“Borneo, Celebes, Aru” adalah judul sebuah buku terjemahan yang baru
diterbitkan Selasar Publishing Surabaya (April 2010). Buku aslinya, dengan
judul sama, diterbitkan oleh Penguin Books (2007).
Buku kecil setebal 152 halaman ini merupakan bagian dari sebuah buku besar
magnum opus (karya utama) Alfred Russel Wallace, naturalis terkenal penjelajah
Nusantara pada pertengahan abad ke-19 (1854-1862), berjudul The Malay
Archipelago (1869), yang juga telah diterjemahkan dengan judul “Menjelajah
Nusantara” (PT Rosdakarya Bandung, 2000, 341 halaman) atau “Kepulauan
Nusantara” (Komunitas Bambu Jakarta, 2009, edisi luks, 482 halaman).
Untuk rekan-rekan yang belum sempat membaca magnum opus Wallace (1869)
tersebut, tetapi ingin segera mengetahui gaya bertutur Wallace menceritakan
pengalaman-pengalamannya di beberapa pulau Nusantara, buku kecil “Borneo,
Celebes, Aru” bisa dibaca dalam sehari tamat. Buku kecil ini murah saja (Rp
22.000), baru masuk ke toko2 buku besar dua minggu yang lalu. Penerjemahan buku
ini enak dibaca, tak ada yang terasa janggal baik saat menerjemahkan
kalimat-kalimat bernuansa geologi maupun biologi.
Yang menarik dari “Borneo, Celebes, Aru” adalah bagian pertamanya yang banyak
menerangkan tentang geologi Kepulauan Nusantara sebagai dasar yang mengatur
distribusi fauna di atasnya. Bagaimana Wallace yang bukan sarjana, putus
sekolah saat berusia 14 tahun karena kesulitan di dalam keluarganya, dapat
menerangkan geologi dengan tepat pada tahun 1869 saat pengetahuan geologi
Nusantara belum ada, adalah suatu keajaiban Wallace tersendiri yang
menakjubkan.
Charles Darwin belajar geologi langsung kepada Charles Lyell, bapak geologi
modern di Inggris dan membawa buku Principles of Geology tulisan Lyell selama
pengembaraannya dengan kapal Beagle 1831-1836. Sekembalinya ke Inggris, Darwin
pun mendapatkan banyak bantuan Lyell dalam menyusun teori evolusinya. Tetapi
Wallace, ia benar-benar sendirian dalam belajar geologi, hanya berdasarkan
naluri naturalist-nya saja. Lagipula, Wallace pada awalnya berada di luar
lingkungan para ilmuwan Inggris yang bergengsi (The Royal Society), tidak
seperti Darwin dan Lyell yang merupakan anggota2 kehormatannya. Meskipun
demikian, teori biogeografi Nusantara yang dikendalikan geologi, dan hipotesis
seleksi alam terhadap perkembangan spesies, yang dikemukakan Alfred Russel
Wallace sungguh luar biasa pada zamannya dan hipotesisnya tentang seleksi alam
yang ditemukannya saat Wallace berada di Ternate tahun 1858 sungguh membuat
Charles Darwin tercengang.
“On the Tendency of Varieties to Depart Indefinetely from the Original Type”
adalah makalah yang ditulis Wallace saat sakit malaria di Ternate pada bulan
Maret 1858. Makalah ini dikirimkannya kepada Charles Darwin, seorang ilmuwan
yang dikaguminya di Inggris. Makalah ini sangat membuat Darwin tercengang sebab
isi makalah itu sama dengan hipotesis yang selama 20 tahun dipikirkan Darwin
dengan sangat hati-hati sekembalinya dari pengembaraannya dengan kapal Beagle.
Tetapi makalah Wallace-lah yang juga telah memberikan super-adrenalin kepada
Darwin untuk segera menerbitkan karya magnum opusnya yang diselesaikannya hanya
dalam setahun “The Origin of Species” (Darwin,1859) setelah 20 tahun dipikirkan
dan ditelitinya. Wallace adalah ilmuwan yang rendah hati, ia tetap menghormati
Darwin dan segera melupakan makalah Ternatenya. Bukunya, “The Malayan
Archipelago” ia persembahkan untuk Darwin.
Berikut adalah petikan tulisan Alfred Russel Wallace di “Borneo, Celebes, Aru”
(1869) yang menceritakan bagaimana geologi telah mengatur evolusi organik.
“Sekarang diakui secara umum bahwa distribusi makhluk hidup saat ini di
permukaan bumi terutama merupakan hasil dari kumpulan perubahan terakhir yang
dialaminya. Geologi mengajarkan kepada kita bahwa permukaan daratan, serta
distribusi daratan dan perairan, di mana-mana berubah dengan perlahan. Lebih
jauh geologi mengajarkan pada kita bahwa bentuk-bentuk kehidupan yang mendiami
permukaan itu, selama setiap periode yang kita miliki catatannya, juga telah
berubah secara perlahan.
Sekarang tidak penting untuk mengatakan sesuatu mengenai bagaimana
perubahan-perubahan itu terjadi; karena banyak pendapat yang mungkin berbeda;
namun kenyataannya perubahan-perubahan itu sendiri telah muncul, dari masa
geologi yang paling awal hingga hari ini masih berlangsung, dan tidak ada
pendapat yang berbeda mengenai itu. Setiap strata suksesif dari batuan sedimen,
pasir atau kerikil, adalah bukti bahwa perubahan-perubahan permukaan telah
terjadi; dan spesies binatang dan tumbuhan yang berbeda, yang sisa-sisanya
ditemukan dalam deposit ini, membuktikan bahwa perubahan-perubahan yang
bersamaan telah muncul dalam dunia organik”
Dalam menerangkan kontrol geologi atas biogeografi fauna di Nusantara, Wallace
berteori: (1) semakin fauna tersebar ke banyak pulau, maka pulau-pulau itu
semakin muda pemisahannya dari benua, (2) semakin terisolasinya sekelompok