[iagi-net-l] Kaitan Gempa Yogya 27 Mei 2006 - LUSI (was : RE: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo)

2007-07-02 Terurut Topik Awang Harun Satyana
kala MMI III-IV di
wilayah Sidoarjo saat gempa Yogya terjadi sering dipakai sebagai alasan
bahwa goncangannya terlalu lemah untuk bikin mud volcano LUSI. Jangan
salah, skala MMI adalah ukuran kerusakan di permukaan, bukan kekuatan
yang terukur di bawah permukaan, sedangkan hubungan  pembangkitan mud
volcano oleh gempa adalah masalah bawah permukaan.

3. Antara liquefaction, stream flow, mud volcano, reaktivasi gunungapi
dengan kejadian gempa yang membangkitkannya selalu ada jeda waktu.
Kasus-kasus (saya tak bisa menyebutnya satu per satu karena banyak
sekali) yang ada (kebanyakan) jeda waktu itu antara hitungan
jam-seminggu setelah kejadian gempa. Ini sangat biasa. Reaktivasi Merapi
dan Semeru akibat gempa Yogya terjadi 2 hari setelah gempa Yogya, atau
bertepatan dengan mulai tersemburnya LUSI.

Ada beberapa hal lain yang mungkin tak banyak disinggung dalam diskusi2
tetapi dapat mengindikasi bahwa kaitan gempa Yogya dan mud volcano LUSI
cukup erat : 

- propagasi energy gempa Yogya lebih "terbuang" kekuatannya ke
timur-timurlaut daripada ke arah lain. Banyak bukti mendukung hal ini :
ploting semua episentrum aftershocks, reaktivasi Semeru, gempa yang
terukur di perairan Pangkah, dll.

- terjadi penurunan laju alir produksi sumur Carat (masih di wilayah
Lapindo, sekitar 10 km ke arah timur dari BJP-1) saat gempa Yogya 27 Mei
2007 terjadi.

- terjadi partial loss di sumur BJP-1 10 menit setelah terjadi gempa
Yogya 27 Mei 2006.

- Sejak awal semburan, laju semburan meningkat dari 5000 m3/hari -
120.000 m3/hari selama 11 minggu pertama. Lalu pada periode 14
Agustus-10 September 2006, laju semburan berfluktuasi dari 0-120.000
m3/hari, dan meningkat secara drastic mengikuti swarms of earthquakes
pada bulan September-Desember 2006 sampai pernah mencapai 200.000
m3/hari. Swarms of earthquake yang dimaksud adalah semua gempa di atas
Mw > 3.7 dengan episentrum pada radius max 300 km dari titik LUSI (data
USGS). Dengan kata lain, terjadi korelasi positif antara volume
semburan, peningkatan CH4 dan H2S dengan aktivitas gempa di wilyah ini,
LUSI is a pulsating mud-volcano.

- Ketika VSP dilakukan di BJP-1 beberapa hari sebelum gempa Yogya, saat
perekaman dilakukan di section tight hard volcaniclastic sandstone di
kedalaman > 8500 ft terekam banyak "noise". Apakah noise ini terhubung
dengan "foreshock" gempa Yogya yang kemudian terjadi pada 27 Mei 2006 ?
Bisa kita kaji lebih jauh.

Akan halnya telah terjadi reaktivasi tektonik di wilayah ini dapat
ditampilkan beberapa gejala sbb. :

- titik-titik semburan LUSI dalam beberapa hari kejadian awalnya
tersebar mengikuti garis lurus BD-TL, sejajar dengan splay Sesar
Watukosek.

- terdapat retakan besar dan panjang di wilayah lokasi BJP-1 dengan arah
yang sama, yaitu BD-TL.

- terjadi pembengkokan rel kereta api yang lokasinya persis di jalur
pemotongan sesar, dari pembengkokan itu kita ketahui terjadi reaktivasi
dextral.

Akan halnya betapa labilnya secara seismotektonik wilayah Sidoarjo ini
dilaporkan bahwa pada 26 Desember 2004 saat Aceh-Sumatra Utara digoncang
gempa dahsyat berkekuatan 8.9 SR, terjadi semburan lumpur pada hari yang
sama di sebuah rumah penduduk di Kab. Sidoarjo. Ini informasi yang
dihimpun tim LUSI IAGI.

Saya cukupkan dulu. Sebagai pengetahuan umum, gempa bisa mengaktifkan
semburan semacam LUSI dengan mekanisme triggering : strain changes (near
field static displacement), unclogging of cracks, desolution of gas.
Dan, sering terjadi bahwa goncangan2 kecil akan mengubah sistem
geothermal yang akan segera mengubah sistem tekanan di wilayah bawah
permukaan, lalu ...these initially small events can cascade into larger
events...tak mustahil terjadi hal seperti itu di LUSI.

Argumentasi dan perdebatan kita tentang penyebab LUSI ini sudah berjalan
setahun lebih. Tak ada kesepakatan di antara para ahli geologi, para
ahli geologi mengalami "perpecahan" begitu pernah dimuat di Koran Tempo.
Jangan sampai pecah tentunya, jangan terpancing, jangan emosi, lihat
semua fakta, jangan menutup mata terhadap fakta-fakta yang ada. Harus
kita akui bahwa kita tak bisa memahami seluruh misteri Bumi Pertiwi.
Pertanyaannya : siapa yang akan menuntaskan kasus penyebab LUSI ini ? 

Salam,
awang

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, July 03, 2007 1:02 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

Karena kebanyakan komentar sudah terkutub ke arah teknikal dan
operation well BJP-1, saya mau mencoba melihat ke arah lain. Saya mau
bertanya ke Pak Awang (atau pihak lain yang bisa membantu)..

Saya tertarik mengenai pendapat bahwa Gempa Jogja adalah pemicu LUSI.
Langsung saja ya Pak, tapi intinya ini concern di 2 hal yaitu Jarak
dan Waktu:

1. Kira2 jarak kota Jogja ke daerah semburan LUSI berapa km?
2. Apa pernah ada kejadian yang mirip seperti kasus ini? Kalau ada, di
mana daerah tempat terjadinya? Maksud saya, ada gempa di suatu tempat
dan efeknya bisa sampai 

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-07-02 Terurut Topik Nataniel Mangiwa

Karena kebanyakan komentar sudah terkutub ke arah teknikal dan
operation well BJP-1, saya mau mencoba melihat ke arah lain. Saya mau
bertanya ke Pak Awang (atau pihak lain yang bisa membantu)..

Saya tertarik mengenai pendapat bahwa Gempa Jogja adalah pemicu LUSI.
Langsung saja ya Pak, tapi intinya ini concern di 2 hal yaitu Jarak
dan Waktu:

1. Kira2 jarak kota Jogja ke daerah semburan LUSI berapa km?
2. Apa pernah ada kejadian yang mirip seperti kasus ini? Kalau ada, di
mana daerah tempat terjadinya? Maksud saya, ada gempa di suatu tempat
dan efeknya bisa sampai ke tempat lain yang jaraknya xxkm? Tapi dengan
catatan bukan gempa di bawah laut yang efek gelombangnya di teruskan
melalu air laut. Kasus ini kan dari darat ke darat.
3. Antara kejadian gempa dengan semburan pertama di LUSI, ada jeda
waktu yang cukup signifikan. Nah, apa pernah juga ada kejadian seperti
ini di manapun yang pernah terjadi?

Itu saja, mohon pencerahannya n tnx for share.

Cheers,
NM

On 7/2/07, Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:




Pak Rovicky,



Synthetic BJP juga sudah menggunakan data Porong-1. Miss of top Kujung
kelihatannya akibat kedua hal tersebut, sering juga kan velocity-nya berbeda
meskipun jarak sumur berdekatan (6 km), juga kehadiran batupasir tebal di
BJP yang tak diperhitungkan bisa sebagai penyebab miss of top Kujung itu.



Soal meledaknya pipa penyalur uap (bukan sumur) di kawasan panasbumi Dieng
sudah di-posting Pak Nur Heriawan dan Pak Ismail. Tambahannya, uap panasbumi
Dieng adalah uap yang paling korosif dibandingkan ladang geothermal lainnya
di Indonesia. Kasus2 keracunan H2S juga pernah terjadi beberapa kali di
wilayah ini, mungkin masih ingat kasus semburan gas maut Sinila, Dieng 1979
yang menelan korban penduduk desa begitu banyak dan melahirkan lagu elegi
"Berita Kepada Kawan" Ebiet G. Ade.



Salam,

awang



Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-07-01 Terurut Topik yanto salim
Hal ini adalah pendekatan dengan dasar bahwa sequence stratigraphy sudah 
diketahui atau sudah terprediksi. Pendekatan ini sebetulnya sama saja dengan 
surface seismic karena memakai up-going signal atau refleksi dari batas 
impedans dibawah posisi well geophone. 
Metode yang terbaik adalah melaksanakan offset VSP, dimana energy source dari 
VSP away dari well bor. Up-going signal yang didapat akan merupakan seismic 
reflector yang akan lebih bagus datanya dari surface seismic.

Kalau ada reflector reflector yang lebih dalam dari lubang bor, maka data 
tersebut akan diwakili oleh seismic signal dibawah well TD. Dan reflector 
inilah yang diinterpretasi apakah Kujung L.S atau lainnya. Accuracy dari 
pendekatan ini tergantung dari seberapa baiknya data kita yang mewakili. Sering 
reflector yang muncul lebih banyak dari interpretasi normal seismik maka 
akibatnya terjadilah prediksi dengan  beberapa kemungkinan.

Metoda "look ahead" ini akan sangat sulit memprediksi lithology walaupun 
move-out velocitynya bisa dipakai sebagai tool interpretasi, biasanya bisa out 
of reality.

Salam.

Yanto Salim 


- Pesan Asli 
Dari: heri ferius <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Terkirim: Minggu, 1 Juli, 2007 1:32:56
Topik: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


Apa pada kedalaman 8750 ft ada logging lainnya, selain VSP ?. Gimana ya, cara 
memprediksi Top Kujung LS pada bagian yang belum dibor, seandainya hanya pakai 
data VSP ?. Mohon pencerahan.
 
Salam HF
- Original Message - 
From: yanto salim 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Saturday, June 30, 2007 3:01 PM
Subject: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


Pak Awang,
Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa kita lakukan adalah 
prediksi dari data yang ada, walaupun VSP dilaksanakan ternyata tidaka ada 
satupun perkiraan VSP yang mendekati (ada 3 prediksi).
Tambahan saja, dengan adanya high absorbent di dekat permukaan energy seismik 
sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di perparah dengan adanya sand setebal 
lebih dari 3000 feet. Seperti dikatakan ini adalah sand yang diketemukan  
pertama kali, jadi tidak ada referensi dan tentunya tidak akan terinterpretasi 
(walaupun data seismiknya berkwalitas baik).
 
 
Salam,
 
Yanto

- Pesan Asli 
Dari: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Terkirim: Kamis, 28 Juni, 2007 3:23:05
Topik: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


Pak Arman,
 
Dari seismiknya gak terlalu jelas bahwa ada lapisan pasir setebal itu. Di 
permukaan banyak breksi volkanik yang akan menyerap banyak energi gelombang 
seismik, sehingga kualitas data seismik bisa memburuk jauh ke bawah. Design 
casing BJP-1 disusun dengan referensi utama sumur Porong-1 yang tak ada lapisan 
pasirnya, sehingga terjadi perbedaan jauh antara prognosis stratigrafi dengan 
kenyataan stratigrafi. 
 
Saat menembus pasir di kedalaman sekitar 8500 ft (8581 ft tepatnya) di mana 
diprediksi top gamping Kujung akan muncul, dilakukan beberapa kali stop 
drilling untuk cek sampel, tetapi tetap muncul 95 % batupasir dan 5 % gamping. 
Bor dilanjutkan sampai kedalaman 8750 ft. Stop drilling lalu dilakukan VSP. 
Dari data VSP didapat tiga kemungkinan top Kujung limestone : 8800 ft, 9400 ft, 
atau 9600 ft. Maka diputuskan untuk bor terus sampai ketemu gamping Kujung. 
Kita tahu batupasir ternyata muncul terus sampai kedalaman sekitar 9283 ft, 
ketika cutting gamping dominan lalu di TD sumur 9297 ft total loss. Apakah 
gamping Kujung sudah tertembus ? Tidak tahu. Apakah itu sampel gamping Kujung I 
? Tidak tahu, saya pikir bukan, lebih muda atau jauh lebih muda. 
 
Bisa Pak Arman lihat, prosedur standar sudah dijalankan, memang harus VSP atau 
check shot dulu bila lapisan yang diharapkan tidak muncul-muncul. Secara 
regional, sekarang kita bisa memahami mengapa batupasir volkanik itu muncul di 
lokasi BJP. BJP adalah reef paling selatan dan itu sangat dekat dengan lidah 
pasir volkanik dari volcanic arc Intra-Miosen. Reef-reef di utara yang sezaman 
dengan BJP tak akan punya lidah pasir volkanik semacam itu, terlalu jauh. Tapi, 
kita tak bisa memperkirakannya sebelum drilling. Kita bisa melihat ada 
kemungkinan impurities itu (lihat paper saya di Satyana, 2005, IPA : 
"Tectono-volcanic setting on Oligo-Miocene carbonates of Java"), tapi tak bisa 
memperkirakannya justru muncul di BJP. No one knows perfectly how Mother Earth 
operates. Tapi, sekarang kita tahu bahwa semua reef di pinggir selatan Kendeng 
Deep akan berpotensi ditutupi lidah pasir volkanik, semakin ke baratdaya dari 
BJP semakin besar risikonya.
 
salam,
awang
 
 
"Sunaryo Arman C." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Awang,

Ini agak melenceng sedikit dari topik utama, saya sebetulnya ingin tanya dari 
dulu tapi nggak sempat nulisnya. Di presentasinya Pak Rudi dulu ditunjukkan 
diagram prognosis vs actual dari sumur BP-1 yang saya lihat sangat berbeda, 
dalam arti batuan yang didapat sangat berbeda den

RE: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-07-01 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Pak Rovicky,

 

Synthetic BJP juga sudah menggunakan data Porong-1. Miss of top Kujung
kelihatannya akibat kedua hal tersebut, sering juga kan velocity-nya
berbeda meskipun jarak sumur berdekatan (6 km), juga kehadiran batupasir
tebal di BJP yang tak diperhitungkan bisa sebagai penyebab miss of top
Kujung itu.

 

Soal meledaknya pipa penyalur uap (bukan sumur) di kawasan panasbumi
Dieng sudah di-posting Pak Nur Heriawan dan Pak Ismail. Tambahannya, uap
panasbumi Dieng adalah uap yang paling korosif dibandingkan ladang
geothermal lainnya di Indonesia. Kasus2 keracunan H2S juga pernah
terjadi beberapa kali di wilayah ini, mungkin masih ingat kasus semburan
gas maut Sinila, Dieng 1979 yang menelan korban penduduk desa begitu
banyak dan melahirkan lagu elegi "Berita Kepada Kawan" Ebiet G. Ade. 

 

Salam,

awang

 

From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, July 02, 2007 8:13 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

 

Pak Awang 
Mlesetnya perkiraan Top Kujung ini apakah karena depth conversion
ataukah karena misinterpretation (facies identification error), ataukah
dua-dua nya ?

Seingatku sudah ada synthetic yang dibuat di BJP-1 ini. Jadi mungkin
bisa di cross check apakah kita berbicara pada "spesies" yang sama
dengan carbonates di Porong-1, ataukah beda. 

sorry intermezzo :
Ada yang tahu kasus meledaknya sumur Geothermal Dieng, apa yang terjadi
?

RDP

On 7/2/07, Awang Satyana < [EMAIL PROTECTED]
<mailto:[EMAIL PROTECTED]> > wrote:

Pak Heri, di kedalaman tersebut, selain data VSP ada data log
konvensional (seperti GR, resistivity), tetapi tak bisa dipakai untuk
prediksi top Kujung LS sebab perkiraan kedalaman tersebut belum ada data
log-nya. Kita hanya mengandalkan VSP atau checkshot untuk memprediksi
puncak suatu formasi yang belum dibor, tetapi hasil VSP pun tidak jelas
juga, mungkin karena kehadiran beberapa seismic absorbent seperti yang
diduga oleh Pak Yanto Salim. 

 

Akhirnya, di BJP-1 kita tak pernah tahu apakah sudah menembus gamping
Kujung atau belum. Gamping ada, tetapi apakah itu gamping suatu puncak
formasi atau sekedar sisipan tipis gamping di tengah sekuen
silisiklastik, kita tak tahu. 

 

salam,

awang

heri ferius <[EMAIL PROTECTED] > wrote:

Apa pada kedalaman 8750 ft ada logging lainnya, selain VSP ?.
Gimana ya, cara memprediksi Top Kujung LS pada bagian yang belum dibor,
seandainya hanya pakai data VSP ?. Mohon pencerahan.

 

Salam HF

- Original Message - 

From: yanto salim <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  

To: iagi-net@iagi.or.id 

Sent: Saturday, June 30, 2007 3:01 PM

    Subject: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo 

 

Pak Awang,

Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa
kita lakukan adalah prediksi dari data yang ada, walaupun VSP
dilaksanakan ternyata tidaka ada satupun perkiraan VSP yang mendekati
(ada 3 prediksi).

Tambahan saja, dengan adanya high absorbent di dekat
permukaan energy seismik sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di
perparah dengan adanya sand setebal lebih dari 3000 feet. Seperti
dikatakan ini adalah sand yang diketemukan  pertama kali, jadi tidak ada
referensi dan tentunya tidak akan terinterpretasi (walaupun data
seismiknya berkwalitas baik).

 

 

Salam,

 

Yanto

  _  

Food fight?
<http://answers.yahoo.com/dir/index;_ylc=X3oDMTFvbGNhMGE3BF9TAzM5NjU0NTE
wOARfcwMzOTY1NDUxMDMEc2VjA21haWxfdGFnbGluZQRzbGsDbWFpbF90YWcx?link=ask&s
id=396545367>  Enjoy some healthy debate
in the Yahoo! Answers Food & Drink Q&A.
<http://answers.yahoo.com/dir/index;_ylc=X3oDMTFvbGNhMGE3BF9TAzM5NjU0NTE
wOARfcwMzOTY1NDUxMDMEc2VjA21haWxfdGFnbGluZQRzbGsDbWFpbF90YWcx?link=ask&s
id=396545367> 




-- 
http://rovicky.wordpress.com/ 



Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-07-01 Terurut Topik Sugeng Hartono
Pak Awang dan Pakde Rovicky,

Untuk mengetahui apakah pemboran sudah menembus Gamping (Kujung) atau belum, 
tentunya kita dapat menggabungkan data VSP dengan data-2 lainnya, misalnya 
mudlog (yang dibuat mudloggers), progress sample log (yang dibuat wsg saat 
pemboran in progress), chart Geolograph dari drilling rig (memuat rekaman data: 
Depth, WOB, Rate of penetration - ini merekam setiap foot pemboran, jadi sangat 
akurat, torsi pipa bor, RPM-putaran pipa, pump pressure dll), juga print-out 
drilling data (merekam seluruh data: depth, wob, torsi pipa, rpm, pump 
pressure, total gas, gas chromatograph, kandungan H2S, CO2, flow rate dari 
lumpur bor yang dipompakan - dalam galon/menit, volume lumpur dalam tangki - 
untuk mengetahui apakah ada loss circulation atau gain, mud weight In and Out 
dll) dari Mudlogging unit yang biasanya merekam secara kontinyu.
Karena belum dilakukan logging, jadi hanya data-data tersebut lah yang dapat 
kita pergunakan.

Salam,
sugeng


  - Original Message - 
  From: Rovicky Dwi Putrohari 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Monday, July 02, 2007 8:13 AM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


  Pak Awang 
  Mlesetnya perkiraan Top Kujung ini apakah karena depth conversion ataukah 
karena misinterpretation (facies identification error), ataukah dua-dua nya ?

  Seingatku sudah ada synthetic yang dibuat di BJP-1 ini. Jadi mungkin bisa di 
cross check apakah kita berbicara pada "spesies" yang sama dengan carbonates di 
Porong-1, ataukah beda. 

  sorry intermezzo :
  Ada yang tahu kasus meledaknya sumur Geothermal Dieng, apa yang terjadi ?

  RDP


  On 7/2/07, Awang Satyana < [EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Heri, di kedalaman tersebut, selain data VSP ada data log konvensional 
(seperti GR, resistivity), tetapi tak bisa dipakai untuk prediksi top Kujung LS 
sebab perkiraan kedalaman tersebut belum ada data log-nya. Kita hanya 
mengandalkan VSP atau checkshot untuk memprediksi puncak suatu formasi yang 
belum dibor, tetapi hasil VSP pun tidak jelas juga, mungkin karena kehadiran 
beberapa seismic absorbent seperti yang diduga oleh Pak Yanto Salim. 

Akhirnya, di BJP-1 kita tak pernah tahu apakah sudah menembus gamping 
Kujung atau belum. Gamping ada, tetapi apakah itu gamping suatu puncak formasi 
atau sekedar sisipan tipis gamping di tengah sekuen silisiklastik, kita tak 
tahu. 

salam,
awang

heri ferius <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
  Apa pada kedalaman 8750 ft ada logging lainnya, selain VSP ?. Gimana ya, 
cara memprediksi Top Kujung LS pada bagian yang belum dibor, seandainya hanya 
pakai data VSP ?. Mohon pencerahan.

