RE: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...)
Pak Franc, Pak Aris terima kasih atas diskusinya soal Afrika Barat. Kiranya tak terlalu sesuai mengambil langsung model2 pengaruh strike-slip faulting di wilayah ini dan menerapkannya ke Mahakam. Strike-slip fault yang Pak Franc sebutkan saya pikir adalah transform fault Wilson (1965) yang memotong MOR dan ternyata menerus ke darat lalu masuk ke wilayah sedimentasi delta Niger. Kebetulan memang offset MOR di Atlantic oleh transform fault paling besar ada di antara Niger dan Brazil. Kalau halnya seperti itu, saya dapat sepakat dengan Pak Franc dan Pak Aris, bahwa strike-slip faulting mempengaruhi delta Niger. Tetapi, wilayah ini sebelum benar2 berpisah pastinya dulu sempat sebagai passive margin. Kita harus menghitung kapan mulai rifting, kapan delta masuk ke passive margin, kapan mulai transform faulting, dan kapan reaktivasinya. Kasus di Mahakam atau Makassar strait, berdasarkan data gravity dan magnetik terbaru (2005), kita memang menemukan belasan transfer zone dengan arah BL-Tenggara yang menggeser rifts dan half grabens yang terbentuk. Transfer zones ini diinterpretasikan terbentuk bersamaan dengan rifting Makassar strait pada saat Paleogen. Orientasi rifting-nya sendiri adalah SBD-UTL, jadi transfer zones ini memotong rift hampir tegak lurus. Delta Mahakam di Kutei mulai berprogradasi pada early Miocene, mengikuti terangkatnya Kuching pada latest Oligocene, dan tersedianya space of accommodation di depan Mahakam river akibat passive margin dan aulacogen. Saat itu, transfer zone sudah tersedia, sebab ia terbentuk sejak Eosen-Oligosen. Transfer zone ini akan di-reaktivasi sebagai strike-slip faulting dan mempengaruhi delta Mahakam bila rifting Makassar terus terjadi sampai ke Neogen bahkan sampai saat ini. Kenyataannya kan tidak begitu. Makassar Strait opening adalah failed-rift system sebab massa benua asal Australia membentur Sulawesi di sebelah timur (Buton-Tukang Besi dan Banggai-Sula) mulai awal Neogen; pada late Oligocene pun ada emplacement ofiolit di sebelah timur Sulawesi yang sudah memperlambat laju rifting Makassar Strait. Akibatnya, belasan transfer zone di Selat Makassar pada Neogen, pada saat delta Mahakam aktif berprogradasi ke timur, tetap pasif sebab tak ada gaya apa pun yang akan mereaktivasinya sebagai strike-slip faulting, sehingga pengaruhnya ke delta Mahakam minimal. Transfer zone ini hanya aktif menyediakan tempat2 sedimentasi delta pada Paleogen, deltanya sendiri kan baru Neogen. Tetapi, ujung2 utara dan selatan transfer zone ini masih aktif sampai sekarang, terutama yang utara, yaitu yang menyambung dengan Palu-Koro dan Mangkalihat; yang Adang Fault di sebelah selatan jauh kurang aktif dibandingkan Palu-Koro - Mangkalihat, walaupun tidak bisa dikatakan bahwa Adang Fault sama sekali mati. Analisis magnetik di Selat Makassar pada transfer zone ini menunjukkan beberapa hal yang menarik : - ada bukti magnetik reverse-polarized dike di atas syn-rift surface - high density, high susceptibility structure, duduk di atas synrift surface, diinterpretasikan sebagai volkanik - high density, low susceptibility structure, duduk di atas synrift surface, diinterpretasikan sebagai karbonat. Toe-thrusting di Mahakam terjadi jauh lebih dalam daripada prodelta, di wilayah slope, dan basin floor fan-nya. Struktur ini semata-mata hanya terjadi akibat progradasi sedimentasi deep-water dan kompensasi atas progradasi karena toe thrusting biasanya selalu berasosiasi dengan normal atau growth faulting di tempat yang lebih dangkal. Kalau mau mengadakan semacam simposium Mahakam-Selat Makassar, sebaiknya kita tunggu saja perusahaan2 minyak besar (Exxon, Marathon, Statoil-Pertamina, COPI, Talisman, dll)di offshore West Sulawesi (Surumana sampai Sageri) membuktikan bahwa offshore West Sulawesi sebaik offshore East Kalimantan. Sumur pertama di wilayah offshore West Sulawesi ini akan dibor pada semester I 2008. All prospects look good until drilled ! Salam, awang -Original Message- From: aris [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 1:20 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...) Frank - Kalau West Africa memang saya lebih setuju kalu pembentukan depocenter ini dipengaruhi oleh strike slip fault pada transfer zone yang mengakomodasi rifting di Atlantic sejak jaman Aptian. Transfer zone ini juga menjadi zona lemah yang memungkinkan mengalirnya sungai-sungai besar yang membawa sedimen dari Africa highland ke cekungan di Afrika Barat. Kalau dilihat-lihat transfer zone ini long lasting dan beberapa peneliti percaya bahwa zona lemah ini merupakan reaktivasi berulang-ulang sejak jaman Pra-kambrium. Dan genesis reaktivasi itu bermacam-macam, ada yang sekedar strike slip bahkan juga kadang menjadi rift basin, dan mungkin juga hanya sekedar aulacogen (failed rift). Niger Delta juga kemungkinan dipengaruhi salah satu transfer zone ini. Begitu
Re: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...)
Sdr. Awang: Selain Weimer (1975) apakah ada artikel lain yang menyatakan Kutei Basin sebagai aulocogene? RPK - Original Message - From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad [EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, September 16, 2007 9:40 PM Subject: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...) Pak Franc, Saya ganti lagi subyeknya karena diskusi sudah jauh dari subyek semula. Saya pikir strike-slip faulting bukan pengontrol utama delta2 di dunia. Delta2 besar dan prolific di dunia banyaknya berkembang di sistem aulacogen passive margin, bukan di releasing bend strike-slip faulting. Contoh langsungnya adalah Mahakam dan Niger delta. Delta Mahakam berkembang dalam sistem aulacogen Makassar Strait rifting. Satu arm yang masuk ke Kalimantan craton menjadi wilayah fluvial Mahakam, dua arm yang masing-masing ke utara dan selatan Makassar Strait menjadi wilayah pengendapan delta. Awal sedimentasi delta terjadi di triple junction antara arms aulacogen. Delta Niger pun berkembang di sistem aulacogen yang terbentuk di relic rifting dan spreading antara Afrika dan Amerika Selatan. Sistemnya sama, satu arm yang masuk ke craton Afrika (Benue trough) menjadi alur sungai feeder delta; deltanya sendiri berprogradasi ke barat baratdaya berseberangan dengan Campos Basin di Brazil offshore, Amerika Selatan. Delta2 di Sarawak juga berhubungan dengan aulacogen South China Sea spreading. Strike-slip faulting yang kebetulan berkembang di wilayah delta,seperti di Kutei bisa juga memodifikasi, tetapi tak signifikan. Pengaruhnya ke pembentukan struktur pun tak terlalu besar. Kasus di Mahakam Delta, struktur2 di dekat pantai terbentuk oleh antiklinorium yang berhubungan dengan kompensasi tektonik akibat gliding/detachment yang diakibatkan naiknya Kuching High di pedalaman Kalimantan; sedangkan struktur2 jauh di wilayah offshore berhubungan dengan progradasi delta. Strike-slip faulting yang besar di Kalimantan ada dua : Lupar-Adang Fault dan Mangkalihat-Tinjar Fault, kedua sesar ini menerus ke wilayah Indocina. Sesar mendatar di area Kutei hanya sebagai transversal fault yang berhubungan dengan rifting Makassar Strait. Strike-slip faulting lebih banyak membentuk pull-apart basin, bukan delta di passive margin. Contoh yang bagus di Indonesia ada di Ombilin Basin, Melawi Basin, dan Ketungau Basin. Bentuk ketiga basin ini pun sangat khas pull-apart basin, yaitu sempit, panjang, dan dalam. Pull-apart basin ini terbentuk oleh bends, oversteps, dan fault junctions strike-slip faulting yang releasing atau divergent. Sementara itu, tiga danau di wilayah upper Mahakam river (Jempang, Melintang, Semayang) juga lebih terbentuk karena di wilayah itu terdapat tinggian basement (gravity high) yang mengurangi gradien sungai, melandai, sehingga secara geomorfologi membentuk danau. Yang lebih menarik adalah memikirkan asal Kutei gravity high ini. Tetapi, kalau sesar mendatar yang Pak Franc sebutkan itu memotong wilayah danau2 ini menarik juga apakah di wilayah ini ia ada dalam releasing bends. Tetapi, kalau melihat bahwa orientasi danau ini membentuk kelurusan BD-TL, kelihatannya ia lebih dikendalikan oleh gravity high yang sejajar dengan antiklinorium Samarinda atau Meratus, sebab strike-slip di sini umumnya berarah BL-Tenggara atau BBL-Timur Tenggara. Limestone build up di offshore Selat Makassar yang berhubungan dengan Adang Fault adalah Makassar Strait field yang ditemukan Ashland awal tahun 1970-an dan yang kini sedang dikembangkan oleh Pearl Sebuku. Ini bukan build up yang tumbuh di restraining Adang Fault, tetapi re-deposited Berai carbonates yang dierosi dari Paternoster platform kemudian membentuk submarine fan di suatu celah graben yang sejajar dengan orientasi graben2 di Barito Basin (Barat Baratlaut-Timur Tenggara). salam, awang Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima kasih penjelasannya Pak Awang, dan sebagai tambahan kita perlu ingat bahwa suatu strike slip bisa saja punya releasing bend disuatu tempat dan restraining bend di tempat yang lain, tergantung tergantung bend nya (-90 derajat sdt 0 derajat) atau ( 0 sdt 90 derajat). Dan kalau yang releasing bend besar sudut nya lebih besar 45 derajat(?) maka bisa jadi pull apart basin. contoh di Kalimantan: 1.Adang fault: Wain Basin (releasing bend) sedangkan restraining bend nya: limestone build up di offshore selat makassar (sorry lupa apa nama fieldnya) (ini terjadi restarining bend sehingga ada tinggian di laut sehingga cocok untuk terumbu untuk hidup mungkin karena cukup)2, sinar matahari, dan tidak terganggu sama sediment yang datang dari P Kalimantan) 2. Mahakam Delta: releasing bend di depan mulut delta, sehingga terjadi delta, lalu restraining bed di laut dan juga di sebelah dalam pedalaman P Kalimantan. Saya tidak tahu nama dari strike slip fault nya.
