Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-27 Terurut Topik Meong
berdasarkan keterangan dari manager hrd pmu petronas, 
smua tenaga asing yang masuk malaysia diatur dan dijaga ketat oleh hrd petronas bagian 
expat... utk smua psc.
kalo masih ada tenaga asli malaysia yang mampu diposisi itu maka permohonan penambahan 
mat saleh pun ditolak... tapi kalo untuk GG.. emang malaysia ga punya sdmnya..

--

- Original Message -

DATE: Thu, 26 Jun 2003 08:04:20
From: TAUFIK Oka [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]

qatarinisasi dan malayanisasi tersebut terjadi di perusahaan negara atau 
model psc?, kalau mereka lakukan di psc itu langkah maju, tak seperti 
kebanyakan psc di indonesia malah bulenisasi yg terjadi, contohnya 
nih..mat saleh di kamar saya (consultant)..hanya untuk wsg development 
well, kurang apa wsg yg nganggur di sini?




Meong [EMAIL PROTECTED]
25/06/2003 09:31 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


berdasarkan kebijaksanaan penerimaan tka di malaysia (kebetulan dulu 
sempet mencicipi 3 bulan di petronas holding company, yang ngurusin 
migas..

pertama, mereka mulai melirik orang indonesia sejak tahun 1998 ketika 
petronas diberi ijin oleh gus dur utk masuk menjadi pemain migas di 
indonesia.. sejak petronas go international, mereka selalu mengincar 
menjadi pemain di indonesia tetapi selalu tidak diberi ijin oleh 
soeharto..

kedua, malaysianisasi tetap terjadi.. hanya utk bidang pekerjaan GG, sdm 
di malaysia sangat sedikit sekali bahkan kurang.. sehingga petronas 
memncari tenaga GG dari luar... selama ini org2 mat saleh (istilah org 
malaysia buat para bule) yang dijadikan tenaga ahli.. tetapi kemudian 
berubah selain karena soal yang pertama tadi juga karena gaji orang 
indonesia, vietnam, kazaktan, india etc.. lebih murah (bahkan menurut 
seorang manager hrd petronas..  saye bisa dapat tenaga ahli dgn half 
price dgn kualitas yang hampir sama, tetapi komunikasi dan budaya yang 
sama dengan kami..

ketiga, dari yang saya alami, mereka sangat menghargai orang dari 
kualitasnya... kualitas pekerjaannya, tetapi orang malaysia memiliki 
budaya krajaan yang sangat tinggi, ada satu kejadian rapat dihadiri oleh 
snr mgrnya maka kondisi rapat menjadi lain sekali... bahkan satu lagi, 
waktu rapat disuatu ruangan dengan org luar (bahkan dengan mat saleh 
skalipun) kalau ruangan itu akan dipake oleh bos mereka, maka meeting 
dihentikan padahal si bos mendadak memakainya... :)

keempat, org negri jiran itu tau kalo mereka adalah owner dari semua migas 
yang ada, jadi mereka menunjukan hal tersebut didepan para mat saleh 
tersebut tetapi sangat profesional sehingga tidak terlihat kaya orang 
tengil... 

sekedar pembandingan.. (saya tidak tau gaji dari para mat saleh cuma 
menurut rekan kerja saya yang org malaysia.. gajinya mat saleh yang 
kontrak kira2 8.000-10.000USD/month bersih, sementara org indonesia kira2 
4000-6000USD/month bersih. Kalau statusnya permanent maka gajinya akan 
sama, dan perlakuaannya juga sama dengan org malaysia...

satu hal yang paling mencolok perbedaannya adalah HRD dan spirit org2 
malaysia di bidang migas... spirit seorang pemenang dan pemimpin di asia 
tenggara...
coba aja kirim email ke hrd petronas... maka mereka akan dengan sangat 
senang hati membalas email kita...


best regards
ujay


- Original Message -

DATE: Mon, 23 Jun 2003 17:40:51
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: 

atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.

Q  A : TKA jauh lebih ahli ? Tidak juga, lebih serius : ya, lebih 
konsisten : ya, lebih pinter ngomong : pasti (tapi coba suruh presentasi 
dalam bahasa, yang pasti jadi sepotong-sepotong, he...)
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas

[EMAIL PROTECTED] wrote:

- kalau menurut saya sih berita dari pak sof ini benar, kira-kira 95-99%
tenaga ahli indonesia jadi kaki-tangan (staf). memang jarang yang jadi
manajer, apalagi direktur. seperti di qatar, hampir semua tenaga ahli
indonesia hanya menjadi kaki-tangan, paling2 supervisor. saya baru tahu
satu orang yang jadi manajer yaitu lulusan tambang itb yang jadi
manajer cabang mcdonald.
- makanya daripada kerja di luar, lebih baik kerja di indonesia saja. 
jadi
kalau pun hasil karyanya dicaplok, kan dicaplok sesama orang indonesia,
atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.
- selain itu, memang tenaga ahli indonesia di luar sama sekali tidak 
dibela
pemerintah. boro-boro yang kerja di luar, yang kerja di dalam negeri pun
tidak dilindungi (kalau perlu gajinya diatur dengan keputusan
pemerintah/perusahaan supaya underpaid terus.), sehingga bisa 
membayar
banyak orang asing dengan layak.





Shofiyuddin Thoha 

illips.com cc: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor 
06/23/2003 06:34 AM Indonesia 
Please respond to iagi-net 







Menyedihkan sekale ya

Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-25 Terurut Topik Meong
berdasarkan kebijaksanaan penerimaan tka di malaysia (kebetulan dulu sempet mencicipi 
3 bulan di petronas holding company, yang ngurusin migas..

pertama, mereka mulai melirik orang indonesia sejak tahun 1998 ketika petronas diberi 
ijin oleh gus dur utk masuk menjadi pemain migas di indonesia.. sejak petronas go 
international, mereka selalu mengincar menjadi pemain di indonesia tetapi selalu tidak 
diberi ijin oleh soeharto..

kedua, malaysianisasi tetap terjadi.. hanya utk bidang pekerjaan GG, sdm di malaysia 
sangat sedikit sekali bahkan kurang.. sehingga petronas memncari tenaga GG dari 
luar... selama ini org2 mat saleh (istilah org malaysia buat para bule) yang 
dijadikan tenaga ahli.. tetapi kemudian berubah selain karena soal yang pertama tadi 
juga karena gaji orang indonesia, vietnam, kazaktan, india etc.. lebih murah (bahkan 
menurut seorang manager hrd petronas..  saye bisa dapat tenaga ahli dgn half price 
dgn kualitas yang hampir sama, tetapi komunikasi dan budaya yang sama dengan kami..

ketiga, dari yang saya alami, mereka sangat menghargai orang dari kualitasnya... 
kualitas pekerjaannya, tetapi orang malaysia memiliki budaya krajaan yang sangat 
tinggi, ada satu kejadian rapat dihadiri oleh snr mgrnya maka kondisi rapat menjadi 
lain sekali... bahkan satu lagi, waktu rapat disuatu ruangan dengan org luar (bahkan 
dengan mat saleh skalipun) kalau ruangan itu akan dipake oleh bos mereka, maka meeting 
dihentikan padahal si bos mendadak memakainya... :)

keempat, org negri jiran itu tau kalo mereka adalah owner dari semua migas yang ada, 
jadi mereka menunjukan hal tersebut didepan para mat saleh tersebut tetapi sangat 
profesional sehingga tidak terlihat kaya orang tengil... 

sekedar pembandingan.. (saya tidak tau gaji dari para mat saleh cuma menurut rekan 
kerja saya yang org malaysia.. gajinya mat saleh yang kontrak kira2 
8.000-10.000USD/month bersih, sementara org indonesia kira2 4000-6000USD/month bersih. 
Kalau statusnya permanent maka gajinya akan sama, dan perlakuaannya juga sama dengan 
org malaysia...

satu hal yang paling mencolok perbedaannya adalah HRD dan spirit org2 malaysia di 
bidang migas... spirit seorang pemenang dan pemimpin di asia tenggara...
coba aja kirim email ke hrd petronas... maka mereka akan dengan sangat senang hati 
membalas email kita...


best regards
ujay


- Original Message -

DATE: Mon, 23 Jun 2003 17:40:51
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: 

atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.

Q  A : TKA jauh lebih ahli ? Tidak juga, lebih serius : ya, lebih konsisten : ya, 
lebih pinter ngomong : pasti (tapi coba suruh presentasi dalam bahasa, yang pasti 
jadi sepotong-sepotong, he...)
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas

[EMAIL PROTECTED] wrote:

- kalau menurut saya sih berita dari pak sof ini benar, kira-kira 95-99%
tenaga ahli indonesia jadi kaki-tangan (staf). memang jarang yang jadi
manajer, apalagi direktur. seperti di qatar, hampir semua tenaga ahli
indonesia hanya menjadi kaki-tangan, paling2 supervisor. saya baru tahu
satu orang yang jadi manajer yaitu lulusan tambang itb yang jadi
manajer cabang mcdonald.
- makanya daripada kerja di luar, lebih baik kerja di indonesia saja. jadi
kalau pun hasil karyanya dicaplok, kan dicaplok sesama orang indonesia,
atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.
- selain itu, memang tenaga ahli indonesia di luar sama sekali tidak dibela
pemerintah. boro-boro yang kerja di luar, yang kerja di dalam negeri pun
tidak dilindungi (kalau perlu gajinya diatur dengan keputusan
pemerintah/perusahaan supaya underpaid terus.), sehingga bisa membayar
banyak orang asing dengan layak.





Shofiyuddin Thoha 

illips.com cc: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor 
06/23/2003 06:34 AM Indonesia 
Please respond to iagi-net 







Menyedihkan sekale ya (kalau ini benar, turut berduka cita).
Di negeri tercinta dia di sia siakan, di negeri seberang cuma jadi kaki
tangan .
Tapi kira kira yang kayak gitu berapa persen seh?

shofi





IAGI Pusat

,

et.id cc:

Subject: Re: [iagi-net-l]
Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
06/23/2003

10:34 AM

Please respond

to iagi-net







Jangan terlalu bangga bisa bekerja dinegara jiran, walaupun dibayar lebih
tinggi. Informasi terbaru yang saya terima, tenaga ahli dari Indonesia
dinegara jiran hanya dianggap sebagai kaki-tangan. Hasil karya dari
tenaga ahli Indonesia akan dicaplok dan disebut sebagai hasil karya tenaga
lokal. Nama tenaga ahli Indonesia itu akan hilang dari Laporan Proyek.
Hal
ini telah terjadi pada beberapa orang Indonesia. Kesimpulan umum dari
seorang teman, sejak kejatuhan Suharto, orang Indonesia sangat dilecehkan
dinegara jiran. Mreka berani kurang ajar atau sewenang-wenang terhadap
orang Indonesia, mungkin karena tahu tidak akan dibela oleh pemerintah.

Sofyadi Roezin

Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-25 Terurut Topik Koesoema
Katsnya kita harus export TKI yang berkwalitas daripada export pembantu.
Sekarang export doktor malah diributin bukan disyukurin. Mungkin kalau TKI
doktor-dorktor tidak kirim devisa ke tanah air, dibandingkan TKI pembantu
yang rajin nyetor ke rumah
R.P.Koesoemadinata
Jl. Raya Ciburial 17
Dago Pakar
Bandung
telp: 022-2503995
- Original Message -
From: Meong [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, June 25, 2003 8:31 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


 berdasarkan kebijaksanaan penerimaan tka di malaysia (kebetulan dulu
sempet mencicipi 3 bulan di petronas holding company, yang ngurusin migas..

 pertama, mereka mulai melirik orang indonesia sejak tahun 1998 ketika
petronas diberi ijin oleh gus dur utk masuk menjadi pemain migas di
indonesia.. sejak petronas go international, mereka selalu mengincar menjadi
pemain di indonesia tetapi selalu tidak diberi ijin oleh soeharto..

 kedua, malaysianisasi tetap terjadi.. hanya utk bidang pekerjaan GG, sdm
di malaysia sangat sedikit sekali bahkan kurang.. sehingga petronas memncari
tenaga GG dari luar... selama ini org2 mat saleh (istilah org malaysia
buat para bule) yang dijadikan tenaga ahli.. tetapi kemudian berubah selain
karena soal yang pertama tadi juga karena gaji orang indonesia, vietnam,
kazaktan, india etc.. lebih murah (bahkan menurut seorang manager hrd
petronas..  saye bisa dapat tenaga ahli dgn half price dgn kualitas yang
hampir sama, tetapi komunikasi dan budaya yang sama dengan kami..

 ketiga, dari yang saya alami, mereka sangat menghargai orang dari
kualitasnya... kualitas pekerjaannya, tetapi orang malaysia memiliki budaya
krajaan yang sangat tinggi, ada satu kejadian rapat dihadiri oleh snr mgrnya
maka kondisi rapat menjadi lain sekali... bahkan satu lagi, waktu rapat
disuatu ruangan dengan org luar (bahkan dengan mat saleh skalipun) kalau
ruangan itu akan dipake oleh bos mereka, maka meeting dihentikan padahal si
bos mendadak memakainya... :)

 keempat, org negri jiran itu tau kalo mereka adalah owner dari semua migas
yang ada, jadi mereka menunjukan hal tersebut didepan para mat saleh
tersebut tetapi sangat profesional sehingga tidak terlihat kaya orang
tengil...

 sekedar pembandingan.. (saya tidak tau gaji dari para mat saleh cuma
menurut rekan kerja saya yang org malaysia.. gajinya mat saleh yang kontrak
kira2 8.000-10.000USD/month bersih, sementara org indonesia kira2
4000-6000USD/month bersih. Kalau statusnya permanent maka gajinya akan sama,
dan perlakuaannya juga sama dengan org malaysia...

 satu hal yang paling mencolok perbedaannya adalah HRD dan spirit org2
malaysia di bidang migas... spirit seorang pemenang dan pemimpin di asia
tenggara...
 coba aja kirim email ke hrd petronas... maka mereka akan dengan sangat
senang hati membalas email kita...


 best regards
 ujay


 - Original Message -

 DATE: Mon, 23 Jun 2003 17:40:51
 From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Cc:

 atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
 lebih ahli.
 
