Pak Katili ini cukup komprehensif, tak sia-sia usaha keenam penyusunnya mengumpulkan berbagai info. Kalau kebetulan jalan-jalan ke Gramedia, buku ini diletakkan di bagian buku-buku terbitan baru sebab umurnya belum sampai dua minggu sejak diluncurkan. salam, awang miko [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan-rekan IAGI yang budiman, Buku Biografi J.A.Katili, HARTA BUMI INDONESIA, yang yang mang Okim terima dengan pesan : Untuk Sdr. Ir. Soejatmiko, disertai salam ( tanda tangan Bapak J.A.Katili ), 25 Juli 2007 benar-benar sangat membahagiakan mang Okim. Bagaimana tidak bahagia mendapatkan perhatian begitu besar dari seorang tokoh super beken seperti Prof. Katili. Padahal, kalau tidak dikirimpun insyaallah mang Okim akan membelinya juga di Gramedia karena mang Okim yakin isinya pastilah akan memberikan motivasi dan inspirasi kepada kita semua untuk doing good wherever you are and whatever you do ( meminjam prinsip Pak Untung ). Keyakinan mang Okim ternyata tidak meleset . Buku biografi setebal 421 halaman tersebut , yang dikemas dengan elok , sungguh sangat mempesona. Kisah-kisah geologi dan kehidupan disampaikan dengan untaian kata-kata yang sangat indah dan puitis seperti antara lain : Una-Una, Sorga di Tepi Bencana - - - - - Dari Kampus Mengukir Matahari - - - - - Track record kegiatan John di Blantika Geologi Tidak Bertepi dan Jauh dari Sanjungan Media Massa - - - - - Gelar Dijunjung Hingga ke Ujung - - - - -dll. Di buku inilah mang Okim baru tahu bahwa Prof. Katili yang berprinsip there is no journey's end for a fighting man lahir dari suatu lingkungan yang sangat agamis sehingga tidak heran kalau dalam setiap pembahasan selalu terselip kalimat-kalimat yang sarat dengan nilai-nilai spiritual, nilai-nilai cinta dan nilai-nilai pengabdian . Dan di buku ini pulalah mang Okim diingatkan akan para founders geologi Indonesia seperti Pak Soetarjo Sigit , Pak Yohannas, Pak Sartono almarhum, Pak Sukendar Asikin, Pak Klompe ( si jagal ! ) , dll. Selain dari itu, komentar yang diberikan oleh Pak Beni Wahju, Pak Suparka dan Pak Sukendar Asikin melengkapi kehebatan Prof. Katili khususnya dalam kaitannya dengan konsep Tectonic Indonesia dan New Global Tectonic , dan dalam membimbing dan mencetak kader-kader ahli geologi penerus. Kisah masa kecil Prof. Katili tak kalah menariknya. Selain kecerdasan intelektual yang telah dilimpahkan Tuhan kepadanya sejak kecil , keinginan kuatnya untuk dapat survive dalam kehidupan ditunjukkannya misalnya dengan belajar silat dan mandi kebal. Mungkin karena hal inilah maka dalam dua peristiwa yang nyaris merenggut jiwanya yaitu jatuh ke sumur sedalam 4 meteran dan jatuh dari bubungan atap rumah, John kecil tidak sampai cedera . Membaca pengalaman masa kecil Pak Katili ini yang diuraikan dengan sangat menarik, mengingatkan mang Okim akan pengalaman sendiri - - - - - nostalgia ! Rekan-rekan IAGI yang budiman, Suatu hari di tahun 1990 an, mang Okim dipanggil oleh Prof. Katili ke kantor beliau di Jakarta. Ketika itu Prof. Katili menjabat sebagai Penasehat Ahli Menteri Pertamben Bidang Geologi dan SDM. Beliau rupanya mendengar banyak tentang nasib dan kegiatan mang Okim di bidang batumulia khususnya yang berkaitan dengan temuan terbaru yaitu giok Jawa di daerah Banjarnegara ( di utara kawasan Karangsambung ) . Setelah Prof. Katili mendengarkan penjelasan mang Okim, spontan kesibukan beliau ditinggalkan dan mang Okim diajak ke teman pengusaha beliau yang tinggal cukup jauh dari kantor beliau di Jl. Gatot Subroto. Walaupun upaya beliau tidak membuahkan hasil karena teman pengusaha beliau kebetulan
