Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
ini bukanya pakai CNG : ISM Pakai Gas Bumi, Pembangkit Listrik di Bali Ini Hemat Rp 4 Miliar/Hari Michael Agustinus - detikfinance Minggu, 03/04/2016 11:50 WIB Foto: Istimewa/Humas PLN Jakarta -Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said didampingi Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur dan Bali (JBTB) PT PLN, Amin Subekti meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTD Gas) 200 Mega Watt (MW) di Pesanggaran, Benoa, Bali. Kunjungan Menteri ESDM merupakan kelanjutan dari kegiatan kunjungan ke CNG Plant Gresik Jawa Timur, Jumat (1/4/2016). Dalam kunjungannya, Menteri ESDM turut menyaksikan penandatanganan Master Sales and Purchase Agreement (MSPA) dan Confirmation Notice (CN) terkait pembelian perdana LNG dari Bontang untuk pasokan PLTD Gas Pesanggaran antara PT Pertamina (Persero), Total E Indonesie, Inpex Corporation, dan PT PLN yang diwakili oleh Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur dan Bali Amin Subekti. Amin Subekti mengatakan, untuk mendukung program Bali Clean and Green Province itu, PLN telah menyiapkan pasokan Liquid Natural Gas (LNG) berikut infrastruktur penerimaan dan regasifikasinya di pelabuhan Tanjung Benoa. "Fasilitas ini akan menyalurkan gas rata-rata 30 juta kaki kubik per hari ke PLTD Gas Pesanggaran dan akan beroperasi mulai April 2016", kata Amin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (3/4/2016). PLTD Gas Pesanggaran berkapasitas 200 MW dibangun dalam rangka pemenuhan kebutuhan beban listrik di sub sistem Bali dan merupakan bagian dari upaya PLN untuk mendukung program 35.000 MW dari sisi kesiapan energi primer (gas) secara umum dan perkuatan sistem kelistrikan Jawa Bali secara khusus. Penyediaan pembangkit di Pesanggaran untuk peningkatan ketersediaan listrik sebelum Jawa Bali Crossing (JBC) 500 kiloVolt (kV) selesai. Selain untuk peningkatan efisiensi melalui peremajaan pembangkit eksisting dan sebagai peaker dan medium load setelah JBC 500 kV beroperasi. "PLTD Gas Pesanggaran beroperasi menggunakan tri fuel (gas, MFO, HSD). Manfaat yang didapat dari pembangkit listrik tenaga gasnya adalah pengurangan pemakaian BBM sebesar 547 kilo Liter (kL) per hari dari sebelumnya pemakaian BBM sebesar 2.190 KL per hari atau setara dengan penghematan sebesar Rp 4 miliar sehari," papar Amin. Manfaat lain dari penggunaan gas adalah menurunkan kebisingan dan getaran, menurunkan emisi CO2 gas buang. Sebelumnya, emisi yang dihasilkan sebesar 978.448 ton emisi per tahun menjadi 694.170 ton emisi per tahun, dan tidak ada emisi CO2 dan unit black start telah siap beroperasi. Keseluruhan manfaat tersebut sejalan dengan program pemerintah Propinsi Bali, yaitu program "Bali Clean and Green Province". PLTG Pesanggaran memperkuat sistem kelistrikan Bali saat ini dengan total daya 1.300 MW. Pasokan listrik di Bali di suplai dari Pembangkit PLTG Gilimanuk 130 MW, Pembangkit Pemaron 80 MW, PLTU Celukan Bawang 380 MW dan Kabel Laut Jawa Bali 340 MW. Dengan beban puncak 822 MW saat ini, pasokan listrik di Bali aman dan cukup untuk memenuhi permintaan listrik di Bali. Cadangan listrik sebesar 40% akan memperkuat kelistrikan Bali dan meningkatkan pelayanan kelistrikan di Pulau Dewata. Secara bertahap penggunaan BBM pada pembangkit terus dikurangi, berganti bahan bakar gas sepenuhnya. Penggunaan gas dan energi primer lainnya sebagai bahan bakar pembangkit semakin digencarkan oleh PLN karena lebih bersih, ramah lingkungan dan hemat dalam biaya operasional dan pemeliharaan. (feb/feb) > Selamat pagi Bapak/Ibu sekalian.. > > Menanggapi tulisan yg di forward Abah Yanto mengenai CNG vessel. > Apakah sdh ada lapangan yg mengoperasikan CNG ini d Indonesia? > Saya googling ga ketemu.. > Sepertinya capital nya lumayan mahal..karena vessel nya khusus (bespoke). > Kalau ada dan memang comercially viable..mungkin CNG ini adalah solusi > terbaik utk stranded gas fields / discoveries kita. > Yg saya maksud adalah non multi TCF discoveries yg jauh dr fasilitas. > Kalau limit keekonomiannya 3000km (seperti tulisan diatas) saya rasa > banyak > stranded discovery kita yg tdk se remote itu. > > Terima kasih > Fauzan > Geologist > Premier Oil > On 2 Apr 2016 06:28, "Yusmal - yusmal_yu...@yahoo.com"
Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Mmm yaa begitulah, semua tergantung : (1) DIMANA kita berpijak, (2) Kepentingan apa yang bisa kita ambil (3) Ada gula ada semut (4) Selalu proporsi KEPENTINGAN politik akan lebih dominan (5) etc Saya lebih sependapat dengan Bapak RR (Rizal Ramli). Fastabiquul Khoir. Go Green Energy Sustainable development *Rahmawan Helmi* GeologistNPA3541 GeoUnpad-MIG89 Geotermal.ITB-2011 DisESDM.ProvJabar +62 853 9542 0580 Pada 4 April 2016 06.55, Fauzan Arifmenulis: > Selamat pagi Bapak/Ibu sekalian.. > > Menanggapi tulisan yg di forward Abah Yanto mengenai CNG vessel. > Apakah sdh ada lapangan yg mengoperasikan CNG ini d Indonesia? > Saya googling ga ketemu.. > Sepertinya capital nya lumayan mahal..karena vessel nya khusus (bespoke). > Kalau ada dan memang comercially viable..mungkin CNG ini adalah solusi > terbaik utk stranded gas fields / discoveries kita. > Yg saya maksud adalah non multi TCF discoveries yg jauh dr fasilitas. > Kalau limit keekonomiannya 3000km (seperti tulisan diatas) saya rasa > banyak stranded discovery kita yg tdk se remote itu. > > Terima kasih > Fauzan > Geologist > Premier Oil > On 2 Apr 2016 06:28, "Yusmal - yusmal_yu...@yahoo.com"
Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Selamat pagi Bapak/Ibu sekalian.. Menanggapi tulisan yg di forward Abah Yanto mengenai CNG vessel. Apakah sdh ada lapangan yg mengoperasikan CNG ini d Indonesia? Saya googling ga ketemu.. Sepertinya capital nya lumayan mahal..karena vessel nya khusus (bespoke). Kalau ada dan memang comercially viable..mungkin CNG ini adalah solusi terbaik utk stranded gas fields / discoveries kita. Yg saya maksud adalah non multi TCF discoveries yg jauh dr fasilitas. Kalau limit keekonomiannya 3000km (seperti tulisan diatas) saya rasa banyak stranded discovery kita yg tdk se remote itu. Terima kasih Fauzan Geologist Premier Oil On 2 Apr 2016 06:28, "Yusmal - yusmal_yu...@yahoo.com"
Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Gak percuma Cak Phie, Mbak Nuning , Tulang Haposan lama berkiprah di dunia eksplorasi minyak dan gas, bisa memberikan pencerahan yg objektif, tidak saja dr segi pengembangan industri oil & gas saja, tapi segi ketahanannya juga... Bravo...yy Dikirim dari iPhone saya Pada 1 Apr 2016, pukul 17.22, Achmad Luthfi <aluthfi...@gmail.com> menulis: > > Sebetulnya kalau Abah Yanto mau sharing blok2 disekitar perbatasan ada salah > satu tujuan membantu pengamanan teritori. Ingat kita kalah di Sipadan-Ligitan > karena tak ada kegiatan kita disana, sementara Malaysia aktif membangun > resort di sana. > Perbatasan dengan Australia ada dua blok awalnya, blok Saborabe (offshore) > dengan operator Japex, dan blok Masela (offshore) dengan operator Inpex. > Japex gagal setelah membor 2 sumur dry hole. Inpex berhasil menemukan > lapangan Abadi, lokasi blok Masela sangat dekat dengan perbatasan Indonesia > dengan Australia. > > Di perbatasan timur antara Indonesia dengan Papua New Guinea, di teritori > Indonesia dekat perbatasan ada Blok Warim (onshore) yang dioperasikan oleh > Conoco, ada discovery minyak yang cadangannya menarik, sayang Conoco > terkendala mengembangkan lapangan tsb karena dinilai Internasional berada > dalam Lorenz World Heritage. > > Di utara, Perbatasan Indonesia dengan Malaysia ada blok Ambalat (offshore) > dengan operator ENI, dan blok East Ambalat (offshore) dengan operator Chevron. > > Di laut Cina Selatan dekat perbatasan yg sekarang ramai disengketakan, ada > blok Natuna D Alpha (offshore) dengan operator Esso/Exxon, sekarang blok ini > di-redefine menjadi blok East Natuna dengan operator Pertamina dan ExxonMobil. > > Penempatan blok diperbatasan punya arti penting dalam keamanan teritory > Indonesia. > Semoga Teritory Indonesia tetap utuh. > >> On 1 Apr 2016 16:46, "Nugrahani" <nugrah...@skkmigas.go.id> wrote: >> Bener semua yang diungkapkan pak Luthfi. >> Terima kasih ya pak Luthfi. >> >> >> Salam, >> (Cuman brani bilang "bener" ...karena dah diminta gak omong2 soal Masela - >> dan lainnya - ) >> >> >> [cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab] >> Nugrahani >> >> >> >> >> >> Sent from my Samsung Galaxy smartphone. >> >> >> Original message >> From: Achmad Luthfi <aluthfi...@gmail.com> >> Date:04/01/2016 16:17 (GMT+07:00) >> To: iagi-net@iagi.or.id >> Cc: >> Subject: Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela >> >> >> Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo: >> >> - Total tak pernah ada di Masela >> -Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008 >> -Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010 >> >> So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu (bukan >> di bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine. >> >> Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg >> kegempaan di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km. >> Studi biota lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km. >> Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi >> mulai dari awal lagi. >> >> On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - >> sugeng.harton...@yahoo.com<mailto:sugeng.harton...@yahoo.com>" >>
Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Benar yg di tulis Cak Phie mengenai proyek besar Masela, Presiden sudah putuskan, ya laksanakan saja, sejauh itu didasarkan pada kepentingan nasional/ rakyat banyak...kita dari posisi, keahlian kita, mengawalnyaagar sasaran pembangunam negeri ini tercapai...yy Dikirim dari iPhone saya Pada 1 Apr 2016, pukul 16.14, Achmad Luthfimenulis: > > Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo: > > - Total tak pernah ada di Masela > -Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008 > -Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010 > > So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu (bukan > di bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine. > > Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg > kegempaan di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km. > Studi biota lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km. > Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi > mulai dari awal lagi. >> On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - sugeng.harton...@yahoo.com" >>
