[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Sulawesi: Stegoland Island Dwarfism

2011-09-15 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Muharram,

Terima kasih apresiasinya.

Fauna di suatu tempat itu ada yang datang sendiri bermigrasi secara alami untuk 
mencari makan dan berkeliaran kemudian mengalami spesiasi (pembentukan spesies) 
baru dalam rangka melakukan adaptasi terhadap lingkungan barunya. Dalam banyak 
kasus, inilah yang terjadi. Tetapi dalam beberapa kasus, ada fauna-fauna yang 
sengaja diintroduksi ke suatu wilayah agar berkembang di wilayah baru tersebut. 
Misalnya, anjing dan kuda adalah contoh hewan2 yang diintroduksi ke pulau-pulau 
komodo pada abad ke-19. Kini, kuda-kuda itu menjadi liar (barangkali ingat 
produk Sumbawa-Flores akan susu kuda liar he2..., kadang2 jadi mangsa komodo; 
dan anjing pun menjadi liar yang lalu menjadi musuh/saingan komodo dalam 
berebut makanan. Jadi bila keberadaan mereka anomali terhadap “hukum Wallacea” 
ya dapat dimaklumi sebab faktor manusialah, yang suka melanggar hukum itu,  
penyebabnya. 

Anoa dataran rendah (di selatan Gorontalo) maupun anoa pegunungan (di Sulawesi 
Barat) adalah sapi/kerbau hutan paling kecil di dunia, tinggi di bahunya hanya 
setengah meter. Kerbau-kerbau di Jawa atau juga di Sulawesi Selatan termasuk di 
Toraja adalah kerbau2 yang normal tingginya, dua kali anoa; tetapi anoa 
bukanlah produk dwarfism dari kerbau2 sekarang yang hidup di Sulawesi Selatan 
atau Toraja. Harus dibedakan antara fauna alam liar seperti anoa, babirusa dll. 
dengan fauna hasil domestikasi/peternakan/dipelihara. Juga harus dibedakan 
antara paleofauna dan present fauna. Anoa adalah paleofauna yang masa hidupnya 
masih menerus sampai sekarang, sementara kerbau varian yang Pak Muharram 
sebutkan hanyalah varian kerbau masa kini.

Kerbau-kerbau yang dikorbankan dalam upacara adat Toraja, misalnya dalam 
upacara pemakaman (tomate) memang kerbau-kerbau pilihan, yang besar-besar, dan 
bahkan kalau bisa yang warna kulitnya lain dari yang lain, misalnya kerbau bule 
yang bertotol (tedong bonga). Itu bukan kerbau2 hasil gigantisme, tetapi 
kerbau2 terpilih. Semakin banyak kerbau dikorbankan, semakin bagus dan besar 
kerbaunya semakin tinggilah prestise keluarga yang melakukan upacara pemakaman 
itu. Pada masanya, Belanda pernah melarang tradisi ini sebab tak jarang 
menyebabkan keluarga menjadi bangkrut, jumlah kerbau yang boleh dikorbankan 
diatur. Pemerintah Indonesia pun pernah membatasinya dengan cara menerapkan 
pajak pengorbanan kerbau...

Anoa dan Stegodon adalah produk island dwarfism di Sulawesi Selatan. Adakah 
produk gigantisme, ada, yaitu kura-kura raksasa Sulawesi (Geochelone atlas), 
yang lebar batoknya (karapas) bisa sampai 3 meter. Sayang sudah punah dan 
tinggal fosil-fosilnya yang ditemukan. Dengan ukuran batok sampai 3 meter maka 
inilah spesies kura-kura terbesar di dunia, lebih besar dari kura-kura raksasa 
yang masih hidup di Galapagos sekarang.

salam,
Awang

--- Pada Kam, 15/9/11, Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina.com 
menulis:

 Dari: Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina.com
 Judul: Re: [Forum-HAGI] Sulawesi: Stegoland  Island Dwarfism
 Kepada: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id, IAGI 
 iagi-net@iagi.or.id
 Cc: awang.ha...@bpmigas.com awang.ha...@bpmigas.com
 Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 3:25 PM
 Seperti biasa, ulasan-ulasan dari Pak
 Awang selalu menarik untuk dibaca sampai titik terakhir :D
 ...
 