 Q  A : TKA jauh lebih ahli ? Tidak juga, lebih serius : ya, lebih
konsisten : ya, lebih pinter ngomong : pasti (tapi coba suruh presentasi
dalam bahasa, yang pasti jadi sepotong-sepotong, he...)
 
 Salam,
 Awang H. Satyana
 Eksplorasi BP Migas
 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 - kalau menurut saya sih berita dari pak sof ini benar, kira-kira 95-99%
 tenaga ahli indonesia jadi kaki-tangan (staf). memang jarang yang jadi
 manajer, apalagi direktur. seperti di qatar, hampir semua tenaga ahli
 indonesia hanya menjadi kaki-tangan, paling2 supervisor. saya baru tahu
 satu orang yang jadi manajer yaitu lulusan tambang itb yang jadi
 manajer cabang mcdonald.
 - makanya daripada kerja di luar, lebih baik kerja di indonesia saja.
jadi
 kalau pun hasil karyanya dicaplok, kan dicaplok sesama orang indonesia,
 atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
 lebih ahli.
 - selain itu, memang tenaga ahli indonesia di luar sama sekali tidak
dibela
 pemerintah. boro-boro yang kerja di luar, yang kerja di dalam negeri pun
 tidak dilindungi (kalau perlu gajinya diatur dengan keputusan
 pemerintah/perusahaan supaya underpaid terus.), sehingga bisa
membayar
 banyak orang asing dengan layak.
 
 
 
 
 
 Shofiyuddin Thoha
 
 illips.com cc:
 Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor
 06/23/2003 06:34 AM Indonesia
 Please respond to iagi-net
 
 
 
 
 
 
 
 Menyedihkan sekale ya (kalau ini benar, turut berduka cita).
 Di negeri tercinta dia di sia siakan, di negeri seberang cuma jadi kaki
 tangan .
 Tapi kira kira yang kayak gitu berapa persen seh?
 
 shofi
 
 
 
 
 
 IAGI Pusat
 
 ,
 
 et.id cc:
 
 Subject: Re: [iagi-net-l]
 Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
 06/23/2003
 
 10:34 AM
 
 Please respond
 
 to iagi-net
 
 
 
 
 
 
 
 Jangan terlalu bangga bisa bekerja dinegara jiran, walaupun dibayar lebih
 tinggi. Informasi terbaru yang saya terima

Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-25 Terurut Topik TAUFIK Oka
qatarinisasi dan malayanisasi tersebut terjadi di perusahaan negara atau 
model psc?, kalau mereka lakukan di psc itu langkah maju, tak seperti 
kebanyakan psc di indonesia malah bulenisasi yg terjadi, contohnya 
nih..mat saleh di kamar saya (consultant)..hanya untuk wsg development 
well, kurang apa wsg yg nganggur di sini?




Meong [EMAIL PROTECTED]
25/06/2003 09:31 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


berdasarkan kebijaksanaan penerimaan tka di malaysia (kebetulan dulu 
sempet mencicipi 3 bulan di petronas holding company, yang ngurusin 
migas..

pertama, mereka mulai melirik orang indonesia sejak tahun 1998 ketika 
petronas diberi ijin oleh gus dur utk masuk menjadi pemain migas di 
indonesia.. sejak petronas go international, mereka selalu mengincar 
menjadi pemain di indonesia tetapi selalu tidak diberi ijin oleh 
soeharto..

kedua, malaysianisasi tetap terjadi.. hanya utk bidang pekerjaan GG, sdm 
di malaysia sangat sedikit sekali bahkan kurang.. sehingga petronas 
memncari tenaga GG dari luar... selama ini org2 mat saleh (istilah org 
malaysia buat para bule) yang dijadikan tenaga ahli.. tetapi kemudian 
berubah selain karena soal yang pertama tadi juga karena gaji orang 
indonesia, vietnam, kazaktan, india etc.. lebih murah (bahkan menurut 
seorang manager hrd petronas..  saye bisa dapat tenaga ahli dgn half 
price dgn kualitas yang hampir sama, tetapi komunikasi dan budaya yang 
sama dengan kami..

ketiga, dari yang saya alami, mereka sangat menghargai orang dari 
kualitasnya... kualitas pekerjaannya, tetapi orang malaysia memiliki 
budaya krajaan yang sangat tinggi, ada satu kejadian rapat dihadiri oleh 
snr mgrnya maka kondisi rapat menjadi lain sekali... bahkan satu lagi, 
waktu rapat disuatu ruangan dengan org luar (bahkan dengan mat saleh 
skalipun) kalau ruangan itu akan dipake oleh bos mereka, maka meeting 
dihentikan padahal si bos mendadak memakainya... :)

keempat, org negri jiran itu tau kalo mereka adalah owner dari semua migas 
yang ada, jadi mereka menunjukan hal tersebut didepan para mat saleh 
tersebut tetapi sangat profesional sehingga tidak terlihat kaya orang 
tengil... 

sekedar pembandingan.. (saya tidak tau gaji dari para mat saleh cuma 
menurut rekan kerja saya yang org malaysia.. gajinya mat saleh yang 
kontrak kira2 8.000-10.000USD/month bersih, sementara org indonesia kira2 
4000-6000USD/month bersih. Kalau statusnya permanent maka gajinya akan 
sama, dan perlakuaannya juga sama dengan org malaysia...

satu hal yang paling mencolok perbedaannya adalah HRD dan spirit org2 
malaysia di bidang migas... spirit seorang pemenang dan pemimpin di asia 
tenggara...
coba aja kirim email ke hrd petronas... maka mereka akan dengan sangat 
senang hati membalas email kita...


best regards
ujay


- Original Message -

DATE: Mon, 23 Jun 2003 17:40:51
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: 

atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.

Q  A : TKA jauh lebih ahli ? Tidak juga, lebih serius : ya, lebih 
konsisten : ya, lebih pinter ngomong : pasti (tapi coba suruh presentasi 
dalam bahasa, yang pasti jadi sepotong-sepotong, he...)
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas

[EMAIL PROTECTED] wrote:

- kalau menurut saya sih berita dari pak sof ini benar, kira-kira 95-99%
tenaga ahli indonesia jadi kaki-tangan (staf). memang jarang yang jadi
manajer, apalagi direktur. seperti di qatar, hampir semua tenaga ahli
indonesia hanya menjadi kaki-tangan, paling2 supervisor. saya baru tahu
satu orang yang jadi manajer yaitu lulusan tambang itb yang jadi
manajer cabang mcdonald.
- makanya daripada kerja di luar, lebih baik kerja di indonesia saja. 
jadi
kalau pun hasil karyanya dicaplok, kan dicaplok sesama orang indonesia,
atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.
- selain itu, memang tenaga ahli indonesia di luar sama sekali tidak 
dibela
pemerintah. boro-boro yang kerja di luar, yang kerja di dalam negeri pun
tidak dilindungi (kalau perlu gajinya diatur dengan keputusan
pemerintah/perusahaan supaya underpaid terus.), sehingga bisa 
membayar
banyak orang asing dengan layak.





Shofiyuddin Thoha 

illips.com cc: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor 
06/23/2003 06:34 AM Indonesia 
Please respond to iagi-net 







Menyedihkan sekale ya (kalau ini benar, turut berduka cita).
Di negeri tercinta dia di sia siakan, di negeri seberang cuma jadi kaki
tangan .
Tapi kira kira yang kayak gitu berapa persen seh?

shofi





IAGI Pusat

,

et.id cc:

Subject: Re: [iagi-net-l]
Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
06/23/2003

10:34 AM

Please respond

to iagi-net







Jangan terlalu bangga bisa bekerja dinegara jiran, walaupun dibayar lebih
tinggi. Informasi terbaru yang saya terima, tenaga ahli dari Indonesia

Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-24 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
From: [EMAIL PROTECTED]

lha kalau di indonesia kok malah sebaliknya, bahkan yang ada hanyalah
pengurangan karyawan nasional (pahe=paket hemat) dengan alasan efisiensi,
restrukturisasi dlsb. tetapi tidak pernah ada usah pengurangan karyawan
asing, kalau perlu tambo ciek
lah iya kalo tahu gitu ...
kok ya pada mau ngambil pahe ?
trus bawa pahe pergi kemane-mane 
sampek ke negeri tetangge ...
karna yg laku di tetangge cuman segelintir ...
trus dianggep ngga nasionalis ...
+: hah ... ngiri kali yee ?
- : nggak ah, ini soal nasionalisme ..!
+: ngga ah, soal duit ...!
- : soal nasionalis .. !
+: soal duit .. !
- : nasi .. !
+: duit .. !
duit ama nasi emang ya sama wae atuh .. .. :)

rdp
lagi puyeng ...
serius on
unconformity itu biasanya di base channel ...
bagaimana membedakan erosional fluvial channel fill (incised valey fill) 
dengan fluvial distributary channel dari well log ?
keduanya biasanya 'sandy' package
keduanya mempunyai profile coarsening upward
keduanya bisa saja 'sharp base'
'thickness-wide' bisa bervariasi
bagaimana resistivitynya ? apakah distributary waternya relative lebih fresh
bagaimana densitynya/porosity  ? any clue ?

ini serius nih !
serius tetep on
_
MSN 8 helps eliminate e-mail viruses. Get 2 months FREE*. 
http://join.msn.com/?page=features/virus

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-


Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-24 Terurut Topik iwan . busono

ada lagi kang Awang :
lebih PD : ya..


atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.

Q  A : TKA jauh lebih ahli ? Tidak juga, lebih serius : ya, lebih
konsisten : ya, lebih pinter ngomong : pasti (tapi coba suruh presentasi
dalam bahasa, yang pasti jadi sepotong-sepotong, he...)

Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas


-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-24 Terurut Topik setiawan

tentu saja yang namanya sukses itu sifatnya subyektif menurut saya, tapi
point yang paling penting buat saya adalah kalau kita merasa puas dengan
pekerjaannya, mempunyai tanggung jawab yang berarti, dan mendapatkan
reward
dan benefit yang sesuai, itulah yang saya maksud cukup sukses dan
OK
Jadi tidak ada patokan kata sukses menurut saya.

mungkin lebih baik dinilai dari lebih seneng mana, kerja di indo atau di
luar dari survei kecil2an, orang luar hampir semuanya lebih seneng
kerja di indo.

Karena kalau sampai menjadi kaki tangan, kerjaan tidak diakui, hasil
diambil alih, tentu saja akan timbul rasa tidak suka dan
nelongso...justru cerita ini banyak saya dapatkan dari teman-teman
yang
bekerja di dalam negeri.

masak sih sampai sebegitu parahnya? sudah underpaid, kerjaan tidak diakui,
hasil diambil alih kayak jatuh tertimpa tangga saja mungkin mereka
kurang kompeten kali. jadi dibayar murah, terus hasil kerjanya juga
nggak beres jadi nggak diakui... sehingga terpaksa harus diambil alih.