[iagi-net-l] RE: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR
Menurut saya, potensi tsunami tidak terlalu menakutkan. Yang lebih menakutkan adalah ramalan bahwa akan banyak lagi gempa besar bergerak menyisir bagian selatan Indonesia dalam waktu dekat. Mengapa kata potensi jadi menakutkan? Mungkin karena minimnya latihan seperti fire drill yang biasa dilakukan di kantor2. Kalau masyarakat terlatih, kata potensi tidak akan menimbulkan kepanikan tapi akan diterima sebagai warning untuk keselamatan diri sendiri, dan selayaknya diberikan ucapan terima kasih. Dari pada pusing mikirin istilah yang nyaman bagi masyarakat, mendingan dikasih tahu, ini lho ada bahaya, kalau ada bahaya seperti ini mesti begini ni ni ni, begitu tu tu tu (meminjam lagu Benyamin Sueb). LL -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Budi Waluyo Sent: Monday, September 17, 2007 11:18 AM To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Dear All, Salah satu tugas dari BMG adalah memonitor, menganalisa dan menginformasikan kejadinya gempa bumi di Indonesia dan Asean, karena BMG menjadi Asean Earthquake Information Center (AEIC). Jadi BMG tidak pernah mengeluarkan prediksi gempa. Nah untuk antisipasi jika gempa menimbulkan tsunami, maka jika ada gempa dengan kriteria sbb: M 6.3 SR depth 60 km lokasi di Laut maka info gempanya diberi tambahan Potensi TSUNAMI utk dtrskn pd msyrkt Pengiriman info gempa tsb via sms, ranet dan fax. Nah sebenarnya BMG sedang mencari kata2 yang tidak menakutkan masyarakat. apakah kata Potensi TSUNAMI perlu diganti dengan kata yang lain ??? misalnya : dpt menimbulkan TSUNAMI Mohon masukan yang membangun. --Original Mail-- From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia [EMAIL PROTECTED] Sent: Mon, 17 Sep 2007 05:50:55 +0800 Subject: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Setelah kejadian Tsunami Pangandaran, banyak para ahli yang berbalik haluan dalam memberikan peringatan. Kalau sebelumnya dengan sebuah ungkapan menenangkan saat ini dengan ungkapan peringatan, walau kadang terdengar menakutkan. Tapi semestinya bisa diberikan penjelasan wajar, gimana ya caranya ? supaya tidak bernada/mengundang kepanikan. rdp == Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/092007/16/0102.htm BANDUNG, (PR).- Masyarakat diminta waspada atas gempa dengan magnitude berkekuatan besar yang berpotensi mengguncang Pulau Jawa. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprediksi gempa berkekuatan 9 pada Skala Richter (SR) bisa terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera. Hal itu diakui Kepala BMG Stasiun Kelas I Bandung Hendri Subakti, ketika dihubungi lewat telefon, Sabtu (15/9) malam. Potensi gempa memang ada, termasuk prediksi kekuatannya. Namun, sampai sejauh ini kapan terjadinya, tidak dapat diprediksi, ujar Hendri Subakti. Kepala Bidang Seismologi Teknis dan Tsunami BMG, Ir. Fauzi dalam seminar Mewaspadai Gempa Berantai di Indonesia di Jakarta mengatakan, potensi gempa berkekuatan 9 SR itu bisa terjadi di Jawa dan Sumatera. Untuk mengantisipasi, selain membangun stasiun seismik tambahan, BMG juga akan membagi Indonesia dalam enam zona pengawasan gempa. Pembagian zona diatur berdasarkan potensi aktif gempa yang akan terjadi sampai daerah yang dianggap paling stabil, belum mengalami gempa. Misalnya, pantai barat Sumatera masuk dalam kategori zona sangat aktif, sementara Kalimantan masuk dalam kategori daerah stabil. Wilayah Papua bagian utara juga masuk dalam kategori zona seismik aktif. BMG, juga akan terus melakukan perapatan pengamatan dengan membangun 76 dari total 160 stasiun seismik yang direncanakan. Hal itu dilakukan untuk mendeteksi gempa lebih dini, sehingga dapat meminimalisasi kerugian materi maupun korban jiwa ketika bencana alam terjadi, ungkap Fauzi. Minta naik Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah berharap, DPR dapat menyetujui kenaikan dana tanggap darurat Rp 800 miliar untuk tahun 2008 yang diajukan Depsos. Dengan dana sebesar itu, diharapkan Depsos akan lebih mampu menanggulangi bencana, termasuk gempa bumi dengan lebih baik lagi. Kalau teman-teman DPR menyetujui Rp 800 miliar saja, maka kemampuan Depsos cukup luar biasa, ungkap Bachtiar dalam acara diskusi obrolan Sabtu, di Jakarta, Sabtu (15/9). Menurut dia, kenaikan dana tanggap darurat itu akan dialokasikan untuk melipatkan anggaran bencana di daerah-daerah yang berpotensi terkena bencana alam. Jadi, untuk daerah-daerah yang sering terkena gempa akan dilipatkan stoknya, baik dalam pasokan makanan, maupun perlatan bantuan lainnya, ujar Bachtiar. Bachtiar mengemukakan, tahun lalu dana tanggap darurat di Depsos berkisar Rp 400
[iagi-net-l] Pemetaan Geologi Bersistem Wilayah Indonesia
Teman-teman seangkatan saya, yang lebih senior, dan yang lebih junior daripada saya yang pernah mempunyai tugas sarjana muda dan sarjana memetakan geologi suatu wilayah di Indonesia pasti akrab dengan istilah pemetaan bersistem. Dulu saat saya masih kuliah di Geologi Unpad (1983-1989), si mahasiswa saat kuliah akan melakukan pemetaan geologi dua kali : saat sarjana muda 25 km2 (5 x 5 km), dan saat sarjana 100 km2 (10 x 10 km). Ini adalah saat-saat yang berat dalam segala hal (energi, waktu, dana); tetapi manfaatnya pun luar biasa. Geologi harus berasal dari lapangan. Problematika geologi berasal dari lapangan, dan mencari pemecahan atas problematika itu pun ada di lapangan. Kini, setelah komputer mendominasi banyak analisis geologi, dan semakin berkurangnya wilayah yang bisa dipetakan; tak semua mahasiswa geologi wajib memetakan wilayah untuk tugas akhirnya. Dia yang tak mau ke lapangan bisa memilih menganalisis problem geologi melalui data seismik, log, dan lain-lain bukan data batuan; komputer PC dan workstation adalah alat analisis utamanya, bukan buku lapangan, bukan palu, bukan kompas, bukan loupe, bukan HCL N =10 %, bukan tali ukur, bukan mikroskop, dan bukan alat- lapangan lain yang berat dan kotor. Semoga yang menamakan dirinya geologist, siapa pun itu, tetap mencintai batuan-batuan di lapangan. Pemetaan bersistem adalah program pemetaan geologi seluruh permukaan wilayah Indonesia yang dilakukan oleh badan pemerintah sejak Belanda ada di Indonesia, sampai ke zaman kemerdekaan. Maka, berarti yang melakukannya adalah Dienst van het Mijnwezen saat zaman Belanda, lalu pada masa kemerdekaan dilakukan oleh Direktorat Geologi, kemudian Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G). Yang pernah memetakan Kuningan atau Banymas pasti mengenal nama Hetzel dan Kastowo, yang pernah memetakan Sukabumi pasti mengenal nama Duyfjes dan Sukamto, yang pernah memetakan Cianjur pasti mengenal nama Sujatmiko (alias Mang Okim - gemologist sekarang), yang pernah jauh ke Kepala Burung pasti mengenal Zwierzicky, dll.). Geologi wilayah Indonesia dipetakan puluhan tahun, sejak Belanda ada di Indonesia, dan dinyatakan selesai seluruhnya pada tanggal 6 Oktober 1995. Hampir 90 % pekerjaan pemetaan bersistem diselesaikan pada masa kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan itu, Pemerintah Indonesia pernah bekerja sama dengan badan geologi Inggris untuk memetakan Kalimantan, dan bekerja sama dengan badan geologi Australia untuk memetakan Papua. Pemetaan bersistem membagi permukaan pulau2 Indonesia menjadi 239 lembar peta. Di Jawa-Madura, pemetaan dilakukan pada skala 1 : 100.000, dengan setiap lembar peta berukuran 55 x 55 km2; di luar Jawa pemetaan bersistem geologi dilakukan pada skala 1 : 250.000 dengan setiap lembar peta berukuran 165 x 110 km2. Jawa-Madura terdiri atas 58 peta, sedangkan pulau2 di luar Jawa dipetakan oleh 181 lembar peta. Ini statistik lengkapnya : Jawa-Madura : 58 peta, Sumatera : 45 peta, Kalimantan : 43 peta, Sulawesi : 24 peta, Nusa Tenggara : 14 peta, Maluku : 15 peta, Papua (Irian Jaya) : 40 peta. Bisa dibayangkan berapa banyak nama formasi yang dipakai untuk pemetaan itu ? Pak Suudi Gafoer (almarhum) dari seksi Sumatra P3G pernah menunjukkan saya buku sangat tebal sekitar 10 cm lexicon stratigrafi Sumatra yang memuat sekitar 1000 nama formasi di Sumatra beserta pemeriannya. Berapa banyak nama formasi di seluruh Indonesia ? Bisa diselidiki lebih jauh. Memetakan seluruh permukaan pulau2 di Indonesia seluas 1.9 juta km2 itu tentu sangat banyak suka dukanya. Saya mendapatkan banyak cerita dari ahli2 geologi pelaku pemetaan ini (kebetulan dulu P3G adalah tempat bermain saya). Pemetaan-pemetaan ini dimulai dengan studi2 pustaka lalu penafsiran foto udara dan citra satelit lainnya. Lalu, dimulailah ground check pemetaan geologi dengan membuat lintasan2. Semua lintasan yang telah ditentukan harus dilalui dengan berjalan kaki. Sepanjang lintasan itu tentu banyak yang ditemui selain singkapan batuan. Seorang ahli geologi harus berjiwa petualang saat di lapangan, mental dan fisiknya harus kuat. Dia juga jelas harus punya insting geologi yang kuat, analisis lapangan yang bagus, ini semua akan bergantung kepada jam jalan si ahli geologi. Kesulitan medan dan binatang buas sudah merupakan cerita sehari2. Menarik, mengetahui statistik berikut ini. Perjalanan jauh dimulai dengan satu langkah, begitulah memetakan geologi Indonesia selama puluhan tahun itu akhirnya menghasilkan jarak lintasan jalan kaki sejauh 3.473.000 km (bayangkan, ini adalah sama dengan 86 kali mengelilingi Bumi di equator); contoh batuan yang dikumpulkan sebanyak 300.000 buah (sebagian bisa kita nikmati di museum geologi), dengan berat total sampel 600 ton yang diambil dari puncak gunung, dasar sungai, tepi rawa, maupun tengah hutan. Pekerjaan raksasa ini telah melibatkan 178 ahli geologi, 120 surveyor, dan 75 prospektor. Medan yang sering keras, meskipun para pahlawan geologi ini selalu berhati-hati, tak urung menelan