  Salam HF
- Original Message - 
From: yanto salim 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Saturday, June 30, 2007 3:01 PM
    Subject: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo 


Pak Awang,
Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa kita lakukan 
adalah prediksi dari data yang ada, walaupun VSP dilaksanakan ternyata tidaka 
ada satupun perkiraan VSP yang mendekati (ada 3 prediksi).
Tambahan saja, dengan adanya high absorbent di dekat permukaan energy 
seismik sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di perparah dengan adanya sand 
setebal lebih dari 3000 feet. Seperti dikatakan ini adalah sand yang 
diketemukan  pertama kali, jadi tidak ada referensi dan tentunya tidak akan 
terinterpretasi (walaupun data seismiknya berkwalitas baik).


Salam,

Yanto




Food fight? Enjoy some healthy debate
in the Yahoo! Answers Food & Drink Q&A.




  -- 
  http://rovicky.wordpress.com/ 

Hal: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-07-01 Terurut Topik yanto salim
Benar Frank, tapi sand- sand tersebut, tidak setebal lebih dari 3000 feet.  
3000 feet di kedalaman 6000 '  sekitar 700- 750 millisecond (twoway time,) dan 
kalau tidak ada bedding maka zona setebal itu kira- kira bentuknya dalam 
seismic character seperti apa?. apakah ada yang bisa mengatakan itu adalah 
sand?. Saya kira tidak (kecuali sdh ada contoh).

Jadi explorationist Lapindo tidak salah interpretasi.

Salam

Yanto Salim.



- Pesan Asli 
Dari: Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Terkirim: Minggu, 1 Juli, 2007 2:07:17
Topik: Re: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


Pak Yanto Salim,
sand seperti ini banyak sekali terdeposit di antara paleo-high dari limestone2 
yang ada di daerah tsb.  kemungkinan besar termasuk daerah kerja PetroChina di 
Jatim.
 
fbs


- Original Message 
From: yanto salim <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Saturday, June 30, 2007 1:01:25 AM
Subject: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


Pak Awang,
Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa kita lakukan adalah 
prediksi dari data yang ada, walaupun VSP dilaksanakan ternyata tidaka ada 
satupun perkiraan VSP yang mendekati (ada 3 prediksi).
Tambahan saja, dengan adanya high absorbent di dekat permukaan energy seismik 
sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di perparah dengan adanya sand setebal 
lebih dari 3000 feet. Seperti dikatakan ini adalah sand yang diketemukan  
pertama kali, jadi tidak ada referensi dan tentunya tidak akan terinterpretasi 
(walaupun data seismiknya berkwalitas baik).
 
 
Salam,
 
Yanto

- Pesan Asli 
Dari: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Terkirim: Kamis, 28 Juni, 2007 3:23:05
Topik: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


Pak Arman,
 
Dari seismiknya gak terlalu jelas bahwa ada lapisan pasir setebal itu. Di 
permukaan banyak breksi volkanik yang akan menyerap banyak energi gelombang 
seismik, sehingga kualitas data seismik bisa memburuk jauh ke bawah. Design 
casing BJP-1 disusun dengan referensi utama sumur Porong-1 yang tak ada lapisan 
pasirnya, sehingga terjadi perbedaan jauh antara prognosis stratigrafi dengan 
kenyataan stratigrafi. 
 
Saat menembus pasir di kedalaman sekitar 8500 ft (8581 ft tepatnya) di mana 
diprediksi top gamping Kujung akan muncul, dilakukan beberapa kali stop 
drilling untuk cek sampel, tetapi tetap muncul 95 % batupasir dan 5 % gamping. 
Bor dilanjutkan sampai kedalaman 8750 ft. Stop drilling lalu dilakukan VSP. 
Dari data VSP didapat tiga kemungkinan top Kujung limestone : 8800 ft, 9400 ft, 
atau 9600 ft. Maka diputuskan untuk bor terus sampai ketemu gamping Kujung. 
Kita tahu batupasir ternyata muncul terus sampai kedalaman sekitar 9283 ft, 
ketika cutting gamping dominan lalu di TD sumur 9297 ft total loss. Apakah 
gamping Kujung sudah tertembus ? Tidak tahu. Apakah itu sampel gamping Kujung I 
? Tidak tahu, saya pikir bukan, lebih muda atau jauh lebih muda. 
 
Bisa Pak Arman lihat, prosedur standar sudah dijalankan, memang harus VSP atau 
check shot dulu bila lapisan yang diharapkan tidak muncul-muncul. Secara 
regional, sekarang kita bisa memahami mengapa batupasir volkanik itu muncul di 
lokasi BJP. BJP adalah reef paling selatan dan itu sangat dekat dengan lidah 
pasir volkanik dari volcanic arc Intra-Miosen. Reef-reef di utara yang sezaman 
dengan BJP tak akan punya lidah pasir volkanik semacam itu, terlalu jauh. Tapi, 
kita tak bisa memperkirakannya sebelum drilling. Kita bisa melihat ada 
kemungkinan impurities itu (lihat paper saya di Satyana, 2005, IPA : 
"Tectono-volcanic setting on Oligo-Miocene carbonates of Java"), tapi tak bisa 
memperkirakannya justru muncul di BJP. No one knows perfectly how Mother Earth 
operates. Tapi, sekarang kita tahu bahwa semua reef di pinggir selatan Kendeng 
Deep akan berpotensi ditutupi lidah pasir volkanik, semakin ke baratdaya dari 
BJP semakin besar risikonya.
 
salam,
awang
 
 
"Sunaryo Arman C." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Awang,

Ini agak melenceng sedikit dari topik utama, saya sebetulnya ingin tanya dari 
dulu tapi nggak sempat nulisnya. Di presentasinya Pak Rudi dulu ditunjukkan 
diagram prognosis vs actual dari sumur BP-1 yang saya lihat sangat berbeda, 
dalam arti batuan yang didapat sangat berbeda dengan yang diharapkan, Pak Awang 
bilang ada 3000 ft (1000 m) batupasir yang tidak diharapkan. Apakah pernah 
diadakan penelitian kenapa kok bisa begitu besar perbedaannya? 1000m batupasir 
kan mustinya mudah terlihat di seismik. Pada saat pengeboran dan diketahui ada 
penyimpangan dari prognosis apakah tidak dilakukan VSP atau check shot yang 
bisa digunakan sebagai bahan re evaluasi sebelum mengebor lebih jauh? Saya 
tanya ini karena dari pengalaman saya dulu kalau ada penyimpangan sampai 
beberapa puluh feet saja, kita akan berhenti dulu untuk run VSP atau check 
shot, dari situ kita mengambil keputusan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Arm

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-07-01 Terurut Topik liamsi
y intermezzo :
> Ada yang tahu kasus meledaknya sumur Geothermal Dieng, apa
> yang terjadi ?
>
> RDP
>
> On 7/2/07, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> Pak Heri, di kedalaman tersebut, selain data VSP ada data
>> log konvensional (seperti GR, resistivity), tetapi tak bisa
>> dipakai untuk prediksi top Kujung LS sebab perkiraan
>> kedalaman tersebut belum ada data log-nya. Kita hanya
>> mengandalkan VSP atau checkshot untuk memprediksi puncak
>> suatu formasi yang belum dibor, tetapi hasil VSP pun tidak
>> jelas juga, mungkin karena kehadiran beberapa seismic
>> absorbent seperti yang diduga oleh Pak Yanto Salim.
>>
>> Akhirnya, di BJP-1 kita tak pernah tahu apakah sudah
>> menembus gamping Kujung atau belum. Gamping ada, tetapi
>> apakah itu gamping suatu puncak formasi atau sekedar
>> sisipan tipis gamping di tengah sekuen silisiklastik, kita
>> tak tahu.
>>
>> salam,
>> awang
>>
>> *heri ferius <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>>
>> Apa pada kedalaman 8750 ft ada logging lainnya, selain VSP
>> ?. Gimana ya, cara memprediksi Top Kujung LS pada bagian
>> yang belum dibor, seandainya hanya pakai data VSP ?. Mohon
>> pencerahan.
>>
>> Salam HF
>>
>> - Original Message -
>> *From:* yanto salim <[EMAIL PROTECTED]>
>> *To:* iagi-net@iagi.or.id
>> *Sent:* Saturday, June 30, 2007 3:01 PM
>> *Subject:* Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo
>>
>>  Pak Awang,
>> Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa
>> kita lakukan adalah prediksi dari data yang ada, walaupun
>> VSP dilaksanakan ternyata tidaka ada satupun perkiraan VSP
>> yang mendekati (ada 3 prediksi). Tambahan saja, dengan
>> adanya high absorbent di dekat permukaan energy seismik
>> sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di perparah dengan
>> adanya sand setebal lebih dari 3000 feet. Seperti dikatakan
>> ini adalah sand yang diketemukan  pertama kali, jadi tidak
>> ada referensi dan tentunya tidak akan terinterpretasi
>> (walaupun data seismiknya berkwalitas baik).
>>
>>
>> Salam,
>>
>> Yanto
>>
>> --
>> Food
>> fight?<http://answers.yahoo.com/dir/index;_ylc=X3oDMTFvbGNhMGE3BF9TAzM5NjU0NTEwOARfcwMzOTY1NDUxMDMEc2VjA21haWxfdGFnbGluZQRzbGsDbWFpbF90YWcx?link=ask&sid=396545367>Enjoy>>
>>  some healthy debate in the Yahoo! Answers Food & Drink
>> Q&A.<http://answers.yahoo.com/dir/index;_ylc=X3oDMTFvbGNhMGE3BF9TAzM5NjU0NTEwOARfcwMzOTY1NDUxMDMEc2VjA21haWxfdGFnbGluZQRzbGsDbWFpbF90YWcx?link=ask&sid=396545367>>>
>>
>
>
> --
> http://rovicky.wordpress.com/



___
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id




Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-07-01 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Pak Awang
Mlesetnya perkiraan Top Kujung ini apakah karena depth conversion ataukah
karena misinterpretation (facies identification error), ataukah dua-dua nya
?

Seingatku sudah ada synthetic yang dibuat di BJP-1 ini. Jadi mungkin bisa di
cross check apakah kita berbicara pada "spesies" yang sama dengan carbonates
di Porong-1, ataukah beda.

sorry intermezzo :
Ada yang tahu kasus meledaknya sumur Geothermal Dieng, apa yang terjadi ?

RDP

On 7/2/07, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Pak Heri, di kedalaman tersebut, selain data VSP ada data log konvensional
(seperti GR, resistivity), tetapi tak bisa dipakai untuk prediksi top Kujung
LS sebab perkiraan kedalaman tersebut belum ada data log-nya. Kita hanya
mengandalkan VSP atau checkshot untuk memprediksi puncak suatu formasi yang
belum dibor, tetapi hasil VSP pun tidak jelas juga, mungkin karena kehadiran
beberapa seismic absorbent seperti yang diduga oleh Pak Yanto Salim.

Akhirnya, di BJP-1 kita tak pernah tahu apakah sudah menembus gamping
Kujung atau belum. Gamping ada, tetapi apakah itu gamping suatu puncak
formasi atau sekedar sisipan tipis gamping di tengah sekuen silisiklastik,
kita tak tahu.

salam,
awang

*heri ferius <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:

Apa pada kedalaman 8750 ft ada logging lainnya, selain VSP ?. Gimana ya,
cara memprediksi Top Kujung LS pada bagian yang belum dibor, seandainya
hanya pakai data VSP ?. Mohon pencerahan.

Salam HF

- Original Message -
*From:* yanto salim <[EMAIL PROTECTED]>
*To:* iagi-net@iagi.or.id
*Sent:* Saturday, June 30, 2007 3:01 PM
*Subject:* Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

 Pak Awang,
Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa kita lakukan
adalah prediksi dari data yang ada, walaupun VSP dilaksanakan ternyata
tidaka ada satupun perkiraan VSP yang mendekati (ada 3 prediksi).
Tambahan saja, dengan adanya high absorbent di dekat permukaan energy
seismik sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di perparah dengan adanya
sand setebal lebih dari 3000 feet. Seperti dikatakan ini adalah sand yang
diketemukan  pertama kali, jadi tidak ada referensi dan tentunya tidak akan
terinterpretasi (walaupun data seismiknya berkwalitas baik).


Salam,

Yanto

--
Food 
fight?<http://answers.yahoo.com/dir/index;_ylc=X3oDMTFvbGNhMGE3BF9TAzM5NjU0NTEwOARfcwMzOTY1NDUxMDMEc2VjA21haWxfdGFnbGluZQRzbGsDbWFpbF90YWcx?link=ask&sid=396545367>Enjoy
 some healthy debate
in the Yahoo! Answers Food & Drink 
Q&A.<http://answers.yahoo.com/dir/index;_ylc=X3oDMTFvbGNhMGE3BF9TAzM5NjU0NTEwOARfcwMzOTY1NDUxMDMEc2VjA21haWxfdGFnbGluZQRzbGsDbWFpbF90YWcx?link=ask&sid=396545367>





--
http://rovicky.wordpress.com/


Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-07-01 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Heri, di kedalaman tersebut, selain data VSP ada data log konvensional 
(seperti GR, resistivity), tetapi tak bisa dipakai untuk prediksi top Kujung LS 
sebab perkiraan kedalaman tersebut belum ada data log-nya. Kita hanya 
mengandalkan VSP atau checkshot untuk memprediksi puncak suatu formasi yang 
belum dibor, tetapi hasil VSP pun tidak jelas juga, mungkin karena kehadiran 
beberapa seismic absorbent seperti yang diduga oleh Pak Yanto Salim.
   
  Akhirnya, di BJP-1 kita tak pernah tahu apakah sudah menembus gamping Kujung 
atau belum. Gamping ada, tetapi apakah itu gamping suatu puncak formasi atau 
sekedar sisipan tipis gamping di tengah sekuen silisiklastik, kita tak tahu.
   
  salam,
  awang

heri ferius <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
DIV {   MARGIN: 0px  }Apa pada kedalaman 8750 ft ada logging 
lainnya, selain VSP ?. Gimana ya, cara memprediksi Top Kujung LS pada bagian 
yang belum dibor, seandainya hanya pakai data VSP ?. Mohon pencerahan.
   
  Salam HF
- Original Message - 
  From: yanto salim 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Saturday, June 30, 2007 3:01 PM
  Subject: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo
  

Pak Awang,
  Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa kita lakukan adalah 
prediksi dari data yang ada, walaupun VSP dilaksanakan ternyata tidaka ada 
satupun perkiraan VSP yang mendekati (ada 3 prediksi).
  Tambahan saja, dengan adanya high absorbent di dekat permukaan energy seismik 
sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di perparah dengan adanya sand setebal 
lebih dari 3000 feet. Seperti dikatakan ini adalah sand yang diketemukan  
pertama kali, jadi tidak ada referensi dan tentunya tidak akan terinterpretasi 
(walaupun data seismiknya berkwalitas baik).
   
   
  Salam,
   
  Yanto



 
-
Food fight? Enjoy some healthy debate
in the Yahoo! Answers Food & Drink Q&A.

Re: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-07-01 Terurut Topik Awang Satyana
Saya setuju dengan pendapat Pak Yanto Salim, ada beberapa seismic absorbent di 
wilayah ini, baik di permukaan (breksi volkanik) maupun di kedalaman tertentu 
(batupasir tebal, low velocity zone di zone overpressure) yang bisa mengurangi 
kualitas seismik objektif utama berupa sembulan karbonat berumur Miosen di 
kedalaman paling bawah. 
   
  salam,
  awang

yanto salim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Pak Awang,
  Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa kita lakukan adalah 
prediksi dari data yang ada, walaupun VSP dilaksanakan ternyata tidaka ada 
satupun perkiraan VSP yang mendekati (ada 3 prediksi).
  Tambahan saja, dengan adanya high absorbent di dekat permukaan energy seismik 
sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di perparah dengan adanya sand setebal 
lebih dari 3000 feet. Seperti dikatakan ini adalah sand yang diketemukan  
pertama kali, jadi tidak ada referensi dan tentunya tidak akan terinterpretasi 
(walaupun data seismiknya berkwalitas baik).
   
   
  Salam,
   
  Yanto




   
-
Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, 
photos & more. 

Re: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-07-01 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Pak Yanto Salim,
sand seperti ini banyak sekali terdeposit di antara paleo-high dari limestone2 
yang ada di daerah tsb.  kemungkinan besar termasuk daerah kerja PetroChina di 
Jatim.

fbs


- Original Message 
From: yanto salim <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Saturday, June 30, 2007 1:01:25 AM
Subject: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


Pak Awang,
Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa kita lakukan adalah 
prediksi dari data yang ada, walaupun VSP dilaksanakan ternyata tidaka ada 
satupun perkiraan VSP yang mendekati (ada 3 prediksi).
Tambahan saja, dengan adanya high absorbent di dekat permukaan energy seismik 
sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di perparah dengan adanya sand setebal 
lebih dari 3000 feet. Seperti dikatakan ini adalah sand yang diketemukan  
pertama kali, jadi tidak ada referensi dan tentunya tidak akan terinterpretasi 
(walaupun data seismiknya berkwalitas baik).
 
 
Salam,
 
Yanto

- Pesan Asli 
Dari: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Terkirim: Kamis, 28 Juni, 2007 3:23:05
Topik: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


Pak Arman,
 
Dari seismiknya gak terlalu jelas bahwa ada lapisan pasir setebal itu. Di 
permukaan banyak breksi volkanik yang akan menyerap banyak energi gelombang 
seismik, sehingga kualitas data seismik bisa memburuk jauh ke bawah. Design 
casing BJP-1 disusun dengan referensi utama sumur Porong-1 yang tak ada lapisan 
pasirnya, sehingga terjadi perbedaan jauh antara prognosis stratigrafi dengan 
kenyataan stratigrafi. 
 
Saat menembus pasir di kedalaman sekitar 8500 ft (8581 ft tepatnya) di mana 
diprediksi top gamping Kujung akan muncul, dilakukan beberapa kali stop 
drilling untuk cek sampel, tetapi tetap muncul 95 % batupasir dan 5 % gamping. 
Bor dilanjutkan sampai kedalaman 8750 ft. Stop drilling lalu dilakukan VSP. 
Dari data VSP didapat tiga kemungkinan top Kujung limestone : 8800 ft, 9400 ft, 
atau 9600 ft. Maka diputuskan untuk bor terus sampai ketemu gamping Kujung. 
Kita tahu batupasir ternyata muncul terus sampai kedalaman sekitar 9283 ft, 
ketika cutting gamping dominan lalu di TD sumur 9297 ft total loss. Apakah 
gamping Kujung sudah tertembus ? Tidak tahu. Apakah itu sampel gamping Kujung I 
? Tidak tahu, saya pikir bukan, lebih muda atau jauh lebih muda. 
 
Bisa Pak Arman lihat, prosedur standar sudah dijalankan, memang harus VSP atau 
check shot dulu bila lapisan yang diharapkan tidak muncul-muncul. Secara 
regional, sekarang kita bisa memahami mengapa batupasir volkanik itu muncul di 
lokasi BJP. BJP adalah reef paling selatan dan itu sangat dekat dengan lidah 
pasir volkanik dari volcanic arc Intra-Miosen. Reef-reef di utara yang sezaman 
dengan BJP tak akan punya lidah pasir volkanik semacam itu, terlalu jauh. Tapi, 
kita tak bisa memperkirakannya sebelum drilling. Kita bisa melihat ada 
kemungkinan impurities itu (lihat paper saya di Satyana, 2005, IPA : 
"Tectono-volcanic setting on Oligo-Miocene carbonates of Java"), tapi tak bisa 
memperkirakannya justru muncul di BJP. No one knows perfectly how Mother Earth 
operates. Tapi, sekarang kita tahu bahwa semua reef di pinggir selatan Kendeng 
Deep akan berpotensi ditutupi lidah pasir volkanik, semakin ke baratdaya dari 
BJP semakin besar risikonya.
 
salam,
awang
 
 
"Sunaryo Arman C." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Awang,

Ini agak melenceng sedikit dari topik utama, saya sebetulnya ingin tanya dari 
dulu tapi nggak sempat nulisnya. Di presentasinya Pak Rudi dulu ditunjukkan 
diagram prognosis vs actual dari sumur BP-1 yang saya lihat sangat berbeda, 
dalam arti batuan yang didapat sangat berbeda dengan yang diharapkan, Pak Awang 
bilang ada 3000 ft (1000 m) batupasir yang tidak diharapkan. Apakah pernah 
diadakan penelitian kenapa kok bisa begitu besar perbedaannya? 1000m batupasir 
kan mustinya mudah terlihat di seismik. Pada saat pengeboran dan diketahui ada 
penyimpangan dari prognosis apakah tidak dilakukan VSP atau check shot yang 
bisa digunakan sebagai bahan re evaluasi sebelum mengebor lebih jauh? Saya 
tanya ini karena dari pengalaman saya dulu kalau ada penyimpangan sampai 
beberapa puluh feet saja, kita akan berhenti dulu untuk run VSP atau check 
shot, dari situ kita mengambil keputusan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Arman 


- Original Message 
From: Awang Harun Satyana 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, June 26, 2007 9:27:59 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


BPMIGAS punya Bidang Operasi di mana di dalamnya ada Divisi Operasi
Lapangan. Divisi ini memonitor semua kegiatan operasi lapangan (survai
dan pemboran) yang sedang dilakukan Kontraktor. Kontraktor wajib
melaporkan kemajuan pekerjaan lapangannya ke divisi ini, juga ke divisi
lain yang berkaitan. Mengapa wajib ? Sebab, itu sesuai dengan amanat PP
42/2002 tentang BPMIGAS BAB IV Pasal 12 Huruf C : "Dalam menjalankan
tugas, Badan Pelaksana memiliki wewen

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-30 Terurut Topik heri ferius
Apa pada kedalaman 8750 ft ada logging lainnya, selain VSP ?. Gimana ya, cara 
memprediksi Top Kujung LS pada bagian yang belum dibor, seandainya hanya pakai 
data VSP ?. Mohon pencerahan.