Justru kok dari cerita yang saya dapat, teman-teman yang bekerja di luar
kok seneng aja dan puas, tidak meratap karena underpaid, tidak nelongso
karena gajinya lebih kecil dari bule padahal merasa lebih mampu, katanya
dibela pemerintah, tapi kok begitu mudah kumpeni memecat (dgn paket
hemat).
Paling mereka rindu dengan kampung halaman..

nah ini yang aneh menurut saya. kalau di mana2 negara,
pemerintah/perusahaan selalu memberi kesempatan pada warganya lebih dahulu,
bahkan kalau perlu dibikin program penggantian orang asing dengan bangsa
sendiri. seperti di qatar, ada proyek qatarization, yang punya target
sekarang 50% posisi harus dikuasai orang qatar. posisi kunci dan manajerial
juga diberikan pada orang qatar. jadi orang qatar diberi kesempatan
fast-track untuk training, carreer development dlsb.

lha kalau di indonesia kok malah sebaliknya, bahkan yang ada hanyalah
pengurangan karyawan nasional (pahe=paket hemat) dengan alasan efisiensi,
restrukturisasi dlsb. tetapi tidak pernah ada usah pengurangan karyawan
asing, kalau perlu tambo ciek






--

Confidentiality Notice : This e-mail  and  any attachments  are
confidential  to  the addressee and may also be privileged.  If  you are
not  the addressee of  this e-mail, you may not copy, forward, disclose or
otherwise use it in any way whatsoever. If you have received this e-mail by
mistake,  please  e-mail  the sender by replying to this message, and
delete the original  and any print out thereof.



-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-23 Terurut Topik iwan . busono


Masak sih pa? kok info yang saya dapat dari teman-teman saya yang
berkerja di LN tidak seperti itu   mereka OK aja, dan cukup
sukses..



IAGI Pusat [EMAIL PROTECTED]
06/23/2003 10:34 AM
Please respond to iagi-net


To:
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]


cc:



bcc:



Subject:
Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia





Jangan terlalu bangga bisa bekerja dinegara jiran, walaupun dibayar lebih
tinggi.  Informasi terbaru yang saya terima, tenaga ahli dari Indonesia
dinegara jiran hanya dianggap sebagai kaki-tangan.  Hasil karya dari
tenaga ahli Indonesia akan dicaplok dan disebut sebagai hasil karya tenaga
lokal.  Nama tenaga ahli Indonesia itu akan hilang dari Laporan Proyek.
Hal
ini telah terjadi pada beberapa orang Indonesia.  Kesimpulan umum dari
seorang teman, sejak kejatuhan Suharto, orang Indonesia sangat dilecehkan
dinegara jiran.  Mreka berani kurang ajar atau sewenang-wenang terhadap
orang Indonesia, mungkin karena tahu tidak akan dibela oleh pemerintah.

Sofyadi Roezin



-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-23 Terurut Topik ZULHELMI UMARSYAH ISKA
Pak Toha.
Jangan salah l
Kalau di negeri jiran itu pengertian kaki tangan adalah karyawan atau
employee. Jadi jangan berkecil hati kalau dibilang kaki tangan company.

Helmi

- Original Message -
From: Shofiyuddin Thoha [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 23, 2003 10:34 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia



 Menyedihkan sekale ya (kalau ini benar, turut berduka cita).
 Di negeri tercinta dia di sia siakan, di negeri seberang cuma jadi kaki
 tangan .
 Tapi kira kira yang kayak gitu berapa persen seh?

 shofi





 IAGI Pusat
 [EMAIL PROTECTED]   To: [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED]
 et.id   cc:
  Subject: Re: [iagi-net-l]
Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
 06/23/2003
 10:34 AM
 Please respond
 to iagi-net






 Jangan terlalu bangga bisa bekerja dinegara jiran, walaupun dibayar lebih
 tinggi.  Informasi terbaru yang saya terima, tenaga ahli dari Indonesia
 dinegara jiran hanya dianggap sebagai kaki-tangan.  Hasil karya dari
 tenaga ahli Indonesia akan dicaplok dan disebut sebagai hasil karya tenaga
 lokal.  Nama tenaga ahli Indonesia itu akan hilang dari Laporan Proyek.
 Hal
 ini telah terjadi pada beberapa orang Indonesia.  Kesimpulan umum dari
 seorang teman, sejak kejatuhan Suharto, orang Indonesia sangat dilecehkan
 dinegara jiran.  Mreka berani kurang ajar atau sewenang-wenang terhadap
 orang Indonesia, mungkin karena tahu tidak akan dibela oleh pemerintah.

 Sofyadi Roezin






 -
 To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

 Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
 Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
 Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
 -


-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-23 Terurut Topik setiawan

- kalau menurut saya sih berita dari pak sof ini benar, kira-kira 95-99%
tenaga ahli indonesia jadi kaki-tangan (staf). memang jarang yang jadi
manajer, apalagi direktur. seperti di qatar, hampir semua tenaga ahli
indonesia hanya menjadi kaki-tangan, paling2 supervisor. saya baru tahu
satu orang yang jadi manajer yaitu lulusan tambang itb yang jadi
manajer cabang mcdonald.
-  makanya daripada kerja di luar, lebih baik kerja di indonesia saja. jadi
kalau pun hasil karyanya dicaplok, kan dicaplok sesama orang indonesia,
atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.
- selain itu, memang tenaga ahli indonesia di luar sama sekali tidak dibela
pemerintah. boro-boro yang kerja di luar, yang kerja di dalam negeri pun
tidak dilindungi (kalau perlu gajinya diatur dengan keputusan
pemerintah/perusahaan supaya underpaid terus.), sehingga bisa membayar
banyak orang asing dengan layak.




   
 
  Shofiyuddin Thoha  
 
  [EMAIL PROTECTED]To:   [EMAIL PROTECTED]  
  
  illips.comcc:   
 
 Subject:  Re: [iagi-net-l] 
Malaysia Menculik Doktor-Doktor 
  06/23/2003 06:34 AM Indonesia
 
  Please respond to iagi-net   
 
   
 
   
 





Menyedihkan sekale ya (kalau ini benar, turut berduka cita).
Di negeri tercinta dia di sia siakan, di negeri seberang cuma jadi kaki
tangan .
Tapi kira kira yang kayak gitu berapa persen seh?

shofi





IAGI Pusat

[EMAIL PROTECTED]   To: [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED]
et.id   cc:

 Subject: Re: [iagi-net-l]
Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
06/23/2003

10:34 AM

Please respond

to iagi-net







Jangan terlalu bangga bisa bekerja dinegara jiran, walaupun dibayar lebih
tinggi.  Informasi terbaru yang saya terima, tenaga ahli dari Indonesia
dinegara jiran hanya dianggap sebagai kaki-tangan.  Hasil karya dari
tenaga ahli Indonesia akan dicaplok dan disebut sebagai hasil karya tenaga
lokal.  Nama tenaga ahli Indonesia itu akan hilang dari Laporan Proyek.
Hal
ini telah terjadi pada beberapa orang Indonesia.  Kesimpulan umum dari
seorang teman, sejak kejatuhan Suharto, orang Indonesia sangat dilecehkan
dinegara jiran.  Mreka berani kurang ajar atau sewenang-wenang terhadap
orang Indonesia, mungkin karena tahu tidak akan dibela oleh pemerintah.

Sofyadi Roezin






-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])
-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]),
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-








---

Confidentiality Notice : This e-mail  and  any attachments  are
confidential  to  the addressee and may also be privileged.  If  you are
not  the addressee of  this e-mail, you may not copy, forward, disclose or
otherwise use it in any way whatsoever. If you have received this e-mail by
mistake,  please  e-mail  the sender by replying to this message, and
delete the original  and any print out thereof.



-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst

Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-23 Terurut Topik iwan . busono

ha..ha..ha...Aris...Aris.jangan nakal tho mas...

[EMAIL PROTECTED]
06/23/2003 02:23 PM ZE3
Please respond to iagi-net
To:
[EMAIL PROTECTED]
cc:
bcc:



Subject:
Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia





- kalau menurut saya sih berita dari pak sof ini benar, kira-kira 95-99%
tenaga ahli indonesia jadi kaki-tangan (staf). memang jarang yang jadi
manajer, apalagi direktur. seperti di qatar, hampir semua tenaga ahli
indonesia hanya menjadi kaki-tangan, paling2 supervisor. saya baru tahu
satu orang yang jadi manajer yaitu lulusan tambang itb yang jadi
manajer cabang mcdonald.
-  makanya daripada kerja di luar, lebih baik kerja di indonesia saja. jadi
kalau pun hasil karyanya dicaplok, kan dicaplok sesama orang indonesia,
atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.
- selain itu, memang tenaga ahli indonesia di luar sama sekali tidak dibela
pemerintah. boro-boro yang kerja di luar, yang kerja di dalam negeri pun
tidak dilindungi (kalau perlu gajinya diatur dengan keputusan
pemerintah/perusahaan supaya underpaid terus.), sehingga bisa membayar
banyak orang asing dengan layak.



-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-23 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Kang Iwan,
Yang OK dan sukses itu kriterianya apa sih ?
Membuat paper sehingga lebih terkenal, atau menemukan cadangan yg sahohah, 
atau ...
Apa ngga jauh dari Bhinneka Tunggal Ika juga ?

mengharumkan nama Indonesia juga ?
kayakanya yang harum namanya emang cuman Kartini kali yee ?
RDP

From: [EMAIL PROTECTED]

Masak sih pa? kok info yang saya dapat dari teman-teman saya yang
berkerja di LN tidak seperti itu   mereka OK aja, dan cukup
sukses..
_
STOP MORE SPAM with the new MSN 8 and get 2 months FREE* 
http://join.msn.com/?page=features/junkmail

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-


Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-23 Terurut Topik Awang Satyana
atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.

Q  A : TKA jauh lebih ahli ? Tidak juga, lebih serius : ya, lebih konsisten : ya, 
lebih pinter ngomong : pasti (tapi coba suruh presentasi dalam bahasa, yang pasti 
jadi sepotong-sepotong, he...)
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas

[EMAIL PROTECTED] wrote:

- kalau menurut saya sih berita dari pak sof ini benar, kira-kira 95-99%
tenaga ahli indonesia jadi kaki-tangan (staf). memang jarang yang jadi
manajer, apalagi direktur. seperti di qatar, hampir semua tenaga ahli
indonesia hanya menjadi kaki-tangan, paling2 supervisor. saya baru tahu
satu orang yang jadi manajer yaitu lulusan tambang itb yang jadi
manajer cabang mcdonald.
- makanya daripada kerja di luar, lebih baik kerja di indonesia saja. jadi
kalau pun hasil karyanya dicaplok, kan dicaplok sesama orang indonesia,
atau apesnya pun paling-paling juga dicaplok tenaga ahli asing yang jauh
lebih ahli.
- selain itu, memang tenaga ahli indonesia di luar sama sekali tidak dibela
pemerintah. boro-boro yang kerja di luar, yang kerja di dalam negeri pun
tidak dilindungi (kalau perlu gajinya diatur dengan keputusan
pemerintah/perusahaan supaya underpaid terus.), sehingga bisa membayar
banyak orang asing dengan layak.





Shofiyuddin Thoha 

illips.com cc: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor 
06/23/2003 06:34 AM Indonesia 
Please respond to iagi-net 







Menyedihkan sekale ya (kalau ini benar, turut berduka cita).
Di negeri tercinta dia di sia siakan, di negeri seberang cuma jadi kaki
tangan .
Tapi kira kira yang kayak gitu berapa persen seh?

shofi





IAGI Pusat

,

et.id cc:

Subject: Re: [iagi-net-l]
Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
06/23/2003

10:34 AM

Please respond

to iagi-net







Jangan terlalu bangga bisa bekerja dinegara jiran, walaupun dibayar lebih
tinggi. Informasi terbaru yang saya terima, tenaga ahli dari Indonesia
dinegara jiran hanya dianggap sebagai kaki-tangan. Hasil karya dari
tenaga ahli Indonesia akan dicaplok dan disebut sebagai hasil karya tenaga
lokal. Nama tenaga ahli Indonesia itu akan hilang dari Laporan Proyek.
Hal
ini telah terjadi pada beberapa orang Indonesia. Kesimpulan umum dari
seorang teman, sejak kejatuhan Suharto, orang Indonesia sangat dilecehkan
dinegara jiran. Mreka berani kurang ajar atau sewenang-wenang terhadap
orang Indonesia, mungkin karena tahu tidak akan dibela oleh pemerintah.

Sofyadi Roezin






-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])
-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]),
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-








---

Confidentiality Notice : This e-mail and any attachments are
confidential to the addressee and may also be privileged. If you are
not the addressee of this e-mail, you may not copy, forward, disclose or
otherwise use it in any way whatsoever. If you have received this e-mail by
mistake, please e-mail the sender by replying to this message, and
delete the original and any print out thereof.