RE: [iagi-net-l] Pemetaan Geologi Bersistem Wilayah Indonesia
Menarik sekali cerita mas Awang ini... Tahun 81 aku pernah memetakan lembar Jember, biasa ... mahasiswa dikaryakan untuk menghasilkan sesuatu yang berharga dan bermanfaat, rasanya berat harus memasuki kawasan cagar alam Meru-Betiri, mencari granit Merawan, yang kadang ketemu macan tutul (belum macan Jawa mah..), malem Minggu ditengah hutan, terbayang orang lain lagi enak2 bermalam mingguan, ini mah flying camp dipinggir sungai... sedih tapi senang, mungkin idealisme geologistnya masih ada. Begitu masuk FMI ketemu metamorf, metasomatik, masih pusing 7 keliling, tapi begitu melihat slicken-side senengnya setengah mati, di elus diraba, dilihat dari jauh, wah nikmatnya jadi geologist. Kalau ketemu geologist yang seneng di kantor, aku bilang geologist kantoran atau geologist salon. Tahun 90an meskipun komputer sudah maju, tetep saja dikerek sama sling disuruh turun dihutan, untuk apa?, cari batu, cari singkapan Mudah2an jaman sudah maju, geologist tetep saja harus bisa membedakan antara andesit dengan diorit atau monzonit... Sampe sekarang aku masih ngantongin streak plate untuk bedain ilmenit sama hematit. Bravo lah geologist . selanjutnya terserah anda... Regards/Salam, Md. Johaness Djuharlan - 003185 PT Freeport Indonesia Tembagapura 99930 Life is tough, but keep smile while you are on it Mangan ora mangan kumpul, kumpul karo mangan-mangan. Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential, used for internal FMI only. -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 4:54 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Pemetaan Geologi Bersistem Wilayah Indonesia Teman-teman seangkatan saya, yang lebih senior, dan yang lebih junior daripada saya yang pernah mempunyai tugas sarjana muda dan sarjana memetakan geologi suatu wilayah di Indonesia pasti akrab dengan istilah pemetaan bersistem. Dulu saat saya masih kuliah di Geologi Unpad (1983-1989), si mahasiswa saat kuliah akan melakukan pemetaan geologi dua kali : saat sarjana muda 25 km2 (5 x 5 km), dan saat sarjana 100 km2 (10 x 10 km). Ini adalah saat-saat yang berat dalam segala hal (energi, waktu, dana); tetapi manfaatnya pun luar biasa. Geologi harus berasal dari lapangan. Problematika geologi berasal dari lapangan, dan mencari pemecahan atas problematika itu pun ada di lapangan. Dst .. dst .. JOINT CONVENTION BALI 2007 The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Pemetaan Geologi Bersistem Wilayah Indonesia
Anehnya jago2 Kutei Basin seperti Steve Moss dll, tidak pernah menyinggung-nyinggung Kutei Basin sebagai aulocogene. - Original Message - From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, September 17, 2007 2:54 PM Subject: [iagi-net-l] Pemetaan Geologi Bersistem Wilayah Indonesia Teman-teman seangkatan saya, yang lebih senior, dan yang lebih junior daripada saya yang pernah mempunyai tugas sarjana muda dan sarjana memetakan geologi suatu wilayah di Indonesia pasti akrab dengan istilah pemetaan bersistem. Dulu saat saya masih kuliah di Geologi Unpad (1983-1989), si mahasiswa saat kuliah akan melakukan pemetaan geologi dua kali : saat sarjana muda 25 km2 (5 x 5 km), dan saat sarjana 100 km2 (10 x 10 km). Ini adalah saat-saat yang berat dalam segala hal (energi, waktu, dana); tetapi manfaatnya pun luar biasa. Geologi harus berasal dari lapangan. Problematika geologi berasal dari lapangan, dan mencari pemecahan atas problematika itu pun ada di lapangan. Kini, setelah komputer mendominasi banyak analisis geologi, dan semakin berkurangnya wilayah yang bisa dipetakan; tak semua mahasiswa geologi wajib memetakan wilayah untuk tugas akhirnya. Dia yang tak mau ke lapangan bisa memilih menganalisis problem geologi melalui data seismik, log, dan lain-lain bukan data batuan; komputer PC dan workstation adalah alat analisis utamanya, bukan buku lapangan, bukan palu, bukan kompas, bukan loupe, bukan HCL N =10 %, bukan tali ukur, bukan mikroskop, dan bukan alat- lapangan lain yang berat dan kotor. Semoga yang menamakan dirinya geologist, siapa pun itu, tetap mencintai batuan-batuan di lapangan. Pemetaan bersistem adalah program pemetaan geologi seluruh permukaan wilayah Indonesia yang dilakukan oleh badan pemerintah sejak Belanda ada di Indonesia, sampai ke zaman kemerdekaan. Maka, berarti yang melakukannya adalah Dienst van het Mijnwezen saat zaman Belanda, lalu pada masa kemerdekaan dilakukan oleh Direktorat Geologi, kemudian Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G). Yang pernah memetakan Kuningan atau Banymas pasti mengenal nama Hetzel dan Kastowo, yang pernah memetakan Sukabumi pasti mengenal nama Duyfjes dan Sukamto, yang pernah memetakan Cianjur pasti mengenal nama Sujatmiko (alias Mang Okim - gemologist sekarang), yang pernah jauh ke Kepala Burung pasti mengenal Zwierzicky, dll.). Geologi wilayah Indonesia dipetakan puluhan tahun, sejak Belanda ada di Indonesia, dan dinyatakan selesai seluruhnya pada tanggal 6 Oktober 1995. Hampir 90 % pekerjaan pemetaan bersistem diselesaikan pada masa kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan itu, Pemerintah Indonesia pernah bekerja sama dengan badan geologi Inggris untuk memetakan Kalimantan, dan bekerja sama dengan badan geologi Australia untuk memetakan Papua. Pemetaan bersistem membagi permukaan pulau2 Indonesia menjadi 239 lembar peta. Di Jawa-Madura, pemetaan dilakukan pada skala 1 : 100.000, dengan setiap lembar peta berukuran 55 x 55 km2; di luar Jawa pemetaan bersistem geologi dilakukan pada skala 1 : 250.000 dengan setiap lembar peta berukuran 165 x 110 km2. Jawa-Madura terdiri atas 58 peta, sedangkan pulau2 di luar Jawa dipetakan oleh 181 lembar peta. Ini statistik lengkapnya : Jawa-Madura : 58 peta, Sumatera : 45 peta, Kalimantan : 43 peta, Sulawesi : 24 peta, Nusa Tenggara : 14 peta, Maluku : 15 peta, Papua (Irian Jaya) : 40 peta. Bisa dibayangkan berapa banyak nama formasi yang dipakai untuk pemetaan itu ? Pak Suudi Gafoer (almarhum) dari seksi Sumatra P3G pernah menunjukkan saya buku sangat tebal sekitar 10 cm lexicon stratigrafi Sumatra yang memuat sekitar 1000 nama formasi di Sumatra beserta pemeriannya. Berapa banyak nama formasi di seluruh Indonesia ? Bisa diselidiki lebih jauh. Memetakan seluruh permukaan pulau2 di Indonesia seluas 1.9 juta km2 itu tentu sangat banyak suka dukanya. Saya mendapatkan banyak cerita dari ahli2 geologi pelaku pemetaan ini (kebetulan dulu P3G adalah tempat bermain saya). Pemetaan-pemetaan ini dimulai dengan studi2 pustaka lalu penafsiran foto udara dan citra satelit lainnya. Lalu, dimulailah ground check pemetaan geologi dengan membuat lintasan2. Semua lintasan yang telah ditentukan harus dilalui dengan berjalan kaki. Sepanjang lintasan itu tentu banyak yang ditemui selain singkapan batuan. Seorang ahli geologi harus berjiwa petualang saat di lapangan, mental dan fisiknya harus kuat. Dia juga jelas harus punya insting geologi yang kuat, analisis lapangan yang bagus, ini semua akan bergantung kepada jam jalan si ahli geologi. Kesulitan medan dan binatang buas sudah merupakan cerita sehari2. Menarik, mengetahui statistik berikut ini. Perjalanan jauh dimulai dengan satu langkah, begitulah memetakan geologi Indonesia selama puluhan tahun itu akhirnya menghasilkan jarak lintasan jalan kaki sejauh 3.473.000 km (bayangkan, ini adalah sama dengan 86 kali mengelilingi Bumi di equator); contoh batuan yang dikumpulkan sebanyak 300.000 buah (sebagian bisa kita nikmati di
Re: [iagi-net-l] RE: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR
Bagimana dg rencana dua Gubernur Banten - Lampung yg akan membangun Jembatan Jawa-Sumatera , kalau melihat Potensi bahaya geologinya sangat besar didaerah tsb.hampir semua Potensi bahaya geologi ada di daerah tsb.Kalau di jepara ( PLTN ) yang potensinya masih meragukan saja sudah ramai apalagi didaerah selat sunda ini ya. sebetulnya proyek ini sudah didengungkan sejak era delapan puluhan , dimana ada dua pilihan apakah lewat terowongan bawah laut atau jembatan diatas laut dg panjang bisa mencapai 90 Km karena laur pelayaran disini cukup ramai.Kalau jadi dibangun mungkin bisa menjadi Forum perdebatan berbagai ilmu terutama geosain dan kontruksi. ISM Menurut saya, potensi tsunami tidak terlalu menakutkan. Yang lebih menakutkan adalah ramalan bahwa akan banyak lagi gempa besar bergerak menyisir bagian selatan Indonesia dalam waktu dekat. Mengapa kata potensi jadi menakutkan? Mungkin karena minimnya latihan seperti fire drill yang biasa dilakukan di kantor2. Kalau masyarakat terlatih, kata potensi tidak akan menimbulkan kepanikan tapi akan diterima sebagai warning untuk keselamatan diri sendiri, dan selayaknya diberikan ucapan terima kasih. Dari pada pusing mikirin istilah yang nyaman bagi masyarakat, mendingan dikasih tahu, ini lho ada bahaya, kalau ada bahaya seperti ini mesti begini ni ni ni, begitu tu tu tu (meminjam lagu Benyamin Sueb). LL -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Budi Waluyo Sent: Monday, September 17, 2007 11:18 AM To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Dear All, Salah satu tugas dari BMG adalah memonitor, menganalisa dan menginformasikan kejadinya gempa bumi di Indonesia dan Asean, karena BMG menjadi Asean Earthquake Information Center (AEIC). Jadi BMG tidak pernah mengeluarkan prediksi gempa. Nah untuk antisipasi jika gempa menimbulkan tsunami, maka jika ada gempa dengan kriteria sbb: M 6.3 SR depth 60 km lokasi di Laut maka info gempanya diberi tambahan Potensi TSUNAMI utk dtrskn pd msyrkt Pengiriman info gempa tsb via sms, ranet dan fax. Nah sebenarnya BMG sedang mencari kata2 yang tidak menakutkan masyarakat. apakah kata Potensi TSUNAMI perlu diganti dengan kata yang lain ??? misalnya : dpt menimbulkan TSUNAMI Mohon masukan yang membangun. --Original Mail-- From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia [EMAIL PROTECTED] Sent: Mon, 17 Sep 2007 05:50:55 +0800 Subject: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Setelah kejadian Tsunami Pangandaran, banyak para ahli yang berbalik haluan dalam memberikan peringatan. Kalau sebelumnya dengan sebuah ungkapan menenangkan saat ini dengan ungkapan peringatan, walau kadang terdengar menakutkan. Tapi semestinya bisa diberikan penjelasan wajar, gimana ya caranya ? supaya tidak bernada/mengundang kepanikan. rdp == Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/092007/16/0102.htm BANDUNG, (PR).- Masyarakat diminta waspada atas gempa dengan magnitude berkekuatan besar yang berpotensi mengguncang Pulau Jawa. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprediksi gempa berkekuatan 9 pada Skala Richter (SR) bisa terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera. Hal itu diakui Kepala BMG Stasiun Kelas I Bandung Hendri Subakti, ketika dihubungi lewat telefon, Sabtu (15/9) malam. Potensi gempa memang ada, termasuk prediksi kekuatannya. Namun, sampai sejauh ini kapan terjadinya, tidak dapat diprediksi, ujar Hendri Subakti. Kepala Bidang Seismologi Teknis dan Tsunami BMG, Ir. Fauzi dalam seminar Mewaspadai Gempa Berantai di Indonesia di Jakarta mengatakan, potensi gempa berkekuatan 9 SR itu bisa terjadi di Jawa dan Sumatera. Untuk mengantisipasi, selain membangun stasiun seismik tambahan, BMG juga akan membagi Indonesia dalam enam zona pengawasan gempa. Pembagian zona diatur berdasarkan potensi aktif gempa yang akan terjadi sampai daerah yang dianggap paling stabil, belum mengalami gempa. Misalnya, pantai barat Sumatera masuk dalam kategori zona sangat aktif, sementara Kalimantan masuk dalam kategori daerah stabil. Wilayah Papua bagian utara juga masuk dalam kategori zona seismik aktif. BMG, juga akan terus melakukan perapatan pengamatan dengan membangun 76 dari total 160 stasiun seismik yang direncanakan. Hal itu dilakukan untuk mendeteksi gempa lebih dini, sehingga dapat meminimalisasi kerugian materi maupun korban jiwa ketika bencana alam terjadi, ungkap Fauzi. Minta naik Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah berharap, DPR dapat menyetujui kenaikan dana tanggap darurat Rp 800 miliar untuk tahun 2008 yang diajukan Depsos. Dengan dana sebesar itu, diharapkan Depsos akan lebih mampu menanggulangi
RE: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...)
Pak Koesoema, Paper2 Steve Moss dan groupnya (SE Asia Research Group, mis Ian Cloke, Carter, Jason Ali, Moyra Wilson) tak pernah mencantumkan Weimer (1975) di dalam referensinya. Hal itu bisa dicek di Moss et al. (1997) - new observations on the sedimentary and tectonic evolution of the Tertiary Kutei Basin; Moss et al (1998) - late Oligocene uplift and volcanism on the northern margins of the Kutei Basin; Moss and Chambers (1999) - Tertiary facies architecture in the Kutei Basin. R.J. Weimer menerbitkan analisisnya tentang Kutei-Mahakam sebagai aulacogen di majalah Geologi Indonesia vol 2 no. 2 (1975). Ini publikasi yang tak gampang dicari, saat ini pun kita akan susah mencarinya. Bisa saja saat Steve Moss et al rajin meneliti Kutei dari 1994-1999, mereka tak tahu publikasi Weimer (1975) ini. Banyak peneliti asing yang apriori dengan paper2 di proceedings IAGI atau di Majalah Geologi Indonesia. Publikasi yang ditulis terutama dalam bahasa Indonesia, membuat mereka tak meliriknya (padahal yang ditulis dalam bahasa Inggris pun banyak). Tetapi kalau kita ikuti uraian evolusi Kutei Basin berdasarkan Moss et al (1997) dan Moss dan Chambers (1999), maka mereka menyatakan bahwa evolusi Kutei Basin erat berkaitan dengan rifting Makassar Strait -sesuatu yang mendekati teori aulacogen Weimer (1975), hanya mereka tak menyebutnya sebagai aulacogen. Lagipula, penelitian Moss dkk lebih terkonsentrasi di failed rift system-nya di Kutei onshore; sedangkan Weimer (1975) lebih banyak membahas dua lengan lain yang mekar yang menjadi tempat delta Mahakam berkembang. Jago Kutei Basin kita, Andang Bachtiar, yang disertasi S-3-nya (ITB, 2004) tentang stratigrafi sekuen dan geokimia batuan induk Miosen Awal lower Kutei Basin menyatakan bahwa Kutei Basin mengalami deformasi polifase. Cekungan berawal sebagai forearc basin pada pre-Tertiary, lalu jadi intra-arc sampai backarc pada Paleosen,dan akhirnya menjadi back-arc basin pada Miosen Tengah melalui fase singkat aulacogen. Tentu saja Pak Andang mengenal analisis Weimer (1975) itu, maka memasukkan dalam evaluasinya. Bukan begitu Pak Andang ? Hanya analisis Pak Andang berbeda dengan analisis Steve Moss dkk. baik dalam evolusi maupun timing-nya. Wajar berbeda interpretasi. Tahun 2000, Steve Moss dari group Robert Hall mempresentasikan paper tentang evolusi north Makassar Strait di AAPG Bali. Dikatakan, kerak samudera melandasi north Makassar Strait berdasarkan banyak metode. Tahun 2005, Sinchia Dewi Puspita, murid Robert Hall mempresentasikan di IPA hal yang sama, tetapi menyatakan bahwa north Makassar Strait dilandasi oleh kerak kontinen yang menipis (attenuated continental basement) karena rifting. Saya menanyakan ke Sinchia, mana nih yang benar, kok sama2 dari group Robert Hall tetapi interpretasinya bertolak belakang. Pertanyaan saya langsung dijawab Robert Hall : data bertambah interpretasi bisa berubah Betul Robert Hall, betul Sinchia; data gravity dan magnetik, juga seismik dalam lima tahun terakhir menunjukkan bahwa tak ada kerak samudera di bawah North Makassar Basin. Benang merahnya adalah bahwa wajar interpretasi berbeda, saya akan mengikuti yang mana yang didukung data. salam, awang Koesoemadinata wrote : Anehnya jago2 Kutei Basin seperti Steve Moss dll, tidak pernah menyinggung-nyinggung Kutei Basin sebagai aulocogene. Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Koesoema, Setahu saya, Weimer (1975 - Majalah Geologi Indonesia) adalah orang yang pertama kali menyebut bahwa Kutei dan Delta Mahakam berkembang sebagai sistem aulacogen. Saat itu, Weimer tengah menjadi tamu di ITB dan sempat menganalisis Kutei Basin dan menuliskannya di MGI. Pak Koesoema pasti lebih tahu dari saya soal Weimer ke ITB ini. Setahu saya belum ada artikel detail yang meneliti analisis Weimer ini. Paper-paper tentang Kutei yang menyebutkan sistem aulacogen untuk Kutei ada beberapa, misalnya Hutchison (1989 - dalam buku terkenalnya, Geological Evolution of SE Asia, hal. 55). Charles Hutchison menulis bahwa Makassar fracture system terbentuk dalam mekanisme yang sama yang membentuk Kutei, yaitu aulacogen atau failed arm of the Makassar rift. Juga paper2 Burollet dan Salle (1981 -the geology and tectonics of Eastern Indonesia, GRDC Spec. Publ 2), Rose dan Hartono (1978 - IPA), dan Katili (1978 - Tectonophysics 45) mengindikasi aulacogen Kutei. Salam, awang -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 12:08 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...) Sdr. Awang: Selain Weimer (1975) apakah ada artikel lain yang menyatakan Kutei Basin sebagai aulocogene? RPK - Original Message - From: Awang Satyana To: ; Geo Unpad ; Eksplorasi BPMIGAS Sent: Sunday, September 16, 2007 9:40 PM Subject: [iagi-net-l] delta
Re: [iagi-net-l] RE: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR
Sebagai geoscientist kita sadar bahwa Indonesia berada pada sabuk bencana, namun apakah kita sebagai geoscience hanya bertugas untuk menahan/ngadang-adangi (apa ya bhasa Indonesianya ?) setiap rencana konstruksi civil. Kita tahu dengan pasti bahwa bencana gempa sebesar ini tidak main-main. Apakah sudah cukup puas bagi geoscientist yang telah mampu (misalnya) menyatakan bahwa Jawa berpotensi gempa M 9 tidak lama lagi.. Lah lantas, bagaimana kita harus ngakali atau hidup dengan ancaman seperti itu ? Apakah brarti Jawa Tidak layak huni untuk dimasa depan ? Dimana konstruksi tidak ada yg mampu menandingi hingga berusia lebih dari 30 tahun misalnya ? Tentu tidak, kan Pe eR kita bukan hanya memperkirakan bencana (kapan, dimana, seberapa besar), bukan hanya potes menolak PLTN, juga menolak pembangunan gedung-gedung di kota. Bukan mencegah penambangan ataupun usaha ekstraksi, termasuk pengeboran mislnya. Toh sudah jelas juga bukan berarti kita menantang alam. Tapi Geoscientist dituntut untuk bisa menggiring, mengarahkan atau mengajak agar masyarakat Indonesia ( termasuk di Jawa) masih bisa hidup dalam lingkungan bahaya ini, kan? Not fight to it, but how we adapt to it RDP. On 9/18/07, Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagimana dg rencana dua Gubernur Banten - Lampung yg akan membangun Jembatan Jawa-Sumatera , kalau melihat Potensi bahaya geologinya sangat besar didaerah tsb.hampir semua Potensi bahaya geologi ada di daerah tsb.Kalau di jepara ( PLTN ) yang potensinya masih meragukan saja sudah ramai apalagi didaerah selat sunda ini ya. sebetulnya proyek ini sudah didengungkan sejak era delapan puluhan , dimana ada dua pilihan apakah lewat terowongan bawah laut atau jembatan diatas laut dg panjang bisa mencapai 90 Km karena laur pelayaran disini cukup ramai.Kalau jadi dibangun mungkin bisa menjadi Forum perdebatan berbagai ilmu terutama geosain dan kontruksi. ISM Menurut saya, potensi tsunami tidak terlalu menakutkan. Yang lebih menakutkan adalah ramalan bahwa akan banyak lagi gempa besar bergerak menyisir bagian selatan Indonesia dalam waktu dekat. Mengapa kata potensi jadi menakutkan? Mungkin karena minimnya latihan seperti fire drill yang biasa dilakukan di kantor2. Kalau masyarakat terlatih, kata potensi tidak akan menimbulkan kepanikan tapi akan diterima sebagai warning untuk keselamatan diri sendiri, dan selayaknya diberikan ucapan terima kasih. Dari pada pusing mikirin istilah yang nyaman bagi masyarakat, mendingan dikasih tahu, ini lho ada bahaya, kalau ada bahaya seperti ini mesti begini ni ni ni, begitu tu tu tu (meminjam lagu Benyamin Sueb). LL -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Budi Waluyo Sent: Monday, September 17, 2007 11:18 AM To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Dear All, Salah satu tugas dari BMG adalah memonitor, menganalisa dan menginformasikan kejadinya gempa bumi di Indonesia dan Asean, karena BMG menjadi Asean Earthquake Information Center (AEIC). Jadi BMG tidak pernah mengeluarkan prediksi gempa. Nah untuk antisipasi jika gempa menimbulkan tsunami, maka jika ada gempa dengan kriteria sbb: M 6.3 SR depth 60 km lokasi di Laut maka info gempanya diberi tambahan Potensi TSUNAMI utk dtrskn pd msyrkt Pengiriman info gempa tsb via sms, ranet dan fax. Nah sebenarnya BMG sedang mencari kata2 yang tidak menakutkan masyarakat. apakah kata Potensi TSUNAMI perlu diganti dengan kata yang lain ??? misalnya : dpt menimbulkan TSUNAMI Mohon masukan yang membangun. --Original Mail-- From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia [EMAIL PROTECTED] Sent: Mon, 17 Sep 2007 05:50:55 +0800 Subject: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Setelah kejadian Tsunami Pangandaran, banyak para ahli yang berbalik haluan dalam memberikan peringatan. Kalau sebelumnya dengan sebuah ungkapan menenangkan saat ini dengan ungkapan peringatan, walau kadang terdengar menakutkan. Tapi semestinya bisa diberikan penjelasan wajar, gimana ya caranya ? supaya tidak bernada/mengundang kepanikan. rdp == Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/092007/16/0102.htm BANDUNG, (PR).- Masyarakat diminta waspada atas gempa dengan magnitude berkekuatan besar yang berpotensi mengguncang Pulau Jawa. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprediksi gempa berkekuatan 9 pada Skala Richter (SR) bisa terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera. Hal itu diakui Kepala BMG Stasiun Kelas I Bandung Hendri Subakti, ketika dihubungi lewat telefon, Sabtu (15/9) malam. Potensi gempa memang ada, termasuk prediksi kekuatannya. Namun, sampai sejauh ini kapan terjadinya, tidak dapat diprediksi, ujar Hendri Subakti.
Re: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...)
Terima kasih atas ulasannya yang panjang lebar. Sebetulnya masalahnya adalah tidak ada bukti yang nyata mengenai teori aulogene itu. Weimer hanya berkunjung ke Balikpapan hanya satu dua hari saja, dan apa yang dia nyatakan adalah impressions saja, sehingga lebih bersifat suatu hypothesis. Juga pengarang2 lainnya yang Anda berikan hanya sekadar menyebut saja soal aulacogene ini. Andang juga hanya menyebut saja. Sebetulnya aulacogene ini suatu failed rift system, tetapi Moss dll, hanya menyebutkan N-S rift system sejajar dengan Makassar Strait rifting, dan tidak menyebutkan lengan yang satunya lagi yang . Sebetulnya saya cenderung menerima teori aulacogene, hanya sampai kini belum pernah ada pembuktian secara nyata. Saya hanya penasaran saja apakah pernah ada yang menulis mengenai aulacogene ini secara mendetail, ternyata tidak ada. Saya mendapatkan kesan Moss et al dan jago2nya Kutei basin termasuk Andang tentunya mengabaikan teori aulacogene ini. Wassalam RPK - Original Message - From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 10:48 PM Subject: RE: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...) Pak Koesoema, Paper2 Steve Moss dan groupnya (SE Asia Research Group, mis Ian Cloke, Carter, Jason Ali, Moyra Wilson) tak pernah mencantumkan Weimer (1975) di dalam referensinya. Hal itu bisa dicek di Moss et al. (1997) - new observations on the sedimentary and tectonic evolution of the Tertiary Kutei Basin; Moss et al (1998) - late Oligocene uplift and volcanism on the northern margins of the Kutei Basin; Moss and Chambers (1999) - Tertiary facies architecture in the Kutei Basin. R.J. Weimer menerbitkan analisisnya tentang Kutei-Mahakam sebagai aulacogen di majalah Geologi Indonesia vol 2 no. 2 (1975). Ini publikasi yang tak gampang dicari, saat ini pun kita akan susah mencarinya. Bisa saja saat Steve Moss et al rajin meneliti Kutei dari 1994-1999, mereka tak tahu publikasi Weimer (1975) ini. Banyak peneliti asing yang apriori dengan paper2 di proceedings IAGI atau di Majalah Geologi Indonesia. Publikasi yang ditulis terutama dalam bahasa Indonesia, membuat mereka tak meliriknya (padahal yang ditulis dalam bahasa Inggris pun banyak). Tetapi kalau kita ikuti uraian evolusi Kutei Basin berdasarkan Moss et al (1997) dan Moss dan Chambers (1999), maka mereka menyatakan bahwa evolusi Kutei Basin erat berkaitan dengan rifting Makassar Strait -sesuatu yang mendekati teori aulacogen Weimer (1975), hanya mereka tak menyebutnya sebagai aulacogen. Lagipula, penelitian Moss dkk lebih terkonsentrasi di failed rift system-nya di Kutei onshore; sedangkan Weimer (1975) lebih banyak membahas dua lengan lain yang mekar yang menjadi tempat delta Mahakam berkembang. Jago Kutei Basin kita, Andang Bachtiar, yang disertasi S-3-nya (ITB, 2004) tentang stratigrafi sekuen dan geokimia batuan induk Miosen Awal lower Kutei Basin menyatakan bahwa Kutei Basin mengalami deformasi polifase. Cekungan berawal sebagai forearc basin pada pre-Tertiary, lalu jadi intra-arc sampai backarc pada Paleosen,dan akhirnya menjadi back-arc basin pada Miosen Tengah melalui fase singkat aulacogen. Tentu saja Pak Andang mengenal analisis Weimer (1975) itu, maka memasukkan dalam evaluasinya. Bukan begitu Pak Andang ? Hanya analisis Pak Andang berbeda dengan analisis Steve Moss dkk. baik dalam evolusi maupun timing-nya. Wajar berbeda interpretasi. Tahun 2000, Steve Moss dari group Robert Hall mempresentasikan paper tentang evolusi north Makassar Strait di AAPG Bali. Dikatakan, kerak samudera melandasi north Makassar Strait berdasarkan banyak metode. Tahun 2005, Sinchia Dewi Puspita, murid Robert Hall mempresentasikan di IPA hal yang sama, tetapi menyatakan bahwa north Makassar Strait dilandasi oleh kerak kontinen yang menipis (attenuated continental basement) karena rifting. Saya menanyakan ke Sinchia, mana nih yang benar, kok sama2 dari group Robert Hall tetapi interpretasinya bertolak belakang. Pertanyaan saya langsung dijawab Robert Hall : data bertambah interpretasi bisa berubah Betul Robert Hall, betul Sinchia; data gravity dan magnetik, juga seismik dalam lima tahun terakhir menunjukkan bahwa tak ada kerak samudera di bawah North Makassar Basin. Benang merahnya adalah bahwa wajar interpretasi berbeda, saya akan mengikuti yang mana yang didukung data. salam, awang Koesoemadinata wrote : Anehnya jago2 Kutei Basin seperti Steve Moss dll, tidak pernah menyinggung-nyinggung Kutei Basin sebagai aulocogene. Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Koesoema, Setahu saya, Weimer (1975 - Majalah Geologi Indonesia) adalah orang yang pertama kali menyebut bahwa Kutei dan Delta Mahakam berkembang sebagai sistem aulacogen. Saat itu, Weimer tengah menjadi tamu di ITB dan sempat menganalisis Kutei Basin dan menuliskannya di MGI. Pak Koesoema pasti
RE: [iagi-net-l] RE: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR
Semestinya sebagai geoscientist sih memberikan informasi kepada masyarakat tentang penemuannya, efeknya, dan apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi kerugian. Tugasnya IAGI bukan, sebagai suatu lembaga independen geoscientists? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 10:32 PM To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Subject: Re: [iagi-net-l] RE: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Sebagai geoscientist kita sadar bahwa Indonesia berada pada sabuk bencana, namun apakah kita sebagai geoscience hanya bertugas untuk menahan/ngadang-adangi (apa ya bhasa Indonesianya ?) setiap rencana konstruksi civil. Kita tahu dengan pasti bahwa bencana gempa sebesar ini tidak main-main. Apakah sudah cukup puas bagi geoscientist yang telah mampu (misalnya) menyatakan bahwa Jawa berpotensi gempa M 9 tidak lama lagi.. Lah lantas, bagaimana kita harus ngakali atau hidup dengan ancaman seperti itu ? Apakah brarti Jawa Tidak layak huni untuk dimasa depan ? Dimana konstruksi tidak ada yg mampu menandingi hingga berusia lebih dari 30 tahun misalnya ? Tentu tidak, kan Pe eR kita bukan hanya memperkirakan bencana (kapan, dimana, seberapa besar), bukan hanya potes menolak PLTN, juga menolak pembangunan gedung-gedung di kota. Bukan mencegah penambangan ataupun usaha ekstraksi, termasuk pengeboran mislnya. Toh sudah jelas juga bukan berarti kita menantang alam. Tapi Geoscientist dituntut untuk bisa menggiring, mengarahkan atau mengajak agar masyarakat Indonesia ( termasuk di Jawa) masih bisa hidup dalam lingkungan bahaya ini, kan? Not fight to it, but how we adapt to it RDP. On 9/18/07, Ismail Zaini [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagimana dg rencana dua Gubernur Banten - Lampung yg akan membangun Jembatan Jawa-Sumatera , kalau melihat Potensi bahaya geologinya sangat besar didaerah tsb.hampir semua Potensi bahaya geologi ada di daerah tsb.Kalau di jepara ( PLTN ) yang potensinya masih meragukan saja sudah ramai apalagi didaerah selat sunda ini ya. sebetulnya proyek ini sudah didengungkan sejak era delapan puluhan , dimana ada dua pilihan apakah lewat terowongan bawah laut atau jembatan diatas laut dg panjang bisa mencapai 90 Km karena laur pelayaran disini cukup ramai.Kalau jadi dibangun mungkin bisa menjadi Forum perdebatan berbagai ilmu terutama geosain dan kontruksi. ISM Menurut saya, potensi tsunami tidak terlalu menakutkan. Yang lebih menakutkan adalah ramalan bahwa akan banyak lagi gempa besar bergerak menyisir bagian selatan Indonesia dalam waktu dekat. Mengapa kata potensi jadi menakutkan? Mungkin karena minimnya latihan seperti fire drill yang biasa dilakukan di kantor2. Kalau masyarakat terlatih, kata potensi tidak akan menimbulkan kepanikan tapi akan diterima sebagai warning untuk keselamatan diri sendiri, dan selayaknya diberikan ucapan terima kasih. Dari pada pusing mikirin istilah yang nyaman bagi masyarakat, mendingan dikasih tahu, ini lho ada bahaya, kalau ada bahaya seperti ini mesti begini ni ni ni, begitu tu tu tu (meminjam lagu Benyamin Sueb). LL -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Budi Waluyo Sent: Monday, September 17, 2007 11:18 AM To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Dear All, Salah satu tugas dari BMG adalah memonitor, menganalisa dan menginformasikan kejadinya gempa bumi di Indonesia dan Asean, karena BMG menjadi Asean Earthquake Information Center (AEIC). Jadi BMG tidak pernah mengeluarkan prediksi gempa. Nah untuk antisipasi jika gempa menimbulkan tsunami, maka jika ada gempa dengan kriteria sbb: M 6.3 SR depth 60 km lokasi di Laut maka info gempanya diberi tambahan Potensi TSUNAMI utk dtrskn pd msyrkt Pengiriman info gempa tsb via sms, ranet dan fax. Nah sebenarnya BMG sedang mencari kata2 yang tidak menakutkan masyarakat. apakah kata Potensi TSUNAMI perlu diganti dengan kata yang lain ??? misalnya : dpt menimbulkan TSUNAMI Mohon masukan yang membangun. --Original Mail-- From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia [EMAIL PROTECTED] Sent: Mon, 17 Sep 2007 05:50:55 +0800 Subject: [Forum-HAGI] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Setelah kejadian Tsunami Pangandaran, banyak para ahli yang berbalik haluan dalam memberikan peringatan. Kalau sebelumnya dengan sebuah ungkapan menenangkan saat ini dengan ungkapan peringatan, walau kadang terdengar menakutkan. Tapi semestinya bisa diberikan penjelasan wajar, gimana ya caranya ? supaya tidak bernada/mengundang kepanikan. rdp == Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/092007/16/0102.htm BANDUNG, (PR).-
RE: [iagi-net-l] Pemetaan Geologi Bersistem Wilayah Indonesia
Menarik sekali ulasan Mas Awang, terutama berkurangnya kewajiban mahasiswa melakukan tugas akhir. Bahkan ketika saya bertemu dengan beberapa rekan yang seangkatan (plus minuslah) mereka mengeluhkan fresh graduate sekarang logika geologinya sangat minim, bahkan untuk deskripsi batuanpun ada yang tidak bisa. Sekedar sharing, sewaktu IPA mengadakan kursus Core Analysis untuk mahasiswa bulan lalu, malamnya diadakan malam sharing seperti biasa. Saat itu ada Bang Sanggam dan Mas Ipul juga. Ada seorang mahasiswa yang menanyakan, Apa yang harus saya kuasai kalau ingin diterima di oil company? Play apa yang sekarang sedang populer?. Jawaban saya saat itu adalah kalau mereka ketemu saya atau rekan2 saya pas interview, mereka akan saya sodorkan batuan dan akan saya suruh deskripsi dan cerita batuan tersebut kira2 diendapkan di energi seperti apa. Kemudian saya akan membuat sketsa outcrop, atau foto outcrop dan akan saya suruh deskripsi dan saya lihat bagaimana urut2an cara mereka berpikir. Karena laboratorium geologist adalah muka bumi ini. Bukan komputer. Bukan software. Tapi cara mengambil data di lapangan dan deskripsi batuan serta analisa geologinya. Dalam acara yang lain, Mas Andang Bachtiar juga sempat hadir dan juga memberi pengarahan, kurang lebih bahwa kalau kita melihat wireline log, kita harus otomatis bisa membayangkan batuannya seperti apa. Kalau tidak terbiasa melihat batuan, bagaimana bisa interpretasi data2 yang ada? Sangat disayangkan kalau porsi ke lapangan semasa mahasiswa dikurangi. Karena kesempatan untuk itu semakin kecil kalau sudah bekerja (kecuali kerja di lapangan), musti rebut2an kalau mau ikutan fieldtrip! Mudah2an membantu, Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 2:54 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Pemetaan Geologi Bersistem Wilayah Indonesia Teman-teman seangkatan saya, yang lebih senior, dan yang lebih junior daripada saya yang pernah mempunyai tugas sarjana muda dan sarjana memetakan geologi suatu wilayah di Indonesia pasti akrab dengan istilah pemetaan bersistem. Dulu saat saya masih kuliah di Geologi Unpad (1983-1989), si mahasiswa saat kuliah akan melakukan pemetaan geologi dua kali : saat sarjana muda 25 km2 (5 x 5 km), dan saat sarjana 100 km2 (10 x 10 km). Ini adalah saat-saat yang berat dalam segala hal (energi, waktu, dana); tetapi manfaatnya pun luar biasa. Geologi harus berasal dari lapangan. Problematika geologi berasal dari lapangan, dan mencari pemecahan atas problematika itu pun ada di lapangan. Kini, setelah komputer mendominasi banyak analisis geologi, dan semakin berkurangnya wilayah yang bisa dipetakan; tak semua mahasiswa geologi wajib memetakan wilayah untuk tugas akhirnya. Dia yang tak mau ke lapangan bisa memilih menganalisis problem geologi melalui data seismik, log, dan lain-lain bukan data batuan; komputer PC dan workstation adalah alat analisis utamanya, bukan buku lapangan, bukan palu, bukan kompas, bukan loupe, bukan HCL N =10 %, bukan tali ukur, bukan mikroskop, dan bukan alat- lapangan lain yang berat dan kotor. Semoga yang menamakan dirinya geologist, siapa pun itu, tetap mencintai batuan-batuan di lapangan. Pemetaan bersistem adalah program pemetaan geologi seluruh permukaan wilayah Indonesia yang dilakukan oleh badan pemerintah sejak Belanda ada di Indonesia, sampai ke zaman kemerdekaan. Maka, berarti yang melakukannya adalah Dienst van het Mijnwezen saat zaman Belanda, lalu pada masa kemerdekaan dilakukan oleh Direktorat Geologi, kemudian Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G). Yang pernah memetakan Kuningan atau Banymas pasti mengenal nama Hetzel dan Kastowo, yang pernah memetakan Sukabumi pasti mengenal nama Duyfjes dan Sukamto, yang pernah memetakan Cianjur pasti mengenal nama Sujatmiko (alias Mang Okim - gemologist sekarang), yang pernah jauh ke Kepala Burung pasti mengenal Zwierzicky, dll.). Geologi wilayah Indonesia dipetakan puluhan tahun, sejak Belanda ada di Indonesia, dan dinyatakan selesai seluruhnya pada tanggal 6 Oktober 1995. Hampir 90 % pekerjaan pemetaan bersistem diselesaikan pada masa kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan itu, Pemerintah Indonesia pernah bekerja sama dengan badan geologi Inggris untuk memetakan Kalimantan, dan bekerja sama dengan badan geologi Australia untuk memetakan Papua. Pemetaan bersistem membagi permukaan pulau2 Indonesia menjadi 239 lembar peta.