Salam HF
  - Original Message - 
  From: yanto salim 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Saturday, June 30, 2007 3:01 PM
  Subject: Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


  Pak Awang,
  Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa kita lakukan adalah 
prediksi dari data yang ada, walaupun VSP dilaksanakan ternyata tidaka ada 
satupun perkiraan VSP yang mendekati (ada 3 prediksi).
  Tambahan saja, dengan adanya high absorbent di dekat permukaan energy seismik 
sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di perparah dengan adanya sand setebal 
lebih dari 3000 feet. Seperti dikatakan ini adalah sand yang diketemukan  
pertama kali, jadi tidak ada referensi dan tentunya tidak akan terinterpretasi 
(walaupun data seismiknya berkwalitas baik).


  Salam,

  Yanto

  - Pesan Asli 
  Dari: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
  Kepada: iagi-net@iagi.or.id
  Terkirim: Kamis, 28 Juni, 2007 3:23:05
  Topik: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


  Pak Arman,

  Dari seismiknya gak terlalu jelas bahwa ada lapisan pasir setebal itu. Di 
permukaan banyak breksi volkanik yang akan menyerap banyak energi gelombang 
seismik, sehingga kualitas data seismik bisa memburuk jauh ke bawah. Design 
casing BJP-1 disusun dengan referensi utama sumur Porong-1 yang tak ada lapisan 
pasirnya, sehingga terjadi perbedaan jauh antara prognosis stratigrafi dengan 
kenyataan stratigrafi. 

  Saat menembus pasir di kedalaman sekitar 8500 ft (8581 ft tepatnya) di mana 
diprediksi top gamping Kujung akan muncul, dilakukan beberapa kali stop 
drilling untuk cek sampel, tetapi tetap muncul 95 % batupasir dan 5 % gamping. 
Bor dilanjutkan sampai kedalaman 8750 ft. Stop drilling lalu dilakukan VSP. 
Dari data VSP didapat tiga kemungkinan top Kujung limestone : 8800 ft, 9400 ft, 
atau 9600 ft. Maka diputuskan untuk bor terus sampai ketemu gamping Kujung. 
Kita tahu batupasir ternyata muncul terus sampai kedalaman sekitar 9283 ft, 
ketika cutting gamping dominan lalu di TD sumur 9297 ft total loss. Apakah 
gamping Kujung sudah tertembus ? Tidak tahu. Apakah itu sampel gamping Kujung I 
? Tidak tahu, saya pikir bukan, lebih muda atau jauh lebih muda. 

  Bisa Pak Arman lihat, prosedur standar sudah dijalankan, memang harus VSP 
atau check shot dulu bila lapisan yang diharapkan tidak muncul-muncul. Secara 
regional, sekarang kita bisa memahami mengapa batupasir volkanik itu muncul di 
lokasi BJP. BJP adalah reef paling selatan dan itu sangat dekat dengan lidah 
pasir volkanik dari volcanic arc Intra-Miosen. Reef-reef di utara yang sezaman 
dengan BJP tak akan punya lidah pasir volkanik semacam itu, terlalu jauh. Tapi, 
kita tak bisa memperkirakannya sebelum drilling. Kita bisa melihat ada 
kemungkinan impurities itu (lihat paper saya di Satyana, 2005, IPA : 
"Tectono-volcanic setting on Oligo-Miocene carbonates of Java"), tapi tak bisa 
memperkirakannya justru muncul di BJP. No one knows perfectly how Mother Earth 
operates. Tapi, sekarang kita tahu bahwa semua reef di pinggir selatan Kendeng 
Deep akan berpotensi ditutupi lidah pasir volkanik, semakin ke baratdaya dari 
BJP semakin besar risikonya.

  salam,
  awang


  "Sunaryo Arman C." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Awang,

Ini agak melenceng sedikit dari topik utama, saya sebetulnya ingin tanya 
dari dulu tapi nggak sempat nulisnya. Di presentasinya Pak Rudi dulu 
ditunjukkan diagram prognosis vs actual dari sumur BP-1 yang saya lihat sangat 
berbeda, dalam arti batuan yang didapat sangat berbeda dengan yang diharapkan, 
Pak Awang bilang ada 3000 ft (1000 m) batupasir yang tidak diharapkan. Apakah 
pernah diadakan penelitian kenapa kok bisa begitu besar perbedaannya? 1000m 
batupasir kan mustinya mudah terlihat di seismik. Pada saat pengeboran dan 
diketahui ada penyimpangan dari prognosis apakah tidak dilakukan VSP atau check 
shot yang bisa digunakan sebagai bahan re evaluasi sebelum mengebor lebih jauh? 
Saya tanya ini karena dari pengalaman saya dulu kalau ada penyimpangan sampai 
beberapa puluh feet saja, kita akan berhenti dulu untuk run VSP atau check 
shot, dari situ kita mengambil keputusan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Arman 



Hal: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-30 Terurut Topik yanto salim
Pak Awang,
Benar sekali "Mother earth" is un-predictable yang bisa kita lakukan adalah 
prediksi dari data yang ada, walaupun VSP dilaksanakan ternyata tidaka ada 
satupun perkiraan VSP yang mendekati (ada 3 prediksi).
Tambahan saja, dengan adanya high absorbent di dekat permukaan energy seismik 
sudah tidak sampai dan sebetulnya juga di perparah dengan adanya sand setebal 
lebih dari 3000 feet. Seperti dikatakan ini adalah sand yang diketemukan  
pertama kali, jadi tidak ada referensi dan tentunya tidak akan terinterpretasi 
(walaupun data seismiknya berkwalitas baik).


Salam,

Yanto

- Pesan Asli 
Dari: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Terkirim: Kamis, 28 Juni, 2007 3:23:05
Topik: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


Pak Arman,
 
Dari seismiknya gak terlalu jelas bahwa ada lapisan pasir setebal itu. Di 
permukaan banyak breksi volkanik yang akan menyerap banyak energi gelombang 
seismik, sehingga kualitas data seismik bisa memburuk jauh ke bawah. Design 
casing BJP-1 disusun dengan referensi utama sumur Porong-1 yang tak ada lapisan 
pasirnya, sehingga terjadi perbedaan jauh antara prognosis stratigrafi dengan 
kenyataan stratigrafi. 
 
Saat menembus pasir di kedalaman sekitar 8500 ft (8581 ft tepatnya) di mana 
diprediksi top gamping Kujung akan muncul, dilakukan beberapa kali stop 
drilling untuk cek sampel, tetapi tetap muncul 95 % batupasir dan 5 % gamping. 
Bor dilanjutkan sampai kedalaman 8750 ft. Stop drilling lalu dilakukan VSP. 
Dari data VSP didapat tiga kemungkinan top Kujung limestone : 8800 ft, 9400 ft, 
atau 9600 ft. Maka diputuskan untuk bor terus sampai ketemu gamping Kujung. 
Kita tahu batupasir ternyata muncul terus sampai kedalaman sekitar 9283 ft, 
ketika cutting gamping dominan lalu di TD sumur 9297 ft total loss. Apakah 
gamping Kujung sudah tertembus ? Tidak tahu. Apakah itu sampel gamping Kujung I 
? Tidak tahu, saya pikir bukan, lebih muda atau jauh lebih muda. 
 
Bisa Pak Arman lihat, prosedur standar sudah dijalankan, memang harus VSP atau 
check shot dulu bila lapisan yang diharapkan tidak muncul-muncul. Secara 
regional, sekarang kita bisa memahami mengapa batupasir volkanik itu muncul di 
lokasi BJP. BJP adalah reef paling selatan dan itu sangat dekat dengan lidah 
pasir volkanik dari volcanic arc Intra-Miosen. Reef-reef di utara yang sezaman 
dengan BJP tak akan punya lidah pasir volkanik semacam itu, terlalu jauh. Tapi, 
kita tak bisa memperkirakannya sebelum drilling. Kita bisa melihat ada 
kemungkinan impurities itu (lihat paper saya di Satyana, 2005, IPA : 
"Tectono-volcanic setting on Oligo-Miocene carbonates of Java"), tapi tak bisa 
memperkirakannya justru muncul di BJP. No one knows perfectly how Mother Earth 
operates. Tapi, sekarang kita tahu bahwa semua reef di pinggir selatan Kendeng 
Deep akan berpotensi ditutupi lidah pasir volkanik, semakin ke baratdaya dari 
BJP semakin besar risikonya.
 
salam,
awang
 
 
"Sunaryo Arman C." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Awang,

Ini agak melenceng sedikit dari topik utama, saya sebetulnya ingin tanya dari 
dulu tapi nggak sempat nulisnya. Di presentasinya Pak Rudi dulu ditunjukkan 
diagram prognosis vs actual dari sumur BP-1 yang saya lihat sangat berbeda, 
dalam arti batuan yang didapat sangat berbeda dengan yang diharapkan, Pak Awang 
bilang ada 3000 ft (1000 m) batupasir yang tidak diharapkan. Apakah pernah 
diadakan penelitian kenapa kok bisa begitu besar perbedaannya? 1000m batupasir 
kan mustinya mudah terlihat di seismik. Pada saat pengeboran dan diketahui ada 
penyimpangan dari prognosis apakah tidak dilakukan VSP atau check shot yang 
bisa digunakan sebagai bahan re evaluasi sebelum mengebor lebih jauh? Saya 
tanya ini karena dari pengalaman saya dulu kalau ada penyimpangan sampai 
beberapa puluh feet saja, kita akan berhenti dulu untuk run VSP atau check 
shot, dari situ kita mengambil keputusan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Arman 


- Original Message 
From: Awang Harun Satyana 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, June 26, 2007 9:27:59 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


BPMIGAS punya Bidang Operasi di mana di dalamnya ada Divisi Operasi
Lapangan. Divisi ini memonitor semua kegiatan operasi lapangan (survai
dan pemboran) yang sedang dilakukan Kontraktor. Kontraktor wajib
melaporkan kemajuan pekerjaan lapangannya ke divisi ini, juga ke divisi
lain yang berkaitan. Mengapa wajib ? Sebab, itu sesuai dengan amanat PP
42/2002 tentang BPMIGAS BAB IV Pasal 12 Huruf C : "Dalam menjalankan
tugas, Badan Pelaksana memiliki wewenang : mengawasi kegiatan utama
operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama"

Apakah BPMIGAS bertanggung jawab kepada pelaksanaan operasi Kontraktor ?
Tidak diatur di aturan manapun. Tetapi bunyi kontrak PSC term antara
BPMIGAS dengan Kontraktor Section V tentang Rights and Obligations of
the Parties, Butir 5.2.4 : CONTRACTOR shall : be responsible for the
preparation and executio

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-28 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Arman,
   
  Dari seismiknya gak terlalu jelas bahwa ada lapisan pasir setebal itu. Di 
permukaan banyak breksi volkanik yang akan menyerap banyak energi gelombang 
seismik, sehingga kualitas data seismik bisa memburuk jauh ke bawah. Design 
casing BJP-1 disusun dengan referensi utama sumur Porong-1 yang tak ada lapisan 
pasirnya, sehingga terjadi perbedaan jauh antara prognosis stratigrafi dengan 
kenyataan stratigrafi. 
   
  Saat menembus pasir di kedalaman sekitar 8500 ft (8581 ft tepatnya) di mana 
diprediksi top gamping Kujung akan muncul, dilakukan beberapa kali stop 
drilling untuk cek sampel, tetapi tetap muncul 95 % batupasir dan 5 % gamping. 
Bor dilanjutkan sampai kedalaman 8750 ft. Stop drilling lalu dilakukan VSP. 
Dari data VSP didapat tiga kemungkinan top Kujung limestone : 8800 ft, 9400 ft, 
atau 9600 ft. Maka diputuskan untuk bor terus sampai ketemu gamping Kujung. 
Kita tahu batupasir ternyata muncul terus sampai kedalaman sekitar 9283 ft, 
ketika cutting gamping dominan lalu di TD sumur 9297 ft total loss. Apakah 
gamping Kujung sudah tertembus ? Tidak tahu. Apakah itu sampel gamping Kujung I 
? Tidak tahu, saya pikir bukan, lebih muda atau jauh lebih muda. 
   
  Bisa Pak Arman lihat, prosedur standar sudah dijalankan, memang harus VSP 
atau check shot dulu bila lapisan yang diharapkan tidak muncul-muncul. Secara 
regional, sekarang kita bisa memahami mengapa batupasir volkanik itu muncul di 
lokasi BJP. BJP adalah reef paling selatan dan itu sangat dekat dengan lidah 
pasir volkanik dari volcanic arc Intra-Miosen. Reef-reef di utara yang sezaman 
dengan BJP tak akan punya lidah pasir volkanik semacam itu, terlalu jauh. Tapi, 
kita tak bisa memperkirakannya sebelum drilling. Kita bisa melihat ada 
kemungkinan impurities itu (lihat paper saya di Satyana, 2005, IPA : 
"Tectono-volcanic setting on Oligo-Miocene carbonates of Java"), tapi tak bisa 
memperkirakannya justru muncul di BJP. No one knows perfectly how Mother Earth 
operates. Tapi, sekarang kita tahu bahwa semua reef di pinggir selatan Kendeng 
Deep akan berpotensi ditutupi lidah pasir volkanik, semakin ke baratdaya dari 
BJP semakin besar risikonya.
   
  salam,
  awang
   
   
  "Sunaryo Arman C." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Pak Awang,

Ini agak melenceng sedikit dari topik utama, saya sebetulnya ingin tanya dari 
dulu tapi nggak sempat nulisnya. Di presentasinya Pak Rudi dulu ditunjukkan 
diagram prognosis vs actual dari sumur BP-1 yang saya lihat sangat berbeda, 
dalam arti batuan yang didapat sangat berbeda dengan yang diharapkan, Pak Awang 
bilang ada 3000 ft (1000 m) batupasir yang tidak diharapkan. Apakah pernah 
diadakan penelitian kenapa kok bisa begitu besar perbedaannya? 1000m batupasir 
kan mustinya mudah terlihat di seismik. Pada saat pengeboran dan diketahui ada 
penyimpangan dari prognosis apakah tidak dilakukan VSP atau check shot yang 
bisa digunakan sebagai bahan re evaluasi sebelum mengebor lebih jauh? Saya 
tanya ini karena dari pengalaman saya dulu kalau ada penyimpangan sampai 
beberapa puluh feet saja, kita akan berhenti dulu untuk run VSP atau check 
shot, dari situ kita mengambil keputusan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Arman 


- Original Message 
From: Awang Harun Satyana 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, June 26, 2007 9:27:59 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


BPMIGAS punya Bidang Operasi di mana di dalamnya ada Divisi Operasi
Lapangan. Divisi ini memonitor semua kegiatan operasi lapangan (survai
dan pemboran) yang sedang dilakukan Kontraktor. Kontraktor wajib
melaporkan kemajuan pekerjaan lapangannya ke divisi ini, juga ke divisi
lain yang berkaitan. Mengapa wajib ? Sebab, itu sesuai dengan amanat PP
42/2002 tentang BPMIGAS BAB IV Pasal 12 Huruf C : "Dalam menjalankan
tugas, Badan Pelaksana memiliki wewenang : mengawasi kegiatan utama
operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama"

Apakah BPMIGAS bertanggung jawab kepada pelaksanaan operasi Kontraktor ?
Tidak diatur di aturan manapun. Tetapi bunyi kontrak PSC term antara
BPMIGAS dengan Kontraktor Section V tentang Rights and Obligations of
the Parties, Butir 5.2.4 : CONTRACTOR shall : be responsible for the
preparation and execution of the Work Program, which shall be
implemented in a workmanlike manner by appropriate scientific methods.
Apakah bunyi ayat ini bisa dipakai untuk dasar pertanggungjawaban
Kontraktor dalam keamanan drilling operation ? Saya pikir tak serta
merta, biar saja pihak Legal yang menyatakannya.

Kalau BPMIGAS tidak menyetujui BJP-1 dibor (tetapi Lapindo bisa saja
tetap mengebor BJP-1 hanya secara sole risk), kalau Kabupaten Sidoarjo
tidak memberikan izin lokasi kepada Lapindo untuk mengebor BJP-1, tentu
BJP-1 tidak akan dibor. Divisi Eksplorasi BPMIGAS menyetujui BJP-1 dibor
karena BJP-1 punya alasan eksplorasi yang baik dan secara teknis valid.
Dalam spirit meningkatkan produksi migas Indonesia, yang menjadi tujuan
Pemerintah Indonesia, BJP-1 layak d

RE: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo-mitos

2007-06-27 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Pak Bambang,

 

Kalau kejadiannya di Timor, itu sangat mungkin berhubungan dengan mud volcano 
juga. Jalur gununglumpur terkaya di wilayah Indonesia dan sekitarnya antara 
lain terdapat di wilayah ini sejak dari perairan Sawu sampai ke sekitar 
Wetar-Romang-Damar di timurlaut Timor membentuk kelurusan barat baratdaya-timur 
timurlaut. Gununglumpur di sini erat berkaitan dengan gerak diapir, sesar 
mendatar besar, dan kompresi akibat benturan Australia ke Timor sejak Pliosen. 
Bahkan, mélange di sini pun diyakini dibawa oleh gerak diapir ini. Rakyat Tmor 
menyebut gununglumpur di wilayah ini sebagai “poton”.

 

Salam,

awang

 

From: Bambang Pujasmadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, June 28, 2007 9:36 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo-mitos

 

Mitos bahwa mata air berhubungan dengan laut ternyata bukan monopoli orang Jawa 
saja. Di dataran Aroki, Kab. timor Tengah Utara juga ada kejadian serupa. 
Dataran tersebut dikelilingi oleh pegunungan sehingga banyak sumur artesis yang 
beberapa diantaranya mengeluarkan air asin.. Masarakat setempat beranggapan 
keluarnya air asin tersebut karena ada saluran bawah tanah yang menghubungkan 
langsung ke laut (padahal elevasi dataran jauh di atas muka laut). Sehingga 
pernah ada kejadian sekitar 1989, semua penduduk di dataran tersebut mengungsi 
di pegunungan di sekelilingnya karena ada isu gempa bumi, yang akan 
mengakibatkan dataran tenggelam dan terisi air laut... 

Tapi dengan adanya isu tersebut mengakibatkan banyak kebun mangga yang masak 
dipohon ditinggalkan begitu saja. 

 

 


Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Wah Pak Chairul Nas masih mengingat tayangan TVRI 20 tahun silam 
tentang “bledug kuwu”, barangkali di tayangan acara tersebut ada penjelasan 
tentang  apa penyebabnya dan sejak kapan dimulai ? Saya dan Pak Dwiyanto 
Rumlan dari PetroChina sedang mengumpulkan fakta maupun mitos tentang bledug 
kuwu. Rakyat di sekitar situ punya legenda tentang bledug kuwu yang kalau 
ditelusuri ternyata jauh ke masa Kerajaan Mataram Kuno (Hindu) masih ada di 
Jawa (732-928 M). Artinya, bledug kuwu mulai sebelum 732 M. Ini beberapa 
petikannya : 

 

“Kuwu yang pada masa Kerajaan Sanjaya (Mataram Kuno, 732M - 928M) 
dalam sejarah merupakan kota kecil tetapi penting pada masa itu. Letaknya masih 
dalam wilayah Kabupaten Grobogan. Kuwu adalah bekas Ibukota Kawedanan Kradenan. 
Pada jaman kerajaan Mataram pernah beribukota di Medangkamulan (Medang I Bumi 
Mataram) yang berjarak 1,5 km dari Kuwu. Karena perkembangan ilmu pengetahuan 
saat itu belum mengenal metodologi ilmiah untuk mencari tahu tentang Bledug 
Kuwu, maka pendekatan yang paling kondusif saat itu adalah melalui mitos, dan 
sebagian orang sampai sekarang masih mempercayai mitos Bledug Kuwu tersebut. 
Menurut cerita turun temurun yang beredar di kalangan masyarakat disitu, Bledug 
kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan laut 
Selatan. Entah kenapa setiap ada mitos kelautan mesti dihubungkan dengan laut 
selatan, meskipun tempatnya lebih dekat dengan laut utara pulau Jawa, seperti 
Bledug Kuwu yang sebenarnya lebih dekat dengan Pantai Kartini di Rembang atau 
Pantai di Pati daripada ke Parangtritis. Jauh sekali kan ?. Konon lubang itu 
adalah jalan pulang Joko Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang 
Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi 
buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut 
karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia 
diakui sebagai anaknya.”

 

Harus ada yang mau meneliti secara ilmiah bledug Kuwu, mengambil contoh 
semburan lumpurnya, menganalisisnya, melakukan interpretasi bawah permukaannya, 
dll. Ini akan bermanfaat untuk pemahaman gejala erupsi gununglumpur secara 
keseluruhan di wilayah Depresi Kendeng. Dari data seismik tahun 1989 dan 2004 
di wilayah Purwodadi yang memotong Bledug Kuwu nampak sangat jelas bahwa Bledug 
Kuwu benar2 merupakan gununglumpur yang mengerucut di puncaknya. Titik bledug 
kuwu adalah puncak semburannya. Dan, di wilayah ini  bledug Kuwu tidak 
sendiri, masih ada beberapa kenampakan gununglumpur/diapir yang mati di bawah 
permukaan (seperti blind fault) maupun naik ke hampir permukaan.

