Pak Ong ,
Trima kasih atas penjelasanya ,
saya sedikit komen thd tulisan Pak Ong ini :
{ Demikian juga dengan pembelian LNG. PLN rela membeli LNG Badak dengan
> harga mahal yang tadinya akan dijual ke Taiwan dengan harga $17/mmbtu. LNG
> adalah energi mahal sekali karena harus di compress dari 600 m3 menjadi
> 1m3 dengan mendinginkan minus 161 degree celcius, diangkut ke Jakarta
> dengan kapal khusus dan diregass oleh perusahaan swasta sebelum dipakai di
> PLN Muara Karang. LNG Badak dan PLN adalah milik Pemerintah, mengapa
> regassing dilewatkan swasta? Termasuk transpor, biaya regassing, dan
> keuntungan swasta, PLN diperkirakan membayar diatas $21/mmbtu.}
Saya Tidak tahu LNG ini untuk Pembangkit PLN yg mana , yg saya tahu kalau
di wilayah Jabotabek ini ada tiga pembangkit PLN yg menggunakan Gas {
PLTG) yaitu Muara Karang , Muara Tawar dan Tj,Priok
Berdasarkan Audit BPK ( audit khusus/audit investigasi thd sektor hulu
listrik ( penggunaan energi primer ) PLN th 2012 yg lalu. bahwa delapan
pembangkit gas ( termasuk Tanjung Priok , Muara Tawar, dan Muara Karang
tsb ) dg total kapasitas lbh dari 8000 MW telah terjadi inefisiensi (
nilai ketidak hematan ) lbh dari 19 T karena tidak dpt dioperasikan dg gas
( krn ada kelangkaan gas ) . Nah kemungkinan PLN berani membeli gas dg
harga tinggi tsb untuk menggantikan BBM yg harganya jauh lbh besar ( jadi
pembelian gas untuk Pembangkit gas yg sdh ada / eksisting) untuk
mengurangi penggunaan BBM yg mengakibatkan biaya yg jauh lbh tinggi.
semakin lama tidak ada pasokan gas semakin banyak biayanya untuk BBM (
bisa bisa kalau tdk dioperasikian terjadi pemadaman krn berkurangnya
pasokan listrik)
Tentunya untuk Proyek Proyek pembangkit yang baru akan dibangun ( untuk
kontrak baru ) harganya akan lain,
kalau harga diserahkan secara B to B sulit dilaksanakan.Mungkin
Pemerintah bisa menetapkan Harga Gas untuk pembangkit listrik dg
memperhatikan keekonmian lapangan dan PLN tinggal melaksanakan pembelian
tsb, begitu juga untuk gas CBM untuk pembangkit listrik
salam
Ism
> Pak Liamsi,
>
> Terima kasih atas tanggapannya. Dengan diskusi, kita bisa membuka mata
> untuk memajukan industri oil and gas yang sekarang makin lama makin
> terpuruk karena kelakuan dan perbuatan kita sendiri, nothing else.
>
> Mengutib email Anda: "PLN seperti Pertamina hanyalah sbg. operator dalam
> hal listrik dan BBM (BBM bersubsidi), bukan sbg, pembuat kebijakan kenapa
> PLN maunya harga belinya murah, karena PLN harus menjual produknya
> (listrik) dgn, harga yang ditentukan oleh Pemerintah (karena UUnya bilang
> begitu) shg. PLN tidak bisa menjual listriknya sesuai keekonomiannya PLN
> (ada mekanisme subsidi listrik dan besarnya subsidi dintentukan Pemerintah
> dgn DPR) akibatnya PLN tidak bisa membeli energi primer (gas,uap
> geothermal) dgn harga nantinya dapat berakibat menaikkan subsidi yang
> telah dipatok oleh Pemerintah dan DPR tsb."
>
> Disini Anda katakan bahwa PLN mau harga belinya murah untuk energi primer
> (gas,uap geothermal). Kenyataan tidak demikian. PLN ternyata beli dan
> impor diesel dengan harga tinggi untuk pembangkit listriknya, namun tidak
> rela bayar harga yang sama/wajar berdasarkan caloric value kepada K3S
> untuk gas atau uap geothermal produksi dalam negeri. Seandainya energi
> primer (gas,uap geothermal) diberikan harga sama seperti kalau import
> minyak diesel, K3S otomatis akan giat melakukan eksplorasi.
>
> Demikian juga dengan pembelian LNG. PLN rela membeli LNG Badak dengan
> harga mahal yang tadinya akan dijual ke Taiwan dengan harga $17/mmbtu. LNG
> adalah energi mahal sekali karena harus di compress dari 600 m3 menjadi
> 1m3 dengan mendinginkan minus 161 degree celcius, diangkut ke Jakarta
> dengan kapal khusus dan diregass oleh perusahaan swasta sebelum dipakai di
> PLN Muara Karang. LNG Badak dan PLN adalah milik Pemerintah, mengapa
> regassing dilewatkan swasta? Termasuk transpor, biaya regassing, dan
> keuntungan swasta, PLN diperkirakan membayar diatas $21/mmbtu.
>
> Sedangkan marginal gas field di South Sumatra (termasuk CBM) dan di Jawa
> Barat, masih cukup banyak, tapi karena hanya dihargai PLN $3-5/mmbtu, K3S
> tidak bergairah untuk melakukan eksplorasi. Seandainya K3S ditawari PLN
> dengan harga $21/mmbtu untuk gasnya, sama dengan harga beli LNG, pasti
> eksplorasi akan berkembang dan infrastruktur gas akan dibangun untuk
> delivery Muara Karang
>
>
> Salam,
>
> HL Ong
>
> -Original Message-
> From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
> lia...@indo.net.id
> Sent: Tuesday, January 3, 2017 11:39 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah
>
>
> Trima kasih Pak Pak Ong atas pencerahannya , millist nya IAGI menjadi
> bangun lagi dari tidurnya ... ramai lagi
>
> Kalau diperhatikan sepanjang waktu akhir akhir ini sdh banyak sekali
> masukan untuk sektor energy baik dari sisi hulu maupun hilirnya dari
> berbagai organisasi profesi maupun asosiasi yg kalau di ambil