RE: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Sebetulnya kalau Abah Yanto mau sharing blok2 disekitar perbatasan ada salah satu tujuan membantu pengamanan teritori. Ingat kita kalah di Sipadan-Ligitan karena tak ada kegiatan kita disana, sementara Malaysia aktif membangun resort di sana. Perbatasan dengan Australia ada dua blok awalnya, blok Saborabe (offshore) dengan operator Japex, dan blok Masela (offshore) dengan operator Inpex. Japex gagal setelah membor 2 sumur dry hole. Inpex berhasil menemukan lapangan Abadi, lokasi blok Masela sangat dekat dengan perbatasan Indonesia dengan Australia. Di perbatasan timur antara Indonesia dengan Papua New Guinea, di teritori Indonesia dekat perbatasan ada Blok Warim (onshore) yang dioperasikan oleh Conoco, ada discovery minyak yang cadangannya menarik, sayang Conoco terkendala mengembangkan lapangan tsb karena dinilai Internasional berada dalam Lorenz World Heritage. Di utara, Perbatasan Indonesia dengan Malaysia ada blok Ambalat (offshore) dengan operator ENI, dan blok East Ambalat (offshore) dengan operator Chevron. Di laut Cina Selatan dekat perbatasan yg sekarang ramai disengketakan, ada blok Natuna D Alpha (offshore) dengan operator Esso/Exxon, sekarang blok ini di-redefine menjadi blok East Natuna dengan operator Pertamina dan ExxonMobil. Penempatan blok diperbatasan punya arti penting dalam keamanan teritory Indonesia. Semoga Teritory Indonesia tetap utuh. On 1 Apr 2016 16:46, "Nugrahani" <nugrah...@skkmigas.go.id> wrote: > Bener semua yang diungkapkan pak Luthfi. > Terima kasih ya pak Luthfi. > > > Salam, > (Cuman brani bilang "bener" ...karena dah diminta gak omong2 soal Masela - > dan lainnya - ) > > > > [cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab > ] > Nugrahani > > > > > > Sent from my Samsung Galaxy smartphone. > > > Original message > From: Achmad Luthfi <aluthfi...@gmail.com> > Date:04/01/2016 16:17 (GMT+07:00) > To: iagi-net@iagi.or.id > Cc: > Subject: Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela > > > Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo: > > - Total tak pernah ada di Masela > -Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008 > -Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010 > > So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu > (bukan di bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine. > > Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg > kegempaan di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km. > Studi biota lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km. > Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi > mulai dari awal lagi. > > On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - sugeng.harton...@yahoo.com sugeng.harton...@yahoo.com>"
RE: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Bener semua yang diungkapkan pak Luthfi. Terima kasih ya pak Luthfi. Salam, (Cuman brani bilang "bener" ...karena dah diminta gak omong2 soal Masela - dan lainnya - ) [cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab] Nugrahani Sent from my Samsung Galaxy smartphone. Original message From: Achmad Luthfi <aluthfi...@gmail.com> Date:04/01/2016 16:17 (GMT+07:00) To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Subject: Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo: - Total tak pernah ada di Masela -Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008 -Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010 So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu (bukan di bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine. Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg kegempaan di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km. Studi biota lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km. Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi mulai dari awal lagi. On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - sugeng.harton...@yahoo.com<mailto:sugeng.harton...@yahoo.com>"
Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo: - Total tak pernah ada di Masela -Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008 -Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010 So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu (bukan di bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine. Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg kegempaan di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km. Studi biota lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km. Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi mulai dari awal lagi. On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - sugeng.harton...@yahoo.com"
Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Selamat sore. Tadinya saya bertanya-tanya di manakah lokasi Masela, setelah membaca majalah Tempo, 6-3-2016 barulah tahu, block ini dekat dengan P.Tanimbar. Yang gencar saya dengar adalah "perseteruan" antara Menteri ESDM SS dan Menko RS.SS :" Ada yg ingin mengganti investor"RR: "Kilang di darat banyak manfaat".Sebelum diputuskan oleh presiden saya sempat bertanya kepada teman (geologist juga), jawabnya: "Kenapa kita mesti membangun (lagi) kilang di Maluku, lha wong kilang di Aceh dari 6 train hanya satu yang beroperasi alias lainnya menganggur. Atau kirim saja gas dari Masela ke Bontang di Kaltim, di sana juga mulai ada penurunan pasokan gas". Di Tempo disebutkan bahwa tanah di Tanimbar sudah dikuasi para mafia tanah. Menko RR adalah pejabat yg paling ngotot membatalkan rencana pengembangan Gas Abadi di Blok Masela menggunakan skema kilang terapung (FLGN). Ia mengusulkan pemerintah mengembangkan lapangan gas di Laut Arafuru itu dengan membangun kila di darat (OLNG). Gara-2 urusan ini, RR membuka perseteruan terbuka dengan menteri ESDM SS. Sebagian komentar SS "Saya menangkap pesan, di balik keributan offshore dan onshore, ada yg ingin mengganti investor lama dengan investor baru. Ini sangat tidak terpuji. Investor yg sudah 16 tahun tiba-2 hendak diganti". Ditanya, Anda tahu dari mana, jawab SS:"Ada yg menyampaikan ada pertemuan Inpex dng staf Menko yg menyodorkan investor baru.dstDitanya, setelah itu ada tindak lanjutnya?Jawab SS: "Saya tidak tahu. Tapi praktek begini bukan sekali di sektor migas. Masela bisa dilihat waktu tahun 2010. Permintaan rekomendasi revisi tertunda lama. Total dan Inpex dipaksa memasukkan perusahaan swasta nasional, PT Energi Mega Persada TBK milik Bakrie Group, mendapat hak partisipasi 10% di blok tersebut. Rekomendasi BP Migas lama tidak keluar sampai 24 November 2010. Begitu perusahaan swasta ini masuk, besoknya surat rekomendasi keluar. Mungkin masih ada yg berpikir cara seperti ini masih bisa dipakai. Mereka lupa bahwa zaman sudah berubah". Apakah benar bahwa bisnis tidak jauh-2 amat dengan politik? Yang jelas keputusan peperintah sudah dibuat. Semoga ini menjadi yang terbaik, dan cadangan gas di Masela benar-2 bermanfaat untuk kesejahteraan Rakyat. Salam,Sugeng On Friday, April 1, 2016 11:09 AM, Dandy Hidayatwrote: Dengan Hormat Sebaiknya di tanyakan langsung kepada pihak INPEX , saya sempat bekerja selama 2 tahun saya kerja untuk project ini , Namun saya tidak bisa memberikan jawaban dan penjelasan terkait Penempatan FLNG atau OLNG karena tidak sesuai dengan kapasitas saya yang sudah Resign sejak 4 tahun lalu. Saya sarankan undang saja pihak INPEX (juga SHELL) untuk mendengar penjelasan lebih detail , Ada teman - teman IAGI di INPEX dan kita bisa buat sambil Afternoon Tea Break Sayang project ini hanya berputar - putar pada masalah non technical dan lebih pada kepentingan politik dan ekonomi Salam Dandy Hidayat 04-17-727-4142 2016-04-01 11:17 GMT+08:00 Achmad Luthfi : Keputusan lap. Abadi, Masela sekarang ini tak bisa diukur dengan pertanyaan Parvita. Masela sudah masuk dalam pusaran turbulensi politik, ini juga tercermin dari tulisan pak Ong, maupun gencar-nya berita2 online yang menuduh Kuntoro MS dibalik FLNG. Lha siapa dibelakang sutradara OLNG? Embh. Yang jelas dampaknya sudah diuraikan pak Ong. Pusaran politik Masela juga terefleksi rumors yg bergaung nyaring MESDM akan dipindah ke pos lain, kalau nanti ternyata bener MESDM dipindah ke pos lain tak terelakkan memang Masela diterjang turbulensi tsb, dengan mudah orang menuduh dibelakang MESDM yg sekarang adalah Kuntoro MS. Dan siapa yang akan menduduki jabatan MESDM akan dituduh oleh lawan politiknya sebagai bagian dari alur cerita sutradara ONLNG. Beredar rumors salah satu kandidat MESDM dari fortuga mantan dirjen di KESDM. Ini sekedar untuk dibaca belon tamtu benar adanya. On 1 Apr 2016 09:15, "Parvita Siregar" wrote: Pak Yanto, terimakasih atas forward opini di atas. Saya hanya agak tergelitik saja, seingat saya, Prospek atau Calon Lapangan Abadi ini PODnya sudah lumayan berlangsungnya. Setelah pemerintahan Jokowi ini baru ada wacana onshore-offshore. Saya hanya ada beberapa pertanyaan: 1. Apakah dulu dalam prosesnya tidak pernah dipertimbangkan wacana onshore processing? Apakah apa yang dilakukan oleh INPEX dan dikaji oleh SKK Migas selama bertahun2 ini salah? 2. Dengan berubahnya keputusan yang drastis seperti ini, berarti semua konsep harus dirombak. Ini memakan waktu dan uang. Di saat banyak perusahaan oil and gas tutup dan seperti yang opini ini katakan, adanya banjir LNG dari Afrika dll, apakah keputusan ini membuktikan bahwa memang di Indonesia belum ada kepastian policy (di IPA berkali2 ini didengungkan sebagai kelemahan Indonesia yang menghambat kontraktor untuk invest di sini)? 3. Kalau melihat lokasi Abadi, lalu, misalnya
Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Dengan Hormat Sebaiknya di tanyakan langsung kepada pihak INPEX , saya sempat bekerja selama 2 tahun saya kerja untuk project ini , Namun saya tidak bisa memberikan jawaban dan penjelasan terkait Penempatan FLNG atau OLNG karena tidak sesuai dengan kapasitas saya yang sudah Resign sejak 4 tahun lalu. Saya sarankan undang saja pihak INPEX (juga SHELL) untuk mendengar penjelasan lebih detail , Ada teman - teman IAGI di INPEX dan kita bisa buat sambil Afternoon Tea Break Sayang project ini hanya berputar - putar pada masalah non technical dan lebih pada kepentingan politik dan ekonomi Salam Dandy Hidayat 04-17-727-4142 2016-04-01 11:17 GMT+08:00 Achmad Luthfi: > > Keputusan lap. Abadi, Masela sekarang ini tak bisa diukur dengan > pertanyaan Parvita. Masela sudah masuk dalam pusaran turbulensi politik, > ini juga tercermin dari tulisan pak Ong, maupun gencar-nya berita2 online > yang menuduh Kuntoro MS dibalik FLNG. Lha siapa dibelakang sutradara OLNG? > Embh. > Yang jelas dampaknya sudah diuraikan pak Ong. > Pusaran politik Masela juga terefleksi rumors yg bergaung nyaring MESDM > akan dipindah ke pos lain, kalau nanti ternyata bener MESDM dipindah ke pos > lain tak terelakkan memang Masela diterjang turbulensi tsb, dengan mudah > orang menuduh dibelakang MESDM yg sekarang adalah Kuntoro MS. Dan siapa > yang akan menduduki jabatan MESDM akan dituduh oleh lawan politiknya > sebagai bagian dari alur cerita sutradara ONLNG. > Beredar rumors salah satu kandidat MESDM dari fortuga mantan dirjen di > KESDM. > > Ini sekedar untuk dibaca belon tamtu benar adanya. > On 1 Apr 2016 09:15, "Parvita Siregar" wrote: > >> Pak Yanto, terimakasih atas forward opini di atas. >> >> Saya hanya agak tergelitik saja, seingat saya, Prospek atau Calon >> Lapangan Abadi ini PODnya sudah lumayan berlangsungnya. Setelah >> pemerintahan Jokowi ini baru ada wacana onshore-offshore. Saya hanya ada >> beberapa pertanyaan: >> >> 1. Apakah dulu dalam prosesnya tidak pernah dipertimbangkan wacana >> onshore processing? Apakah apa yang dilakukan oleh INPEX dan dikaji oleh >> SKK Migas selama bertahun2 ini salah? >> >> 2. Dengan berubahnya keputusan yang drastis seperti ini, berarti semua >> konsep harus dirombak. Ini memakan waktu dan uang. Di saat banyak >> perusahaan oil and gas tutup dan seperti yang opini ini katakan, adanya >> banjir LNG dari Afrika dll, apakah keputusan ini membuktikan bahwa memang >> di Indonesia belum ada kepastian policy (di IPA berkali2 ini didengungkan >> sebagai kelemahan Indonesia yang menghambat kontraktor untuk invest di >> sini)? >> >> 3. Kalau melihat lokasi Abadi, lalu, misalnya fasilitas onshore ada di >> Tanimbar, artinya melewati subduction zone. Kalau konturnya punya sudut >> lumayan curam, apakah ada kemungkinan wet gas akan "mengendap" lalu membuat >> risk menjadi lebih tinggi? Bagaimana maintenancenya? Ada offshore >> facilities juga di offshore untuk pemisahan gas? Kalau dilihat dari >> kacamata Inpex, pastinya Inpex perlu continuity of production selain cost >> yang murah. >> >> 4. Apa ada yang bisa menjelaskan, kenapa kalau di darat lebih >> menguntungkan daripada di laut? Daratnya kan ini pulau kecil di Tanimbar, >> beda dengan Bontang. Saya belum pernah baca atau dengan diskusi apa yang >> akan dilakukan dengan gas ini, dimana akan ada pembangkit tenaga listrik, >> kira2 bagaimana deal harga per btu dll. Apakah ada yang tahu? Karena >> kalau saya pikir2, entah di darat atau di laut, kalau gasnya bisa >> dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah timur, jadinya tidak terlalu >> pengaruh, ya, karena rakyat di sana menjadi maju, ekonomi berputar dll. >> Jargon yang sering saya dengar: "Lebih menguntungkan rakyat". Rakyat Pulau >> Tanimbar itu ada berapa ya? Rakyat yang mana? >> >> 5. Sebagai diver, tentunya tidak heran kalau saya concern dengan dampak >> lingkungan dan kerusakan yang akan ditimbulkan kalau menjadi onshore >> facilities? Jangan sampai terjadi seperti Pulau Bangka di Sulawesi Utara, >> dimana terjadi perusakan ekosistim terumbu karang karena penambangan pasir >> di Pulau Bangka tersebut. Kepulauan di Timur sangat banyak terumbu2 karang >> dan penduduk di sana kebanyakan adalah nelayan. >> >> Maaf ya, pertanyaannya banyak, ini purely bertanya sebagai orang luar >> yang hanya menonton. Saya yakin banyak juga yang punya pertanyaan seperti >> saya baik yang di luar Migas maupun yang bekerja di Migas. Maaf bila ada >> salah2 kata. >> >> Salam, >> >> Parvita >> >> (lagi merdeka jadi banyak waktu mikir) >> >> >> >> 2016-03-26 13:04 GMT+07:00 Yanto R. Sumantri < >> SRS0-NPgh=PW=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id>: >> >>> >>> >>> Dear IAGI members >>> >>> Dibawah ini opini slah seorang tokoh Pertamina. >>> >>> >>> Hari Rabu (23/4), Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerja ke >>> Entikong, Kalimantan Barat, memberikan keterangan pers di Bandara >>> Internasional Supadio, Kalbar, mengumumkan bahwa proyek
Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Keputusan lap. Abadi, Masela sekarang ini tak bisa diukur dengan pertanyaan Parvita. Masela sudah masuk dalam pusaran turbulensi politik, ini juga tercermin dari tulisan pak Ong, maupun gencar-nya berita2 online yang menuduh Kuntoro MS dibalik FLNG. Lha siapa dibelakang sutradara OLNG? Embh. Yang jelas dampaknya sudah diuraikan pak Ong. Pusaran politik Masela juga terefleksi rumors yg bergaung nyaring MESDM akan dipindah ke pos lain, kalau nanti ternyata bener MESDM dipindah ke pos lain tak terelakkan memang Masela diterjang turbulensi tsb, dengan mudah orang menuduh dibelakang MESDM yg sekarang adalah Kuntoro MS. Dan siapa yang akan menduduki jabatan MESDM akan dituduh oleh lawan politiknya sebagai bagian dari alur cerita sutradara ONLNG. Beredar rumors salah satu kandidat MESDM dari fortuga mantan dirjen di KESDM. Ini sekedar untuk dibaca belon tamtu benar adanya. On 1 Apr 2016 09:15, "Parvita Siregar"wrote: > Pak Yanto, terimakasih atas forward opini di atas. > > Saya hanya agak tergelitik saja, seingat saya, Prospek atau Calon Lapangan > Abadi ini PODnya sudah lumayan berlangsungnya. Setelah pemerintahan Jokowi > ini baru ada wacana onshore-offshore. Saya hanya ada beberapa pertanyaan: > > 1. Apakah dulu dalam prosesnya tidak pernah dipertimbangkan wacana > onshore processing? Apakah apa yang dilakukan oleh INPEX dan dikaji oleh > SKK Migas selama bertahun2 ini salah? > > 2. Dengan berubahnya keputusan yang drastis seperti ini, berarti semua > konsep harus dirombak. Ini memakan waktu dan uang. Di saat banyak > perusahaan oil and gas tutup dan seperti yang opini ini katakan, adanya > banjir LNG dari Afrika dll, apakah keputusan ini membuktikan bahwa memang > di Indonesia belum ada kepastian policy (di IPA berkali2 ini didengungkan > sebagai kelemahan Indonesia yang menghambat kontraktor untuk invest di > sini)? > > 3. Kalau melihat lokasi Abadi, lalu, misalnya fasilitas onshore ada di > Tanimbar, artinya melewati subduction zone. Kalau konturnya punya sudut > lumayan curam, apakah ada kemungkinan wet gas akan "mengendap" lalu membuat > risk menjadi lebih tinggi? Bagaimana maintenancenya? Ada offshore > facilities juga di offshore untuk pemisahan gas? Kalau dilihat dari > kacamata Inpex, pastinya Inpex perlu continuity of production selain cost > yang murah. > > 4. Apa ada yang bisa menjelaskan, kenapa kalau di darat lebih > menguntungkan daripada di laut? Daratnya kan ini pulau kecil di Tanimbar, > beda dengan Bontang. Saya belum pernah baca atau dengan diskusi apa yang > akan dilakukan dengan gas ini, dimana akan ada pembangkit tenaga listrik, > kira2 bagaimana deal harga per btu dll. Apakah ada yang tahu? Karena > kalau saya pikir2, entah di darat atau di laut, kalau gasnya bisa > dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah timur, jadinya tidak terlalu > pengaruh, ya, karena rakyat di sana menjadi maju, ekonomi berputar dll. > Jargon yang sering saya dengar: "Lebih menguntungkan rakyat". Rakyat Pulau > Tanimbar itu ada berapa ya? Rakyat yang mana? > > 5. Sebagai diver, tentunya tidak heran kalau saya concern dengan dampak > lingkungan dan kerusakan yang akan ditimbulkan kalau menjadi onshore > facilities? Jangan sampai terjadi seperti Pulau Bangka di Sulawesi Utara, > dimana terjadi perusakan ekosistim terumbu karang karena penambangan pasir > di Pulau Bangka tersebut. Kepulauan di Timur sangat banyak terumbu2 karang > dan penduduk di sana kebanyakan adalah nelayan. > > Maaf ya, pertanyaannya banyak, ini purely bertanya sebagai orang luar yang > hanya menonton. Saya yakin banyak juga yang punya pertanyaan seperti saya > baik yang di luar Migas maupun yang bekerja di Migas. Maaf bila ada salah2 > kata. > > Salam, > > Parvita > > (lagi merdeka jadi banyak waktu mikir) > > > > 2016-03-26 13:04 GMT+07:00 Yanto R. Sumantri < > SRS0-NPgh=PW=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id>: > >> >> >> Dear IAGI members >> >> Dibawah ini opini slah seorang tokoh Pertamina. >> >> >> Hari Rabu (23/4), Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerja ke >> Entikong, Kalimantan Barat, memberikan keterangan pers di Bandara >> Internasional Supadio, Kalbar, mengumumkan bahwa proyek Blok Masela >> diputuskan dibangun di darat dengan mempertimbangkan berbagai masukan dan >> saran yang diberikan. >> Lalu bagaimana menindaklanjuti keputusan ini? >> Pertama, tentunya harus ada revisi PoD (*Plan of Development*) Lapangan >> Abadi, Blok Masela, yang semula diusulkan dengan skema *Floating* LNG. >> Revisi ini tidak mudah karena SoW (*scope of work*) nya sama sekali >> berbeda. Inpex-Shell yang sekarang ini sebagai operator blok tersebut harus >> menginvestasikan waktu, tenaga, dan dana untuk memperbaiki PoD-nya. >> Mungkin ini butuh waktu 6-12 bulan bahkan bisa lebih karena menyangkut >> rencana pemasangan pipa bawah laut dari lapangan Abadi ke darat, termasuk >> harus melakukan*bathimetry survey* dan mendesain *foot-print* pabrik LNG >> di darat yang disesuaikan dengan topografi dan
Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Pak Yanto, terimakasih atas forward opini di atas. Saya hanya agak tergelitik saja, seingat saya, Prospek atau Calon Lapangan Abadi ini PODnya sudah lumayan berlangsungnya. Setelah pemerintahan Jokowi ini baru ada wacana onshore-offshore. Saya hanya ada beberapa pertanyaan: 1. Apakah dulu dalam prosesnya tidak pernah dipertimbangkan wacana onshore processing? Apakah apa yang dilakukan oleh INPEX dan dikaji oleh SKK Migas selama bertahun2 ini salah? 2. Dengan berubahnya keputusan yang drastis seperti ini, berarti semua konsep harus dirombak. Ini memakan waktu dan uang. Di saat banyak perusahaan oil and gas tutup dan seperti yang opini ini katakan, adanya banjir LNG dari Afrika dll, apakah keputusan ini membuktikan bahwa memang di Indonesia belum ada kepastian policy (di IPA berkali2 ini didengungkan sebagai kelemahan Indonesia yang menghambat kontraktor untuk invest di sini)? 3. Kalau melihat lokasi Abadi, lalu, misalnya fasilitas onshore ada di Tanimbar, artinya melewati subduction zone. Kalau konturnya punya sudut lumayan curam, apakah ada kemungkinan wet gas akan "mengendap" lalu membuat risk menjadi lebih tinggi? Bagaimana maintenancenya? Ada offshore facilities juga di offshore untuk pemisahan gas? Kalau dilihat dari kacamata Inpex, pastinya Inpex perlu continuity of production selain cost yang murah. 4. Apa ada yang bisa menjelaskan, kenapa kalau di darat lebih menguntungkan daripada di laut? Daratnya kan ini pulau kecil di Tanimbar, beda dengan Bontang. Saya belum pernah baca atau dengan diskusi apa yang akan dilakukan dengan gas ini, dimana akan ada pembangkit tenaga listrik, kira2 bagaimana deal harga per btu dll. Apakah ada yang tahu? Karena kalau saya pikir2, entah di darat atau di laut, kalau gasnya bisa dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah timur, jadinya tidak terlalu pengaruh, ya, karena rakyat di sana menjadi maju, ekonomi berputar dll. Jargon yang sering saya dengar: "Lebih menguntungkan rakyat". Rakyat Pulau Tanimbar itu ada berapa ya? Rakyat yang mana? 5. Sebagai diver, tentunya tidak heran kalau saya concern dengan dampak lingkungan dan kerusakan yang akan ditimbulkan kalau menjadi onshore facilities? Jangan sampai terjadi seperti Pulau Bangka di Sulawesi Utara, dimana terjadi perusakan ekosistim terumbu karang karena penambangan pasir di Pulau Bangka tersebut. Kepulauan di Timur sangat banyak terumbu2 karang dan penduduk di sana kebanyakan adalah nelayan. Maaf ya, pertanyaannya banyak, ini purely bertanya sebagai orang luar yang hanya menonton. Saya yakin banyak juga yang punya pertanyaan seperti saya baik yang di luar Migas maupun yang bekerja di Migas. Maaf bila ada salah2 kata. Salam, Parvita (lagi merdeka jadi banyak waktu mikir) 2016-03-26 13:04 GMT+07:00 Yanto R. Sumantri < SRS0-NPgh=PW=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id>: > > > Dear IAGI members > > Dibawah ini opini slah seorang tokoh Pertamina. > > > Hari Rabu (23/4), Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerja ke > Entikong, Kalimantan Barat, memberikan keterangan pers di Bandara > Internasional Supadio, Kalbar, mengumumkan bahwa proyek Blok Masela > diputuskan dibangun di darat dengan mempertimbangkan berbagai masukan dan > saran yang diberikan. > Lalu bagaimana menindaklanjuti keputusan ini? > Pertama, tentunya harus ada revisi PoD (*Plan of Development*) Lapangan > Abadi, Blok Masela, yang semula diusulkan dengan skema *Floating* LNG. > Revisi ini tidak mudah karena SoW (*scope of work*) nya sama sekali > berbeda. Inpex-Shell yang sekarang ini sebagai operator blok tersebut harus > menginvestasikan waktu, tenaga, dan dana untuk memperbaiki PoD-nya. > Mungkin ini butuh waktu 6-12 bulan bahkan bisa lebih karena menyangkut > rencana pemasangan pipa bawah laut dari lapangan Abadi ke darat, termasuk > harus melakukan*bathimetry survey* dan mendesain *foot-print* pabrik LNG > di darat yang disesuaikan dengan topografi dan rencana tata ruang dan > peruntukan pulau tersebut (masuk dalam studi AMDAL) yang juga perlu waktu. > Kedua, setelah PoD selesai, diusulkan lagi ke SKK Migas, untuk direview > dan diajukan ke MESDM untuk disetujui. Setelah disetujui pemerintah, secara > paralel operator harus melakukan pematangan komersial ke LNG *buyers* untuk > menandatangani GSA (*gas sales agreement*), dan melakukan kegiatan hulu > (membor dan menyelesaikan sumur, serta membangun fasilitas produksi/FPSO) > di laut, melakukan pembebasan tanah, mengurus perizinan dan membuat FEED > (*Front-End > Engineering Design*), barulah nanti keluar FID (*final investment > decision*) dari perusahaan/operator tersebut. > Ketiga, fase pengerjaan proyek. Termasuk di dalamnya membuka tender EPC > (*engineering, > procurement, construction*), persetujuan pemenang oleh SKK Migas, > mobilisasi pekerja dan *equipment*, untuk memulai pembangunan hingga > *commisioning*dan *start-up*. > Keempat, dimulainya produksi dengan mengapalkan LNG. > Itulah kira-kira tahapan proyek jika pengembangan blok Masela mengikuti > konsep
[iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
Dear IAGI members Dibawah ini opini slah seorang tokoh Pertamina. Hari Rabu (23/4), Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerja ke Entikong, Kalimantan Barat, memberikan keterangan pers di Bandara Internasional Supadio, Kalbar, mengumumkan bahwa proyek Blok Masela diputuskan dibangun di darat dengan mempertimbangkan berbagai masukan dan saran yang diberikan.Lalu bagaimana menindaklanjuti keputusan ini?Pertama, tentunya harus ada revisi PoD (Plan of Development) Lapangan Abadi, Blok Masela, yang semula diusulkan dengan skema Floating LNG.Revisi ini tidak mudah karena SoW (scope of work) nya sama sekali berbeda. Inpex-Shell yang sekarang ini sebagai operator blok tersebut harus menginvestasikan waktu, tenaga, dan dana untuk memperbaiki PoD-nya.Mungkin ini butuh waktu 6-12 bulan bahkan bisa lebih karena menyangkut rencana pemasangan pipa bawah laut dari lapangan Abadi ke darat, termasuk harus melakukanbathimetry survey dan mendesain foot-print pabrik LNG di darat yang disesuaikan dengan topografi dan rencana tata ruang dan peruntukan pulau tersebut (masuk dalam studi AMDAL) yang juga perlu waktu.Kedua, setelah PoD selesai, diusulkan lagi ke SKK Migas, untuk direview dan diajukan ke MESDM untuk disetujui. Setelah disetujui pemerintah, secara paralel operator harus melakukan pematangan komersial ke LNG buyers untuk menandatangani GSA (gas sales agreement), dan melakukan kegiatan hulu (membor dan menyelesaikan sumur, serta membangun fasilitas produksi/FPSO) di laut, melakukan pembebasan tanah, mengurus perizinan dan membuat FEED (Front-End Engineering Design), barulah nanti keluar FID (final investment decision) dari perusahaan/operator tersebut.Ketiga, fase pengerjaan proyek. Termasuk di dalamnya membuka tender EPC (engineering, procurement, construction), persetujuan pemenang oleh SKK Migas, mobilisasi pekerja dan equipment, untuk memulai pembangunan hingga commisioningdan start-up.Keempat, dimulainya produksi dengan mengapalkan LNG.Itulah kira-kira tahapan proyek jika pengembangan blok Masela mengikuti konsep OLNG (Onshore LNG) atau LNG darat. Tentunya setiap tahap akan memiliki tantangan dan kerumitan sendiri. Jika semua berjalan normal dan lancar, diperkirakan selesai dalam 7-9 tahun, sehingga jika semua pekerjaan dilakukan tahun ini, baru tahun 2023-2025 blok Masela dapat memproduksi LNG.Lalu, LNG tersebut kira-kira mau dijual kemana?Dari hasil kajian McKinsey (2014), Indonesia akan membutuhkan LNG untuk mengimbangi kekurangan suplai gas karena kebutuhan (demand) gas di Tanah Air yang terus meningkat. Diperkirakan tahun 2019 kita defisit gas hingga 3 mtpa (juta ton per annum) LNG atau sekitar 700 MMscfd.Nah, tentunya jika benar perkiraan LNG Blok Masela diproduksikan tahun 2025, maka tentunya sebagian besar akan diperuntukan menutup kebutuhan gas domestik. Hanya sebagian kecil mungkin masih bisa diekspor. Lagi-lagi pertanyaannya adalah: siapa yang mau beli? Jika investasinya dan ongkos operasinya saja sudah tinggi?Dalam kajian lain, pada saat itu (2025) dunia sedang dilanda banjir LNG dari Australia, Qatar, Angola, Mozambique, Yaman, dan lain-lain dengan harga yang sangat konpetitif. Kalau benar demikian, maka LNG Masela akan terseok bersaing di international.Konsep Hulu-Hilir Berdasarkan situasi demikian, tidak salah kalau kita bertanya megapa kita masih memaksakan membuat pabrik LNG? Alih-alih berdebat antara FLNG dan OLNG, kenapa kita tidak menyodorkan konsep hulu dan hilir dalam pengembangan gas Masela?Kita bisa meminta Inpex-Shell hanya berkewajiban mengeksploitasi gas dari dasar laut ke permukaan laut dengan menjual gas di well-head (setelah dimurnikan di FPSO – floating production storage and offloading).Lalu meminta siapapun yang butuh gas, beli di sana. Inilah yang disebut berjualan gas dengan harga FOB (free on-board). Kita bisa minta BUMN (Pertamina, PLN, PGN, PUSRI, Antam Krakatausteel, dll) atau pihak swasta (Freeport smelters, petrokimia, dll) membeli gas tersebut, yang diambil dengan kapal-kapan CNG yang disewa dari BUMN (Pertamina, PAL, dll) atau swasta.Dengan demikian, tumbuhlah industri-industri strategis nasional yang bergandengan dengan industri maritim untuk memperkokoh kedaulatan NKRI.Kapal-kapal kecil CNG dapat menyuplai gas sampai ke pelosok pulau-pulau di manapun, baik untuk bahan bakar/baku pembangkit listrik, petrokimia (termasuk pupuk), pabrik keramik, smelters, dll.Lalu, bagaimana jika investor (Inpex-Shell) atau perusahaan lain masih ingin menjual gas tersebut ke pasar dunia? Bukankah mengapalkan CNG dalam jarak jauh (> 3000 km) tidak ekonomis?Jika demikian yang diinginkan, maka CNG dapat dikirim ke PT Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur, untuk dijadikan LNG. Dari sana kemudian LNG dikapalkan ke pembeli yang dituju.PT Badak NGL tahun ini dan tahun-tahun ke depan akan terus kekurangan pasok gas. Dengan hanya mengoperasikan 3 train dari 8 train yang ada, PT Badak akan memiliki 5iddle trains yang dapat