 

Salam,

awang

 

From: Chairul Nas [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, June 27, 2007 8:19 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

 

Rekan-rekan anggota IAGI yg tercinta,
Pemerintah, dalam hal ini Dept ESDM, memang layak untuk diminta 
bertanggung jawab atas tenggelamnya begitu banyak rumah dan lahan penduduk di 
Porong - Sidoardjo; bukan atas  terjadinya semburan lumpur  panas itu. Karena 
menyemburnya LUSI, menurut saya, adalah lebih berupa gejala geologis seperti 
halny

RE: [iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-27 Terurut Topik Haris SaptoWIDYONO
Waa..hh...kalau semua aktifitas perusahaan swasta terus yang menanggung semua 
bentuk dampak adalah NEGARA...bisa bisa nanti seperti BLBI...(enak aja siapa yg 
utang siapa yg nanggung)
Mestinya ada bagian penanggung jawab yang jelas misalkan :
LAPINDO : 75%
BPMIGAS/ESDM/dll (NEGARA) : 25%
atau hitungan lainnya..((pp ..
 



From: Chairul Nas [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, June 27, 2007 8:19 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


Rekan-rekan anggota IAGI yg tercinta,
Pemerintah, dalam hal ini Dept ESDM, memang layak untuk diminta bertanggung 
jawab atas tenggelamnya begitu banyak rumah dan lahan penduduk di Porong - 
Sidoardjo; bukan atas  terjadinya semburan lumpur  panas itu. Karena 
menyemburnya LUSI, menurut saya, adalah lebih berupa gejala geologis seperti 
halnya "mud volcano" di Purwodadi yg pernah ditayangkan pd TVRI 20 tahun silam. 
Masih segar pd ingatan saya, waktu saya menonton TVRI saat itu mereka 
menyebutnya sebagai kejadian "bleduk kuwu". Kesalahan fatal karena kebodohan 
dan kelambanan adalah: mengambil kesimpulan ttg kejadian semburan LUSI amat 
sangat terlambat, sehingga waktu terlalu banyak dihabiskan untuk upaya 
penghentian semburan. Dua pekan setelah semburan berlangsung, saya berdebat 
keras dgn kolega saya yg ahli perminyakan di Trisakti; waktu itu saya katakan 
"mau bor miring - bor hantu blau kek - semburan ini tidak akan bisa dihentikan, 
karena ini adalah lebih berat ke gejala geologis atau gejala alam - lebih baik 
simpulkan saja bhw tidak bisa dihentikan, lalu fokuskan upaya kpd pembenahan 
lumpur yg keluar itu - mau disalurkan kemana ? - kita berpacu dgn waktu - 
pemerintah harus berani dan tegas". Tapi hal itu tidak dilakukan oleh ESDM, 
maka tanggunglah resikonya sekarang. Menurut pendapat saya, bukan BP Migas yg 
hrs bertanggung jawab - yg harus bertanggung jawab adalah sejumlah departemen 
terkait seperti ESDM, KLH, dan lain-lain.

Semoga bermanfaat, terutama bagi anggota DPR-RI yg kebetulan dapat membaca 
surat ini.

Wassalam,
Chairul Nas

[EMAIL PROTECTED] wrote: 

Presiden Harus Minta Pertangunjawaban BP Migas
Rabu, 27 Juni 2007 | 01:55 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden seharusnya meminta
pertanggungjawaban Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (BP Migas) atas semburan lumpur panas Lapindo di
Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Semburan lumpur dikarenakan BP
Migas tidak melakukan pengawasan dan peringatan pada saat
pengeboran.
Pengamat perminyakan Kurtubi menyatakan, seharusnya BP Migas
memberikan peringatan kepada Lapindo Brantas pada saat
pengeboran tidak memasang selubung (casing). Padahal pengawasan
kepada kontrak kerja sama minyak dan gas bumi, kata dia,
menurut Pasal 41 Ayat 2 dan Pasa 44 Ayat 22 Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
bumi merupakan tugas dan tanggung Jawab BP Migas.
"Yang memberikan peringatan pada saat tidak memasang casing
adalah Medco sebagai patner di Lapindo Brantas dan bukan BP
Migas," kata Kurtubi kepada Tempo, Selasa (26/6).
Menurut Kurtubi, Presiden harus segera melakukan tindakan untuk
meminta pertanggungjawaban BP Migas. "Jika tidak, maka Presiden
bisa dituntut pertanggungjawaban sesuai Pasal 43 Ayat 3
Undang-Undang No. 22 Tahun 2001" ujarnya. Menurut pasal itu,
kata dia, BP Migas dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab
kepada presiden.
Wakil Kepala BP Migas Abdul Muin mengatakan, pengawasan yang
dilakukan pihaknya adalah pada saat pengajuan program kerja dan
anggaran, perencanaan proyek dan pelaksanaan pengadaan barang.
"BP Migas mengawasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atau tidak," katanya kepada Tempo, Selasa (26/6).
Sedangkan pengawasan operasional harian, kata Muin, menjadi
tanggung jawab kontraktor kerja sama. Begitu juga dengan pada
saat pengeboran, apakah kontraktor memasang casing atau tidak
juga menjadi tanggung jawab kontraktor. "Kami mengawasi pada
saat tender casing, apakah sudah sesuai dengan ketentuan atau
tidak," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah mengeluarkan
hasil pemeriksaan atas semburan lumpur panas Lapindo.
Berdasarkan hasil audit BPK Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral dan BP Migas tidak melakukan pengawasan atas kegiatan
eksplorasi Sumur Banjarpanji-1 (BJP-1) sesuai dengan ketentuan.
ALI NUR YASIN




>> Nambahin dikit Mas Oki, ini sedikit OOT/bukan berhubungan
>> dgn geologi.
>>
>> Pagi hari ini di kantor, tema

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo-mitos

2007-06-27 Terurut Topik Bambang Pujasmadi
Mitos bahwa mata air berhubungan dengan laut ternyata bukan monopoli orang Jawa 
saja. Di dataran Aroki, Kab. timor Tengah Utara juga ada kejadian serupa. 
Dataran tersebut dikelilingi oleh pegunungan sehingga banyak sumur artesis yang 
beberapa diantaranya mengeluarkan air asin.. Masarakat setempat beranggapan 
keluarnya air asin tersebut karena ada saluran bawah tanah yang menghubungkan 
langsung ke laut (padahal elevasi dataran jauh di atas muka laut). Sehingga 
pernah ada kejadian sekitar 1989, semua penduduk di dataran tersebut mengungsi 
di pegunungan di sekelilingnya karena ada isu gempa bumi, yang akan 
mengakibatkan dataran tenggelam dan terisi air laut... 
  Tapi dengan adanya isu tersebut mengakibatkan banyak kebun mangga yang masak 
dipohon ditinggalkan begitu saja. 
   
   
  
Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
v\:* {behavior:url(#default#VML);}  o\:* {behavior:url(#default#VML);}  
w\:* {behavior:url(#default#VML);}  .shape {behavior:url(#default#VML);}
Wah Pak Chairul Nas masih mengingat tayangan TVRI 20 tahun silam 
tentang “bledug kuwu”, barangkali di tayangan acara tersebut ada penjelasan 
tentang  apa penyebabnya dan sejak kapan dimulai ? Saya dan Pak Dwiyanto 
Rumlan dari PetroChina sedang mengumpulkan fakta maupun mitos tentang bledug 
kuwu. Rakyat di sekitar situ punya legenda tentang bledug kuwu yang kalau 
ditelusuri ternyata jauh ke masa Kerajaan Mataram Kuno (Hindu) masih ada di 
Jawa (732-928 M). Artinya, bledug kuwu mulai sebelum 732 M. Ini beberapa 
petikannya : 
   
  “Kuwu yang pada masa Kerajaan Sanjaya (Mataram Kuno, 732M - 928M) dalam 
sejarah merupakan kota kecil tetapi penting pada masa itu. Letaknya masih dalam 
wilayah Kabupaten Grobogan. Kuwu adalah bekas Ibukota Kawedanan Kradenan. Pada 
jaman kerajaan Mataram pernah beribukota di Medangkamulan (Medang I Bumi 
Mataram) yang berjarak 1,5 km dari Kuwu. Karena perkembangan ilmu pengetahuan 
saat itu belum mengenal metodologi ilmiah untuk mencari tahu tentang Bledug 
Kuwu, maka pendekatan yang paling kondusif saat itu adalah melalui mitos, dan 
sebagian orang sampai sekarang masih mempercayai mitos Bledug Kuwu tersebut. 
Menurut cerita turun temurun yang beredar di kalangan masyarakat disitu, Bledug 
kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan laut 
Selatan. Entah kenapa setiap ada mitos kelautan mesti dihubungkan dengan laut 
selatan, meskipun tempatnya lebih dekat dengan laut utara pulau Jawa, seperti 
Bledug Kuwu yang sebenarnya lebih dekat dengan Pantai
 Kartini di Rembang atau Pantai di Pati daripada ke Parangtritis. Jauh sekali 
kan ?. Konon lubang itu adalah jalan pulang Joko Linglung dari Laut Selatan 
menuju kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang 
telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa 
membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang 
merupakan syarat agar dia diakui sebagai anaknya.”
   
  Harus ada yang mau meneliti secara ilmiah bledug Kuwu, mengambil contoh 
semburan lumpurnya, menganalisisnya, melakukan interpretasi bawah permukaannya, 
dll. Ini akan bermanfaat untuk pemahaman gejala erupsi gununglumpur secara 
keseluruhan di wilayah Depresi Kendeng. Dari data seismik tahun 1989 dan 2004 
di wilayah Purwodadi yang memotong Bledug Kuwu nampak sangat jelas bahwa Bledug 
Kuwu benar2 merupakan gununglumpur yang mengerucut di puncaknya. Titik bledug 
kuwu adalah puncak semburannya. Dan, di wilayah ini  bledug Kuwu tidak 
sendiri, masih ada beberapa kenampakan gununglumpur/diapir yang mati di bawah 
permukaan (seperti blind fault) maupun naik ke hampir permukaan.
   
  Salam,
  awang
   
From: Chairul Nas [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, June 27, 2007 8:19 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

   
  Rekan-rekan anggota IAGI yg tercinta,
Pemerintah, dalam hal ini Dept ESDM, memang layak untuk diminta bertanggung 
jawab atas tenggelamnya begitu banyak rumah dan lahan penduduk di Porong - 
Sidoardjo; bukan atas  terjadinya semburan lumpur  panas itu. Karena 
menyemburnya LUSI, menurut saya, adalah lebih berupa gejala geologis seperti 
halnya "mud volcano" di Purwodadi yg pernah ditayangkan pd TVRI 20 tahun silam. 
Masih segar pd ingatan saya, waktu saya menonton TVRI saat itu mereka 
menyebutnya sebagai kejadian "bleduk kuwu". Kesalahan fatal karena kebodohan 
dan kelambanan adalah: mengambil kesimpulan ttg kejadian semburan LUSI amat 
sangat terlambat, sehingga waktu terlalu banyak dihabiskan untuk upaya 
penghentian semburan. Dua pekan setelah semburan berlangsung, saya berdebat 
keras dgn kolega saya yg ahli perminyakan di Trisakti; waktu itu saya katakan 
"mau bor miring - bor hantu blau kek - semburan ini tidak akan bisa dihentikan, 
karena ini adalah lebih berat ke gejala geologis atau gejala alam - lebih baik
 simpulkan saja bhw tidak bisa 

Re: [iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-27 Terurut Topik mohammad syaiful

saya juga bertanya-tanya, kalo imil pak chairul nas serasa bahwa
bledug kuwu baru muncul 20 tahun lalu. semoga penelusuran pak awang
dan pak dwi menemukan sejarah yg sebenarnya.

kalo sekedar penelitian tentang bledug kuwu, tentu sudah ada. paling
tidak, pada waktu saya ikut field trip ipa sekian tahun lalu (2004?)
yg bertajuk central - east java field trip, peter lunt sbg trip leader
(dan waktu itu kerja utk coparex) juga menuliskan data kimia lumpur
bledug kuwu, termasuk salinitasnya, kandungan air, dsb. mungkin mas
kuntadi, pak suryo, dll (waktu itu hanya diikuti oleh sekitar 20 orang
pejantan domestik dan bule).

salam,
syaiful

On 6/28/07, Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:




Wah Pak Chairul Nas masih mengingat tayangan TVRI 20 tahun silam tentang
"bledug kuwu", barangkali di tayangan acara tersebut ada penjelasan tentang
apa penyebabnya dan sejak kapan dimulai ? Saya dan Pak Dwiyanto Rumlan dari
PetroChina sedang mengumpulkan fakta maupun mitos tentang bledug kuwu.
Rakyat di sekitar situ punya legenda tentang bledug kuwu yang kalau
ditelusuri ternyata jauh ke masa Kerajaan Mataram Kuno (Hindu) masih ada di
Jawa (732-928 M). Artinya, bledug kuwu mulai sebelum 732 M. Ini beberapa
petikannya :



"Kuwu yang pada masa Kerajaan Sanjaya (Mataram Kuno, 732M - 928M) dalam
sejarah merupakan kota kecil tetapi penting pada masa itu. Letaknya masih
dalam wilayah Kabupaten Grobogan. Kuwu adalah bekas Ibukota Kawedanan
Kradenan. Pada jaman kerajaan Mataram pernah beribukota di Medangkamulan
(Medang I Bumi Mataram) yang berjarak 1,5 km dari Kuwu. Karena perkembangan
ilmu pengetahuan saat itu belum mengenal metodologi ilmiah untuk mencari
tahu tentang Bledug Kuwu, maka pendekatan yang paling kondusif saat itu
adalah melalui mitos, dan sebagian orang sampai sekarang masih mempercayai
mitos Bledug Kuwu tersebut. Menurut cerita turun temurun yang beredar di
kalangan masyarakat disitu, Bledug kuwu terjadi karena adanya lubang yang
menghubungkan tempat itu dengan laut Selatan. Entah kenapa setiap ada mitos
kelautan mesti dihubungkan dengan laut selatan, meskipun tempatnya lebih
dekat dengan laut utara pulau Jawa, seperti Bledug Kuwu yang sebenarnya
lebih dekat dengan Pantai Kartini di Rembang atau Pantai di Pati daripada ke
Parangtritis. Jauh sekali kan ?. Konon lubang itu adalah jalan pulang Joko
Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah
mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di
Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia
bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia diakui
sebagai anaknya."



Harus ada yang mau meneliti secara ilmiah bledug Kuwu, mengambil contoh
semburan lumpurnya, menganalisisnya, melakukan interpretasi bawah
permukaannya, dll. Ini akan bermanfaat untuk pemahaman gejala erupsi
gununglumpur secara keseluruhan di wilayah Depresi Kendeng. Dari data
seismik tahun 1989 dan 2004 di wilayah Purwodadi yang memotong Bledug Kuwu
nampak sangat jelas bahwa Bledug Kuwu benar2 merupakan gununglumpur yang
mengerucut di puncaknya. Titik bledug kuwu adalah puncak semburannya. Dan,
di wilayah ini  bledug Kuwu tidak sendiri, masih ada beberapa kenampakan
gununglumpur/diapir yang mati di bawah permukaan (seperti blind fault)
maupun naik ke hampir permukaan.



Salam,

awang




From: Chairul Nas [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, June 27, 2007 8:19 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo




Rekan-rekan anggota IAGI yg tercinta,
Pemerintah, dalam hal ini Dept ESDM, memang layak untuk diminta bertanggung
jawab atas tenggelamnya begitu banyak rumah dan lahan penduduk di Porong -
Sidoardjo; bukan atas  terjadinya semburan lumpur  panas itu. Karena
menyemburnya LUSI, menurut saya, adalah lebih berupa gejala geologis seperti
halnya "mud volcano" di Purwodadi yg pernah ditayangkan pd TVRI 20 tahun
silam. Masih segar pd ingatan saya, waktu saya menonton TVRI saat itu mereka
menyebutnya sebagai kejadian "bleduk kuwu". Kesalahan fatal karena kebodohan
dan kelambanan adalah: mengambil kesimpulan ttg kejadian semburan LUSI amat
sangat terlambat, sehingga waktu terlalu banyak dihabiskan untuk upaya
penghentian semburan. Dua pekan setelah semburan berlangsung, saya berdebat
keras dgn kolega saya yg ahli perminyakan di Trisakti; waktu itu saya
katakan "mau bor miring - bor hantu blau kek - semburan ini tidak akan bisa
dihentikan, karena ini adalah lebih berat ke gejala geologis atau gejala
alam - lebih baik simpulkan saja bhw tidak bisa dihentikan, lalu fokuskan
upaya kpd pembenahan lumpur yg keluar itu - mau disalurkan kemana ? - kita
berpacu dgn waktu - pemerintah harus berani dan tegas". Tapi hal itu tidak
dilakukan oleh ESDM, maka tanggunglah resikonya sekarang. Menurut pendapat
saya, bukan BP Migas yg hrs bertanggung jawab - yg harus bertanggung jawab
adalah sejumlah departemen terkait sepert

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-27 Terurut Topik Sunaryo Arman C.
Pak Awang,

Ini agak melenceng sedikit dari topik utama, saya sebetulnya ingin tanya dari 
dulu tapi nggak sempat nulisnya.  Di presentasinya Pak Rudi dulu ditunjukkan 
diagram prognosis vs actual dari sumur BP-1 yang saya lihat sangat berbeda, 
dalam arti batuan yang didapat sangat berbeda dengan yang diharapkan, Pak Awang 
bilang ada 3000 ft (1000 m) batupasir yang tidak diharapkan.  Apakah pernah 
diadakan penelitian kenapa kok bisa begitu besar perbedaannya? 1000m batupasir 
kan mustinya mudah terlihat di seismik.  Pada saat pengeboran dan diketahui ada 
penyimpangan dari prognosis apakah tidak dilakukan VSP atau check shot yang 
bisa digunakan sebagai bahan re evaluasi sebelum mengebor lebih jauh?  Saya 
tanya ini karena dari pengalaman saya dulu kalau ada penyimpangan sampai 
beberapa puluh feet saja, kita akan berhenti dulu untuk run VSP atau check 
shot, dari situ kita mengambil keputusan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Arman 


- Original Message 
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, June 26, 2007 9:27:59 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


BPMIGAS punya Bidang Operasi di mana di dalamnya ada Divisi Operasi
Lapangan. Divisi ini memonitor semua kegiatan operasi lapangan (survai
dan pemboran) yang sedang dilakukan Kontraktor. Kontraktor wajib
melaporkan kemajuan pekerjaan lapangannya ke divisi ini, juga ke divisi
lain yang berkaitan. Mengapa wajib ? Sebab, itu sesuai dengan amanat  PP
42/2002 tentang BPMIGAS BAB IV Pasal 12 Huruf C : "Dalam menjalankan
tugas, Badan Pelaksana memiliki wewenang : mengawasi kegiatan utama
operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama"

Apakah BPMIGAS bertanggung jawab kepada pelaksanaan operasi Kontraktor ?
Tidak diatur di aturan manapun. Tetapi bunyi kontrak PSC term antara
BPMIGAS dengan Kontraktor Section V tentang Rights and Obligations of
the Parties, Butir 5.2.4 : CONTRACTOR shall : be responsible for the
preparation and execution of the Work Program, which shall be
implemented in a workmanlike manner by appropriate scientific methods.
Apakah bunyi ayat ini bisa dipakai untuk dasar pertanggungjawaban
Kontraktor dalam keamanan drilling operation ? Saya pikir tak serta
merta, biar saja pihak Legal yang menyatakannya.

Kalau BPMIGAS tidak menyetujui BJP-1 dibor (tetapi Lapindo bisa saja
tetap mengebor BJP-1 hanya secara sole risk), kalau Kabupaten Sidoarjo
tidak memberikan izin lokasi kepada Lapindo untuk mengebor BJP-1, tentu
BJP-1 tidak akan dibor. Divisi Eksplorasi BPMIGAS menyetujui BJP-1 dibor
karena BJP-1 punya alasan eksplorasi yang baik dan secara teknis valid.
Dalam spirit meningkatkan produksi migas Indonesia, yang menjadi tujuan
Pemerintah Indonesia, BJP-1 layak disetujui. Divisi Eksploitasi BPMIGAS
telah mengecek design casing-nya dan dinyatakan aman.

Belum terpasangnya casing 9 5/8" sering dipakai sebagai alasan penyebab
semburan LUSI yang menurut satu versi disebabkan UGBO (underground blow
out). Mari kita lihat casing program yang diajukan Lapindo dan sudah
disetujui BPMIGAS. Casing 9 5/8" akan dipasang setelah sekian ft masuk
ke objektif utama yaitu batugamping Kujung I, diperkirakan depth casing
shoe tersebut adalah 8500 ft. Yang terjadi justru sejak dari kedalaman
sekitar 6000 ft muncul batupasir volkanik yang sama sekali tidak
diprediksikan kehadirannya. Saat kedalaman 8500 ft tercapai, batupasir
pun masih muncul, membuat tak mungkinnya menaruh casing shoe di lapisan
pasir. BPMIGAS pun memahami mengapa casing 9 5/8" tak diturunkan sesuai
program sebab tak ada satupun yang memprediksi kehadiran lapisan
batupasir setebal lebih dari 3000 ft tersebut. 