Re: [iagi-net-l] BIOGRAFI J.A.KATILI : HARTA BUMI INDONESIA
Pak Awang, sekedar info lagi. ada satu buku pak Katili yang malah diperuntukan bagi non-geolog: Laksana Beraraknya Mega, Himpunan Karangan oleh Prof.Dr. J.A. Katili (dicetak oleh CV Bina Jasa Offset Jakarta, 1986, tapi penerbitnya tidak jelas/tidak tercantum). Buku itu kumpulan tulisan pak Katili di banyak media massa dan beberapa di antaranya pidato ilmiah untuk mhs baru dan dies ITB 1968. BB Tambahan info saja, di dalam buku biografi ini bisa ditemukan juga ringkasan pendek (masing-masing satu paragraf) dari sekitar 200 publikasi Pak Katili (artikel di koran/majalah, paper di jurnal2 ilmiah, buku2, dan presentasi). Meskipun ringkas, daripadanya bisa ditelusuri bagaimana perkembangan pemikiran kegeologian Pak Katili. Buku Pak Katili yang pertama, 3.000. Tahun Sejarah Bumi (tahun 1950-an) dan bukunya yang paling tebal Geologi (disusun bersama P. Marks untuk bagian geologi sejarah dan paleontologi) (tahun 1960-an) tentu sekarang sudah sangat sulit dicari. Kedua buku itu menempati rak buku2 geologi klasik di rumah saya bersama buku2 geologi klasik lainnya dari Reinout van Bemmelen, Henry Brouwer, Umbgrove, dll. Paper2 klasik Pak Katili selama tahun 1970-an yang dimuat berbagai jurnal ilmiah bagus untuk dicermati sebab memuat penerapan konsep tektonik lempeng untuk Indonesia. Saat2 itu Pak Katili dan Warren Hamilton dari USGS bekerja sama meneliti geotektonik Indonesia berdasarkan konsep tektonik lempeng. Konsep2 tektonik yang dikemukakan Katili dan Hamilton masih bisa kita pakai walaupun ada beberapa di antaranya yang perlu ditinjau ulang berdasarkan data baru dan kemajuan konsep tektonik. Seperti yang Mang Okim tulis, buku biografi Pak Katili ini cukup komprehensif, tak sia-sia usaha keenam penyusunnya mengumpulkan berbagai info. Kalau kebetulan jalan-jalan ke Gramedia, buku ini diletakkan di bagian buku-buku terbitan baru sebab umurnya belum sampai dua minggu sejak diluncurkan. salam, awang miko [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan-rekan IAGI yang budiman, Buku Biografi J.A.Katili, HARTA BUMI INDONESIA, yang yang mang Okim terima dengan pesan : Untuk Sdr. Ir. Soejatmiko, disertai salam ( tanda tangan Bapak J.A.Katili ), 25 Juli 2007 benar-benar sangat membahagiakan mang Okim. Bagaimana tidak bahagia mendapatkan perhatian begitu besar dari seorang tokoh super beken seperti Prof. Katili. Padahal, kalau tidak dikirimpun insyaallah mang Okim akan membelinya juga di Gramedia karena mang Okim yakin isinya pastilah akan memberikan motivasi dan inspirasi kepada kita semua untuk doing good wherever you are and whatever you do ( meminjam prinsip Pak Untung ). Keyakinan mang Okim ternyata tidak meleset . Buku biografi setebal 421 halaman tersebut , yang dikemas dengan elok , sungguh sangat mempesona. Kisah-kisah geologi dan kehidupan disampaikan dengan untaian kata-kata yang sangat indah dan puitis seperti antara lain : Una-Una, Sorga di Tepi Bencana - - - - - Dari