RE: [iagi-net-l] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR-Inconvenient Truth
Mas Vick, sudah nonton film Inconvenient Truth (Kenyataan yang tidak nyaman)? Dalam filem ini Al Gore menceritakan tentang global warming. Data2 scientific, efeknya seperti apa, dan keadaannya seperti apa. Sekilas, penjelasan Al Gore ini menakutkan, tetapi karena diterangkan dengan mudah dan logis, para pendengarnya bisa memakluminya. Di akhir presentasinya, Al mengemukakan bahwa hal ini bisa dikurangi efeknya, dan menunjukkan website yang bisa diakses agar tiap2 orang bisa berpartisipasi dalam memperlambat global warming. Mungkin cara penyampaian kepada masyarakat atau pemuka masyarakan juga perlu seperti caranya Al Gore ini. Gempa memang menakutkan, itu adalah suatu kenyataan yang tidak nyaman. Tetapi bukankah ketidaktahuan lebih menakutkan akibatnya? PRnya IAGI nambah...atau tepatnya, PRnya Public Relations-nya IAGI nambah (ngomong2 kok ngga pernah kedengaran PRnya IAGI ngomong ya, siapa sih PRnya?) Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 4:51 AM To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Subject: [iagi-net-l] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Setelah kejadian Tsunami Pangandaran, banyak para ahli yang berbalik haluan dalam memberikan peringatan. Kalau sebelumnya dengan sebuah ungkapan menenangkan saat ini dengan ungkapan peringatan, walau kadang terdengar menakutkan. Tapi semestinya bisa diberikan penjelasan wajar, gimana ya caranya ? supaya tidak bernada/mengundang kepanikan. rdp == Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/092007/16/0102.htm BANDUNG, (PR).- Masyarakat diminta waspada atas gempa dengan magnitude berkekuatan besar yang berpotensi mengguncang Pulau Jawa. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprediksi gempa berkekuatan 9 pada Skala Richter (SR) bisa terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera. Hal itu diakui Kepala BMG Stasiun Kelas I Bandung Hendri Subakti, ketika dihubungi lewat telefon, Sabtu (15/9) malam. Potensi gempa memang ada, termasuk prediksi kekuatannya. Namun, sampai sejauh ini kapan terjadinya, tidak dapat diprediksi, ujar Hendri Subakti. Kepala Bidang Seismologi Teknis dan Tsunami BMG, Ir. Fauzi dalam seminar Mewaspadai Gempa Berantai di Indonesia di Jakarta mengatakan, potensi gempa berkekuatan 9 SR itu bisa terjadi di Jawa dan Sumatera. Untuk mengantisipasi, selain membangun stasiun seismik tambahan, BMG juga akan membagi Indonesia dalam enam zona pengawasan gempa. Pembagian zona diatur berdasarkan potensi aktif gempa yang akan terjadi sampai daerah yang dianggap paling stabil, belum mengalami gempa. Misalnya, pantai barat Sumatera masuk dalam kategori zona sangat aktif, sementara Kalimantan masuk dalam kategori daerah stabil. Wilayah Papua bagian utara juga masuk dalam kategori zona seismik aktif. BMG, juga akan terus melakukan perapatan pengamatan dengan membangun 76 dari total 160 stasiun seismik yang direncanakan. Hal itu dilakukan untuk mendeteksi gempa lebih dini, sehingga dapat meminimalisasi kerugian materi maupun korban jiwa ketika bencana alam terjadi, ungkap Fauzi. Minta naik Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah berharap, DPR dapat menyetujui kenaikan dana tanggap darurat Rp 800 miliar untuk tahun 2008 yang diajukan Depsos. Dengan dana sebesar itu, diharapkan Depsos akan lebih mampu menanggulangi bencana, termasuk gempa bumi dengan lebih baik lagi. Kalau teman-teman DPR menyetujui Rp 800 miliar saja, maka kemampuan Depsos cukup luar biasa, ungkap Bachtiar dalam acara diskusi obrolan Sabtu, di Jakarta, Sabtu (15/9). Menurut dia, kenaikan dana tanggap darurat itu akan dialokasikan untuk melipatkan anggaran bencana di daerah-daerah yang berpotensi terkena bencana alam. Jadi, untuk daerah-daerah yang sering terkena gempa akan dilipatkan stoknya, baik dalam pasokan makanan, maupun perlatan bantuan lainnya, ujar Bachtiar. Bachtiar mengemukakan, tahun lalu dana tanggap darurat di Depsos berkisar Rp 400 miliar. Hal itu masih kurang, karena banyaknya kejadian-kejadian bencana alam yang melanda tanah air. Ia pun mengklarifikasi bahwa Depsos mempunyai anggaran Rp 1,2 triliun untuk tanggap darurat bencana.
RE: [iagi-net-l] FW: Press Release Gempa Bengkulu baru
IAGI sudah memprediksi bahwa gempa berikut adalah kawasan Siberut. Apakah bisa dibuat simulasi daerah yang mungkin terkena imbas gempa tsb, misalnya dengan pola radiasi gempa? Kalau bisa, mestinya bisa diikuti dengan perencanaan titik pusat penanggulangan bencana untuk antisipasi. LL -Original Message- From: Paulus Tangke Allo [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 3:46 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] FW: Press Release Gempa Bengkulu baru -- Forwarded message -- From: iagisek [EMAIL PROTECTED] Yth Anggota Milis IAGI net Terlampir Press Release IAGI Gempa Bengkulu 12 September 2007 Yang kita diskusikan dengan pemerhati dan juga dihadiri oleh media masa Tanggal 15 September 2007 di Gedung I BPPT Jl. MH Thamrin. Jakarta Terimakasih Sutar JOINT CONVENTION BALI 2007 The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...)
Ya Pak Koesoema, dua lengan aulacogen yang mekar di Makassar Strait banyak yang membahas sebab di situlah minyak dan gas Kutei-Makassar basinal areas berkumpul, datanya banyak sekali. Tetapi, itu pun tak ditujukan untuk membahas aulacogen Weimer (1975). Sedangkan, satu lengan aulacogen yang gagal membuka (tetapi sekedar tenggelam), yaitu di onshore dan terutama upper Kutei Basin, sedikit sekali dibahas. Publikasi2 dari Moss et al. adalah yang paling detail; ada beberapa dari Wain dan Berod (1985) juga teman2 Lasmo yang pernah bekerja di Runtu Block (John Chambers, Timothy Daley, Elly Guritno, dll). Tetapi, semua publikasi itu juga tak ditujukan untuk membahas aulacogen Weimer (1975). Maka, benar seperti yang Pak Koesoema tulis, aulacogen Weimer (1975) tetap sebagai hipotesis, yang dibangun Weimer setelah melihat Mahakam Delta, rifting Makassar, dan mengingat Niger delta. Saya berpikir juga bahwa model aulacogen bisa berjalan di Kutei ke Mahakam ke Makassar Strait. Secara teknis, prasyarat2 untuk aulacogen di sini telah dipenuhi semua. Hanya, setahu saya, belum ada yang membahas hipotesis Weimer ini dengan detail dan menggunakan semua data yang ada sampai sekarang. Salam, awang -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 18, 2007 5:26 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...) Terima kasih atas ulasannya yang panjang lebar. Sebetulnya masalahnya adalah tidak ada bukti yang nyata mengenai teori aulogene itu. Weimer hanya berkunjung ke Balikpapan hanya satu dua hari saja, dan apa yang dia nyatakan adalah impressions saja, sehingga lebih bersifat suatu hypothesis. Juga pengarang2 lainnya yang Anda berikan hanya sekadar menyebut saja soal aulacogene ini. Andang juga hanya menyebut saja. Sebetulnya aulacogene ini suatu failed rift system, tetapi Moss dll, hanya menyebutkan N-S rift system sejajar dengan Makassar Strait rifting, dan tidak menyebutkan lengan yang satunya lagi yang . Sebetulnya saya cenderung menerima teori aulacogene, hanya sampai kini belum pernah ada pembuktian secara nyata. Saya hanya penasaran saja apakah pernah ada yang menulis mengenai aulacogene ini secara mendetail, ternyata tidak ada. Saya mendapatkan kesan Moss et al dan jago2nya Kutei basin termasuk Andang tentunya mengabaikan teori aulacogene ini. Wassalam RPK - Original Message - From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 10:48 PM Subject: RE: [iagi-net-l] delta dan strike-slip faulting (was : tsunami-genic normal faulting EQ ...) Pak Koesoema, Paper2 Steve Moss dan groupnya (SE Asia Research Group, mis Ian Cloke, Carter, Jason Ali, Moyra Wilson) tak pernah mencantumkan Weimer (1975) di dalam referensinya. Hal itu bisa dicek di Moss et al. (1997) - new observations on the sedimentary and tectonic evolution of the Tertiary Kutei Basin; Moss et al (1998) - late Oligocene uplift and volcanism on the northern margins of the Kutei Basin; Moss and Chambers (1999) - Tertiary facies architecture in the Kutei Basin. R.J. Weimer menerbitkan analisisnya tentang Kutei-Mahakam sebagai aulacogen di majalah Geologi Indonesia vol 2 no. 2 (1975). Ini publikasi yang tak gampang dicari, saat ini pun kita akan susah mencarinya. Bisa saja saat Steve Moss et al rajin meneliti Kutei dari 1994-1999, mereka tak tahu publikasi Weimer (1975) ini. Banyak peneliti asing yang apriori dengan paper2 di proceedings IAGI atau di Majalah Geologi Indonesia. Publikasi yang ditulis terutama dalam bahasa Indonesia, membuat mereka tak meliriknya (padahal yang ditulis dalam bahasa Inggris pun banyak). Tetapi kalau kita ikuti uraian evolusi Kutei Basin berdasarkan Moss et al (1997) dan Moss dan Chambers (1999), maka mereka menyatakan bahwa evolusi Kutei Basin erat berkaitan dengan rifting Makassar Strait -sesuatu yang mendekati teori aulacogen Weimer (1975), hanya mereka tak menyebutnya sebagai aulacogen. Lagipula, penelitian Moss dkk lebih terkonsentrasi di failed rift system-nya di Kutei onshore; sedangkan Weimer (1975) lebih banyak membahas dua lengan lain yang mekar yang menjadi tempat delta Mahakam berkembang. Jago Kutei Basin kita, Andang Bachtiar, yang disertasi S-3-nya (ITB, 2004) tentang stratigrafi sekuen dan geokimia batuan induk Miosen Awal lower Kutei Basin menyatakan bahwa Kutei Basin mengalami deformasi polifase. Cekungan berawal sebagai forearc basin pada pre-Tertiary, lalu jadi intra-arc sampai backarc pada Paleosen,dan akhirnya menjadi back-arc basin pada Miosen Tengah melalui fase singkat aulacogen. Tentu saja Pak Andang mengenal analisis Weimer (1975) itu, maka memasukkan dalam evaluasinya. Bukan begitu Pak Andang ? Hanya analisis Pak Andang berbeda dengan analisis Steve Moss dkk. baik dalam evolusi maupun
RE: [iagi-net-l] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR-Inconvenient Truth