Secara administrasi BPMIGAS terlibat dalam persetujuan pemboran BJP-1,
secara administrasi Kabupaten Sidoarjo pun terlibat dalam pemberian izin
lokasi BJP-1. Kalau PSC Term Section V Pasal 5.2 Butir 5.2.4 bisa
dipakai sebagai acuan pertanggungjawaban Kontraktor atas keamanan
pelaksanaan operasi, maka Lapindo yang bertanggung jawab akan operasi
pemboran BJP-1. BPMIGAS memonitor kemajuan operasi BJP-1. Lapindo telah
melakukan program pemboran sesuai program yang diajukannya, modifikasi
harus dilakukan dalam penurunan casing 9 5/8" karena munculnya lapisan
pasir di tempat yang diperkirakan top Kujung di mana shoe 9 5/8" tadinya
mau dipasang.

Pertanyaannya : apakah PSC Term Section V Pasal 5.2 Butir 5.2.4 punya
sangsi hukum perdata maupun pidana ? Saya pikir tidak. 

Laporan Pemeriksaan BPK RI atas kasus LUSI (saya sudah mempelajarinya)
dan pendapat Pak Kurtubi boleh saja menyalahkan Departemen ESDM dan
BPMIGAS atas kelalaian pengawasan pemboran eksplorasi BJP-1. Tetapi,
sebaiknya sebelum berpendapat harap dipahami dulu aspek
legalitas/pidana/perdata PSC Term dan semua PP terkait serta kasus
lapangan BJP-1.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, June 27, 2007 7:52 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-

[iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-27 Terurut Topik Chairul Nas
Rekan-rekan anggota IAGI yg tercinta,
Pemerintah, dalam hal ini Dept ESDM, memang layak untuk diminta bertanggung 
jawab atas tenggelamnya begitu banyak rumah dan lahan penduduk di Porong - 
Sidoardjo; bukan atas  terjadinya semburan lumpur  panas itu. Karena 
menyemburnya LUSI, menurut saya, adalah lebih berupa gejala geologis seperti 
halnya "mud volcano" di Purwodadi yg pernah ditayangkan pd TVRI 20 tahun silam. 
Masih segar pd ingatan saya, waktu saya menonton TVRI saat itu mereka 
menyebutnya sebagai kejadian "bleduk kuwu". Kesalahan fatal karena kebodohan 
dan kelambanan adalah: mengambil kesimpulan ttg kejadian semburan LUSI amat 
sangat terlambat, sehingga waktu terlalu banyak dihabiskan untuk upaya 
penghentian semburan. Dua pekan setelah semburan berlangsung, saya berdebat 
keras dgn kolega saya yg ahli perminyakan di Trisakti; waktu itu saya katakan 
"mau bor miring - bor hantu blau kek - semburan ini tidak akan bisa dihentikan, 
karena ini adalah lebih berat ke gejala geologis atau gejala alam - lebih baik
 simpulkan saja bhw tidak bisa dihentikan, lalu fokuskan upaya kpd pembenahan 
lumpur yg keluar itu - mau disalurkan kemana ? - kita berpacu dgn waktu - 
pemerintah harus berani dan tegas". Tapi hal itu tidak dilakukan oleh ESDM, 
maka tanggunglah resikonya sekarang. Menurut pendapat saya, bukan BP Migas yg 
hrs bertanggung jawab - yg harus bertanggung jawab adalah sejumlah departemen 
terkait seperti ESDM, KLH, dan lain-lain.

Semoga bermanfaat, terutama bagi anggota DPR-RI yg kebetulan dapat membaca 
surat ini.

Wassalam,
Chairul Nas

[EMAIL PROTECTED] wrote: Presiden Harus Minta Pertangunjawaban BP Migas
Rabu, 27 Juni 2007 | 01:55 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden seharusnya meminta
pertanggungjawaban Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (BP Migas) atas semburan lumpur panas Lapindo di
Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Semburan lumpur dikarenakan BP
Migas tidak melakukan pengawasan dan peringatan pada saat
pengeboran.
Pengamat perminyakan Kurtubi menyatakan, seharusnya BP Migas
memberikan peringatan kepada Lapindo Brantas pada saat
pengeboran tidak memasang selubung (casing). Padahal pengawasan
kepada kontrak kerja sama minyak dan gas bumi, kata dia,
menurut Pasal 41 Ayat 2 dan Pasa 44 Ayat 22 Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
bumi merupakan tugas dan tanggung Jawab BP Migas.
"Yang memberikan peringatan pada saat tidak memasang casing
adalah Medco sebagai patner di Lapindo Brantas dan bukan BP
Migas," kata Kurtubi kepada Tempo, Selasa (26/6).
Menurut Kurtubi, Presiden harus segera melakukan tindakan untuk
meminta pertanggungjawaban BP Migas. "Jika tidak, maka Presiden
bisa dituntut pertanggungjawaban sesuai Pasal 43 Ayat 3
Undang-Undang No. 22 Tahun 2001" ujarnya. Menurut pasal itu,
kata dia, BP Migas dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab
kepada presiden.
Wakil Kepala BP Migas Abdul Muin mengatakan, pengawasan yang
dilakukan pihaknya adalah pada saat pengajuan program kerja dan
anggaran, perencanaan proyek dan pelaksanaan pengadaan barang.
"BP Migas mengawasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atau tidak," katanya kepada Tempo, Selasa (26/6).
Sedangkan pengawasan operasional harian, kata Muin, menjadi
tanggung jawab kontraktor kerja sama. Begitu juga dengan pada
saat pengeboran, apakah kontraktor memasang casing atau tidak
juga menjadi tanggung jawab kontraktor. "Kami mengawasi pada
saat tender casing, apakah sudah sesuai dengan ketentuan atau
tidak," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah mengeluarkan
hasil pemeriksaan atas semburan lumpur panas Lapindo.
Berdasarkan hasil audit BPK Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral dan BP Migas tidak melakukan pengawasan atas kegiatan
eksplorasi Sumur Banjarpanji-1 (BJP-1) sesuai dengan ketentuan.
ALI NUR YASIN




>> Nambahin dikit Mas Oki, ini sedikit OOT/bukan berhubungan
>> dgn geologi.
>>
>> Pagi hari ini di kantor, teman-teman rame pada nanya: " ...
>> kenapa Mr. Imam Augustino masih bisa menjawab sambil
>> tersenyum di tengah penderitaan orang banyak seperti itu??"
>> Wah wah wah, ... ini sih masalah kultur. Rada susah
>> menjelaskannya tapi intinya begitulah, kebanyakan
>> ekspresi/mimik orang Indonesia selalu "senyum" dan "ceria"
>> meski isi pernyataannya menyedihkan atau tidak mengenakan.
>> Jadi blm tentu bisa ditafsirkan "tersenyum di atas
>> penderitaan org lain".
>>
>>
>> On 18/06/07, oki musakti  wrote:
>>>
>>> Sedikit menyimpang,
>>> Tadi malam musibah Lusi ditayangkan di acara 60 Minutes
>>> nya
>>> channel 9 Australia.
>>> Seperti biasa fokus bahasannya lebih pada sisi human
>>> interest terutama masalah lebih  dari 40 ribu pengungsi
>>> yang sampai sekarang belum terurus dengan baik serta
>>> adanya
>>> Australian connection dalam bentuk participating interest
>>> Santos di sini.
>>>
>>> Dari sisi sudut pandang, acara ini jelas-jelas
>>> mengopinikan
>>> bahwa Lusi adalah kesalahan drilling dari Lapindo.
>>> Salah satunya diseb

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-27 Terurut Topik Iwan B

Untuk IAGI-net, mana sih yg paling pentingmempermasalahkan
penyebabnya dan siapa yang salah , atau mencari cara menanggulanginya?
atau memang tidak ada cara menanggulanginya?



On 6/27/07, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Saya sepakat dengan pak Awang tentang pengertian "Opertorship" dan
"Incharge in the operation" ini menunjukkan tanggung jawab utama dalam
kasus pengoperasian sebuah lapangan migas.

Kalau ada orang terjatuh dari sepeda motor dan gegar otak karena tidak
pakai helem, tentunya bukan salahnya pak pulisi kan ?

Kalau dirunut2 terus nggladrah ya semua hanya akan bilang kersaning
Allah ... atau kasusnya bisa-bisa  "menampomas"  ...kasusnya terus
menuju ke atas dan akhirnya beku   :(

RDP

On 6/27/07, Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> BPMIGAS punya Bidang Operasi di mana di dalamnya ada Divisi Operasi
> Lapangan. Divisi ini memonitor semua kegiatan operasi lapangan (survai
> dan pemboran) yang sedang dilakukan Kontraktor. Kontraktor wajib
> melaporkan kemajuan pekerjaan lapangannya ke divisi ini, juga ke divisi
> lain yang berkaitan. Mengapa wajib ? Sebab, itu sesuai dengan amanat  PP
> 42/2002 tentang BPMIGAS BAB IV Pasal 12 Huruf C : "Dalam menjalankan
> tugas, Badan Pelaksana memiliki wewenang : mengawasi kegiatan utama
> operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama"
>
> Apakah BPMIGAS bertanggung jawab kepada pelaksanaan operasi Kontraktor ?
> Tidak diatur di aturan manapun. Tetapi bunyi kontrak PSC term antara
> BPMIGAS dengan Kontraktor Section V tentang Rights and Obligations of
> the Parties, Butir 5.2.4 : CONTRACTOR shall : be responsible for the
> preparation and execution of the Work Program, which shall be
> implemented in a workmanlike manner by appropriate scientific methods.
> Apakah bunyi ayat ini bisa dipakai untuk dasar pertanggungjawaban
> Kontraktor dalam keamanan drilling operation ? Saya pikir tak serta
> merta, biar saja pihak Legal yang menyatakannya.
>
> Kalau BPMIGAS tidak menyetujui BJP-1 dibor (tetapi Lapindo bisa saja
> tetap mengebor BJP-1 hanya secara sole risk), kalau Kabupaten Sidoarjo
> tidak memberikan izin lokasi kepada Lapindo untuk mengebor BJP-1, tentu
> BJP-1 tidak akan dibor. Divisi Eksplorasi BPMIGAS menyetujui BJP-1 dibor
> karena BJP-1 punya alasan eksplorasi yang baik dan secara teknis valid.
> Dalam spirit meningkatkan produksi migas Indonesia, yang menjadi tujuan
> Pemerintah Indonesia, BJP-1 layak disetujui. Divisi Eksploitasi BPMIGAS
> telah mengecek design casing-nya dan dinyatakan aman.
>
> Belum terpasangnya casing 9 5/8" sering dipakai sebagai alasan penyebab
> semburan LUSI yang menurut satu versi disebabkan UGBO (underground blow
> out). Mari kita lihat casing program yang diajukan Lapindo dan sudah
> disetujui BPMIGAS. Casing 9 5/8" akan dipasang setelah sekian ft masuk
> ke objektif utama yaitu batugamping Kujung I, diperkirakan depth casing
> shoe tersebut adalah 8500 ft. Yang terjadi justru sejak dari kedalaman
> sekitar 6000 ft muncul batupasir volkanik yang sama sekali tidak
> diprediksikan kehadirannya. Saat kedalaman 8500 ft tercapai, batupasir
> pun masih muncul, membuat tak mungkinnya menaruh casing shoe di lapisan
> pasir. BPMIGAS pun memahami mengapa casing 9 5/8" tak diturunkan sesuai
> program sebab tak ada satupun yang memprediksi kehadiran lapisan
> batupasir setebal lebih dari 3000 ft tersebut.
>
> Secara administrasi BPMIGAS terlibat dalam persetujuan pemboran BJP-1,
> secara administrasi Kabupaten Sidoarjo pun terlibat dalam pemberian izin
> lokasi BJP-1. Kalau PSC Term Section V Pasal 5.2 Butir 5.2.4 bisa
> dipakai sebagai acuan pertanggungjawaban Kontraktor atas keamanan
> pelaksanaan operasi, maka Lapindo yang bertanggung jawab akan operasi
> pemboran BJP-1. BPMIGAS memonitor kemajuan operasi BJP-1. Lapindo telah
> melakukan program pemboran sesuai program yang diajukannya, modifikasi
> harus dilakukan dalam penurunan casing 9 5/8" karena munculnya lapisan
> pasir di tempat yang diperkirakan top Kujung di mana shoe 9 5/8" tadinya
> mau dipasang.
>
> Pertanyaannya : apakah PSC Term Section V Pasal 5.2 Butir 5.2.4 punya
> sangsi hukum perdata maupun pidana ? Saya pikir tidak.
>
> Laporan Pemeriksaan BPK RI atas kasus LUSI (saya sudah mempelajarinya)
> dan pendapat Pak Kurtubi boleh saja menyalahkan Departemen ESDM dan
> BPMIGAS atas kelalaian pengawasan pemboran eksplorasi BJP-1. Tetapi,
> sebaiknya sebelum berpendapat harap dipahami dulu aspek
> legalitas/pidana/perdata PSC Term dan semua PP terkait serta kasus
> lapangan BJP-1.
>
> Salam,
> awang
>
> -Original Message-
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Wednesday, June 27, 2007 7:52 C++
> To: iagi-net@iagi.or.id
> S

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-26 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Saya sepakat dengan pak Awang tentang pengertian "Opertorship" dan
"Incharge in the operation" ini menunjukkan tanggung jawab utama dalam
kasus pengoperasian sebuah lapangan migas.

Kalau ada orang terjatuh dari sepeda motor dan gegar otak karena tidak
pakai helem, tentunya bukan salahnya pak pulisi kan ?

Kalau dirunut2 terus nggladrah ya semua hanya akan bilang kersaning
Allah ... atau kasusnya bisa-bisa  "menampomas"  ...kasusnya terus
menuju ke atas dan akhirnya beku   :(

RDP

On 6/27/07, Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

BPMIGAS punya Bidang Operasi di mana di dalamnya ada Divisi Operasi
Lapangan. Divisi ini memonitor semua kegiatan operasi lapangan (survai
dan pemboran) yang sedang dilakukan Kontraktor. Kontraktor wajib
melaporkan kemajuan pekerjaan lapangannya ke divisi ini, juga ke divisi
lain yang berkaitan. Mengapa wajib ? Sebab, itu sesuai dengan amanat  PP
42/2002 tentang BPMIGAS BAB IV Pasal 12 Huruf C : "Dalam menjalankan
tugas, Badan Pelaksana memiliki wewenang : mengawasi kegiatan utama
operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama"

Apakah BPMIGAS bertanggung jawab kepada pelaksanaan operasi Kontraktor ?
Tidak diatur di aturan manapun. Tetapi bunyi kontrak PSC term antara
BPMIGAS dengan Kontraktor Section V tentang Rights and Obligations of
the Parties, Butir 5.2.4 : CONTRACTOR shall : be responsible for the
preparation and execution of the Work Program, which shall be
implemented in a workmanlike manner by appropriate scientific methods.
Apakah bunyi ayat ini bisa dipakai untuk dasar pertanggungjawaban
Kontraktor dalam keamanan drilling operation ? Saya pikir tak serta
merta, biar saja pihak Legal yang menyatakannya.

Kalau BPMIGAS tidak menyetujui BJP-1 dibor (tetapi Lapindo bisa saja
tetap mengebor BJP-1 hanya secara sole risk), kalau Kabupaten Sidoarjo
tidak memberikan izin lokasi kepada Lapindo untuk mengebor BJP-1, tentu
BJP-1 tidak akan dibor. Divisi Eksplorasi BPMIGAS menyetujui BJP-1 dibor
karena BJP-1 punya alasan eksplorasi yang baik dan secara teknis valid.
Dalam spirit meningkatkan produksi migas Indonesia, yang menjadi tujuan
Pemerintah Indonesia, BJP-1 layak disetujui. Divisi Eksploitasi BPMIGAS
telah mengecek design casing-nya dan dinyatakan aman.

Belum terpasangnya casing 9 5/8" sering dipakai sebagai alasan penyebab
semburan LUSI yang menurut satu versi disebabkan UGBO (underground blow
out). Mari kita lihat casing program yang diajukan Lapindo dan sudah
disetujui BPMIGAS. Casing 9 5/8" akan dipasang setelah sekian ft masuk
ke objektif utama yaitu batugamping Kujung I, diperkirakan depth casing
shoe tersebut adalah 8500 ft. Yang terjadi justru sejak dari kedalaman
sekitar 6000 ft muncul batupasir volkanik yang sama sekali tidak
diprediksikan kehadirannya. Saat kedalaman 8500 ft tercapai, batupasir
pun masih muncul, membuat tak mungkinnya menaruh casing shoe di lapisan
pasir. BPMIGAS pun memahami mengapa casing 9 5/8" tak diturunkan sesuai
program sebab tak ada satupun yang memprediksi kehadiran lapisan
batupasir setebal lebih dari 3000 ft tersebut.

Secara administrasi BPMIGAS terlibat dalam persetujuan pemboran BJP-1,
secara administrasi Kabupaten Sidoarjo pun terlibat dalam pemberian izin
lokasi BJP-1. Kalau PSC Term Section V Pasal 5.2 Butir 5.2.4 bisa
dipakai sebagai acuan pertanggungjawaban Kontraktor atas keamanan
pelaksanaan operasi, maka Lapindo yang bertanggung jawab akan operasi
pemboran BJP-1. BPMIGAS memonitor kemajuan operasi BJP-1. Lapindo telah
melakukan program pemboran sesuai program yang diajukannya, modifikasi
harus dilakukan dalam penurunan casing 9 5/8" karena munculnya lapisan
pasir di tempat yang diperkirakan top Kujung di mana shoe 9 5/8" tadinya
mau dipasang.

Pertanyaannya : apakah PSC Term Section V Pasal 5.2 Butir 5.2.4 punya
sangsi hukum perdata maupun pidana ? Saya pikir tidak.

Laporan Pemeriksaan BPK RI atas kasus LUSI (saya sudah mempelajarinya)
dan pendapat Pak Kurtubi boleh saja menyalahkan Departemen ESDM dan
BPMIGAS atas kelalaian pengawasan pemboran eksplorasi BJP-1. Tetapi,
sebaiknya sebelum berpendapat harap dipahami dulu aspek
legalitas/pidana/perdata PSC Term dan semua PP terkait serta kasus
lapangan BJP-1.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, June 27, 2007 7:52 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

Mungkin kasus keterlibatan BPMIGAS hanya admin saja ?

rdp
"lebih prihatin penanganan ketimbang penyidikan"

Polisi Belum Temukan Keterlibatan BP Migas dalam Kasus Lumpur
Juni 27th, 2007

Selasa, 26 Juni 2007 | 17:10 WIB

TEMPO Interaktif, Surabaya:
Kepolisian Daerah Jawa Timur belum menemukan bukti keterlibatan Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dalam
kasus semburan lumpur PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo.
Ketiadaan bukti ini membuat polisi kesulitan mengaitkan peran BP Migas
ke dalam

[iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-26 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Dikirim ulang.

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana 
Sent: Wednesday, June 27, 2007 10:28 C++
To: 'iagi-net@iagi.or.id'
Subject: RE: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

BPMIGAS punya Bidang Operasi di mana di dalamnya ada Divisi Operasi
Lapangan. Divisi ini memonitor semua kegiatan operasi lapangan (survai
dan pemboran) yang sedang dilakukan Kontraktor. Kontraktor wajib
melaporkan kemajuan pekerjaan lapangannya ke divisi ini, juga ke divisi
lain yang berkaitan. Mengapa wajib ? Sebab, itu sesuai dengan amanat  PP
42/2002 tentang BPMIGAS BAB IV Pasal 12 Huruf C : "Dalam menjalankan
tugas, Badan Pelaksana memiliki wewenang : mengawasi kegiatan utama
operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama"

Apakah BPMIGAS bertanggung jawab kepada pelaksanaan operasi Kontraktor ?
Tidak diatur di aturan manapun. Tetapi bunyi kontrak PSC term antara
BPMIGAS dengan Kontraktor Section V tentang Rights and Obligations of
the Parties, Butir 5.2.4 : CONTRACTOR shall : be responsible for the
preparation and execution of the Work Program, which shall be
implemented in a workmanlike manner by appropriate scientific methods.
Apakah bunyi ayat ini bisa dipakai untuk dasar pertanggungjawaban
Kontraktor dalam keamanan drilling operation ? Saya pikir tak serta
merta, biar saja pihak Legal yang menyatakannya.

Kalau BPMIGAS tidak menyetujui BJP-1 dibor (tetapi Lapindo bisa saja
tetap mengebor BJP-1 hanya secara sole risk), kalau Kabupaten Sidoarjo
tidak memberikan izin lokasi kepada Lapindo untuk mengebor BJP-1, tentu
BJP-1 tidak akan dibor. Divisi Eksplorasi BPMIGAS menyetujui BJP-1 dibor
karena BJP-1 punya alasan eksplorasi yang baik dan secara teknis valid.
Dalam spirit meningkatkan produksi migas Indonesia, yang menjadi tujuan
Pemerintah Indonesia, BJP-1 layak disetujui. Divisi Eksploitasi BPMIGAS
telah mengecek design casing-nya dan dinyatakan aman.