Kampus Mengukir Matahari - - - - - Track record kegiatan John di Blantika Geologi Tidak Bertepi dan Jauh dari Sanjungan Media Massa - - - - - Gelar Dijunjung Hingga ke Ujung - - - - -dll. Di buku inilah mang Okim baru tahu bahwa Prof. Katili yang berprinsip there is no journey's end for a fighting man lahir dari suatu lingkungan yang sangat agamis sehingga tidak heran kalau dalam setiap pembahasan selalu terselip kalimat-kalimat yang sarat dengan nilai-nilai spiritual, nilai-nilai cinta dan nilai-nilai pengabdian . Dan di buku ini pulalah mang Okim diingatkan akan para founders geologi Indonesia seperti Pak Soetarjo Sigit , Pak Yohannas, Pak Sartono almarhum, Pak Sukendar Asikin, Pak Klompe ( si jagal ! ) , dll. Selain dari itu, komentar yang diberikan oleh Pak Beni Wahju, Pak Suparka dan Pak Sukendar Asikin melengkapi kehebatan Prof. Katili khususnya dalam kaitannya dengan konsep Tectonic Indonesia dan New Global Tectonic , dan dalam membimbing dan mencetak kader-kader ahli geologi penerus. Kisah masa kecil Prof. Katili tak kalah menariknya. Selain kecerdasan intelektual yang telah dilimpahkan Tuhan kepadanya sejak kecil , keinginan kuatnya untuk dapat survive dalam kehidupan ditunjukkannya misalnya dengan belajar silat dan mandi kebal. Mungkin karena hal inilah maka dalam dua peristiwa yang nyaris merenggut jiwanya yaitu jatuh ke sumur sedalam 4 meteran dan jatuh dari bubungan atap rumah, John kecil tidak sampai cedera . Membaca pengalaman masa kecil Pak Katili ini yang diuraikan dengan sangat menarik, mengingatkan mang Okim akan pengalaman sendiri - - - - - nostalgia ! Rekan-rekan IAGI yang budiman, Suatu hari di tahun 1990 an, mang Okim dipanggil oleh Prof. Katili ke kantor beliau di Jakarta. Ketika itu Prof. Katili menjabat sebagai Penasehat Ahli Menteri Pertamben Bidang Geologi dan SDM. Beliau rupanya mendengar banyak tentang nasib dan kegiatan mang Okim di bidang batumulia khususnya yang berkaitan dengan temuan
[iagi-net-l] 2nd Porosity Petrophysic vs Petrography in Carbonate
Bung Shofiyuddin yng budiman, saya bukan ahli petrophysic, tapi saya mau sharing atas dasar pengalaman saya bekerja sebagai petrologis untuk reservoir karbonat. Sebelumnya saya mohon segera dikorensi apabila ada yang kurang tepat. Beberapa ayang perlu diperhatikan pada karbonat antara lain : 1. Geometri, dimensi dan skala: Karbonat terutama yang berasosiasi dengan reef dan paparan mempunya geometri yang berbeda dengan klastik biasa seperti batupasir. Misalnya pada reef, tekstur dan besar butirnya sangat beragam tergantung jenis organik seperti coral and associate yang tumbuh berdasarkan kedalaman. Pada lingkungan ini kemunginan ada 'primary porosity yaitu terdapat disela-sela kerangka. Geometri seperti ini akan sangat baik direkonstruksi dengan pemodelan yang dibangun dari pengamatan lapangan modern reef seperti pulau Seribu dan ancient reef seperti di Formasi Rajamandala Ciatatah - Padalarang dan tentunya data bawah pemukaan geologi reservoir yang menjadi target. 2. Secondary porosoity didalam karbonat masuk dalam wilayah diagenesis yang berkaitan dengan fasies, lingkungan pengendapan dan exposure phenomena pasca sedimentasi dan litifikasi. Di Indonesia, 2nd Porosity (2nd por) umumnya dikontrol oleh diagenesis, sedang di arid climate seperti di mediterania sebagian porosity dikontrol oleh facies, misalnya pada oolitic limestone positasnya mirip dengan batupasir yang well rounded. 