-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-


-
Do you Yahoo!?
SBC Yahoo! DSL - Now only $29.95 per month!

Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-23 Terurut Topik sugeng.hartono
Menko Ekuin Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti sewaktu menjabat Dubes di USA
pernah katakan (kalau saya tidak salah ingat): para mahasiswa Indonesia yang
belajar di USA agar bekerja (dulu) di sana, sokur bisa menjadi senator.
Beliau bangga kalau ada putra Indonesia yang jadi Senator di negeri Paman
Sam.
Saya percaya bahwa rekan-rekan yang bisa belajar dan bekerja di luar negeri
pasti mempunyai prestasi akademi dan profesi yang bagus.
Menurut pepatah: dunia tidak selebar daun kelor.

Salam,
Sugeng

- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 23, 2003 9:05 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia



 Kalau kita melihatnya dari sudut pandang seperti ini boleh tidak ?

 DUNIA ITU BISA DIIBARATKAN SEBUAH BUKU, BILA KITA TIDAK PERNAH MELANGLANG
 BUANA, IBARATNYA KITA INI
 HANYA MEMBACA SATU HALAMAN SAJA DARI BUKU TERSEBUT

 Salam,
 Teguh



-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-22 Terurut Topik Sena Reksalegora
Maaf saya jadi bingung dengan komentar dibawah ini.
Karena sepengetahuan saya banyak universitas di LN yg
menawarkan program doktornya dengan topik/project yang
sudah jelas karena memang mungkin terkait dengan
sponsornya (pesanan). 

Kenapa jadi lebih menyedihkan, mohon penjelasan.

Salam,
-Sena
--- wati [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Lebih menyedihkan, hanya karena ingin mendapat gelar
 doktor di LN, mahasiswa
 kita ikhlas meneliti di daerah LN dengan topik
 disertasi pesanan profesornya
 atau penerapan hasil pengalaman riset di DN. Jumpa
 jenis ini, gimana ya?
 Masih terkait, saya himbau untuk form registrasi
 IAGI, tolong pertimbangkan
 lagi, isian pada baris: lulusan DN atau LN, diganti
 dengan: Sebutkan
 universitasnya.
 Salam,
 


__
Do you Yahoo!?
SBC Yahoo! DSL - Now only $29.95 per month!
http://sbc.yahoo.com

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-22 Terurut Topik fotunadid
rumput halaman tetangga lebih hijau dari rumput halaman rumah sendiri ..
(tidak di beri pupuk)
salam,
didik

-Original Message-
From: wati [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 23, 2003 8:26 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; Rovicky Dwi Putrohari
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


Lebih menyedihkan, hanya karena ingin mendapat gelar doktor di LN, mahasiswa
kita ikhlas meneliti di daerah LN dengan topik disertasi pesanan profesornya
atau penerapan hasil pengalaman riset di DN. Jumpa jenis ini, gimana ya?
Masih terkait, saya himbau untuk form registrasi IAGI, tolong pertimbangkan
lagi, isian pada baris: lulusan DN atau LN, diganti dengan: Sebutkan
universitasnya.
Salam,

- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, June 22, 2003 8:57 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


 kalo saja dulu ketika kuliah mengambil sarjana hingga doktor dan sekolah
 disini dengan biaya sendiri tidak dengan bantuan subsidi dari pemerintah
...
 eh maksudku subsidi dari negara, maka kepergian rekan-rekan doktor ini
 tentunya tidak terasa merugikan bangsa dan negara yg telah
mensubsidinya.
 tentunya banyak rakyat yg 'merasa' ikut telah mensubsidinya ... mungkin
 karena merasa sebagai pembayar pajak barangkali.
 namun ketika saat subsidi pendidikan dll mulai ditata kembali, seolah kita
 kehilangan 'sesuatu' ...toh memang legitimasi subsidi menjadi sebuah
 keharusan penyelenggara negara karena undang-undang yang sudah disepakati
 bersama juga kenapa kok ya terjadi justru pada saat sekolah terasa
berat
 saat ini ... kenapa juga bertepatan dengan dosen yg telah dipersiapkan dan
 diharapkan mendidik anak bangsa ini memilih mengajar di LN ... ya
barangkali
 bukan salah mereka yang pergi ... barangkali saja ...

 Mungkin kepergian doktor ini emang 'tidak selalu' hanya melulu karena
materi
 (gaji, atau sertifikasi penghargaan profesi dll)
 tetapi aku jelas ngga dapat menggunakan argumentasi 'anomali' ini utk
 melegitimasi kepergiannya ... karena barangkali saja di benak pak doktor
ini
 akan lebih bermanfaat buat umat manusia yg lebih mendunia ketimbang
tetep
 berada di negeri yg sudah morat-marit ini ... karena argumentasi fasilitas
 penelitian hanya ada disana, fasilitas alat ada hanya ada disana, seperti
 Pak habibie sendiri yg lebih suka tinggal di LN, juga agak aneh anak HBB
pun
 tidak 'diterima' dinegeri sendiri ... karena 'bau' kkn.
 Namun sangat jelas para doktor ini diharapkan menjadi pendidik je 
 diharapkan memberikan 'sedikit' ilmunya utk ditularkan ke muridnya.

 Mungkin memang tidak selalu karena materi  walopun kalo dibaca ulang
 alasan materi ini selalu saja muncul disetiap tulisan kegerahan ini.
walopun
 aku ya kadang heran ... apakah karena kecemburuan antar profesi ...
 kecemburuan antar status kepegawaian  semoga bukan karena tidak
 menguntungkan dirinya maka yg menguntungkan dianggap yang paling benar
 ( ... juga semoga bukan karena ngga bisa ngeliat temennya seneng dan
sukses
 ...
 yang jadi dosen ngiri sama yang kerja jadi wirausaha  :(
 yang jadi dokter ngiri sama insinyur ... :(
 si ekonom ngiri sama dokter bedah ... :(
 yang kerja di swasta sebel karena ketidak adilan penghargaan profesinya
 karena dibanding dengan si'bule' 
 yang kerja menjadi PNS (BUMN) 'ngiri' kalo dibanding dengan yg kerja di
 swasta ...
 walopun aku jg masih heran kalo banyak PNS (BUMN) yg punya rumah
 'magrong-magrong' . (ah aku kok slalu suudzon saja ...)
 memang tidak mudah membandingkan pendapatan lawyer dengan engineer
 ndak sederhana membandingkan gaji PNS dengan swasta apalagi dengan kerja
di
 LN ...

 hhmm kenapa bukan penghasilan yg dibandingkan :(  bagaimana dengan
 penghasilan perbulan ? Toh mereka di LN justru akan bekerja dengan lebih
 'bersih' ... memperoleh pendapatan yang sesuai dengan gaji yg tertulis
dalam
 'slip gaji' bulanannya.

 semoga saja mereka mencari yang lebih 'bersih' dan lebih 'mengharumkan'
nama
 Indonesia
 semoga

 Salam
 RDP

 Mungkin subsidi sudah pantas dicabut ...walopun terasa perih !... ..
bangsa
 ini apa ya  masih harus terus prihatin ?



RE: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-22 Terurut Topik Teguh_Prasetyo

Kalau kita melihatnya dari sudut pandang seperti ini boleh tidak ?

DUNIA ITU BISA DIIBARATKAN SEBUAH BUKU, BILA KITA TIDAK PERNAH MELANGLANG
BUANA, IBARATNYA KITA INI
HANYA MEMBACA SATU HALAMAN SAJA DARI BUKU TERSEBUT

Salam,
Teguh


   

  [EMAIL PROTECTED]

  mTo:   [EMAIL PROTECTED], [EMAIL 
PROTECTED]   
   cc: 

  06/23/2003 09:33 Subject:  RE: [iagi-net-l] Malaysia 
Menculik Doktor-Doktor Indonesia
  AM   

  Please respond to

  iagi-net 

   

   





rumput halaman tetangga lebih hijau dari rumput halaman rumah sendiri ..
(tidak di beri pupuk)
salam,
didik

-Original Message-
From: wati [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 23, 2003 8:26 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; Rovicky Dwi Putrohari
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


Lebih menyedihkan, hanya karena ingin mendapat gelar doktor di LN,
mahasiswa
kita ikhlas meneliti di daerah LN dengan topik disertasi pesanan
profesornya
atau penerapan hasil pengalaman riset di DN. Jumpa jenis ini, gimana ya?
Masih terkait, saya himbau untuk form registrasi IAGI, tolong pertimbangkan
lagi, isian pada baris: lulusan DN atau LN, diganti dengan: Sebutkan
universitasnya.
Salam,

- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, June 22, 2003 8:57 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


 kalo saja dulu ketika kuliah mengambil sarjana hingga doktor dan sekolah
 disini dengan biaya sendiri tidak dengan bantuan subsidi dari pemerintah
...
 eh maksudku subsidi dari negara, maka kepergian rekan-rekan doktor ini
 tentunya tidak terasa merugikan bangsa dan negara yg telah
mensubsidinya.
 tentunya banyak rakyat yg 'merasa' ikut telah mensubsidinya ... mungkin
 karena merasa sebagai pembayar pajak barangkali.
 namun ketika saat subsidi pendidikan dll mulai ditata kembali, seolah
kita
 kehilangan 'sesuatu' ...toh memang legitimasi subsidi menjadi sebuah
 keharusan penyelenggara negara karena undang-undang yang sudah disepakati
 bersama juga kenapa kok ya terjadi justru pada saat sekolah terasa
berat
 saat ini ... kenapa juga bertepatan dengan dosen yg telah dipersiapkan
dan
 diharapkan mendidik anak bangsa ini memilih mengajar di LN ... ya
barangkali
 bukan salah mereka yang pergi ... barangkali saja ...

 Mungkin kepergian doktor ini emang 'tidak selalu' hanya melulu karena
materi
 (gaji, atau sertifikasi penghargaan profesi dll)
 tetapi aku jelas ngga dapat menggunakan argumentasi 'anomali' ini utk
 melegitimasi kepergiannya ... karena barangkali saja di benak pak doktor
ini
 akan lebih bermanfaat buat umat manusia yg lebih mendunia ketimbang
tetep
 berada di negeri yg sudah morat-marit ini ... karena argumentasi
fasilitas
 penelitian hanya ada disana, fasilitas alat ada hanya ada disana, seperti
 Pak habibie sendiri yg lebih suka tinggal di LN, juga agak aneh anak HBB
pun
 tidak 'diterima' dinegeri sendiri ... karena 'bau' kkn.
 Namun sangat jelas para doktor ini diharapkan menjadi pendidik je 
 diharapkan memberikan 'sedikit' ilmunya utk ditularkan ke muridnya.

 Mungkin memang tidak selalu karena materi  walopun kalo dibaca ulang
 alasan materi ini selalu saja muncul disetiap tulisan kegerahan ini.
walopun
 aku ya kadang heran ... apakah karena kecemburuan antar profesi ...
 kecemburuan antar status kepegawaian  semoga bukan karena tidak
 menguntungkan dirinya maka yg menguntungkan dianggap yang paling benar
 ( ... juga semoga bukan karena ngga bisa ngeliat temennya seneng dan
sukses
 ...
 yang jadi dosen ngiri sama yang kerja jadi wirausaha  :(
 yang jadi dokter ngiri sama insinyur ... :(
 si ekonom ngiri sama dokter bedah ... :(
 yang kerja di swasta sebel karena ketidak adilan penghargaan profesinya
 karena dibanding dengan si'bule' 
 yang kerja menjadi PNS (BUMN) 'ngiri' kalo dibanding

RE: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-22 Terurut Topik Musakti, Oki

Kalau terlalu sebentar di satu tempat (sebelum pindah lagi) berarti Cuma
'quick scan' instead of 'in depth reading'
Gitu Guh...?

Oki

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, 23 June 2003 09:05
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


Kalau kita melihatnya dari sudut pandang seperti ini boleh tidak ?