Belum terpasangnya casing 9 5/8" sering dipakai sebagai alasan penyebab
semburan LUSI yang menurut satu versi disebabkan UGBO (underground blow
out). Mari kita lihat casing program yang diajukan Lapindo dan sudah
disetujui BPMIGAS. Casing 9 5/8" akan dipasang setelah sekian ft masuk
ke objektif utama yaitu batugamping Kujung I, diperkirakan depth casing
shoe tersebut adalah 8500 ft. Yang terjadi justru sejak dari kedalaman
sekitar 6000 ft muncul batupasir volkanik yang sama sekali tidak
diprediksikan kehadirannya. Saat kedalaman 8500 ft tercapai, batupasir
pun masih muncul, membuat tak mungkinnya menaruh casing shoe di lapisan
pasir. BPMIGAS pun memahami mengapa casing 9 5/8" tak diturunkan sesuai
program sebab tak ada satupun yang memprediksi kehadiran lapisan
batupasir setebal lebih dari 3000 ft tersebut. 

Secara administrasi BPMIGAS terlibat dalam persetujuan pemboran BJP-1,
secara administrasi Kabupaten Sidoarjo pun terlibat dalam pemberian izin
lokasi BJP-1. Kalau PSC Term Section V Pasal 5.2 Butir 5.2.4 bisa
dipakai sebagai acuan pertanggungjawaban Kontraktor atas keamanan
pelaksanaan operasi, maka Lapindo yang bertanggung jawab akan operasi
pemboran BJP-1. BPMIGAS memonitor kemajuan operasi BJP-1. Lapindo telah
melakukan program pemboran sesuai program yang diajukannya, modifikasi
harus dilakukan dalam penurunan casing 9 5/8" karena munculnya lapisan
pasir di tempat yang diperkirakan top Kujung di mana shoe 9 5/8" tadinya
mau dipasang.

Pertanyaannya : apakah PSC Term Section V Pasal 5.2 Butir 5.2.4 punya
sangsi hukum perdata maupun pidana ? Saya pikir tidak. 

Laporan Pemeriksaan BPK RI atas kasus LUSI (saya sudah mempelajarinya)
dan pendapat Pak Kurtubi boleh saja menyalahkan Departemen ESDM dan
BPMIGAS atas kelalaian pengawasan pemboran eksplorasi BJP-1. Tetapi,
sebaiknya sebelum berpendapat harap dipahami dulu aspek
legalitas/pidana/perdata PSC Term dan semua PP terkait serta kasus
lapangan BJP-1.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, June 27, 2007 7:52 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

Mungkin kasus keterlibatan BPMIGAS hanya admin saja ?

rdp
"lebih prihatin penanganan ketimbang penyidikan"

Polisi Belum Temukan Keterlibatan BP Migas dalam Kasus Lumpur
Juni 27th, 2007

Selasa, 26 Juni 2007 | 17:10 WIB

TEMPO Interaktif, Surabaya:
Kepolisian Daerah Jawa Timur belum menemukan bukti keterlibatan Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dalam
kasus semburan lumpur PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo.
Ketiadaan bukti ini membuat polisi kesulitan mengaitkan peran BP Migas
ke dalam kasus semburan lumpur, serta menjerat para pimpinannya
menjadi tersangka.

"Kami belum menemukan bukti konkret keterlibatan BP Migas," kata
Kepala Satuan Tindak Pidana Tertentu Polda Jawa Timur Ajun Komisaris
Besar I Nyoman Sukena saat dihubungi Tempo, Selasa (26/6) siang. Baca
entri selengkapnya > http://hotmudflow.wordpress.com/


On 6/27/07, [EMAIL PROTECTED] <[EM

RE: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-26 Terurut Topik Awang Harun Satyana
BPMIGAS punya Bidang Operasi di mana di dalamnya ada Divisi Operasi
Lapangan. Divisi ini memonitor semua kegiatan operasi lapangan (survai
dan pemboran) yang sedang dilakukan Kontraktor. Kontraktor wajib
melaporkan kemajuan pekerjaan lapangannya ke divisi ini, juga ke divisi
lain yang berkaitan. Mengapa wajib ? Sebab, itu sesuai dengan amanat  PP
42/2002 tentang BPMIGAS BAB IV Pasal 12 Huruf C : "Dalam menjalankan
tugas, Badan Pelaksana memiliki wewenang : mengawasi kegiatan utama
operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama"

Apakah BPMIGAS bertanggung jawab kepada pelaksanaan operasi Kontraktor ?
Tidak diatur di aturan manapun. Tetapi bunyi kontrak PSC term antara
BPMIGAS dengan Kontraktor Section V tentang Rights and Obligations of
the Parties, Butir 5.2.4 : CONTRACTOR shall : be responsible for the
preparation and execution of the Work Program, which shall be
implemented in a workmanlike manner by appropriate scientific methods.
Apakah bunyi ayat ini bisa dipakai untuk dasar pertanggungjawaban
Kontraktor dalam keamanan drilling operation ? Saya pikir tak serta
merta, biar saja pihak Legal yang menyatakannya.

Kalau BPMIGAS tidak menyetujui BJP-1 dibor (tetapi Lapindo bisa saja
tetap mengebor BJP-1 hanya secara sole risk), kalau Kabupaten Sidoarjo
tidak memberikan izin lokasi kepada Lapindo untuk mengebor BJP-1, tentu
BJP-1 tidak akan dibor. Divisi Eksplorasi BPMIGAS menyetujui BJP-1 dibor
karena BJP-1 punya alasan eksplorasi yang baik dan secara teknis valid.
Dalam spirit meningkatkan produksi migas Indonesia, yang menjadi tujuan
Pemerintah Indonesia, BJP-1 layak disetujui. Divisi Eksploitasi BPMIGAS
telah mengecek design casing-nya dan dinyatakan aman.

Belum terpasangnya casing 9 5/8" sering dipakai sebagai alasan penyebab
semburan LUSI yang menurut satu versi disebabkan UGBO (underground blow
out). Mari kita lihat casing program yang diajukan Lapindo dan sudah
disetujui BPMIGAS. Casing 9 5/8" akan dipasang setelah sekian ft masuk
ke objektif utama yaitu batugamping Kujung I, diperkirakan depth casing
shoe tersebut adalah 8500 ft. Yang terjadi justru sejak dari kedalaman
sekitar 6000 ft muncul batupasir volkanik yang sama sekali tidak
diprediksikan kehadirannya. Saat kedalaman 8500 ft tercapai, batupasir
pun masih muncul, membuat tak mungkinnya menaruh casing shoe di lapisan
pasir. BPMIGAS pun memahami mengapa casing 9 5/8" tak diturunkan sesuai
program sebab tak ada satupun yang memprediksi kehadiran lapisan
batupasir setebal lebih dari 3000 ft tersebut. 

Secara administrasi BPMIGAS terlibat dalam persetujuan pemboran BJP-1,
secara administrasi Kabupaten Sidoarjo pun terlibat dalam pemberian izin
lokasi BJP-1. Kalau PSC Term Section V Pasal 5.2 Butir 5.2.4 bisa
dipakai sebagai acuan pertanggungjawaban Kontraktor atas keamanan
pelaksanaan operasi, maka Lapindo yang bertanggung jawab akan operasi
pemboran BJP-1. BPMIGAS memonitor kemajuan operasi BJP-1. Lapindo telah
melakukan program pemboran sesuai program yang diajukannya, modifikasi
harus dilakukan dalam penurunan casing 9 5/8" karena munculnya lapisan
pasir di tempat yang diperkirakan top Kujung di mana shoe 9 5/8" tadinya
mau dipasang.

Pertanyaannya : apakah PSC Term Section V Pasal 5.2 Butir 5.2.4 punya
sangsi hukum perdata maupun pidana ? Saya pikir tidak. 

Laporan Pemeriksaan BPK RI atas kasus LUSI (saya sudah mempelajarinya)
dan pendapat Pak Kurtubi boleh saja menyalahkan Departemen ESDM dan
BPMIGAS atas kelalaian pengawasan pemboran eksplorasi BJP-1. Tetapi,
sebaiknya sebelum berpendapat harap dipahami dulu aspek
legalitas/pidana/perdata PSC Term dan semua PP terkait serta kasus
lapangan BJP-1.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, June 27, 2007 7:52 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

Mungkin kasus keterlibatan BPMIGAS hanya admin saja ?

rdp
"lebih prihatin penanganan ketimbang penyidikan"

Polisi Belum Temukan Keterlibatan BP Migas dalam Kasus Lumpur
Juni 27th, 2007

Selasa, 26 Juni 2007 | 17:10 WIB

TEMPO Interaktif, Surabaya:
Kepolisian Daerah Jawa Timur belum menemukan bukti keterlibatan Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dalam
kasus semburan lumpur PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo.
Ketiadaan bukti ini membuat polisi kesulitan mengaitkan peran BP Migas
ke dalam kasus semburan lumpur, serta menjerat para pimpinannya
menjadi tersangka.

"Kami belum menemukan bukti konkret keterlibatan BP Migas," kata
Kepala Satuan Tindak Pidana Tertentu Polda Jawa Timur Ajun Komisaris
Besar I Nyoman Sukena saat dihubungi Tempo, Selasa (26/6) siang. Baca
entri selengkapnya > http://hotmudflow.wordpress.com/


On 6/27/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Presiden Harus Minta Pertangunjawaban BP Migas
> Rabu, 27 Juni 2007 | 01:55 WIB
>
> TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden seharusnya meminta
> pertanggungja

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-26 Terurut Topik nyoto - ke-el

Dalam kata2nya Wakil Kepala BP Migas (copy dibawah), sayangnya dia
*TIDAK*menjelaskan apakah didalam pengajuan Program Kerja & Anggaran,
Perencanaan
Project dan Pelaksanaan Pengadaan Barang, BP Migas mengawasinya *apakah
sudah sesuai* dengan ketentuan yang berlaku atau tidak, apakah ada program
casing yang membikin heboh tsb *ada atau tidak*, kalau memang tidak ada
dalam program drillingnya & proposal itu sudah disetujui oleh BP Migas , nah
berarti BP Migas baru *BISA/BOLEH* ikut dipersalahkan ...



Wakil Kepala BP Migas Abdul Muin mengatakan, pengawasan yang
dilakukan pihaknya adalah pada saat pengajuan program kerja dan
anggaran, perencanaan proyek dan pelaksanaan pengadaan barang.
"BP Migas mengawasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atau tidak," katanya kepada Tempo, Selasa (26/6).


Wass,
nyoto










On 6/27/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Presiden Harus Minta Pertangunjawaban BP Migas
Rabu, 27 Juni 2007 | 01:55 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden seharusnya meminta
pertanggungjawaban Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (BP Migas) atas semburan lumpur panas Lapindo di
Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Semburan lumpur dikarenakan BP
Migas tidak melakukan pengawasan dan peringatan pada saat
pengeboran.
Pengamat perminyakan Kurtubi menyatakan, seharusnya BP Migas
memberikan peringatan kepada Lapindo Brantas pada saat
pengeboran tidak memasang selubung (casing). Padahal pengawasan
kepada kontrak kerja sama minyak dan gas bumi, kata dia,
menurut Pasal 41 Ayat 2 dan Pasa 44 Ayat 22 Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
bumi merupakan tugas dan tanggung Jawab BP Migas.
"Yang memberikan peringatan pada saat tidak memasang casing
adalah Medco sebagai patner di Lapindo Brantas dan bukan BP
Migas," kata Kurtubi kepada Tempo, Selasa (26/6).
Menurut Kurtubi, Presiden harus segera melakukan tindakan untuk
meminta pertanggungjawaban BP Migas. "Jika tidak, maka Presiden
bisa dituntut pertanggungjawaban sesuai Pasal 43 Ayat 3
Undang-Undang No. 22 Tahun 2001" ujarnya. Menurut pasal itu,
kata dia, BP Migas dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab
kepada presiden.
Wakil Kepala BP Migas Abdul Muin mengatakan, pengawasan yang
dilakukan pihaknya adalah pada saat pengajuan program kerja dan
anggaran, perencanaan proyek dan pelaksanaan pengadaan barang.
"BP Migas mengawasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atau tidak," katanya kepada Tempo, Selasa (26/6).
Sedangkan pengawasan operasional harian, kata Muin, menjadi
tanggung jawab kontraktor kerja sama. Begitu juga dengan pada
saat pengeboran, apakah kontraktor memasang casing atau tidak
juga menjadi tanggung jawab kontraktor. "Kami mengawasi pada
saat tender casing, apakah sudah sesuai dengan ketentuan atau
tidak," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah mengeluarkan
hasil pemeriksaan atas semburan lumpur panas Lapindo.
Berdasarkan hasil audit BPK Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral dan BP Migas tidak melakukan pengawasan atas kegiatan
eksplorasi Sumur Banjarpanji-1 (BJP-1) sesuai dengan ketentuan.
ALI NUR YASIN




>> Nambahin dikit Mas Oki, ini sedikit OOT/bukan berhubungan
>> dgn geologi.
>>
>> Pagi hari ini di kantor, teman-teman rame pada nanya: " ...
>> kenapa Mr. Imam Augustino masih bisa menjawab sambil
>> tersenyum di tengah penderitaan orang banyak seperti itu??"
>> Wah wah wah, ... ini sih masalah kultur. Rada susah
>> menjelaskannya tapi intinya begitulah, kebanyakan
>> ekspresi/mimik orang Indonesia selalu "senyum" dan "ceria"
>> meski isi pernyataannya menyedihkan atau tidak mengenakan.
>> Jadi blm tentu bisa ditafsirkan "tersenyum di atas
>> penderitaan org lain".
>>
>>
>> On 18/06/07, oki musakti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>>
>>> Sedikit menyimpang,
>>> Tadi malam musibah Lusi ditayangkan di acara 60 Minutes
>>> nya
>>> channel 9 Australia.
>>> Seperti biasa fokus bahasannya lebih pada sisi human
>>> interest terutama masalah lebih  dari 40 ribu pengungsi
>>> yang sampai sekarang belum terurus dengan baik serta
>>> adanya
>>> Australian connection dalam bentuk participating interest
>>> Santos di sini.
>>>
>>> Dari sisi sudut pandang, acara ini jelas-jelas
>>> mengopinikan
>>> bahwa Lusi adalah kesalahan drilling dari Lapindo.
>>> Salah satunya disebutkan: 'The world's top experts agree
>>> this was the straight out human error — most likely a
>>> failure to shore up the walls of the bore hole with a
>>> protective casing. '...mungkin ini maksudnya adalah
>>> 'top expert' yang gak hadir dalam seminar Lusi di BPPT
>>>
>>> Buat saya ada satu hal yang sangat mengganggu: Narasumber
>>> utama dalam acara ini adalah Dr Mark Tingay dari Adelaide
>>> Uni. Sependek pengetahuan saya, belum pernah dengar Pak
>>> Tingay ini melakukan penelitian di Sidoardjo. Kalau lihat
>>> lontaran2 beliau, itu keliahatannya banyak yang langsung
>>> diambil dari berbagai diskusi diberbagai milisout dari nya
>>> Pak Dhe Vicki.
>>>
>>> Samasek

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-26 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Mungkin kasus keterlibatan BPMIGAS hanya admin saja ?

rdp
"lebih prihatin penanganan ketimbang penyidikan"

Polisi Belum Temukan Keterlibatan BP Migas dalam Kasus Lumpur
Juni 27th, 2007

Selasa, 26 Juni 2007 | 17:10 WIB

TEMPO Interaktif, Surabaya:
Kepolisian Daerah Jawa Timur belum menemukan bukti keterlibatan Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dalam
kasus semburan lumpur PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo.
Ketiadaan bukti ini membuat polisi kesulitan mengaitkan peran BP Migas
ke dalam kasus semburan lumpur, serta menjerat para pimpinannya
menjadi tersangka.

"Kami belum menemukan bukti konkret keterlibatan BP Migas," kata
Kepala Satuan Tindak Pidana Tertentu Polda Jawa Timur Ajun Komisaris
Besar I Nyoman Sukena saat dihubungi Tempo, Selasa (26/6) siang. Baca
entri selengkapnya » http://hotmudflow.wordpress.com/


On 6/27/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Presiden Harus Minta Pertangunjawaban BP Migas
Rabu, 27 Juni 2007 | 01:55 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden seharusnya meminta
pertanggungjawaban Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (BP Migas) atas semburan lumpur panas Lapindo di
Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Semburan lumpur dikarenakan BP
Migas tidak melakukan pengawasan dan peringatan pada saat
pengeboran.
Pengamat perminyakan Kurtubi menyatakan, seharusnya BP Migas
memberikan peringatan kepada Lapindo Brantas pada saat
pengeboran tidak memasang selubung (casing). Padahal pengawasan
kepada kontrak kerja sama minyak dan gas bumi, kata dia,
menurut Pasal 41 Ayat 2 dan Pasa 44 Ayat 22 Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
bumi merupakan tugas dan tanggung Jawab BP Migas.
"Yang memberikan peringatan pada saat tidak memasang casing
adalah Medco sebagai patner di Lapindo Brantas dan bukan BP
Migas," kata Kurtubi kepada Tempo, Selasa (26/6).
Menurut Kurtubi, Presiden harus segera melakukan tindakan untuk
meminta pertanggungjawaban BP Migas. "Jika tidak, maka Presiden
bisa dituntut pertanggungjawaban sesuai Pasal 43 Ayat 3
Undang-Undang No. 22 Tahun 2001" ujarnya. Menurut pasal itu,
kata dia, BP Migas dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab
kepada presiden.
Wakil Kepala BP Migas Abdul Muin mengatakan, pengawasan yang
dilakukan pihaknya adalah pada saat pengajuan program kerja dan
anggaran, perencanaan proyek dan pelaksanaan pengadaan barang.
"BP Migas mengawasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atau tidak," katanya kepada Tempo, Selasa (26/6).
Sedangkan pengawasan operasional harian, kata Muin, menjadi
tanggung jawab kontraktor kerja sama. Begitu juga dengan pada
saat pengeboran, apakah kontraktor memasang casing atau tidak
juga menjadi tanggung jawab kontraktor. "Kami mengawasi pada
saat tender casing, apakah sudah sesuai dengan ketentuan atau
tidak," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah mengeluarkan
hasil pemeriksaan atas semburan lumpur panas Lapindo.
Berdasarkan hasil audit BPK Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral dan BP Migas tidak melakukan pengawasan atas kegiatan
eksplorasi Sumur Banjarpanji-1 (BJP-1) sesuai dengan ketentuan.
ALI NUR YASIN




>> Nambahin dikit Mas Oki, ini sedikit OOT/bukan berhubungan
>> dgn geologi.
>>
>> Pagi hari ini di kantor, teman-teman rame pada nanya: " ...
>> kenapa Mr. Imam Augustino masih bisa menjawab sambil
>> tersenyum di tengah penderitaan orang banyak seperti itu??"
>> Wah wah wah, ... ini sih masalah kultur. Rada susah
>> menjelaskannya tapi intinya begitulah, kebanyakan
>> ekspresi/mimik orang Indonesia selalu "senyum" dan "ceria"
>> meski isi pernyataannya menyedihkan atau tidak mengenakan.
>> Jadi blm tentu bisa ditafsirkan "tersenyum di atas
>> penderitaan org lain".
>>
>>
>> On 18/06/07, oki musakti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>>
>>> Sedikit menyimpang,
>>> Tadi malam musibah Lusi ditayangkan di acara 60 Minutes
>>> nya
>>> channel 9 Australia.
>>> Seperti biasa fokus bahasannya lebih pada sisi human
>>> interest terutama masalah lebih  dari 40 ribu pengungsi
>>> yang sampai sekarang belum terurus dengan baik serta
>>> adanya
>>> Australian connection dalam bentuk participating interest
>>> Santos di sini.
>>>
>>> Dari sisi sudut pandang, acara ini jelas-jelas
>>> mengopinikan
>>> bahwa Lusi adalah kesalahan drilling dari Lapindo.
>>> Salah satunya disebutkan: 'The world's top experts agree
>>> this was the straight out human error — most likely a
>>> failure to shore up the walls of the bore hole with a
>>> protective casing. '...mungkin ini maksudnya adalah
>>> 'top expert' yang gak hadir dalam seminar Lusi di BPPT
>>>
>>> Buat saya ada satu hal yang sangat mengganggu: Narasumber
>>> utama dalam acara ini adalah Dr Mark Tingay dari Adelaide
>>> Uni. Sependek pengetahuan saya, belum pernah dengar Pak
>>> Tingay ini melakukan penelitian di Sidoardjo. Kalau lihat
>>> lontaran2 beliau, itu keliahatannya banyak yang langsung
>>> diambil dari berbagai diskusi diberbagai milisout dari nya
>>> P

Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-26 Terurut Topik liamsi
Presiden Harus Minta Pertangunjawaban BP Migas
Rabu, 27 Juni 2007 | 01:55 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden seharusnya meminta
pertanggungjawaban Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (BP Migas) atas semburan lumpur panas Lapindo di
Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Semburan lumpur dikarenakan BP
Migas tidak melakukan pengawasan dan peringatan pada saat
pengeboran.
Pengamat perminyakan Kurtubi menyatakan, seharusnya BP Migas
memberikan peringatan kepada Lapindo Brantas pada saat
pengeboran tidak memasang selubung (casing). Padahal pengawasan
kepada kontrak kerja sama minyak dan gas bumi, kata dia,
menurut Pasal 41 Ayat 2 dan Pasa 44 Ayat 22 Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
bumi merupakan tugas dan tanggung Jawab BP Migas.
"Yang memberikan peringatan pada saat tidak memasang casing
adalah Medco sebagai patner di Lapindo Brantas dan bukan BP
Migas," kata Kurtubi kepada Tempo, Selasa (26/6).
Menurut Kurtubi, Presiden harus segera melakukan tindakan untuk
meminta pertanggungjawaban BP Migas. "Jika tidak, maka Presiden
bisa dituntut pertanggungjawaban sesuai Pasal 43 Ayat 3
Undang-Undang No. 22 Tahun 2001" ujarnya. Menurut pasal itu,
kata dia, BP Migas dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab
kepada presiden.
Wakil Kepala BP Migas Abdul Muin mengatakan, pengawasan yang
dilakukan pihaknya adalah pada saat pengajuan program kerja dan
anggaran, perencanaan proyek dan pelaksanaan pengadaan barang.
"BP Migas mengawasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atau tidak," katanya kepada Tempo, Selasa (26/6).
Sedangkan pengawasan operasional harian, kata Muin, menjadi
tanggung jawab kontraktor kerja sama. Begitu juga dengan pada
saat pengeboran, apakah kontraktor memasang casing atau tidak
juga menjadi tanggung jawab kontraktor. "Kami mengawasi pada
saat tender casing, apakah sudah sesuai dengan ketentuan atau
tidak," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah mengeluarkan
hasil pemeriksaan atas semburan lumpur panas Lapindo.
Berdasarkan hasil audit BPK Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral dan BP Migas tidak melakukan pengawasan atas kegiatan
eksplorasi Sumur Banjarpanji-1 (BJP-1) sesuai dengan ketentuan.
ALI NUR YASIN




>> Nambahin dikit Mas Oki, ini sedikit OOT/bukan berhubungan
>> dgn geologi.
>>
>> Pagi hari ini di kantor, teman-teman rame pada nanya: " ...
>> kenapa Mr. Imam Augustino masih bisa menjawab sambil
>> tersenyum di tengah penderitaan orang banyak seperti itu??"
>> Wah wah wah, ... ini sih masalah kultur. Rada susah
>> menjelaskannya tapi intinya begitulah, kebanyakan
>> ekspresi/mimik orang Indonesia selalu "senyum" dan "ceria"
>> meski isi pernyataannya menyedihkan atau tidak mengenakan.
>> Jadi blm tentu bisa ditafsirkan "tersenyum di atas
>> penderitaan org lain".
>>
>>
>> On 18/06/07, oki musakti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>>
>>> Sedikit menyimpang,
>>> Tadi malam musibah Lusi ditayangkan di acara 60 Minutes
>>> nya
>>> channel 9 Australia.
>>> Seperti biasa fokus bahasannya lebih pada sisi human
>>> interest terutama masalah lebih  dari 40 ribu pengungsi
>>> yang sampai sekarang belum terurus dengan baik serta
>>> adanya
>>> Australian connection dalam bentuk participating interest
>>> Santos di sini.
>>>
>>> Dari sisi sudut pandang, acara ini jelas-jelas
>>> mengopinikan
>>> bahwa Lusi adalah kesalahan drilling dari Lapindo.
>>> Salah satunya disebutkan: 'The world's top experts agree
>>> this was the straight out human error — most likely a
>>> failure to shore up the walls of the bore hole with a
>>> protective casing. '...mungkin ini maksudnya adalah
>>> 'top expert' yang gak hadir dalam seminar Lusi di BPPT
>>>
>>> Buat saya ada satu hal yang sangat mengganggu: Narasumber
>>> utama dalam acara ini adalah Dr Mark Tingay dari Adelaide
>>> Uni. Sependek pengetahuan saya, belum pernah dengar Pak
>>> Tingay ini melakukan penelitian di Sidoardjo. Kalau lihat
>>> lontaran2 beliau, itu keliahatannya banyak yang langsung
>>> diambil dari berbagai diskusi diberbagai milisout dari nya
>>> Pak Dhe Vicki.
>>>
>>> Samasekali gak ada pendapat dari geologist Indonesia
>>> apalagi pendapat resmi tim IAGI. Yang sudah berbulan-bulan
>>> banting tulang melakukan penelitian disana.
>>>
>>> Kesimpulan dan moral of the story: Kita belum
>>> dianggep...
>>>
>>> Salam
>>> Oki
>>>
>>> Unnatural disaster Sunday June 17, 2007
>>>  [image: Sidoarjo, East Java, Indonesia (AAP)]
>>> Reporter: Peter
>>> Overton> 
>>> Producers: Howard Sacre
>>> ,
>>> Julia
>>> Timms> *At 
>>> first, we thought this can't be true, it's like some
>>> sort of pre-historic disaster movie. But it's real all
>>> right. A gigantic volcano of steaming hot mud as far as
>>> the
>>> eye can see.* It's already swamped a dozen villages on the
>>> Indonesian islan

Re: [iagi-net-l] Mark Tingray RE: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-18 Terurut Topik M. Nur Heriawan
Saya coba searching via google scholar, artikelnya
MRP Tingay yang paling mendekati topik yang dibahas di
milis adalah:

-
Pore pressure/stress coupling in Brunei Darussalam -
implications for shale injection
Mark R. P. Tingay, Richard R. Hillis, Christopher K.
Morley, Richard E. Swarbrick and Eugene C. Okpere
Geological Society, London, Special Publications 2003;
v. 216; p. 369-379


fullpapernya dapat didownload disini bagi yang punya
akses:
http://sp.lyellcollection.org/cgi/reprint/216/1/369

tapi kelihatannya artikel ini lebih banyak membahas
tentang karakteristik fisik dan mekanik batuan dan
struktur yang ada.

berikut saya kopikan abstraknya:

Abstract: Shale dykes, diapirs and mud volcanoes are
common in the onshore and offshore regions
of Brunei Darussalam. Outcrop examples show that shale
has intruded along both faults and tensile
fractures. Conventional models of overpressure-induced
brittle failure assume that pore pressure
and total stresses are independent of one another.
However, data worldwide and from Brunei show
that changes in pore pressure are coupled with changes
in total minimum horizontal stress. The pore
pressure/stress-coupling ratio (AO-h/APp) describes
the rate of change of minimum horizontal stress
magnitude with changing pore pressure. Minimum
horizontal stress measurements for a major offshore
field where undepleted pore pressures range from
normal to highly overpressured show a
pore pressure/stress-coupling ratio of 0.59. As a
consequence of pore pressure/stress coupling,
rocks can sustain a greater increase in pore pressure
prior to failure than predicted by the prevailing
values of pore pressure and stress. Pore
pressure/stress-coupling may favour the formation of
tensile fractures with increasing pore pressure rather
than reactivation of pre-existing faults.
Anthropogenically-induced tensile fracturing in
offshore Brunei supports this hypothesis.


Salam,

Nur H.

--- Sunu Hadi Praptono <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> Saya sangat ingin membaca artikel atau report atau
> apapun yang membahas
> relief wells di Brunei ini. Tapi sampai sekarang
> tidak pernah ketemu.
> Apakah sudah dibahas di milis in sebelumnya ?



   

Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, 
photos & more. 
http://mobile.yahoo.com/go?refer=1GNXIC


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Mark Tingay RE: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-18 Terurut Topik M. Nur Heriawan
Saya coba searching via google scholar, artikel karya
MRP Tingay yang paling mendekati topik yang dibahas di
milis adalah:

--
Pore pressure/stress coupling in Brunei Darussalam —
implications for shale injection
Mark R. P. Tingay, Richard R. Hillis, Christopher K.
Morley, Richard E. Swarbrick and Eugene C. Okpere
Geological Society, London, Special Publications 2003;
v. 216; p. 369-379
-

fullpapernya dapat didownload disini bagi yang punya
akses:
http://sp.lyellcollection.org/cgi/reprint/216/1/369

Salam,

Nur H.


> On 6/18/07, Sunu Hadi Praptono
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> > Saya sangat ingin membaca artikel atau report atau
> apapun yang membahas
> > relief wells di Brunei ini. Tapi sampai sekarang
> tidak pernah ketemu. Apakah
> > sudah dibahas di milis in sebelumnya ?



 

Don't pick lemons.
See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.
http://autos.yahoo.com/new_cars.html 


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Mark Tingray RE: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-18 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Bisa dibaca di buku the Geology and Hydrocarbon Resources of Brunei Darussalam. 
Seluruh buku bisa didownload gratis dari internet. (Sandal,S.T.(ed) 1996, The 
geology and hydrocarbon resources of Negara Brunei Darussalam: Syabas, Bandar 
Seri Begawan. Masalah ini dibahas secara summier (hanya dalam beberapa alinea), 
tetapi ada ilustrasinya pada Bab Champion field.)
Juga Tingay membahas secara summier juga dalam articlenya mengenai tectonic 
stress (Tingay et al, 2003, Variation in stress in the Baram basin, Brunei: 
tectonic and geomechanical implications: Marine Petroleum Geology 20, 
1201-1212). Mungkin yang lebih lengkap ada pada Ph.D thesisnya di University of 
Adelaide: "In situ stress and overpressures of Brunei Darussalam", tahun 2003
RPK
  - Original Message - 
  From: Sunu Hadi Praptono 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Monday, June 18, 2007 3:08 PM
  Subject: [iagi-net-l] Mark Tingray RE: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: 
[iagi-net-l] Interpelasi Lapindo


  Saya sangat ingin membaca artikel atau report atau apapun yang membahas 
relief wells di Brunei ini. Tapi sampai sekarang tidak pernah ketemu. Apakah 
sudah dibahas di milis in sebelumnya ?

  Kalau ada yang punya mohon kalo bisa dishare ke kita-kita agar kit tahu 
bagaimana seharusnya menghentikan semburan liar, juga sebeapa mirip sebenarnya 
situasi di Shell dibanding di Lapindo.

   

  Terima kasih banyak sebelumnya.

   

  Soenoe.


--

  From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Monday, June 18, 2007 1:42 PM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi 
Lapindo

   

  Mark Tingay adalah juga orangnya yang membahas soal semburan lumpur liar di 
Champion field Brunei Darussalam, karena kesalahan pemboran dari Shell.  
Penghentiannya memerlukan waktu 30 tahun dengan melakukan 27 relief well.

  RPK

 


Re: [iagi-net-l] Mark Tingay RE: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-18 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Papernya Tingay 2005 cukup besar 5MB
aku kirim ya Sun, smoga membantu

RDP

yg bener Tingay ga pakai R

On 6/18/07, Sunu Hadi Praptono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:





Saya sangat ingin membaca artikel atau report atau apapun yang membahas
relief wells di Brunei ini. Tapi sampai sekarang tidak pernah ketemu. Apakah
sudah dibahas di milis in sebelumnya ?

Kalau ada yang punya mohon kalo bisa dishare ke kita-kita agar kit tahu
bagaimana seharusnya menghentikan semburan liar, juga sebeapa mirip
sebenarnya situasi di Shell dibanding di Lapindo.



Terima kasih banyak sebelumnya.



Soenoe.

 


From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, June 18, 2007 1:42 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi
Lapindo




Mark Tingay adalah juga orangnya yang membahas soal semburan lumpur liar di
Champion field Brunei Darussalam, karena kesalahan pemboran dari Shell.
Penghentiannya memerlukan waktu 30 tahun dengan melakukan 27 relief well.


RPK









































































--
http://rovicky.wordpress.com/


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



[iagi-net-l] Mark Tingray RE: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-18 Terurut Topik Sunu Hadi Praptono
Saya sangat ingin membaca artikel atau report atau apapun yang membahas
relief wells di Brunei ini. Tapi sampai sekarang tidak pernah ketemu.
Apakah sudah dibahas di milis in sebelumnya ?

Kalau ada yang punya mohon kalo bisa dishare ke kita-kita agar kit tahu
bagaimana seharusnya menghentikan semburan liar, juga sebeapa mirip
sebenarnya situasi di Shell dibanding di Lapindo.

 

Terima kasih banyak sebelumnya.

 

Soenoe.



From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, June 18, 2007 1:42 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l]
Interpelasi Lapindo

 

Mark Tingay adalah juga orangnya yang membahas soal semburan lumpur liar
di Champion field Brunei Darussalam, karena kesalahan pemboran dari
Shell.  Penghentiannya memerlukan waktu 30 tahun dengan melakukan 27
relief well.

RPK

 



Re: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-17 Terurut Topik liamsi
Hasil Laporan BPK ttg Lusi dinyatakan bahwa ada Kesalahan dalam
pengawasan yg tdk sesuai dg ketentuan dalam pemboran BP-1, yang
akhirnya menjadikan polemik dg Menteri ttg kewenangan BPK (
Koran Tempo 18 Juni 2007 Hal.B2 )Ternyata setiap perbedaan pendapat ttg 
penyebab Lusi ini selalu
di perdebatkan antara yang pro dan kontra , tapi kelihatannya
score sekarang seperti interpretasikan  Kang Vicky itu
ISM
> Nambahin dikit Mas Oki, ini sedikit OOT/bukan berhubungan
> dgn geologi.
>
> Pagi hari ini di kantor, teman-teman rame pada nanya: " ...
> kenapa Mr. Imam Augustino masih bisa menjawab sambil
> tersenyum di tengah penderitaan orang banyak seperti itu??"
> Wah wah wah, ... ini sih masalah kultur. Rada susah
> menjelaskannya tapi intinya begitulah, kebanyakan
> ekspresi/mimik orang Indonesia selalu "senyum" dan "ceria"
> meski isi pernyataannya menyedihkan atau tidak mengenakan.
> Jadi blm tentu bisa ditafsirkan "tersenyum di atas
> penderitaan org lain".
>
>
> On 18/06/07, oki musakti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> Sedikit menyimpang,
>> Tadi malam musibah Lusi ditayangkan di acara 60 Minutes nya
>> channel 9 Australia.
>> Seperti biasa fokus bahasannya lebih pada sisi human
>> interest terutama masalah lebih  dari 40 ribu pengungsi
>> yang sampai sekarang belum terurus dengan baik serta adanya
>> Australian connection dalam bentuk participating interest
>> Santos di sini.
>>
>> Dari sisi sudut pandang, acara ini jelas-jelas mengopinikan
>> bahwa Lusi adalah kesalahan drilling dari Lapindo.
>> Salah satunya disebutkan: 'The world's top experts agree
>> this was the straight out human error — most likely a
>> failure to shore up the walls of the bore hole with a
>> protective casing. '...mungkin ini maksudnya adalah
>> 'top expert' yang gak hadir dalam seminar Lusi di BPPT
>>
>> Buat saya ada satu hal yang sangat mengganggu: Narasumber
>> utama dalam acara ini adalah Dr Mark Tingay dari Adelaide
>> Uni. Sependek pengetahuan saya, belum pernah dengar Pak
>> Tingay ini melakukan penelitian di Sidoardjo. Kalau lihat
>> lontaran2 beliau, itu keliahatannya banyak yang langsung
>> diambil dari berbagai diskusi diberbagai milisout dari nya
>> Pak Dhe Vicki.
>>
>> Samasekali gak ada pendapat dari geologist Indonesia
>> apalagi pendapat resmi tim IAGI. Yang sudah berbulan-bulan
>> banting tulang melakukan penelitian disana.
>>
>> Kesimpulan dan moral of the story: Kita belum
>> dianggep...
>>
>> Salam
>> Oki
>>
>> Unnatural disaster Sunday June 17, 2007
>>  [image: Sidoarjo, East Java, Indonesia (AAP)]
>> Reporter: Peter
>> Overton>> 
>> Producers: Howard Sacre
>> ,
>> Julia
>> Timms>> *At 
>> first, we thought this can't be true, it's like some
>> sort of pre-historic disaster movie. But it's real all
>> right. A gigantic volcano of steaming hot mud as far as the
>> eye can see.* It's already swamped a dozen villages on the
>> Indonesian island of Java - and we mean swamped. Houses,
>> factories, mosques, everything just swallowed by this
>> relentless tide. Forty thousand people have been left
>> homeless, without jobs, without hope. And the really
>> infuriating thing is, geologists are 99 percent certain
>> it's not a natural disaster. It's man-made. The prime
>> suspect is a big mining company with strong Australian
>> connections. *Transcript* PETER OVERTON: The world has
>> never seen anything like this — a gargantuan fountain of
>> mud gushing from the bowels of the earth. Some days, the
>> crater surges wildly, on other days it quietens down, but
>> it never stops. Too thick to drain away, it's burying
>> everything in its path. This is a tragedy of errors backed
>> by Australian money. A story of cover-up and suffering that
>> goes all the way to Indonesia's presidential palace. Look —
>> our first glimpse. There it is, there. DR MARK TINGAY:
>> Yeah, it is a huge, huge eruption. PETER OVERTON: Those
>> houses would just be inundated inside. DR MARK TINGAY: They
>> are gone inside. They're just full — full of mud. Three
>> hundred and sixty degrees all around you for kilometres, is
>> mud. PETER OVERTON: Even for a top geologist, this site
>> defies belief. Dr Mark Tingay, from Adelaide University,
>> couldn't wait to see the grand-daddy of all mudflows on
>> Indonesia's main island of Java, just west of Bali. It's so
>> unpredictable, we're allowed just a few minutes at the
>> crater. DR MARK TINGAY: It's just incredible the amount of
>> mud and stuff that's coming out of here — all this fluid.
>> PETER OVERTON: A boiling, bubbling cauldron, about 100
>> metres across. This is extraordinary. DR MARK TINGAY: This
>> is amazing. This is certainly the biggest mud volcano
>> crater I've ever seen and I've seen some of the biggest
>> natural ones in the world. PETER OVERTON: How hot is it,
>> Mark? DR MARK TINGAY: This wou

Re: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-17 Terurut Topik Noel Pranoto

Nambahin dikit Mas Oki, ini sedikit OOT/bukan berhubungan dgn geologi.

Pagi hari ini di kantor, teman-teman rame pada nanya: " ... kenapa Mr. Imam
Augustino masih bisa menjawab sambil tersenyum di tengah penderitaan orang
banyak seperti itu??" Wah wah wah, ... ini sih masalah kultur. Rada susah
menjelaskannya tapi intinya begitulah, kebanyakan ekspresi/mimik orang
Indonesia selalu "senyum" dan "ceria" meski isi pernyataannya menyedihkan
atau tidak mengenakan. Jadi blm tentu bisa ditafsirkan "tersenyum di atas
penderitaan org lain".


On 18/06/07, oki musakti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Sedikit menyimpang,
Tadi malam musibah Lusi ditayangkan di acara 60 Minutes nya channel 9
Australia.
Seperti biasa fokus bahasannya lebih pada sisi human interest terutama
masalah lebih  dari 40 ribu pengungsi yang sampai sekarang belum terurus
dengan baik serta adanya Australian connection dalam bentuk participating
interest Santos di sini.

Dari sisi sudut pandang, acara ini jelas-jelas mengopinikan bahwa Lusi
adalah kesalahan drilling dari Lapindo.
Salah satunya disebutkan: 'The world's top experts agree this was the
straight out human error — most likely a failure to shore up the walls of
the bore hole with a protective casing. '...mungkin ini maksudnya adalah
'top expert' yang gak hadir dalam seminar Lusi di BPPT

Buat saya ada satu hal yang sangat mengganggu: Narasumber utama dalam
acara ini adalah Dr Mark Tingay dari Adelaide Uni. Sependek pengetahuan
saya, belum pernah dengar Pak Tingay ini melakukan penelitian di Sidoardjo.
Kalau lihat lontaran2 beliau, itu keliahatannya banyak yang langsung diambil
dari berbagai diskusi diberbagai milisout dari nya Pak Dhe Vicki.

Samasekali gak ada pendapat dari geologist Indonesia apalagi pendapat
resmi tim IAGI. Yang sudah berbulan-bulan banting tulang melakukan
penelitian disana.

Kesimpulan dan moral of the story: Kita belum dianggep...

Salam
Oki

Unnatural disaster Sunday June 17, 2007
 [image: Sidoarjo, East Java, Indonesia (AAP)]
Reporter: Peter 
Overton
Producers: Howard Sacre
, Julia 
Timms
*At first, we thought this can't be true, it's like some sort of
pre-historic disaster movie. But it's real all right. A gigantic volcano of
steaming hot mud as far as the eye can see.* It's already swamped a dozen
villages on the Indonesian island of Java - and we mean swamped. Houses,
factories, mosques, everything just swallowed by this relentless tide. Forty
thousand people have been left homeless, without jobs, without hope. And
the really infuriating thing is, geologists are 99 percent certain it's not
a natural disaster. It's man-made. The prime suspect is a big mining
company with strong Australian connections. *Transcript* PETER OVERTON:
The world has never seen anything like this — a gargantuan fountain of mud
gushing from the bowels of the earth. Some days, the crater surges wildly,
on other days it quietens down, but it never stops. Too thick to drain away,
it's burying everything in its path. This is a tragedy of errors backed by
Australian money. A story of cover-up and suffering that goes all the way to
Indonesia's presidential palace. Look — our first glimpse. There it is,
there. DR MARK TINGAY: Yeah, it is a huge, huge eruption. PETER OVERTON:
Those houses would just be inundated inside. DR MARK TINGAY: They are gone
inside. They're just full — full of mud. Three hundred and sixty degrees all
around you for kilometres, is mud. PETER OVERTON: Even for a top
geologist, this site defies belief. Dr Mark Tingay, from Adelaide
University, couldn't wait to see the grand-daddy of all mudflows on
Indonesia's main island of Java, just west of Bali. It's so unpredictable,
we're allowed just a few minutes at the crater. DR MARK TINGAY: It's just
incredible the amount of mud and stuff that's coming out of here — all this
fluid. PETER OVERTON: A boiling, bubbling cauldron, about 100 metres
across. This is extraordinary. DR MARK TINGAY: This is amazing. This is
certainly the biggest mud volcano crater I've ever seen and I've seen some
of the biggest natural ones in the world. PETER OVERTON: How hot is it,
Mark? DR MARK TINGAY: This would be — I'd say the temperature ranges from
about 70 to 100 degrees Celsius so it's very, very hot. You wouldn't want to
put your hand in it! PETER OVERTON: How long can this go for? How long
could this mud keep spewing up from underneath us? DR MARK TINGAY: Well,
geologically, mud volcanoes could go on for hundreds of thousands of years
but, in terms of sort of man-made eruptions like this, the longest we've
seen them go for is over 20 years. PETER OVERTON: No-one knows how it will
end, but we do know how it started — with the mining company's stuff-up.
Here's what happened. This time, last year, there were exploring for natural
gas just to the right of the plume

Re: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-17 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Saya sependapat dengan Pak Nyoto,
Alasan mereka bukan masalah menganggap tidak menganggap tetapi apakah
kesimpulannya medukung sesuai hipotesa yang "mereka" buat.