2nd Por didaerah tropis umumnya disebabkan pelarutan fresh water setelah formasi batugamping ter expose diatas muka laut. Pelarutan ini biasanya didahului dengan berkembangnya fracture network, lalu air tawar yang umumnya air hujan mulai bekerja membentuk porositas atau ruang-ruang yang dapat menghasilkan pori-pori yang kecil hingga raksasa! Karena itu tida heran 2nd por di ls (limestone) bisa dimasuki orang bahkan di Perancis gua-guanya bisa dipakai berlayar dengan boat! Dengan demikian dimensi di golkar (golongan karbonat) bukanlah hal yang sederhana untuk dipahami. 3. Resolusi petrofisika vs petrography: petrofisika resolusinya mungkin dalam dimensi cm hingga dm (atau bahkan meter ?), karenanya segmen yang bisa di 'trace dalam log mungkin masih relatif kasar bila dibandingan dengan mikroskopis dari sayatan tipis. Dengan petrografi dapat diamati besaran dari mikron hingga mm, selain itu kita akan dapat melihat bagaimana fasies dan sejarah diagenesisnya. Dengan penelitian diagenesis ls, dapat diperkirakan bagaimana distribusi 2nd por nya. Data seismik juga bisa kolaburasi dengan petrografi, terutama untuk memperkirakan geometri dan dimensi paparan karbonatnya. Mungkin perlu kerjasama yang baik antara divisi petrologi, petrofisik dan seismik untuk membangun model underground golkar. Cutting petrologic analyses bisa sangat membantu petrofisik untuk memahami development of 2nd porosity Selamat Ber golkar ria. Salam Andri Subandrio - Original Message - From: Shofiyuddin To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, August 06, 2007 7:53 AM Subject: [iagi-net-l] Petrophysics - Secondary Porosity Barangkali ada yang bisa bantu masalah saya. Saya lagi mencoba menghitung besarnya secondary porosity di carbonat dengan menggunakan pendekatan harga cementation factor (m). Saya coba menggunakan beberapa pendekatan persamaan di beberapa publikasi seperti persamaan Secondary Porosity Index, Nugent (1984), Nurmi, Rasmus, quadratic dan laen sebagainya. Dari seluruh persamaan yang ada, semuanya menyebutkan bahwa Porositas yang dihasilkan oleh SONIC selalu lebih rendah dari Total Porosity yang dihasilkan dari perhitungan Density dan Neutron. Nah yang dipunyai di lapangan saya ini kebalikannya, yaitu POROSITY SONIC selalu lebih tinggi dari TOTAL POROSITY (dari Density Neutron) nya. Akhirnya saya tidak bisa menggunakan beberapa persamaan diatas untuk menentukan berapa besarnya m dan berapa besarnya porsi secondary porosity dari sistem. Dari persamaan yang ada, hanya Nugent yang bisa diterapkan karena tidak mempunyai factor pengurangan Total Porosity dengan Sonic Porosity. Seandainya memang benar SONIC POROSITY lebih besar dari TOTAL POROSITY (DN), apakah saya bisa berargumanetasi bahwa SONIC tool ini bisa membaca lebih detil porosity laen yang tidak terbaca oleh Density dan Neutron? Apakah selisih antara SONIC Porosity dan Total Porosity adalah secondary porosity (vuggy)? kalo iya, berarti bertentangan dengan semua asumsi yang ada di publikasi. Thanks sebelumnya untuk yang mau berbagi ilmu. Salam Shofi
RE: [iagi-net-l] BIOGRAFI J.A.KATILI : HARTA BUMI INDONESIA