DUNIA ITU BISA DIIBARATKAN SEBUAH BUKU, BILA KITA TIDAK PERNAH
MELANGLANG
BUANA, IBARATNYA KITA INI
HANYA MEMBACA SATU HALAMAN SAJA DARI BUKU TERSEBUT

Salam,
Teguh


 

  [EMAIL PROTECTED]

  mTo:
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]

   cc:

  06/23/2003 09:33 Subject:  RE:
[iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

  AM

  Please respond to

  iagi-net

 

 





rumput halaman tetangga lebih hijau dari rumput halaman rumah sendiri ..
(tidak di beri pupuk)
salam,
didik

-Original Message-
From: wati [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 23, 2003 8:26 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; Rovicky Dwi Putrohari
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


Lebih menyedihkan, hanya karena ingin mendapat gelar doktor di LN,
mahasiswa
kita ikhlas meneliti di daerah LN dengan topik disertasi pesanan
profesornya
atau penerapan hasil pengalaman riset di DN. Jumpa jenis ini, gimana ya?
Masih terkait, saya himbau untuk form registrasi IAGI, tolong
pertimbangkan
lagi, isian pada baris: lulusan DN atau LN, diganti dengan: Sebutkan
universitasnya.
Salam,

- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, June 22, 2003 8:57 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


 kalo saja dulu ketika kuliah mengambil sarjana hingga doktor dan
sekolah
 disini dengan biaya sendiri tidak dengan bantuan subsidi dari
pemerintah
...
 eh maksudku subsidi dari negara, maka kepergian rekan-rekan doktor ini
 tentunya tidak terasa merugikan bangsa dan negara yg telah
mensubsidinya.
 tentunya banyak rakyat yg 'merasa' ikut telah mensubsidinya ...
mungkin
 karena merasa sebagai pembayar pajak barangkali.
 namun ketika saat subsidi pendidikan dll mulai ditata kembali, seolah
kita
 kehilangan 'sesuatu' ...toh memang legitimasi subsidi menjadi sebuah
 keharusan penyelenggara negara karena undang-undang yang sudah
disepakati
 bersama juga kenapa kok ya terjadi justru pada saat sekolah terasa
berat
 saat ini ... kenapa juga bertepatan dengan dosen yg telah dipersiapkan
dan
 diharapkan mendidik anak bangsa ini memilih mengajar di LN ... ya
barangkali
 bukan salah mereka yang pergi ... barangkali saja ...

 Mungkin kepergian doktor ini emang 'tidak selalu' hanya melulu karena
materi
 (gaji, atau sertifikasi penghargaan profesi dll)
 tetapi aku jelas ngga dapat menggunakan argumentasi 'anomali' ini utk
 melegitimasi kepergiannya ... karena barangkali saja di benak pak
doktor
ini
 akan lebih bermanfaat buat umat manusia yg lebih mendunia ketimbang
tetep
 berada di negeri yg sudah morat-marit ini ... karena argumentasi
fasilitas
 penelitian hanya ada disana, fasilitas alat ada hanya ada disana,
seperti
 Pak habibie sendiri yg lebih suka tinggal di LN, juga agak aneh anak
HBB
pun
 tidak 'diterima' dinegeri sendiri ... karena 'bau' kkn.
 Namun sangat jelas para doktor ini diharapkan menjadi pendidik je 
 diharapkan memberikan 'sedikit' ilmunya utk ditularkan ke muridnya.

 Mungkin memang tidak selalu karena materi  walopun kalo dibaca
ulang
 alasan materi ini selalu saja muncul disetiap tulisan kegerahan ini.
walopun
 aku ya kadang heran ... apakah karena kecemburuan antar profesi ...
 kecemburuan antar status kepegawaian  semoga bukan karena tidak
 menguntungkan dirinya maka yg menguntungkan dianggap yang paling benar
 ( ... juga semoga bukan karena ngga bisa ngeliat temennya seneng dan
sukses
 ...
 yang jadi dosen ngiri sama yang kerja jadi wirausaha  :(
 yang jadi dokter ngiri sama insinyur ... :(
 si ekonom ngiri sama dokter bedah ... :(
 yang kerja di swasta sebel karena ketidak adilan penghargaan
profesinya
 karena dibanding dengan si'bule' 
 yang kerja menjadi PNS (BUMN) 'ngiri' kalo dibanding dengan yg kerja
di
 swasta ...
 walopun aku jg masih heran kalo banyak PNS (BUMN) yg punya rumah
 'magrong-magrong' . (ah aku kok slalu suudzon saja ...)
 memang tidak mudah membandingkan pendapatan lawyer dengan engineer
 ndak sederhana membandingkan gaji PNS dengan swasta apalagi dengan
kerja
di
 LN ...

 hhmm kenapa bukan penghasilan yg dibandingkan :(  bagaimana dengan
 penghasilan perbulan ? Toh mereka di LN justru akan bekerja dengan
lebih
 'bersih' ... memperoleh pendapatan yang sesuai dengan gaji yg tertulis
dalam
 'slip gaji' bulanannya.

 semoga saja mereka mencari yang lebih 'bersih' dan lebih

RE: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-22 Terurut Topik Ukat Sukanta at CPI
Kalau saya harus mengerjakan S2 dan S3 dengan data dari Indonesia, S2 pun
mungkin sampai sekarang saya belum dapat. Data S3nya, saya tidak dapat di
Indonesia. 

Apalagi kalau yang membiayai sekolah bukan dari Pemerintah kita.. Yah
dapat izin untuk belajar.

Salam, 
US

-Original Message-
From: Sena Reksalegora [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 23, 2003 7:58 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


Maaf saya jadi bingung dengan komentar dibawah ini.
Karena sepengetahuan saya banyak universitas di LN yg
menawarkan program doktornya dengan topik/project yang
sudah jelas karena memang mungkin terkait dengan
sponsornya (pesanan). 

Kenapa jadi lebih menyedihkan, mohon penjelasan.

Salam,
-Sena
--- wati [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Lebih menyedihkan, hanya karena ingin mendapat gelar
 doktor di LN, mahasiswa
 kita ikhlas meneliti di daerah LN dengan topik
 disertasi pesanan profesornya
 atau penerapan hasil pengalaman riset di DN. Jumpa
 jenis ini, gimana ya?
 Masih terkait, saya himbau untuk form registrasi
 IAGI, tolong pertimbangkan
 lagi, isian pada baris: lulusan DN atau LN, diganti
 dengan: Sebutkan
 universitasnya.
 Salam,
 


__
Do you Yahoo!?
SBC Yahoo! DSL - Now only $29.95 per month!
http://sbc.yahoo.com

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]),
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-22 Terurut Topik Taufik Manan

Pak Ukat,

Saya jadi ingat periode 80-an dimana saat itu banyak dibuka Ikatan Dinas
Studi S2 di luar negeri.
Ini adalah proyek dari BPPT, IPTN, dan instansi pemerintah di bawah
Menristek saat itu Habibie.
Banyak mahasiswa kita saat itu yang berangkat ke luar negeri untuk program
itu termasuk beberapa kawan dekat saya.
Dari cerita mereka yang kembali, banyak yang tidak sesuai dengan
infrastruktur yang ada di Indonesia saat itu.
Sehingga ilmu yang mereka dapatkan (Master dan Doktor) banyak yang tidak
terapresiasi dengan baik.

Apakah tidak sebaiknya mereka setelah studi selesai di luar negeri (Master
dan Doktor) melanjutkan karir di sana.
Baru setelah sukses di sana mereka kembali ke dalam negeri untuk membangun
bangsa kita ini.
Bila secara kualitas dan kuantitas banyak, maka dampaknya akan significant
terhadap kemajuan bangsa kita.
Minimal tenaga mereka dapat menggantikan para ekspat kita sehingga devisa
negara kita tidak lari ke luar negeri.

Terima kasih.

Taufik Manan
===


   

Ukat Sukanta   

at CPI   To: [EMAIL PROTECTED] 
  
[EMAIL PROTECTED]   cc:   

com Subject: RE: [iagi-net-l] Malaysia 
Menculik Doktor-Doktor Indonesia   
   

06/23/2003 

09:44 AM   

Please respond 

to iagi-net

   

   





Kalau saya harus mengerjakan S2 dan S3 dengan data dari Indonesia, S2 pun
mungkin sampai sekarang saya belum dapat. Data S3nya, saya tidak dapat di
Indonesia.

Apalagi kalau yang membiayai sekolah bukan dari Pemerintah kita.. Yah
dapat izin untuk belajar.

Salam,
US

-Original Message-
From: Sena Reksalegora [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 23, 2003 7:58 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


Maaf saya jadi bingung dengan komentar dibawah ini.
Karena sepengetahuan saya banyak universitas di LN yg
menawarkan program doktornya dengan topik/project yang
sudah jelas karena memang mungkin terkait dengan
sponsornya (pesanan).

Kenapa jadi lebih menyedihkan, mohon penjelasan.

Salam,
-Sena
--- wati [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Lebih menyedihkan, hanya karena ingin mendapat gelar
 doktor di LN, mahasiswa
 kita ikhlas meneliti di daerah LN dengan topik
 disertasi pesanan profesornya
 atau penerapan hasil pengalaman riset di DN. Jumpa
 jenis ini, gimana ya?
 Masih terkait, saya himbau untuk form registrasi
 IAGI, tolong pertimbangkan
 lagi, isian pada baris: lulusan DN atau LN, diganti
 dengan: Sebutkan
 universitasnya.
 Salam,



__
Do you Yahoo!?
SBC Yahoo! DSL - Now only $29.95 per month!
http://sbc.yahoo.com

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]),
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])
-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL

Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-22 Terurut Topik IAGI Pusat
Jangan terlalu bangga bisa bekerja dinegara jiran, walaupun dibayar lebih
tinggi.  Informasi terbaru yang saya terima, tenaga ahli dari Indonesia
dinegara jiran hanya dianggap sebagai kaki-tangan.  Hasil karya dari
tenaga ahli Indonesia akan dicaplok dan disebut sebagai hasil karya tenaga
lokal.  Nama tenaga ahli Indonesia itu akan hilang dari Laporan Proyek.  Hal
ini telah terjadi pada beberapa orang Indonesia.  Kesimpulan umum dari
seorang teman, sejak kejatuhan Suharto, orang Indonesia sangat dilecehkan
dinegara jiran.  Mreka berani kurang ajar atau sewenang-wenang terhadap
orang Indonesia, mungkin karena tahu tidak akan dibela oleh pemerintah.

Sofyadi Roezin

- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, June 23, 2003 8:33 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


 rumput halaman tetangga lebih hijau dari rumput halaman rumah sendiri ..
 (tidak di beri pupuk)
 salam,
 didik

 -Original Message-
 From: wati [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, June 23, 2003 8:26 AM
 To: [EMAIL PROTECTED]; Rovicky Dwi Putrohari
 Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


 Lebih menyedihkan, hanya karena ingin mendapat gelar doktor di LN,
mahasiswa
 kita ikhlas meneliti di daerah LN dengan topik disertasi pesanan
profesornya
 atau penerapan hasil pengalaman riset di DN. Jumpa jenis ini, gimana ya?
 Masih terkait, saya himbau untuk form registrasi IAGI, tolong
pertimbangkan
 lagi, isian pada baris: lulusan DN atau LN, diganti dengan: Sebutkan
 universitasnya.
 Salam,

 - Original Message -
 From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Sunday, June 22, 2003 8:57 AM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


  kalo saja dulu ketika kuliah mengambil sarjana hingga doktor dan sekolah
  disini dengan biaya sendiri tidak dengan bantuan subsidi dari pemerintah
 ...
  eh maksudku subsidi dari negara, maka kepergian rekan-rekan doktor ini
  tentunya tidak terasa merugikan bangsa dan negara yg telah
 mensubsidinya.
  tentunya banyak rakyat yg 'merasa' ikut telah mensubsidinya ... mungkin
  karena merasa sebagai pembayar pajak barangkali.
  namun ketika saat subsidi pendidikan dll mulai ditata kembali, seolah
kita
  kehilangan 'sesuatu' ...toh memang legitimasi subsidi menjadi sebuah
  keharusan penyelenggara negara karena undang-undang yang sudah
disepakati
  bersama juga kenapa kok ya terjadi justru pada saat sekolah terasa
 berat
  saat ini ... kenapa juga bertepatan dengan dosen yg telah dipersiapkan
dan
  diharapkan mendidik anak bangsa ini memilih mengajar di LN ... ya
 barangkali
  bukan salah mereka yang pergi ... barangkali saja ...
 
  Mungkin kepergian doktor ini emang 'tidak selalu' hanya melulu karena
 materi
  (gaji, atau sertifikasi penghargaan profesi dll)
  tetapi aku jelas ngga dapat menggunakan argumentasi 'anomali' ini utk
  melegitimasi kepergiannya ... karena barangkali saja di benak pak doktor
 ini
  akan lebih bermanfaat buat umat manusia yg lebih mendunia ketimbang
 tetep
  berada di negeri yg sudah morat-marit ini ... karena argumentasi
fasilitas
  penelitian hanya ada disana, fasilitas alat ada hanya ada disana,
seperti
  Pak habibie sendiri yg lebih suka tinggal di LN, juga agak aneh anak HBB
 pun
  tidak 'diterima' dinegeri sendiri ... karena 'bau' kkn.
  Namun sangat jelas para doktor ini diharapkan menjadi pendidik je 
  diharapkan memberikan 'sedikit' ilmunya utk ditularkan ke muridnya.
 