Setuju dengan Vita. Bahkan karena begitu bagusnya, film Inconvenient Truth diganjar piala Oscar, dan Minggu malam lalu Al Gore naik panggung lagi menerima Emmy award atas usaha Al Gore menyebarkan inconvenient truth lewat saluran interaktif TV kabel dan internet Current TV. Maka, masyarakat menjadi sangat terdidik dengan issue pemanasan global, dan mereka sudah tahu bagaimana mencoba mengurangi efeknya sebisa mereka. Gempa yang mengancam beberapa pulau di Indonesia juga adalah inconvenient truth (kenyataan yang tak menyenangkan). Mau apalagi sebab pulau2 itu duduk di atas tubrukan antar lempeng. Tetapi, edukasi tentang kegempaan yang disampaikan dengan cara baik, sebaik Al Gore menerangkan pemanasan global (barangkali ada yang melihat saat dia presentasi tentang itu di acara Oprah Winfrey beberapa bulan lalu pada Sabtu pagi MetroTV), akan membuat masyarakat paham sepenuhnya tentang gempa dan tahu tindakan2 apa yang mesti dilakukan. Sekali lagi, teknik komunikasi yang baik diperlukan di sini. Salam, awang -Original Message- From: Parvita Siregar [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 18, 2007 7:33 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR-Inconvenient Truth Mas Vick, sudah nonton film Inconvenient Truth (Kenyataan yang tidak nyaman)? Dalam filem ini Al Gore menceritakan tentang global warming. Data2 scientific, efeknya seperti apa, dan keadaannya seperti apa. Sekilas, penjelasan Al Gore ini menakutkan, tetapi karena diterangkan dengan mudah dan logis, para pendengarnya bisa memakluminya. Di akhir presentasinya, Al mengemukakan bahwa hal ini bisa dikurangi efeknya, dan menunjukkan website yang bisa diakses agar tiap2 orang bisa berpartisipasi dalam memperlambat global warming. Mungkin cara penyampaian kepada masyarakat atau pemuka masyarakan juga perlu seperti caranya Al Gore ini. Gempa memang menakutkan, itu adalah suatu kenyataan yang tidak nyaman. Tetapi bukankah ketidaktahuan lebih menakutkan akibatnya? PRnya IAGI nambah...atau tepatnya, PRnya Public Relations-nya IAGI nambah (ngomong2 kok ngga pernah kedengaran PRnya IAGI ngomong ya, siapa sih PRnya?) Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 4:51 AM To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Subject: [iagi-net-l] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR Setelah kejadian Tsunami Pangandaran, banyak para ahli yang berbalik haluan dalam memberikan peringatan. Kalau sebelumnya dengan sebuah ungkapan menenangkan saat ini dengan ungkapan peringatan, walau kadang terdengar menakutkan. Tapi semestinya bisa diberikan penjelasan wajar, gimana ya caranya ? supaya tidak bernada/mengundang kepanikan. rdp == Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/092007/16/0102.htm BANDUNG, (PR).- Masyarakat diminta waspada atas gempa dengan magnitude berkekuatan besar yang berpotensi mengguncang Pulau Jawa. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprediksi gempa berkekuatan 9 pada Skala Richter (SR) bisa terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera. Hal itu diakui Kepala BMG Stasiun Kelas I Bandung Hendri Subakti, ketika dihubungi lewat telefon, Sabtu (15/9) malam. Potensi gempa memang ada, termasuk prediksi kekuatannya. Namun, sampai sejauh ini kapan terjadinya, tidak dapat diprediksi, ujar Hendri Subakti. Kepala Bidang Seismologi Teknis dan Tsunami BMG, Ir. Fauzi dalam seminar Mewaspadai Gempa Berantai di Indonesia di Jakarta mengatakan, potensi gempa berkekuatan 9 SR itu bisa terjadi di Jawa dan Sumatera. Untuk mengantisipasi, selain membangun stasiun seismik tambahan, BMG juga akan membagi Indonesia dalam enam zona pengawasan gempa. Pembagian zona diatur berdasarkan potensi aktif gempa yang akan terjadi sampai daerah yang dianggap paling stabil, belum mengalami gempa. Misalnya, pantai barat Sumatera masuk dalam kategori zona sangat aktif, sementara Kalimantan masuk dalam kategori daerah stabil. Wilayah Papua bagian utara juga masuk dalam kategori zona seismik aktif. BMG, juga akan terus melakukan perapatan pengamatan dengan membangun 76 dari total 160 stasiun seismik yang direncanakan. Hal itu dilakukan untuk mendeteksi gempa lebih dini, sehingga dapat
Re: [iagi-net-l] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR-Inconvenient Truth
Aku rasa ada sdikit beda antara gempa dengan global warming (GW)nya AlGore AlGore mengatakan kalau GW bisa ditahan dengan usaha manusia. Namun aku pikir kita tidak bisa apa-apa dengan gempa, mau apa lagi seperti Pak Awang dibawah. Menurut Al Gore disini : http://www.climatecrisis.net/thescience/ Dia mengatakan bahwa global warming akibat ulah manusia, walaupun dibawah artikelnya sebenernya kalimat refrensinya begini is unlikely to be entirely natural in origin ... tapi Al Gore njujug menyimpulkan The vast majority of scientists agree that global warming is real, it's already happening and that it is the result of our activities and not a natural occurrence.1 Silahkan chek website beliau diatas itu linknya. Disinilah aku berbeda pemikiran dengan AlGore ... Aku stuju bahwa GW memang sedang terjadi. tetapi proporsi penyebabnya masih 50-50 antara natural vs man made. Kalau saja mensikapi GW dengan usaha keras mengurangi emisi gas buang juga dengan mencari alternatif energi dll, biaya yang harus ditanggung terlampau besar. Saya masih berpikir Not fight to it, but how we adapt to it. Artinya lebih baik duwik yang buanyak untuk mencari energi pengganti itu akan lebih efisien seandainya untuk studi malaria atau dengue (demam berdarah). Kedua nyamuk ini yang mungkin justru akan menjadi killer ketika suhu bumi meninggi. Kita tidak akan mati dengan suhu naik 3-5 degree. Tapi kita justru akan mati kesengat nyamuk dengue yang jumlahnya berlipat-lipat karena suhunya mempercepat penetasan telurnya. Kita (human race) bisa terpukul dari belakang. Seandainya efisiensi gagal, maka kalau saja energi berkurang mungkin kerja (usaha termasuk riset) juga terpaksa dikurangi. Dan kalau kerja dikurangi berarti kemajuan peradaban malah tertahan. Aku pikir peradaban manusia serta teknologi inilah selama ini yang menjadi tool atau senjata bagi spesies manusia untuk tetap survive (hidup dan bertahan). Saya malah khawatir kalau jalan politik Al Gore dilakukan di Indonesia, maka Indonesia akan menderita kerugian. Yang jelas sengsara rakyatnya, karena kasus dengue ini saja yang paling parah di Asia adalah Indonesia. Kalau dugaan ini benar, Saya akan cenderung menjalankan fungsiku sebagai individu dalam bertahan hidup demi anak keturunanku, bukan keturunannya :( ... maaf jadi bersikap parsial :( Aku tidak mau menyatakan Al Gore sekedar berpolitik, tetapi bahwa politik sudah mempengaruhi arah gerak kemajuan peradaban umat manusia itu sudah pasti. Salam RDP On 9/18/07, Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Setuju dengan Vita. Bahkan karena begitu bagusnya, film Inconvenient Truth diganjar piala Oscar, dan Minggu malam lalu Al Gore naik panggung lagi menerima Emmy award atas usaha Al Gore menyebarkan inconvenient truth lewat saluran interaktif TV kabel dan internet Current TV. Maka, masyarakat menjadi sangat terdidik dengan issue pemanasan global, dan mereka sudah tahu bagaimana mencoba mengurangi efeknya sebisa mereka. Gempa yang mengancam beberapa pulau di Indonesia juga adalah inconvenient truth (kenyataan yang tak menyenangkan). Mau apalagi sebab pulau2 itu duduk di atas tubrukan antar lempeng. Tetapi, edukasi tentang kegempaan yang disampaikan dengan cara baik, sebaik Al Gore menerangkan pemanasan global (barangkali ada yang melihat saat dia presentasi tentang itu di acara Oprah Winfrey beberapa bulan lalu pada Sabtu pagi MetroTV), akan membuat masyarakat paham sepenuhnya tentang gempa dan tahu tindakan2 apa yang mesti dilakukan. Sekali lagi, teknik komunikasi yang baik diperlukan di sini. Salam, awang -Original Message- From: Parvita Siregar [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 18, 2007 7:33 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Jawa Berpotensi Diguncang Gempa 9 SR-Inconvenient Truth Mas Vick, sudah nonton film Inconvenient Truth (Kenyataan yang tidak nyaman)? Dalam filem ini Al Gore menceritakan tentang global warming. Data2 scientific, efeknya seperti apa, dan keadaannya seperti apa. Sekilas, penjelasan Al Gore ini menakutkan, tetapi karena diterangkan dengan mudah dan logis, para pendengarnya bisa memakluminya. Di akhir presentasinya, Al mengemukakan bahwa hal ini bisa dikurangi efeknya, dan menunjukkan website yang bisa diakses agar tiap2 orang bisa berpartisipasi dalam memperlambat global warming. Mungkin cara penyampaian kepada masyarakat atau pemuka masyarakan juga perlu seperti caranya Al Gore ini. Gempa memang menakutkan, itu adalah suatu kenyataan yang tidak nyaman. Tetapi bukankah ketidaktahuan lebih menakutkan akibatnya? PRnya IAGI nambah...atau tepatnya, PRnya Public Relations-nya IAGI nambah (ngomong2 kok ngga pernah kedengaran PRnya IAGI ngomong ya, siapa sih PRnya?) Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded,
Re: [iagi-net-l] FW: Press Release Gempa Bengkulu baru
Ada yg bisa menjawab pertanyaan soal press release itu ? Mestinya ke email yg tercantum tapi knapa kok malah ke aku :( Komentar: Pak, saya mau nanya, disitu kan ada peta pulau sumatera, yang disebalhnya ada gambar lingkaran-lingkaran yang berwarna merah. Pertanyannya adalah, apakah maksud dari lingkaran2 berwarna merah tersebut. Apakah menunjukkan posisi dan kekuatan gempa bengkulu kemarin ataukah kemungkinan adanya gempa yang akan datang. Yang menarik dari peta atau gambar diatas adalah adanya lingkaran merah dan kuning dengan skala 8,6 Mw disekitar selat sunda. Apakah ini menunjukkan bahwa wilayah selat sunda sudah dalam keadaan merah dan kekuatan skala gempanya paling besar diantara wilayah merah yang lain. Saya juga mau nanya apa benar di wilayah sekitar selat sunda terdapat apa yang dinamakan benteng samudera atau palung yang panjang dan dalam yaitu kedalamannya sekitar 2 km lebih yang apabila runtuh terkena gempa diatas 8 SR akan mengakibatkan tsunami yang sangat dasyat. RDP = On 9/18/07, Leonard Lisapaly [EMAIL PROTECTED] wrote: IAGI sudah memprediksi bahwa gempa berikut adalah kawasan Siberut. Apakah bisa dibuat simulasi daerah yang mungkin terkena imbas gempa tsb, misalnya dengan pola radiasi gempa? Kalau bisa, mestinya bisa diikuti dengan perencanaan titik pusat penanggulangan bencana untuk antisipasi. LL -Original Message- From: Paulus Tangke Allo [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 17, 2007 3:46 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] FW: Press Release Gempa Bengkulu baru -- Forwarded message -- From: iagisek [EMAIL PROTECTED] Yth Anggota Milis IAGI net Terlampir Press Release IAGI Gempa Bengkulu 12 September 2007 Yang kita diskusikan dengan pemerhati dan juga dihadiri oleh media masa Tanggal 15 September 2007 di Gedung I BPPT Jl. MH Thamrin. Jakarta Terimakasih Sutar JOINT CONVENTION BALI 2007 The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - -- http://rovicky.wordpress.com/