Ya, memang luar biasa Prof. Katili. Buku yang kupunya ya judul Geologi, yang sangat komprehensif tebal banget itu. Semula, saya punya cuma fotocopy-an, dan setelah punya aslinya dari loakan Senen, copyan itu terus ku tawarkan keteman, S2 itu. Tahun 2002 itu baru kupunya 500'an buku, kini 2000'an. Lalu buku beliau Plate Tectonic Indonesia (1980, 1985), awal-awal penerapan teori Plate Tectonic di Indonesia, yang teorinya rame mulai 1968, gunakan peta medan gravitasi Vening Meiniz di ukur untuk semua laut dunia th. 1930'an. Hasilnya, itu sudah nongol di SDEKAH-ku (2004), subduction menjauh, sejajar dengan sumbu PermianTriassic Malayan-Bangka-Kalimantan. Dan huruf K, di SDEKAH itu, sudah cantumkan nama beliau. Helicoper view, istilah untuk kondisi bisa melihat gambaran generalnya, jendralnya, gabungan banyak disiplin data, untuk bumi ya planetary sceince. Plate tectonic di awali astronom, Alfred Wagener (ada yang lebih awal lagi sih), yang th 1915 sudah membuat Pangea dengan pusat di tempat kusebut kini A'AN: Anticline of Arabian-Nubian. Juga di ikuti sesudahnya, Carey 1945, juga Holden-Dietz 1970, Collins 2003, ahli-ahli Australia kini. Sudah terlihat subduksi berpindah dengan yang ku hitung kini tiap 70 Ma, mendekat pusat Pangea sewaktu kompresi (Cambrium-Permian), dan menjauh ketika ekstensi (Permian-Kini). Kata Pre-kambrium nongol karena sebelum ini sulit rekontruksi strukturnya atas sebelumnya ya ekstensi, dan itu awal kompresi di siklus 700 Ma terakhir. Atawa subduksi tak terlihat di peta Indonesia (Katili, 1980, 1985), sebelum Permian-Triasik karena umur itu akhir kompresi. Untuk siklus 70 Ma terakhir, Sunda Plate, ya Mid Eocene, 53-46 Ma, adalah akhir kompresi-awal ekstensi siklus 70 Ma terakhir, perlihatkan tak ada sedimen sebelum umur itu (umumnya basement sudah pernah tenggelam jauh, terpanaskan, metamorfose, dan terangkat, tererosi kuat, dan barulah di-endapi sedimen kini pada mulai rifting umur). Beruntung Indonesia, teman Wagener dari Jerman, Boscca, astronom itu nikmati Bandung-Lembang, nikmati tehnya, kalik sambil dengerin perkutut, dirikan teropong bintang, dirikan perguruan tinggi 1920, yang di sebut ITB kini. Juga, Belanda yang perguruan tinggi lebih 500'an tahun, ajari kita geologi, lahirkan kita semua. Kota Bandung, yang di buka oleh Sultan Agung, 1628, waktu nyerang Batavia, dirikan lumbung-lumbung padi sepanjang jalan, termasuk Bandung. Semua, jadikan Indonesia ada di barisan depan dunia. Tidak menyadari-kan ? Beliau menyuruh untuk semua menjadi hamengku buwana, kalifah buwana, kalifah alam. Kenapa ya belum di temukan cara umur lebih panjang, yang ku duga kini dengan menghambat habisnya/matinya unsur atom penyusun tubuh ? Caranya, cari makanan yang umur parohnya lebih panjang. Juga buat agar tak tertekan stress, jadikan unsur-unsur penyusun tubuh, tetap segar, tak cepat rusak. Orang kini ada yang berumur 130'an th, ku duga karena adanya penyokong dugaanku itu. Sebentar lagi, rata-rata hidup manusia yang kini 70 th, jadilah 140 th. Indonesia cepat naik rat-ratanya, 48 th (1945), 68 th (kini, 2000), atawa 20 th sepanjang 50 th tabahan waktu. Kalau sudah ketemu, sehingga Pak Katili-pun, juga profesor-profesor kita akan berumur lebih panjang. Masih sehatkan beliau kini ? Siapa mau buat biografi profesor-profesor kita lainnya ? Di jamin, jauh lebih mulia, segar atas berkah