  Mungkin memang tidak selalu karena materi  walopun kalo dibaca ulang
  alasan materi ini selalu saja muncul disetiap tulisan kegerahan ini.
 walopun
  aku ya kadang heran ... apakah karena kecemburuan antar profesi ...
  kecemburuan antar status kepegawaian  semoga bukan karena tidak
  menguntungkan dirinya maka yg menguntungkan dianggap yang paling benar
  ( ... juga semoga bukan karena ngga bisa ngeliat temennya seneng dan
 sukses
  ...
  yang jadi dosen ngiri sama yang kerja jadi wirausaha  :(
  yang jadi dokter ngiri sama insinyur ... :(
  si ekonom ngiri sama dokter bedah ... :(
  yang kerja di swasta sebel karena ketidak adilan penghargaan profesinya
  karena dibanding dengan si'bule' 
  yang kerja menjadi PNS (BUMN) 'ngiri' kalo dibanding dengan yg kerja di
  swasta ...
  walopun aku jg masih heran kalo banyak PNS (BUMN) yg punya rumah
  'magrong-magrong' . (ah aku kok slalu suudzon saja ...)
  memang tidak mudah membandingkan pendapatan lawyer dengan engineer
  ndak sederhana membandingkan gaji PNS dengan swasta apalagi dengan kerja
 di
  LN ...
 
  hhmm kenapa bukan penghasilan yg dibandingkan :(  bagaimana dengan
  penghasilan perbulan ? Toh mereka di LN justru akan bekerja dengan lebih
  'bersih' ... memperoleh pendapatan yang sesuai dengan gaji yg tertulis
 dalam
  'slip gaji' bulanannya.
 
  semoga saja mereka mencari yang lebih 'bersih' dan lebih 'mengharumkan'
 nama

Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-22 Terurut Topik Shofiyuddin Thoha

Menyedihkan sekale ya (kalau ini benar, turut berduka cita).
Di negeri tercinta dia di sia siakan, di negeri seberang cuma jadi kaki
tangan .
Tapi kira kira yang kayak gitu berapa persen seh?

shofi




   

IAGI Pusat   

[EMAIL PROTECTED]   To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL 
PROTECTED]   
et.id   cc:   

 Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia 
Menculik Doktor-Doktor Indonesia   
06/23/2003 

10:34 AM   

Please respond 

to iagi-net

   

   





Jangan terlalu bangga bisa bekerja dinegara jiran, walaupun dibayar lebih
tinggi.  Informasi terbaru yang saya terima, tenaga ahli dari Indonesia
dinegara jiran hanya dianggap sebagai kaki-tangan.  Hasil karya dari
tenaga ahli Indonesia akan dicaplok dan disebut sebagai hasil karya tenaga
lokal.  Nama tenaga ahli Indonesia itu akan hilang dari Laporan Proyek.
Hal
ini telah terjadi pada beberapa orang Indonesia.  Kesimpulan umum dari
seorang teman, sejak kejatuhan Suharto, orang Indonesia sangat dilecehkan
dinegara jiran.  Mreka berani kurang ajar atau sewenang-wenang terhadap
orang Indonesia, mungkin karena tahu tidak akan dibela oleh pemerintah.

Sofyadi Roezin






-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-21 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
kalo saja dulu ketika kuliah mengambil sarjana hingga doktor dan sekolah
disini dengan biaya sendiri tidak dengan bantuan subsidi dari pemerintah ...
eh maksudku subsidi dari negara, maka kepergian rekan-rekan doktor ini
tentunya tidak terasa merugikan bangsa dan negara yg telah mensubsidinya.
tentunya banyak rakyat yg 'merasa' ikut telah mensubsidinya ... mungkin
karena merasa sebagai pembayar pajak barangkali.
namun ketika saat subsidi pendidikan dll mulai ditata kembali, seolah kita
kehilangan 'sesuatu' ...toh memang legitimasi subsidi menjadi sebuah
keharusan penyelenggara negara karena undang-undang yang sudah disepakati
bersama juga kenapa kok ya terjadi justru pada saat sekolah terasa berat
saat ini ... kenapa juga bertepatan dengan dosen yg telah dipersiapkan dan
diharapkan mendidik anak bangsa ini memilih mengajar di LN ... ya barangkali
bukan salah mereka yang pergi ... barangkali saja ...

Mungkin kepergian doktor ini emang 'tidak selalu' hanya melulu karena materi
(gaji, atau sertifikasi penghargaan profesi dll)
tetapi aku jelas ngga dapat menggunakan argumentasi 'anomali' ini utk
melegitimasi kepergiannya ... karena barangkali saja di benak pak doktor ini
akan lebih bermanfaat buat umat manusia yg lebih mendunia ketimbang tetep
berada di negeri yg sudah morat-marit ini ... karena argumentasi fasilitas
penelitian hanya ada disana, fasilitas alat ada hanya ada disana, seperti
Pak habibie sendiri yg lebih suka tinggal di LN, juga agak aneh anak HBB pun
tidak 'diterima' dinegeri sendiri ... karena 'bau' kkn.
Namun sangat jelas para doktor ini diharapkan menjadi pendidik je 
diharapkan memberikan 'sedikit' ilmunya utk ditularkan ke muridnya.

Mungkin memang tidak selalu karena materi  walopun kalo dibaca ulang
alasan materi ini selalu saja muncul disetiap tulisan kegerahan ini. walopun
aku ya kadang heran ... apakah karena kecemburuan antar profesi ...
kecemburuan antar status kepegawaian  semoga bukan karena tidak
menguntungkan dirinya maka yg menguntungkan dianggap yang paling benar
( ... juga semoga bukan karena ngga bisa ngeliat temennya seneng dan sukses
...
yang jadi dosen ngiri sama yang kerja jadi wirausaha  :(
yang jadi dokter ngiri sama insinyur ... :(
si ekonom ngiri sama dokter bedah ... :(
yang kerja di swasta sebel karena ketidak adilan penghargaan profesinya
karena dibanding dengan si'bule' 
yang kerja menjadi PNS (BUMN) 'ngiri' kalo dibanding dengan yg kerja di
swasta ...
walopun aku jg masih heran kalo banyak PNS (BUMN) yg punya rumah
'magrong-magrong' . (ah aku kok slalu suudzon saja ...)
memang tidak mudah membandingkan pendapatan lawyer dengan engineer
ndak sederhana membandingkan gaji PNS dengan swasta apalagi dengan kerja di
LN ...

hhmm kenapa bukan penghasilan yg dibandingkan :(  bagaimana dengan
penghasilan perbulan ? Toh mereka di LN justru akan bekerja dengan lebih
'bersih' ... memperoleh pendapatan yang sesuai dengan gaji yg tertulis dalam
'slip gaji' bulanannya.

semoga saja mereka mencari yang lebih 'bersih' dan lebih 'mengharumkan' nama
Indonesia
semoga

Salam
RDP

Mungkin subsidi sudah pantas dicabut ...walopun terasa perih !... .. bangsa
ini apa ya  masih harus terus prihatin ?

- Original Message -
From: Ade Kadarusman [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, June 21, 2003 8:02 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


 Yah..terpakso ikut bicara, merasa tersindirseeh.

 Sebenarnya kasus pembelotan doktor lulusan LN bukan berita baru, sudah
 dimulai sejak
 jaman Habiebie dan Ginanjar. Cuma sejak krismon, jumlah mereka yang
 membelot, yang enggak pulang2 atau diculik (apapun istilahnya) bertambah
 banyak dan lebih terbuka.
 Hampir sebagian besar mereka bekerja di Instansi pemerintah (termasuk
BUMN),
 di beberapa Instansi memang resmi mengijinkan (si doktor ini mengajukan
ijin
 resmi), tetapi banyak juga Instansi yang tidak mengijinkan. Untuk kasus
 terakhir, banyak yang membelot,
 dan tidak jelas statusnya (bekerja di LN tapi status PNS-nya tidak
hilang).
 Buat Instansi pemerintah sendiri adalah sebuah dilemma yang
berkepanjangan,
 kalaupun mereka dikeluarkan
 (trus ada penggantian biaya pendidikan sekalipun), buat Instansi
pemerintah
 adalah suatu
 kerugian besar, sebuah aset SDM yang tinggi. Tetapi disuruh tinggal di DN
 dengan gaji yang tidak layak, sungguh tidak manusiawi...he..he..he..he...

 Kuncinya seeh, mereka doktor yang kembali ke DN..harus KREATIF, terus
 berusaha
 meningkatkan pengetahuannya dan terbuka untuk mengerjakan apapun yang
 tersedia di DN.
 Banyak kawan-kawan saya yang menampik bekerja di LN, padahal gaji tinggi
 dengan
 standard bule!, tetapi mereka akhirnya bisa sukses di DN, tetapi memang
 melaui masa transisi
 yang sulithe..he..he...

 Saya akui mungkin driver-nya pertama kali karena gaji yang tinggi, tapi
 kemudian gaji tsb menjadi tidak ada artinya, karena kesempatan dan
 penghargaan yang diberikan oleh
 Institusi LN kepada mereka, menjadikan

Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-20 Terurut Topik iwan . busono

 Saya pribadi setuju dengan mas Arief. Saya kurang sependapat kalau
alasanan utama orang bekerja di LN adalah semata-mata uang...saya
lebih percaya kalau pengakuan dan tantangan adalah yang utama. Orang akan
senang dan puas bekerja bila hasilnya diakui dan mempunyai tantangan yang
menarik ...tentu saja penghasilan yang baik merupakan kompensasi dari
pengakuan tsb. Walau di gaji tinggi, tapi kalau tiap hari tidak ada
tantangan, saya yakin banyak orang (yang masih sehat) akan mencari
pekerjaan lain. Saya justru bangga sekali apabila tenaga kerja profesional
kita dapat bekerja dan diakui dinegara lainkarena secara patriotisme,
justru akan mengharumkan nama bangsa.mereka jelas lebih patriotis
dibandingkan orang yang tetap di indonesia, dan mengkritik tiap hari, tapi
sebenarnya justru menggerogoti...misalnya ya politikus
kita.sekian...



Arif Wibowo [EMAIL PROTECTED]
06/20/2003 02:20 PM
Please respond to iagi-net


To:
[EMAIL PROTECTED]


cc:



bcc:



Subject:
Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia





Bukan Malaysia menculik dan bukan dosen-dosen itu tidak nasionalis.  Para
dosen itu juga profesional yang perlu sertifikasi. Harga tertinggi yang
dibayar oleh pasar itulah sertifikasi  sejati. Saya sebagai orang Indonesia
sangat bangga jika dosen-dosen  dengan kebangsaan /warga negara Indonesia
ada yang di bayar termahal di dunia entah itu bekerja di luar atau di dalam
Indonesia.

Harga 9 bahan pokok boleh diatur oleh pemerintah, tetapi harga profesional
tidak bisa diatur oleh pemerintah. Kreatifitas dan inovasi tentu sudah
selayaknya mendapatkan harga pasar yang bebas.

Mudah2 an para profesional Indonesia di sono dibayar sesuai value added
yang
diterima oleh pemberi kerja dan bukannya dibayar dengan harga rata sekedar
lebih banyak daripada bekerja di Indonesia.

Wassalam,

AW



-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-20 Terurut Topik Arif Wibowo
Bukan Malaysia menculik dan bukan dosen-dosen itu tidak nasionalis.  Para
dosen itu juga profesional yang perlu sertifikasi. Harga tertinggi yang
dibayar oleh pasar itulah sertifikasi  sejati. Saya sebagai orang Indonesia
sangat bangga jika dosen-dosen  dengan kebangsaan /warga negara Indonesia
ada yang di bayar termahal di dunia entah itu bekerja di luar atau di dalam
Indonesia.

Harga 9 bahan pokok boleh diatur oleh pemerintah, tetapi harga profesional
tidak bisa diatur oleh pemerintah. Kreatifitas dan inovasi tentu sudah
selayaknya mendapatkan harga pasar yang bebas.

Mudah2 an para profesional Indonesia di sono dibayar sesuai value added yang
diterima oleh pemberi kerja dan bukannya dibayar dengan harga rata sekedar
lebih banyak daripada bekerja di Indonesia.

Wassalam,

AW




- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, June 20, 2003 1:02 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


 Emang kenapa musti kerja di Indonesia sih ?
 Patriotisme ?
 Nasionalisme ?
 ah, Bhinnneka tunggal ika jugak  walopun berbeda-beda tetep
urusannya duit jugak  :(

 Oke dah sekarang kita lihat saja apakah Uni-Uni di Indonesia ini efisien ?
Bagaimana bisa efisien kalo masing-masing jurusan punya lab komputer
sendiri2, punya alat sendiri2, masing2 fakultas punya dosen pengajar
matematik dan fisika sendiri. Biaya pemeliharaannya juga sendiri2?
 Berapa kali lab komputer itu dipakai ?
 Kalao saja hanya satu lab komputer yg dikelola Uni kemudian diatur
gilirannya barangkali lebih efisien.