Saya pribadi berpendapat, kalau dalam konteks ilmiah memang wajar saja ada
perbedaan pemikiran, sayangnya "based technical" yang dibuat oleh IAGI
barangkali tidak kuat sehingga mudah "dipatahkan". Kalau saja ada data-data
pengukuran serta dimunculkan data-data riil serta analisis ilmiahnya,
mungkin saja bisa 50-50. Tetapi saya lihat saat ini paling tidak chance
factor-nya menjadi 90 : 10 untuk Unnatural : Natural, atau bahkan bisa saja
95 : 5.

Tentunya kita jangan terpesona dengan kasus penyebabnya saja. Penanganan
permukaan justru akan lebih membumi ketimbang "mengukir langit".

Ide pak ADB untuk mengeluarkan Lapindo dari BPLS (Timnas) mungkin bisa
memperbaiki "citra" tim ini dalam menangani problem permukan. Setiap langkah
memang selalu melibatkan Lapindo, tetapi karena sudah adanya "dosa asal" yg
dibawa Lapindo menyebabkan sulitnya pergerakan penanganan yang berbau
politis. Bau politis ini jauh lebih bahaya ketimbang bau H2S, kaan ?

Apa iya mereka lebih hebat dari kita ya ... mereka hanya dengan "60 menit"
bisa menguliti habis seminar yang dibuat berhari-hari  ?

- :( "Whallah Pakdhe hanya bisa mumble saja dan ngedumel saja ... tetapi
tidak bisa bicara !. Speak up Pakdhe !!!"

RDP

On 6/18/07, nyoto - ke-el <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Bukannya kita belum dianggep  tetapi mungkin lebih berarti "mereka"
tidak sependapat dengan kesimpulan resmi IAGI kita , sehingga sama sekali
mereka "mengabaikannya", saya yakin kalau mereka sependapat , pasti mereka
akan "nganggep" IAGI kita 


wass,

nyoto





On 6/18/07, oki musakti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sedikit menyimpang,
> Tadi malam musibah Lusi ditayangkan di acara 60 Minutes nya channel 9
> Australia.
> Seperti biasa fokus bahasannya lebih pada sisi human interest terutama
> masalah lebih  dari 40 ribu pengungsi yang sampai sekarang belum terurus
> dengan baik serta adanya Australian connection dalam bentuk participating
> interest Santos di sini.
>
> Dari sisi sudut pandang, acara ini jelas-jelas mengopinikan bahwa Lusi
> adalah kesalahan drilling dari Lapindo.
> Salah satunya disebutkan: 'The world's top experts agree this was the
> straight out human error — most likely a failure to shore up the walls of
> the bore hole with a protective casing. '...mungkin ini maksudnya adalah
> 'top expert' yang gak hadir dalam seminar Lusi di BPPT
>
> Buat saya ada satu hal yang sangat mengganggu: Narasumber utama dalam
> acara ini adalah Dr Mark Tingay dari Adelaide Uni. Sependek pengetahuan
> saya, belum pernah dengar Pak Tingay ini melakukan penelitian di Sidoardjo.
> Kalau lihat lontaran2 beliau, itu keliahatannya banyak yang langsung diambil
> dari berbagai diskusi diberbagai milisout dari nya Pak Dhe Vicki.
>
> Samasekali gak ada pendapat dari geologist Indonesia apalagi pendapat
> resmi tim IAGI. Yang sudah berbulan-bulan banting tulang melakukan
> penelitian disana.
>
> Kesimpulan dan moral of the story: Kita belum dianggep...
>
> Salam
> Oki
>
> Unnatural disaster Sunday June 17, 2007
>  [image: Sidoarjo, East Java, Indonesia (AAP)]
> Reporter: Peter 
Overton
> Producers: Howard Sacre
> , Julia 
Timms
> *At first, we thought this can't be true, it's like some sort of
> pre-historic disaster movie. But it's real all right. A gigantic volcano of
> steaming hot mud as far as the eye can see.* It's already swamped a
> dozen villages on the Indonesian island of Java - and we mean swamped.
> Houses, factories, mosques, everything just swallowed by this relentless
> tide. Forty thousand people have been left homeless, without jobs,
> without hope. And the really infuriating thing is, geologists are 99
> percent certain it's not a natural disaster. It's man-made. The prime
> suspect is a big mining company with strong Australian connections. *
> Transcript* PETER OVERTON: The world has never seen anything like this —
> a gargantuan fountain of mud gushing from the bowels of the earth. Some
> days, the crater surges wildly, on other days it quietens down, but it never
> stops. Too thick to drain away, it's burying everything in its path. This is
> a tragedy of errors backed by Australian money. A story of cover-up and
> suffering that goes all the way to Indonesia's presidential palace. Look —
> our first glimpse. There it is, there. DR MARK TINGAY: Yeah, it is a
> huge, huge eruption. PETER OVERTON: Those houses would just be inundated
> inside. DR MARK TINGAY: They are gone inside. They're just full — full
> of mud. Three hundred and sixty degrees all around you for kilometres, is
> mud. PETER OVERTON: Even for a top geologist, this site defies belief.
> Dr Mark Tingay, from Adelaide University, couldn't 

Re: [iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-17 Terurut Topik nyoto - ke-el

Bukannya kita belum dianggep  tetapi mungkin lebih berarti "mereka"
tidak sependapat dengan kesimpulan resmi IAGI kita , sehingga sama sekali
mereka "mengabaikannya", saya yakin kalau mereka sependapat , pasti mereka
akan "nganggep" IAGI kita 


wass,

nyoto





On 6/18/07, oki musakti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Sedikit menyimpang,
Tadi malam musibah Lusi ditayangkan di acara 60 Minutes nya channel 9
Australia.
Seperti biasa fokus bahasannya lebih pada sisi human interest terutama
masalah lebih  dari 40 ribu pengungsi yang sampai sekarang belum terurus
dengan baik serta adanya Australian connection dalam bentuk participating
interest Santos di sini.

Dari sisi sudut pandang, acara ini jelas-jelas mengopinikan bahwa Lusi
adalah kesalahan drilling dari Lapindo.
Salah satunya disebutkan: 'The world's top experts agree this was the
straight out human error — most likely a failure to shore up the walls of
the bore hole with a protective casing. '...mungkin ini maksudnya adalah
'top expert' yang gak hadir dalam seminar Lusi di BPPT

Buat saya ada satu hal yang sangat mengganggu: Narasumber utama dalam
acara ini adalah Dr Mark Tingay dari Adelaide Uni. Sependek pengetahuan
saya, belum pernah dengar Pak Tingay ini melakukan penelitian di Sidoardjo.
Kalau lihat lontaran2 beliau, itu keliahatannya banyak yang langsung diambil
dari berbagai diskusi diberbagai milisout dari nya Pak Dhe Vicki.

Samasekali gak ada pendapat dari geologist Indonesia apalagi pendapat
resmi tim IAGI. Yang sudah berbulan-bulan banting tulang melakukan
penelitian disana.

Kesimpulan dan moral of the story: Kita belum dianggep...

Salam
Oki

Unnatural disaster Sunday June 17, 2007
 [image: Sidoarjo, East Java, Indonesia (AAP)]
Reporter: Peter 
Overton
Producers: Howard Sacre
, Julia 
Timms
*At first, we thought this can't be true, it's like some sort of
pre-historic disaster movie. But it's real all right. A gigantic volcano of
steaming hot mud as far as the eye can see.* It's already swamped a dozen
villages on the Indonesian island of Java - and we mean swamped. Houses,
factories, mosques, everything just swallowed by this relentless tide. Forty
thousand people have been left homeless, without jobs, without hope. And
the really infuriating thing is, geologists are 99 percent certain it's not
a natural disaster. It's man-made. The prime suspect is a big mining
company with strong Australian connections. *Transcript* PETER OVERTON:
The world has never seen anything like this — a gargantuan fountain of mud
gushing from the bowels of the earth. Some days, the crater surges wildly,
on other days it quietens down, but it never stops. Too thick to drain away,
it's burying everything in its path. This is a tragedy of errors backed by
Australian money. A story of cover-up and suffering that goes all the way to
Indonesia's presidential palace. Look — our first glimpse. There it is,
there. DR MARK TINGAY: Yeah, it is a huge, huge eruption. PETER OVERTON:
Those houses would just be inundated inside. DR MARK TINGAY: They are gone
inside. They're just full — full of mud. Three hundred and sixty degrees all
around you for kilometres, is mud. PETER OVERTON: Even for a top
geologist, this site defies belief. Dr Mark Tingay, from Adelaide
University, couldn't wait to see the grand-daddy of all mudflows on
Indonesia's main island of Java, just west of Bali. It's so unpredictable,
we're allowed just a few minutes at the crater. DR MARK TINGAY: It's just
incredible the amount of mud and stuff that's coming out of here — all this
fluid. PETER OVERTON: A boiling, bubbling cauldron, about 100 metres
across. This is extraordinary. DR MARK TINGAY: This is amazing. This is
certainly the biggest mud volcano crater I've ever seen and I've seen some
of the biggest natural ones in the world. PETER OVERTON: How hot is it,
Mark? DR MARK TINGAY: This would be — I'd say the temperature ranges from
about 70 to 100 degrees Celsius so it's very, very hot. You wouldn't want to
put your hand in it! PETER OVERTON: How long can this go for? How long
could this mud keep spewing up from underneath us? DR MARK TINGAY: Well,
geologically, mud volcanoes could go on for hundreds of thousands of years
but, in terms of sort of man-made eruptions like this, the longest we've
seen them go for is over 20 years. PETER OVERTON: No-one knows how it will
end, but we do know how it started — with the mining company's stuff-up.
Here's what happened. This time, last year, there were exploring for natural
gas just to the right of the plume of steam. Around here were rice paddies
and villages — you can see the roof of the local mosque poking up through
the mud just over there. Now, when the drilling got to nearly 3km under the
earth, it struck a high-pressure zone and the result was catastrophic. DR
MARK 

[iagi-net-l] Lusi di 60 minutes Re: [iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-17 Terurut Topik oki musakti
Sedikit menyimpang, 
  Tadi malam musibah Lusi ditayangkan di acara 60 Minutes nya channel 9 
Australia.
  Seperti biasa fokus bahasannya lebih pada sisi human interest terutama 
masalah lebih  dari 40 ribu pengungsi yang sampai sekarang belum terurus dengan 
baik serta adanya Australian connection dalam bentuk participating interest 
Santos di sini.
  
Dari sisi sudut pandang, acara ini jelas-jelas mengopinikan bahwa Lusi adalah 
kesalahan drilling dari Lapindo. 
  Salah satunya disebutkan: 'The world's top experts agree this was the 
straight out human error — most likely a failure to shore up the walls of the 
bore hole with a protective casing. '...mungkin ini maksudnya adalah 'top 
expert' yang gak hadir dalam seminar Lusi di BPPT
   
  Buat saya ada satu hal yang sangat mengganggu: Narasumber utama dalam acara 
ini adalah Dr Mark Tingay dari Adelaide Uni. Sependek pengetahuan saya, belum 
pernah dengar Pak Tingay ini melakukan penelitian di Sidoardjo. Kalau lihat 
lontaran2 beliau, itu keliahatannya banyak yang langsung diambil dari berbagai 
diskusi diberbagai milisout dari nya Pak Dhe Vicki. 
   
  Samasekali gak ada pendapat dari geologist Indonesia apalagi pendapat resmi 
tim IAGI. Yang sudah berbulan-bulan banting tulang melakukan penelitian disana.
   
  Kesimpulan dan moral of the story: Kita belum dianggep...
   
  Salam
  Oki
   
  Unnatural disaster  Sunday June 17, 2007


  Reporter: Peter Overton
Producers: Howard Sacre , Julia Timms   At first, we thought this can't be 
true, it's like some sort of pre-historic disaster movie. But it's real all 
right. A gigantic volcano of steaming hot mud as far as the eye can see.   It's 
already swamped a dozen villages on the Indonesian island of Java - and we mean 
swamped. Houses, factories, mosques, everything just swallowed by this 
relentless tide.   Forty thousand people have been left homeless, without jobs, 
without hope.   And the really infuriating thing is, geologists are 99 percent 
certain it's not a natural disaster. It's man-made.   The prime suspect is a 
big mining company with strong Australian connections.   Transcript   PETER 
OVERTON: The world has never seen anything like this — a gargantuan fountain of 
mud gushing from the bowels of the earth. Some days, the crater surges wildly, 
on other days it quietens down, but it never stops. Too thick to drain away, 
it's burying everything in its path. This is a tragedy of
 errors backed by Australian money. A story of cover-up and suffering that goes 
all the way to Indonesia's presidential palace. Look — our first glimpse. There 
it is, there.   DR MARK TINGAY: Yeah, it is a huge, huge eruption.   PETER 
OVERTON: Those houses would just be inundated inside.   DR MARK TINGAY: They 
are gone inside. They're just full — full of mud. Three hundred and sixty 
degrees all around you for kilometres, is mud.   PETER OVERTON: Even for a top 
geologist, this site defies belief. Dr Mark Tingay, from Adelaide University, 
couldn't wait to see the grand-daddy of all mudflows on Indonesia's main island 
of Java, just west of Bali. It's so unpredictable, we're allowed just a few 
minutes at the crater.   DR MARK TINGAY: It's just incredible the amount of mud 
and stuff that's coming out of here — all this fluid.   PETER OVERTON: A 
boiling, bubbling cauldron, about 100 metres across. This is extraordinary.   
DR MARK TINGAY: This is amazing. This is certainly the
 biggest mud volcano crater I've ever seen and I've seen some of the biggest 
natural ones in the world.   PETER OVERTON: How hot is it, Mark?   DR MARK 
TINGAY: This would be — I'd say the temperature ranges from about 70 to 100 
degrees Celsius so it's very, very hot. You wouldn't want to put your hand in 
it!   PETER OVERTON: How long can this go for? How long could this mud keep 
spewing up from underneath us?   DR MARK TINGAY: Well, geologically, mud 
volcanoes could go on for hundreds of thousands of years but, in terms of sort 
of man-made eruptions like this, the longest we've seen them go for is over 20 
years.   PETER OVERTON: No-one knows how it will end, but we do know how it 
started — with the mining company's stuff-up. Here's what happened. This time, 
last year, there were exploring for natural gas just to the right of the plume 
of steam. Around here were rice paddies and villages — you can see the roof of 
the local mosque poking up through the mud just over there.
 Now, when the drilling got to nearly 3km under the earth, it struck a 
high-pressure zone and the result was catastrophic.   DR MARK TINGAY: When they 
were drilling this well, they have encountered this chamber, or this very large 
reservoir of a highly pressured water. They have lost control there — that 
water has started to come up the bore hole and then got into another shallower 
level, brought up — captured all this mud, eroded all this mud and clay as its 
come and then erupted to the surface. So about 200 metres away from where they 

[iagi-net-l] Interpelasi Lapindo

2007-06-16 Terurut Topik Ismail Zaini
Berita di koran hari ini , Lha kok ada  jual beli " Proyek akademis " apa itu 
ya 
Kemudian ada juga ajakan revolosi , Wah gara gara Lapindo ada 
Revolosi.nanti.

ISM
===


Interpelasi Lapindo Hindari Jebakan 

Hentikan jual beli proyek akademis yang mengorbankan aspek kemanusiaan. 


JAKARTA -- Dukungan interpelasi kasus semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa 
Timur, menguat di DPR. Hingga Jumat (15/6), sudah 163 penandatangan dukungan 
penggunaan hak meminta penjelasan dan bertanya kepada pemerintah itu yang akan 
dibacakan di Rapat Paripurna DPR, Selasa (19/5).

Penggagas interpelasi memastikan tak akan terjebak dan berkutat dalam polemik 
Tata Tertib DPR tentang perlu hadir-tidaknya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 
seperti dalam kasus interpelasi Iran. Namun, kali ini mereka penekannya lebih 
pada substansi menyelesaikan persoalan lumpur Lapindo yang sudah berlangsung 
sekitar setahun itu.

''Hingga saat ini masih ada korban 30 ribu orang yang terlunta-lunta. Sekarang 
tergantung SBY dalam merespon interpelasi kemanusiaan ini, karena kami tak 
ingin terjebak langkah Presiden untuk datang atau tidak,'' ujar Komisi V DPR, 
Abdullah Azwar Anas (FKB), salah satu penggagas interpelasi lumpur Lapindo, 
kepada pers, kemarin.

Namun Azwar mengingatkan, interpelasi tersebut adalah kesempatan Presiden SBY 
untuk membenahi citra yang menurun untuk menyelesaikan kasus Lapindo.

Persoalan kebijakan
Komisi VII DPR, lanjut Azwar, sudah mengundang para menteri terkait di 
antaranya Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri 
Perumahan Rakyat, Menteri Perhubungan, Menneg PPN/Kepala Badan Perencanaan 
Pembangunan Nasional (Bappenas), Gubernur Jatim, dan Bupati Sidoarjo, untuk 
menjelaskan kasus Lapindo. Namun jawaban mereka dianggap belum menjamin 
kebijakan nasional penyelesaian lumpur Lapindo.

''Dalam interpelasi ini kami tak ingin terjebak soal teknis, dan menggeser 
substansi masalah. Yang penting substansinya, ada kebijakan nasional yang salah 
dalam menyelesaikan Lapindo,'' jelas Azwar.

Azwar mencontohkan adanya perbedaan kewenangan penyelesaian luapan lumpur 
Lapindo beberapa waktu lalu, saat membuat kanalisasi luapan lumpur. Dalam hal 
ini, apakah menjadi domain PT Lapindo Brantas atau pemerintah, apakah 
mengganggu ekosistem, dan dalam skala besar mengganggu masyarakat?

''Lima BPLS (Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo) pun tidak akan mampu 
menyelesaikan dengan cepat karena BPLS berasal dari pejabat eselon satu dan dua 
yang harus mengkoordinasi setingkat menteri. Ini salah satu contoh persoalan 
kebijakan itu,'' tegas Azwar.

Pada Ahad (17/6), lanjut Azwar, tim penggagas interpelasi lumpur Lapindo akan 
menerima kedatangan Pansus Lapindo DPRD Jawa Timur dan DPRD Sidoarjo. ''Mereka 
sudah punya rekomendasi. Harapan kita, rekomendasi itu sejalan dengan persepsi 
kami soal pentingnya interpelasi,'' ujarnya.

Mengenai dukungan interpelasi lumpur Lapindo sendiri, Azwar mengulas, pelan 
tapi pasti terus bergerak naik, khususnya dari anggota DPR dari daerah 
pemilihan Jawa Timur. ''Penambahan signifikan juga dari Fraksi PPP sekitar 17 
orang. Tapi dari Fraksi Partai Demokrat yakni Achmad Fauwzi dan Ajie Massaid 
menarik dukungan, sementara dari Fraksi Partai Golkar tetap satu, Yuddy 
Chrisnandi. Golkar kabarnya masih menunggu arahan dari pimpinan mereka,'' 
ungkapnya.

Investigasi FPDIP
Sementara Fraksi PDIP DPR juga turun tangan dengan membentuk tim investigasi 
lumpur Lapindo. ''Kami akan segera menyusun tim itu,'' ujar Sekretaris Fraksi 
PDIP, Bambang Wuryanto, usai rapat fraksi kemarin. Menurut dia, tim investigasi 
akan beranggotakan seluruh anggota Fraksi PDIP di semua komisi di DPR. Tim 
bertugas mengumpulkan bahan dan masukan serta memberikan solusi kepada 
pemerintah.

''Kami telah mendapat bahan masukan dari pakar bahwa ini bisa diselesaikan. 
Kenapa pemerintah tidak bisa? Kalau masukan tim tidak digubris, kita bisa 
revolusi,'' cetus Bambang.

Sosiologi Universitas Airlangga (Unai) Surabaya, Hotman Siahaan, yang hadir 
dalam rapat Fraksi PDIP, juga mengatakan, pemerintah harus segera menuntaskan 
kasus lumpur Lapindo. ''Harus pula dihentikan jual beli proyek akademis. Solusi 
yang diberikan harus untuk kesejahteraan rakyat di sana,'' tegasnya, menyindir 
timbalnya kelompok kampus yang mengabaikan aspek kemanusiaan para korban lumpur 
Lapindo. 

(eye )