senangnya memberikan ilmu, bebas dari hal di tutupi kejahatan-kejahatan dari umumnya biografi para politikus. Mana geolog yang ahli komunikasi (wartawan) itu ? Cak Andri ? Hayooo, jangan malu-malu ngacung lho... Salam, Maryanto. From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, August 06, 2007 8:24 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] BIOGRAFI J.A.KATILI : HARTA BUMI INDONESIA Tambahan info saja, di dalam buku biografi ini bisa ditemukan juga ringkasan pendek (masing-masing satu paragraf) dari sekitar 200 publikasi Pak Katili (artikel di koran/majalah, paper di jurnal2 ilmiah, buku2, dan presentasi). Meskipun ringkas, daripadanya bisa ditelusuri bagaimana perkembangan pemikiran kegeologian Pak Katili. Buku Pak Katili yang pertama, 3.000. Tahun Sejarah Bumi (tahun 1950-an) dan bukunya yang paling tebal Geologi (disusun bersama P. Marks untuk bagian geologi sejarah dan paleontologi) (tahun 1960-an) tentu sekarang sudah sangat sulit dicari. Kedua buku itu menempati rak buku2 geologi klasik di rumah saya bersama buku2 geologi klasik lainnya dari Reinout van Bemmelen, Henry Brouwer, Umbgrove, dll. Paper2 klasik Pak Katili selama tahun 1970-an yang dimuat berbagai jurnal ilmiah bagus untuk dicermati sebab memuat penerapan konsep tektonik lempeng untuk Indonesia. Saat2 itu Pak Katili dan Warren Hamilton dari USGS bekerja sama meneliti geotektonik Indonesia berdasarkan konsep tektonik lempeng. Konsep2 tektonik yang dikemukakan Katili dan Hamilton masih bisa kita pakai walaupun ada beberapa di antaranya yang perlu ditinjau ulang berdasarkan
Re: [iagi-net-l] 2nd Porosity Petrophysic vs Petrography in Carbonate
Mas Andri, Memang segala sesuatunya harus kembali kepada asal. Nah log pun sama, harus dikalibrasi lagi kepada batuannya, bentuknya bisa kepada deskripsi batuan inti (core), sayatan tipis, SEM dan XRD. Begitu juga dengan sifat fisik batuan laen seperti porosity dan permeability. Tanpa itu, log tidak punya referensi. Kalo kita bicara batuan, kita bicara yang paling detil (dari micron same meter. Kalo kita bicara log, kita bicara dibilangan cm sampe meteran, tergantung jenis lognya apa. Bicara seismik bicara pada kisaran yang lebih besar lagi dari log. Nah yang sedang saya share ini bagaimana usaha kita untuk mengenal adanya porositas sekunder dari log dimana dari pengamatan core ditemukan adanya vuggy porosity. Secara umum, sonic log sering disebut sebagai salah satu tool yang cukup efektif untuk mengenal porositas sekunder ini sehingga banyak persamaan muncul yang diertai dengan asumsi yang berbeda berbeda beda. Salah satu contoh adalah penggunaan rumus SPI (Secondary Poroitas Index) digunakan dengan aumsi bahwa sonic log tidak melihat sama sekali adanya vug, jadi selisih antara porositas total dengan sonic dilihat sebagai adanya porosoitas sekunder. Untuk rumus Nurmi sedikit laen lagi karena dianggap alat sonik mampu untuk melihat sebagian vuggy porosity, sekitar 50% dari aktual nya. Nah begitu juga yang rumus yang laen. Yang menjadi masalah ditempat saya adalah kenapa justru porositas yang dihitung daro sonik kok lebih besar dari porositas totalnya (yang dihitung dari density dan neutron log)? nah itu yang saya lagi cari pak. Salam Shofi On 8/6/07, Andri Subandrio [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Shofiyuddin