 Juga coba liat bahan kimia yg dipakai utk praktikum geologi. Coba tanya
dimana belinya ? di Toko ?
 Kenapa engga minta Fakultas MIPA kimia membuatnya ? Kan itu kompetensinya
Fak T Kimia. Walopun lebih mahal dikit mustinya kalo Lab Kimia terbiasa
bikin sendiri makin lama akan makin murah. Tapi yg sinis akan bilang ...
biasanya lab Kimianya nanti juga 'kulakan' di pasar ... wuah gawath deh.

 Ada ungkapan sinis yg sering kudenger Ah ujung efisiensi kalo engga
karena goblok berarti ya ada KKN ... 
 apa iya seeh ? Bagaimana kalo mismanagement ?

 Pak doktor tentu juga pingin kaya kan ? ... wajar lah
 Aku ngga tau dalam kasus penculikan ini pak doktor ini sebagai korbannya
atau pelakunya seeh ?

 Pak doktor ... kacian deh loe .. :(

 RDP

 Ternyata tidak cuma geologist yang didatangkan dari
Indonesia..:D...Inilah
 yang akan terjadi jika ingin mendapatkan yang terbaik tapi cuma mau bayar
 murah. Cara 'terbaik' untuk menarik perhatian pemerintah terhadap
 kesejahteraan para dosen kita???
 min
 
 Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
 19 Jun 2003 21:33:27 WIB

 -
 To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

 Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
 Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
 Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
 -



-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-20 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Emang kenapa musti kerja di Indonesia sih ?
Patriotisme ?
Nasionalisme ?
ah, Bhinnneka tunggal ika jugak  walopun berbeda-beda tetep urusannya duit jugak 
 :(

Oke dah sekarang kita lihat saja apakah Uni-Uni di Indonesia ini efisien ? Bagaimana 
bisa efisien kalo masing-masing jurusan punya lab komputer sendiri2, punya alat 
sendiri2, masing2 fakultas punya dosen pengajar matematik dan fisika sendiri. Biaya 
pemeliharaannya juga sendiri2?
Berapa kali lab komputer itu dipakai ?
Kalao saja hanya satu lab komputer yg dikelola Uni kemudian diatur gilirannya 
barangkali lebih efisien.

Juga coba liat bahan kimia yg dipakai utk praktikum geologi. Coba tanya dimana belinya 
? di Toko ?
Kenapa engga minta Fakultas MIPA kimia membuatnya ? Kan itu kompetensinya Fak T Kimia. 
Walopun lebih mahal dikit mustinya kalo Lab Kimia terbiasa bikin sendiri makin lama 
akan makin murah. Tapi yg sinis akan bilang ... biasanya lab Kimianya nanti juga 
'kulakan' di pasar ... wuah gawath deh.

Ada ungkapan sinis yg sering kudenger Ah ujung efisiensi kalo engga karena goblok 
berarti ya ada KKN ... 
apa iya seeh ? Bagaimana kalo mismanagement ?

Pak doktor tentu juga pingin kaya kan ? ... wajar lah
Aku ngga tau dalam kasus penculikan ini pak doktor ini sebagai korbannya atau 
pelakunya seeh ?

Pak doktor ... kacian deh loe .. :(

RDP

Ternyata tidak cuma geologist yang didatangkan dari Indonesia..:D...Inilah
yang akan terjadi jika ingin mendapatkan yang terbaik tapi cuma mau bayar
murah. Cara 'terbaik' untuk menarik perhatian pemerintah terhadap
kesejahteraan para dosen kita???
min 

Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
19 Jun 2003 21:33:27 WIB

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-20 Terurut Topik Franciscus Sinartio
Loh ini kan bukan berita baru.
sejak dulu juga banyak.
kalau tidak salah ada Doktor Geology yang akhir nya balik lagi ke sini dan 
aktif di milis ini.
saya pikir ini adalah  career development yang bagus, apalagi kalau balik ke 
Indonesia setelah beberapa saat di sana.
good luck untuk yang mau bekerja di luar negeri.  harap tetap aktif di milis 
ini untuk berdiskusi walaupun jauh di negeri orang.

fbs



From: Minarwan [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
To: '[EMAIL PROTECTED]' [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
Date: Fri, 20 Jun 2003 04:55:28 +0100
Ternyata tidak cuma geologist yang didatangkan dari Indonesia..:D...Inilah
yang akan terjadi jika ingin mendapatkan yang terbaik tapi cuma mau bayar
murah. Cara 'terbaik' untuk menarik perhatian pemerintah terhadap
kesejahteraan para dosen kita???
min
Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
19 Jun 2003 21:33:27 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional, Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan bahwa banyak
orang pintar Indonesia yang mendapat gelar doktor dari luar negeri, yang
kemudian memilih tinggal dan bekerja di Malaysia, Singapura atau Brunei.
Parahnya, mereka ini yang benar-benar jago-jago. Doktor-doktor lulusan
Yale,
Cranfield, Stanford, MIT dan lain-lain, ujar Satryo ketika ditemui seusai
acara Seminar Nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi di Komplek
Bidakara,
Jakarta, Kamis (19/6) siang.
Menurut Satryo, mereka yang kabur ini semuanya adalah doktor bidang ilmu
eksakta seperti teknik, fisika, computer dan sejenisnya. Data yang pada
pihak
Dikti, saat ini sekitar 20-an doktor Indonesia lulusan luar negeri telah
diculik Malaysia. Sisanya, sekitar 2-3 orang bekerja di Brunei dan
sekitar
lima orang bekerja di Singapura, katanya.
Eksodus orang-orang jenius ini, menurut Satryo, disebabkan PTN tempat 
mereka

bekerja sebelumnya tidak mampu memberikan renumerasi yang layak. Guru 
besar

(profesor) seperti saya hanya menerima Rp 2,5 juta per bulan. Sementara 
gaji

mereka di Malaysia, kalau dikonversi ke rupiah, sekitar Rp 50 juta per
bulan.
Itu belum termasuk fasilitas perumahan dan pendidikan gratis untuk anak
mereka, katanya dengan senyum miris.
Selain alasan renumerasi, banyak dari mereka yang merasa membutuhkan 
situasi

tempat kerja yang benar-benar membawa tantangan. Mereka, kata Satryo, ingin
sekali agar ilmu yang mereka dapatkan benar-benar dapat didayagunakan 
secara

optimal.

Dan harus diakui, Malaysia dan Negara-negara lain mampu menghadirkan hal
tersebut, ujar Satryo. Salah satunya contohnya, adalah Malaysia saat ini
telah mengembangkan Pusat Biotech Valley di Petaling Jaya, Kuala Lumpur,
semacam Silicon Valley di Amerika Serikat.
Pihaknya, menurut Satryo, sebenarnya sudah mencoba habis-habisan untuk
membujuk mereka tetap tinggal. Tetapi karena kebanyakan dari mereka sudah
menyelesaikan ikatan dinas mengajar selama sembilan tahun, maka ia tidak
punya
kekuasaan untk menahan.
Bahkan saat ini saya sudah menerima 20-an permohonan ijin dari
doktor-doktor
lain untuk bekerja di Malaysia. Bahkan perusahaan disana, sudah bersedia
mengganti biaya kompensasi beassiwa pendidikan dan ikatan dinas yang sudah
dibayar pemerintah, katanya lagi-lagi dengan nada miris.
Padahal biaya yang telah dikeluarkan pihak penyedia dana di luar negeri
(tempat belajar sebelumnya) dan pemerintah tidaklah sedikit. Untuk satu
tahun
pendidikan doktor di luar negeri, mereka bisa menghabiskan biaya sekitar US
$
30 ribu, ujar Satryo.
Satryo menilai, hal ini harus mendapat perhatian yang serius karena kalau
ini
dibiarkan, Indonesia akan kehilangan banyak SDM berkualitas yang notebene
tidak mudah untuk menghasilkannya. Sementara Malaysia yang akan
ongkang-ongkang kaki menikmati kerja keras kita, ujarnya.
Pihak Dikti sebenarnya hendak mengusulkan agar pemerintah melakukan langkah
khusus dengan meluncurkan crash program untuk memperbaiki renumerasi 
mereka.

Banyak dari mereka yang bicara sama saya, asalkan digaji Rp 7 juta 
sebulan,

mereka mau bekerja di sini, kata Satryo. Ia mengusulkan dana yang diterima
Dirjen Dikti yang hanya Rp 4 milliar pertahun, menjadi Rp 14 milliar
pertahun.




***  Private and Confidential   ***
The information in this email is confidential and is intended only for the 
person(s) named.
Any other distribution, copying or disclosure is prohibited. If you are not 
the intended recipient,
please notify the sender immediately or telephone Premier Oil on +44 (0) 20 
7730 

_
Add photos to your messages with MSN 8. Get 2 months FREE*. 
http://join.msn.com/?page=features/featuredemail

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI

Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-20 Terurut Topik SYARIFUDDIN Noor
 pada negara kamu. Hemat dulu dong kalau mau
minta
 keringanan utang. Saya yakin mereka bukan tamu negara sebab pemerintah
 kami sangat sederhana kalau memberikan jamuan,'' paparnya emosi.

 Siapa yang membiayai pengeluaran itu semua. Kantong sendiri? Kaya
sekali
 para anggota majelis ini! Anggaran negara? Boros amat KBRI! Mana ada
duit
 sebesar itu.

 Swasta? Siapa? Apa kepentingannya? Kabarnya, sebuah bank negara papan
atas
 dan terbesar menyumbang pembiayaan itu-entah sebagai uang
entertainment,
 atau terkait tujuan politis tertentu, ataukah dengan tekanan.
 Huwallahhuallambisawab!

 Yang jelas, Ketua MPR Amien Rais, ketika berpidato di hadapan tukang
becak
 di Makasssar pekan lalu, menyerukan agar dalam pemilu nanti jangan
memilih
 partai yang anggotanya suka jalan-jalan ke luar negeri. Bahkan,
Presiden
 Megawati juga berpesan agar kita semua hidup sederhana.

 Rakyat berharap kepergian para pejabat ke luar negeri untuk tujuan yang
 mulia, misalnya melakukan lobi guna memecahkan kesulitan negara. Yang
 terjadi kok malah sebaliknya?

 Oleh: Rofikoh Rokhim
 Wartawan Bisnis Indonesia

 © Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in
 whole or in part without permission is prohibited.







Minarwan [EMAIL PROTECTED]
20/06/2003 10:55 AM
Please respond to iagi-net

 
To: '[EMAIL PROTECTED]' [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


Ternyata tidak cuma geologist yang didatangkan dari Indonesia..:D...Inilah
yang akan terjadi jika ingin mendapatkan yang terbaik tapi cuma mau bayar
murah. Cara 'terbaik' untuk menarik perhatian pemerintah terhadap
kesejahteraan para dosen kita???
min 

Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
19 Jun 2003 21:33:27 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen 

Pendidikan Nasional, Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan bahwa banyak 

orang pintar Indonesia yang mendapat gelar doktor dari luar negeri, yang 
kemudian memilih tinggal dan bekerja di Malaysia, Singapura atau Brunei. 
Parahnya, mereka ini yang benar-benar jago-jago. Doktor-doktor lulusan
Yale, 
Cranfield, Stanford, MIT dan lain-lain, ujar Satryo ketika ditemui seusai 

acara Seminar Nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi di Komplek
Bidakara, 
Jakarta, Kamis (19/6) siang.

Menurut Satryo, mereka yang kabur ini semuanya adalah doktor bidang ilmu 
eksakta seperti teknik, fisika, computer dan sejenisnya. Data yang pada
pihak 
Dikti, saat ini sekitar 20-an doktor Indonesia lulusan luar negeri telah 
diculik Malaysia. Sisanya, sekitar 2-3 orang bekerja di Brunei dan
sekitar 
lima orang bekerja di Singapura, katanya.

Eksodus orang-orang jenius ini, menurut Satryo, disebabkan PTN tempat 
mereka

bekerja sebelumnya tidak mampu memberikan renumerasi yang layak. Guru 
besar

(profesor) seperti saya hanya menerima Rp 2,5 juta per bulan. Sementara 
gaji

mereka di Malaysia, kalau dikonversi ke rupiah, sekitar Rp 50 juta per
bulan. 
Itu belum termasuk fasilitas perumahan dan pendidikan gratis untuk anak 
mereka, katanya dengan senyum miris.