 Berkaitan dengan island biogeography theory (teori
 biogeografi pulau), betulkah Anoa adalah produk pengkerdilan
 (island dwarfism) Kerbau dari Jawa/Kalimantan di Sulawesi
 sementara Sulawesi sendiri memiliki kerbau yang justru lebih
 besar dari kerbau Jawa?  (nanti teman-teman
 geoscientist yang mengikuti Geofoto JCM ke Toraja akan
 menyaksikannya). Dan bahwa Komodo di Nusa Tenggara adalah
 produk peraksasaan (island gigantism) dari kadal, sementara
 kadal dan biawak tetap ada disana? Atau jangan-jangan
 pengkerdilan dan peraksasaan tidak perlu berlaku umum bagi
 spesies sama pada lingkungan yang sama? Atau Kerbau besar di
 Toraja datangnya belakangan?
 
 Terlampir gambar Kerbau Toraja vs Anoa yang kebetulan
 fotonya saya ambil sendiri ...
 
 Salam,
 MJP
 
 -Original Message-
 From: forum-boun...@hagi.or.id
 [mailto:forum-boun...@hagi.or.id]
 On Behalf Of Awang Satyana
 Sent: Thursday, September 15, 2011 8:55 AM
 To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
 Subject: [Forum-HAGI] Sulawesi: Stegoland  Island
 Dwarfism
 
 Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak dikunjungi
 para geoscientists yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan
 antara HAGI dan IAGI (JCM- Joint Convention Makassar, 26-29
 September 2011), merupakan wilayah yang sangat
 unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun biologi.
 Sulawesi adalah wilayah benturan antara berbagai terrane
 (mintakat) geologi, sekaligus merupakan wilayah benturan
 antara dunia fauna. Kedua benturan geologi dan biologi ini
 'klop' alias saling mendukung dan saling berhubungan
 sebab-akibat.  Fenomena ini bukan barang baru, tetapi
 saya ingin mengangkatnya lagi 

RE: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Sulawesi: Stegoland Island Dwarfism

2011-09-15 Terurut Topik Muharram Jaya Panguriseng
Terima kasih penjelasannya Pak Awang ...sangat menarik disimak :) ...
Ingin menyarankan, kalau boleh, beberapa tulisan Pak Awang di forum ini sangat 
layak untuk dibukukan, dicetak dan mengisi perpustakaan-perpustakaan negeri 
ini. Saya mengamati untuk tema tertentu, secara konsisten Pak Awang telah 
banyak variasi bahasan sehingga sudah lebih dari cukup kalau dikumpulkan dalam 
satu buku. Walaupun beberapa sempat dikritisi, tetapi justru itu yang akan 
memperkaya ide-idenya. Urusan pro dan kontra pendapat itu hal biasa dalam dunia 
scientist, dan tidak harus semuanya pro baru dipublish...ditunggu bukunya pak.

Salam,
MJP

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
Sent: Friday, September 16, 2011 9:01 AM
To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
Cc: IAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Sulawesi: Stegoland  Island Dwarfism

Pak Muharram,

Terima kasih apresiasinya.

Fauna di suatu tempat itu ada yang datang sendiri bermigrasi secara alami untuk 
mencari makan dan berkeliaran kemudian mengalami spesiasi (pembentukan spesies) 
baru dalam rangka melakukan adaptasi terhadap lingkungan barunya. Dalam banyak 
kasus, inilah yang terjadi. Tetapi dalam beberapa kasus, ada fauna-fauna yang 
sengaja diintroduksi ke suatu wilayah agar berkembang di wilayah baru tersebut. 
Misalnya, anjing dan kuda adalah contoh hewan2 yang diintroduksi ke pulau-pulau 
komodo pada abad ke-19. Kini, kuda-kuda itu menjadi liar (barangkali ingat 
produk Sumbawa-Flores akan susu kuda liar he2..., kadang2 jadi mangsa komodo; 
dan anjing pun menjadi liar yang lalu menjadi musuh/saingan komodo dalam 
berebut makanan. Jadi bila keberadaan mereka anomali terhadap “hukum Wallacea” 
ya dapat dimaklumi sebab faktor manusialah, yang suka melanggar hukum itu,  
penyebabnya.