yng budiman, saya bukan ahli petrophysic, tapi saya mau sharing atas dasar pengalaman saya bekerja sebagai petrologis untuk reservoir karbonat. Sebelumnya saya mohon segera dikorensi apabila ada yang kurang tepat. Beberapa ayang perlu diperhatikan pada karbonat antara lain : 1. Geometri, dimensi dan skala: Karbonat terutama yang berasosiasi dengan reef dan paparan mempunya geometri yang berbeda dengan klastik biasa seperti batupasir. Misalnya pada reef, tekstur dan besar butirnya sangat beragam tergantung jenis organik seperti coral and associate yang tumbuh berdasarkan kedalaman. Pada lingkungan ini kemunginan ada 'primary porosity yaitu terdapat disela-sela kerangka. Geometri seperti ini akan sangat baik direkonstruksi dengan pemodelan yang dibangun dari pengamatan lapangan modern reef seperti pulau Seribu dan ancient reef seperti di Formasi Rajamandala Ciatatah - Padalarang dan tentunya data bawah pemukaan geologi reservoir yang menjadi target. 2. Secondary porosoity didalam karbonat masuk dalam wilayah diagenesis yang berkaitan dengan fasies, lingkungan pengendapan dan exposure phenomena pasca sedimentasi dan litifikasi. Di Indonesia, 2nd Porosity (2nd por) umumnya dikontrol oleh diagenesis, sedang di arid climate seperti di mediterania sebagian porosity dikontrol oleh facies, misalnya pada oolitic limestone positasnya mirip dengan batupasir yang well rounded. 2nd Por didaerah tropis umumnya disebabkan pelarutan fresh water setelah formasi batugamping ter expose diatas muka laut. Pelarutan ini biasanya didahului dengan berkembangnya fracture network, lalu air tawar yang umumnya air hujan mulai bekerja membentuk porositas atau ruang-ruang yang dapat menghasilkan pori-pori yang kecil hingga raksasa! Karena itu tida heran 2nd por di ls (limestone) bisa dimasuki orang bahkan di Perancis gua-guanya bisa dipakai berlayar dengan boat! Dengan demikian dimensi di golkar (golongan karbonat) bukanlah hal yang sederhana untuk dipahami. 3. Resolusi petrofisika vs petrography: petrofisika resolusinya mungkin dalam dimensi cm hingga dm (atau bahkan meter ?), karenanya segmen yang bisa di 'trace dalam log mungkin masih relatif kasar bila dibandingan dengan mikroskopis dari sayatan tipis. Dengan petrografi dapat diamati besaran dari mikron hingga mm, selain itu kita akan dapat melihat bagaimana fasies dan sejarah diagenesisnya. Dengan penelitian diagenesis ls, dapat diperkirakan bagaimana distribusi 2nd por nya. Data seismik juga bisa kolaburasi dengan petrografi, terutama untuk memperkirakan geometri dan dimensi paparan karbonatnya. Mungkin perlu kerjasama yang baik antara divisi petrologi, petrofisik dan seismik untuk membangun model underground golkar. Cutting petrologic analyses bisa sangat membantu petrofisik untuk memahami development of 2nd porosity Selamat Ber golkar ria. Salam Andri Subandrio - Original Message - *From:* Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Monday, August 06, 2007 7:53 AM *Subject:* [iagi-net-l] Petrophysics - Secondary Porosity Barangkali ada yang bisa bantu masalah saya. Saya lagi mencoba menghitung besarnya secondary porosity di carbonat dengan menggunakan pendekatan harga cementation factor (m). Saya coba menggunakan beberapa pendekatan persamaan di beberapa publikasi seperti