Selain alasan renumerasi, banyak dari mereka yang merasa membutuhkan 
situasi

tempat kerja yang benar-benar membawa tantangan. Mereka, kata Satryo, 
ingin 
sekali agar ilmu yang mereka dapatkan benar-benar dapat didayagunakan 
secara

optimal.

Dan harus diakui, Malaysia dan Negara-negara lain mampu menghadirkan hal 
tersebut, ujar Satryo. Salah satunya contohnya, adalah Malaysia saat ini 
telah mengembangkan Pusat Biotech Valley di Petaling Jaya, Kuala Lumpur, 
semacam Silicon Valley di Amerika Serikat.

Pihaknya, menurut Satryo, sebenarnya sudah mencoba habis-habisan untuk 
membujuk mereka tetap tinggal. Tetapi karena kebanyakan dari mereka sudah 
menyelesaikan ikatan dinas mengajar selama sembilan tahun, maka ia tidak
punya 
kekuasaan untk menahan.

Bahkan saat ini saya sudah menerima 20-an permohonan ijin dari
doktor-doktor 
lain untuk bekerja di Malaysia. Bahkan perusahaan disana, sudah bersedia 
mengganti biaya kompensasi beassiwa pendidikan dan ikatan dinas yang sudah 

dibayar pemerintah, katanya lagi-lagi dengan nada miris.

Padahal biaya yang telah dikeluarkan pihak penyedia dana di luar negeri 
(tempat belajar sebelumnya) dan pemerintah tidaklah sedikit. Untuk satu
tahun 
pendidikan doktor di luar negeri, mereka bisa menghabiskan biaya sekitar 
US
$ 
30 ribu, ujar Satryo.

Satryo menilai, hal ini harus mendapat perhatian yang serius karena kalau
ini 
dibiarkan, Indonesia akan kehilangan banyak SDM berkualitas yang notebene 
tidak mudah untuk menghasilkannya. Sementara Malaysia yang akan 
ongkang-ongkang kaki menikmati kerja keras kita, ujarnya.

Pihak Dikti sebenarnya hendak mengusulkan agar pemerintah melakukan 
langkah 
khusus dengan meluncurkan crash program untuk memperbaiki renumerasi 
mereka.

Banyak dari mereka yang bicara sama saya, asalkan digaji Rp 7 juta 
sebulan,

mereka mau bekerja di sini, kata Satryo. Ia

RE: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-20 Terurut Topik Istadi, Bambang P
Ulasan rekan Arif menarik sekali.  Bukan saja diculik Malaysia, tapi juga disandra 
negara2 Eropa barat dan Amerika.  Di IATMI Houston saja minimal ada 6 anggota/ 
pengurus bergelar doktor yang sedang menggali pengalaman disini.  Saya pikir driver 
nya bukan hanya karena uang, tapi kesempatan dan penghargaan yang diberikan. Equal 
opportunity ! Kalau memang memiliki ketrampilan dan kemampuan, para doktor tersebut 
(dan juga para profesional lainnya), pasti mendapatkan penghargaan yang setimpal.  Hal 
ini juga yang mungkin menyebabkan banyak rekan yang ikut program tugas belajar semasa 
Habibie menristek membelot dan tidak mau pulang ke tanah air (termaksud beberapa 
yang saya kenal). 

Selama ini yang kita lihat di Indonesia ada jurang pemisah,... kalau expat harus dapat 
penghargaan yang jauh lebih tinggi, kalau orang Indonesia,.. meskipun berpendidikan 
lebih tinggi dan berkemampuan/ pengalaman lebih banyak,.. belum tentu dapat 
penghargaan yang sama. Argumentasinya adalah sesuai dengan harga pasar tapi, apa 
iyaa jumlah doktor dan profesional sudah jenuh ? atau supply memang lebih banyak 
daripada demand ?  Siapa yang buat aturan ini ? salah siapakah ini ?  mungkin kita 
sendiri.
wass.

Bambang Istadi
ConocoPhillips Inc.
New Ventures Exploration
+1-281-293-3763


-Original Message-
From: Arif Wibowo [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, June 20, 2003 2:21 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia


Bukan Malaysia menculik dan bukan dosen-dosen itu tidak nasionalis.  Para
dosen itu juga profesional yang perlu sertifikasi. Harga tertinggi yang
dibayar oleh pasar itulah sertifikasi  sejati. Saya sebagai orang Indonesia
sangat bangga jika dosen-dosen  dengan kebangsaan /warga negara Indonesia
ada yang di bayar termahal di dunia entah itu bekerja di luar atau di dalam
Indonesia.

Harga 9 bahan pokok boleh diatur oleh pemerintah, tetapi harga profesional
tidak bisa diatur oleh pemerintah. Kreatifitas dan inovasi tentu sudah
selayaknya mendapatkan harga pasar yang bebas.

Mudah2 an para profesional Indonesia di sono dibayar sesuai value added yang
diterima oleh pemberi kerja dan bukannya dibayar dengan harga rata sekedar
lebih banyak daripada bekerja di Indonesia.

Wassalam,

AW



-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-20 Terurut Topik Ade Kadarusman
Yah..terpakso ikut bicara, merasa tersindirseeh.

Sebenarnya kasus pembelotan doktor lulusan LN bukan berita baru, sudah
dimulai sejak
jaman Habiebie dan Ginanjar. Cuma sejak krismon, jumlah mereka yang
membelot, yang enggak pulang2 atau diculik (apapun istilahnya) bertambah
banyak dan lebih terbuka.
Hampir sebagian besar mereka bekerja di Instansi pemerintah (termasuk BUMN),
di beberapa Instansi memang resmi mengijinkan (si doktor ini mengajukan ijin
resmi), tetapi banyak juga Instansi yang tidak mengijinkan. Untuk kasus
terakhir, banyak yang membelot,
dan tidak jelas statusnya (bekerja di LN tapi status PNS-nya tidak hilang).
Buat Instansi pemerintah sendiri adalah sebuah dilemma yang berkepanjangan,
kalaupun mereka dikeluarkan
(trus ada penggantian biaya pendidikan sekalipun), buat Instansi pemerintah
adalah suatu
kerugian besar, sebuah aset SDM yang tinggi. Tetapi disuruh tinggal di DN
dengan gaji yang tidak layak, sungguh tidak manusiawi...he..he..he..he...

Kuncinya seeh, mereka doktor yang kembali ke DN..harus KREATIF, terus
berusaha
meningkatkan pengetahuannya dan terbuka untuk mengerjakan apapun yang
tersedia di DN.
Banyak kawan-kawan saya yang menampik bekerja di LN, padahal gaji tinggi
dengan
standard bule!, tetapi mereka akhirnya bisa sukses di DN, tetapi memang
melaui masa transisi
yang sulithe..he..he...

Saya akui mungkin driver-nya pertama kali karena gaji yang tinggi, tapi
kemudian gaji tsb menjadi tidak ada artinya, karena kesempatan dan
penghargaan yang diberikan oleh
Institusi LN kepada mereka, menjadikan penggereak utamanya.persis apa yang
dikatakan  netter sebelumnya Equal opportunity.

Salam
Ade Kadarusman
-yang sedang bimbang menolak atau menerima tawaran kontrak bekerja 3 tahun
di salah satu Institute terkenal di salah satu negara Asia Timur-sementara
peraturan
PNS tidak membolehkan.
gaji PNS 1,1 juta/bulan di Bandung atau 30 juta/bulan di LN plus intensif
yang lain,
pilihan yang sulit kan ?


 Loh ini kan bukan berita baru.
 sejak dulu juga banyak.
 kalau tidak salah ada Doktor Geology yang akhir nya balik lagi ke sini dan
 aktif di milis ini.
 saya pikir ini adalah  career development yang bagus, apalagi kalau balik
ke
 Indonesia setelah beberapa saat di sana.
 good luck untuk yang mau bekerja di luar negeri.  harap tetap aktif di
milis
 ini untuk berdiskusi walaupun jauh di negeri orang.

 fbs





-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



[iagi-net-l] Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia

2003-06-19 Terurut Topik Minarwan
Ternyata tidak cuma geologist yang didatangkan dari Indonesia..:D...Inilah
yang akan terjadi jika ingin mendapatkan yang terbaik tapi cuma mau bayar
murah. Cara 'terbaik' untuk menarik perhatian pemerintah terhadap
kesejahteraan para dosen kita???
min 

Malaysia Menculik Doktor-Doktor Indonesia
19 Jun 2003 21:33:27 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen 
Pendidikan Nasional, Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan bahwa banyak 
orang pintar Indonesia yang mendapat gelar doktor dari luar negeri, yang 
kemudian memilih tinggal dan bekerja di Malaysia, Singapura atau Brunei. 
Parahnya, mereka ini yang benar-benar jago-jago. Doktor-doktor lulusan
Yale, 
Cranfield, Stanford, MIT dan lain-lain, ujar Satryo ketika ditemui seusai 
acara Seminar Nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi di Komplek
Bidakara, 
Jakarta, Kamis (19/6) siang.

Menurut Satryo, mereka yang kabur ini semuanya adalah doktor bidang ilmu 
eksakta seperti teknik, fisika, computer dan sejenisnya. Data yang pada
pihak 
Dikti, saat ini sekitar 20-an doktor Indonesia lulusan luar negeri telah 
diculik Malaysia. Sisanya, sekitar 2-3 orang bekerja di Brunei dan
sekitar 
lima orang bekerja di Singapura, katanya.

Eksodus orang-orang jenius ini, menurut Satryo, disebabkan PTN tempat mereka

bekerja sebelumnya tidak mampu memberikan renumerasi yang layak. Guru besar

(profesor) seperti saya hanya menerima Rp 2,5 juta per bulan. Sementara gaji

mereka di Malaysia, kalau dikonversi ke rupiah, sekitar Rp 50 juta per
bulan. 
Itu belum termasuk fasilitas perumahan dan pendidikan gratis untuk anak 
mereka, katanya dengan senyum miris.

Selain alasan renumerasi, banyak dari mereka yang merasa membutuhkan situasi

tempat kerja yang benar-benar membawa tantangan. Mereka, kata Satryo, ingin 
sekali agar ilmu yang mereka dapatkan benar-benar dapat didayagunakan secara

optimal.

Dan harus diakui, Malaysia dan Negara-negara lain mampu menghadirkan hal 
tersebut, ujar Satryo. Salah satunya contohnya, adalah Malaysia saat ini 
telah mengembangkan Pusat Biotech Valley di Petaling Jaya, Kuala Lumpur, 
semacam Silicon Valley di Amerika Serikat.

Pihaknya, menurut Satryo, sebenarnya sudah mencoba habis-habisan untuk 
membujuk mereka tetap tinggal. Tetapi karena kebanyakan dari mereka sudah 
menyelesaikan ikatan dinas mengajar selama sembilan tahun, maka ia tidak
punya 
kekuasaan untk menahan.

Bahkan saat ini saya sudah menerima 20-an permohonan ijin dari
doktor-doktor 
lain untuk bekerja di Malaysia. Bahkan perusahaan disana, sudah bersedia 
mengganti biaya kompensasi beassiwa pendidikan dan ikatan dinas yang sudah 
dibayar pemerintah, katanya lagi-lagi dengan nada miris.

Padahal biaya yang telah dikeluarkan pihak penyedia dana di luar negeri 
(tempat belajar sebelumnya) dan pemerintah tidaklah sedikit. Untuk satu
tahun 
pendidikan doktor di luar negeri, mereka bisa menghabiskan biaya sekitar US
$ 
30 ribu, ujar Satryo.

Satryo menilai, hal ini harus mendapat perhatian yang serius karena kalau
ini 
dibiarkan, Indonesia akan kehilangan banyak SDM berkualitas yang notebene 
tidak mudah untuk menghasilkannya. Sementara Malaysia yang akan 
ongkang-ongkang kaki menikmati kerja keras kita, ujarnya.

Pihak Dikti sebenarnya hendak mengusulkan agar pemerintah melakukan langkah 
khusus dengan meluncurkan crash program untuk memperbaiki renumerasi mereka.

Banyak dari mereka yang bicara sama saya, asalkan digaji Rp 7 juta sebulan,

mereka mau bekerja di sini, kata Satryo. Ia mengusulkan dana yang diterima 
Dirjen Dikti yang hanya Rp 4 milliar pertahun, menjadi Rp 14 milliar
pertahun.





***  Private and Confidential   ***
The information in this email is confidential and is intended only for the person(s) 
named. 
Any other distribution, copying or disclosure is prohibited. If you are not the 
intended recipient, 
please notify the sender immediately or telephone Premier Oil on +44 (0) 20 7730