Anoa dataran rendah (di selatan Gorontalo) maupun anoa pegunungan (di Sulawesi 
Barat) adalah sapi/kerbau hutan paling kecil di dunia, tinggi di bahunya hanya 
setengah meter. Kerbau-kerbau di Jawa atau juga di Sulawesi Selatan termasuk di 
Toraja adalah kerbau2 yang normal tingginya, dua kali anoa; tetapi anoa 
bukanlah produk dwarfism dari kerbau2 sekarang yang hidup di Sulawesi Selatan 
atau Toraja. Harus dibedakan antara fauna alam liar seperti anoa, babirusa dll. 
dengan fauna hasil domestikasi/peternakan/dipelihara. Juga harus dibedakan 
antara paleofauna dan present fauna. Anoa adalah paleofauna yang masa hidupnya 
masih menerus sampai sekarang, sementara kerbau varian yang Pak Muharram 
sebutkan hanyalah varian kerbau masa kini.

Kerbau-kerbau yang dikorbankan dalam upacara adat Toraja, misalnya dalam 
upacara pemakaman (tomate) memang kerbau-kerbau pilihan, yang besar-besar, dan 
bahkan kalau bisa yang warna kulitnya lain dari yang lain, misalnya kerbau bule 
yang bertotol (tedong bonga). Itu bukan kerbau2 hasil gigantisme, tetapi 
kerbau2 terpilih. Semakin banyak kerbau dikorbankan, semakin bagus dan besar 
kerbaunya semakin tinggilah prestise keluarga yang melakukan upacara pemakaman 
itu. Pada masanya, Belanda pernah melarang tradisi ini sebab tak jarang 
menyebabkan keluarga menjadi bangkrut, jumlah kerbau yang boleh dikorbankan 
diatur. Pemerintah Indonesia pun pernah membatasinya dengan cara menerapkan 
pajak pengorbanan kerbau...

Anoa dan Stegodon adalah produk island dwarfism di Sulawesi Selatan. Adakah 
produk gigantisme, ada, yaitu kura-kura raksasa Sulawesi (Geochelone atlas), 
yang lebar batoknya (karapas) bisa sampai 3 meter. Sayang sudah punah dan 
tinggal fosil-fosilnya yang ditemukan. Dengan ukuran batok sampai 3 meter maka 
inilah spesies kura-kura terbesar di dunia, lebih besar dari kura-kura raksasa 
yang masih hidup di Galapagos sekarang.

salam,
Awang

--- Pada Kam, 15/9/11, Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina.com 
menulis:

 Dari: Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina.com
 Judul: Re: [Forum-HAGI] Sulawesi: Stegoland  Island Dwarfism
 Kepada: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id,
 IAGI iagi-net@iagi.or.id
 Cc: awang.ha...@bpmigas.com awang.ha...@bpmigas.com
 Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 3:25 PM Seperti biasa,
 ulasan-ulasan dari Pak Awang selalu menarik untuk dibaca sampai titik
 terakhir :D ...

 Berkaitan dengan island biogeography theory (teori biogeografi pulau),
 betulkah Anoa adalah produk pengkerdilan (island dwarfism) Kerbau dari
 Jawa/Kalimantan di Sulawesi sementara Sulawesi sendiri memiliki kerbau
 yang justru lebih besar dari kerbau Jawa?  (nanti teman-teman
 geoscientist yang mengikuti Geofoto JCM ke Toraja akan
 menyaksikannya). Dan bahwa Komodo di Nusa Tenggara adalah produk
 peraksasaan (island gigantism) dari kadal, sementara kadal dan biawak
 tetap ada disana? Atau jangan-jangan pengkerdilan dan peraksasaan
 tidak perlu berlaku umum bagi spesies sama pada lingkungan yang sama?
 Atau Kerbau besar di Toraja datangnya belakangan?

 Terlampir gambar Kerbau Toraja vs Anoa yang kebetulan fotonya saya
 ambil sendiri