[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Extra-Terrestrial Impact for Mass Extinction 13,000 Ya

2007-10-11 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Dody,
   
  Teori evolusi tidak terganggu dengan adanya kepunahan masal yang rutin 
terjadi sepanjang sejarah Bumi. Kalau hanya mengacu kepada prinsip evolusi 
gradualisme yang dikemukakan Darwin pada 1859 memang kita susah menerima 
kepunahan massa sebagai paralel dengan gradualisme ala evolusi. Dalam geologi, 
evolusi gradual adalah uniformitarianisme, sedangkan kepunahan masal adalah 
katastrofisme. Dua-duanya terjadi dalam sejarah Bumi, dua-duanya aktual 
(aktualisme). Maka, evolusi pun sebenarnya terjadi melalui gradualisme, tetapi 
pada beberapa zaman diselingi katastrofisme.
   
  Kebanyakan ahli biologi  memang masih memegang pandangan gradualitas versi 
Darwin yang menyatakan bahwa spesies berevolusi dalam serangkaian 
langkah-langkah yang tak kelihatan. Menurut gagasan ini, perubahan-perubahan 
besar yang terjadi selama spesiasi merupakan akibat dari perubahan-perubahan 
kecil yang tercipta selama rentang waktu yang panjang. Dengan memakai istilah 
yang lebih formal, makroevolusi merupakan hasil akumulasi mikroevolusi.
   
  Pada awal tahun 1970-an, dua ahli paleontologi asal amerika, Niels Eldredge 
dan Stephen Jay Gould, menantang keyakinan ini. Dengan menarik kesimpulan 
berdasarkan urutan-urutan fosil, mereka mengajukan bahwa evolusi berjalan 
melalui serangkaian lompatan, bukan merupakan perubahan yang tetap. Usulan ini 
dikenal sebagai teori lompatan dalam evolusi (saltation) atau kesetimbangan 
yang terselingi (punctuated equilibrium). Dalam pandangan ini, makroevolusi 
adalah proses-proses yang terpisah dari penyesuaian rutin yang dihasilkan oleh 
seleksi alam.
   
  Pada tahun 1981, sebuah kajian yang dilakukan di Afrika tampaknya mendukung 
teori evolusi dengan selingan lompatan ini. Kajian ini menunjukkan adanya 
lompatan-lompatan mendadak dalam evolusi moluska air tawar. Rekaman fosil 
memperlihatkan setidaknya dua titik yang pada masing-masing kisaran keseluruhan 
spesies mendadak tergantikan oleh bentuk-bentuk baru.
   
  Kemudian terlihat bahwa awal dan ujung zaman-zaman dalam geologi ternyata 
merekam suatu lompatan dalam diferensiasi spesies; misalnya pada Cambrian 
explosion, kepunahan massa pada ujung Perem, dan pada ujung Kapur. 
   
  Pendapat seperti yang dikemukakan Pak Dody disebut gap theory dalam 
mengartikan muatan sains di dalam saat-saat penciptaan di Kitab Kejadian 
(Genesis). Terdapat jurang yang mahalebar antara Kejadian 1:1 (Pada mulanya 
Allah menciptakan langit dan bumi) dengan Kejadian 1:2 (Bumi belum berbentuk 
dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya...). Penganut gap theory 
mengatakan bahwa ada sekian waktu yang sangat lama antara Kejadian 1:1 dengan 
Kejadian 1:2 tersebut. Ada malapetaka sebelum masuk Kejadian 1:2. Sesudah itu, 
baru penciptaan dimulai, diciptakan lagi seluruhnya sampai akhirnya manusia.
   
  Tetapi, Kitab Kejadian bukanlah buku sains; sehingga di antara keduanya 
(Alkitab dan Sains) tak mesti saling cocok-mencocokkan, atau saling 
salah-menyalahkan. Dalam teori evolusi, kepunahan massa pada 13.000 tahun yang 
lalu adalah mekanisme selingan gradualitas evolusi yang akan menyebabkan 
lompatan diversifikasi spesies sesudahnya. Kepunahan massa 13.000 tahun yang 
lalu hanya memunahkan hewan2 besar dan sebagian manusia di Eropa Utara dan 
Amerika Utara; buaian peradaban di Afrika dan Asia tak terganggu. Tak ada 
penciptaan baru. Gajah yang kita kenal sekarang bukan berasal dari mammoth, ia 
cabang yang berbeda dalam pohon evolusi.
   
  salam,
  awang


dody darmawan [EMAIL PROTECTED] wrote:  Pak Awang,
Jika memang periodical kepunahan massal itu terjadi
berarti teori evolusi yang menyebabkan diversifikasi
kehidupan fauna di bumi ini menjadi diragukan. Bila
dilihat dari segi teori evolusi manusia makanya
terdapat missing link antara manusia modern dengan
manusia purba karena dengan adanya kepunahan massal
13000 tahun yang lalu itu juga kemungkinan memusnahkan
manusia-manusia purba, sehingga ketika Nabi Adam a.s
turun ke bumi kehidupan sudah pulih dan Tuhan memang
sudah menciptakan kembali fauna-fauna baru di bumi
yang sudah pulih dari kehancuran tersebut. Sebelumnya
saya pikir mungkin manusia purba ini punah karena
mereka kalah oleh bersaing (dibunuh) oleh keturunan
adam. Tapi setelah adanya teori kepunahan tersebut
berarti memang manusia modern tidak pernah berasal
atau bertemu dengan manusia purba. 

Salam,
Dody D
D1F88109

--- Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Penyebab kepunahan mammoth, binatang besar lainnya
 dan manusia zaman batu pada 13.000 tahun yang lalu
 (Ya –years ago) merupakan salah satu perdebatan seru
 dalam sains. Tiga penyebab kepunahan mammoth yang
 selama ini sering didiskusikan meliputi : perburuan
 yang berlebihan, perubahan iklim, dan munculnya
 virus yang mematikan. 
 
 Hasil penelitian tim riset internasional (Amerika,
 Belanda, Hongaria) yang baru-baru ini dipublikasi
 dalam Proceedings of the National Academy of
 Sciences (Agustus, 2007), Discover Magazine
 (Agustus, 2007), Jurnal Inside 

Re: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Extra-Terrestrial Impact for Mass Extinction 13,000 Ya

2007-10-11 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Kepunahan massal yang sering dipahami  adalah kejadian dalam satu
periode lama untuk keseluruhan permukaan bumi alam satu waktu mak
BREG. Namun yang saya pahami sekarang setelah melihat teori evolusi
dan belajar sequence stratigrafi adalah kepunahan massal seluruh bumi
tetapi tidak mak BREG, sekali gus. Kepunahan ini seperti 'arak-arakan
awan' yang mengelilingi bumi memunahkan banyak sekali sepesies tetapi
masih memebrikan ruang untuk berlari atau bersembunyi dari kejaran
kepunahan. Hmmm main petak umpet dengan kepunahan.

Kalau dalam rekaman geologi sebenarnya hal ini mudah diikuti, karena
kalau kita tahu proses sedimentasi dan erosi saja, maka ketika melihat
erosi regional bukan berarti tidak ada sedimentasi sama sekali. Proses
sedminetasi itu tetap saja terjadi ketika hampir semua permukaan
dibumi ini sedang mengalami proses erosi.
Namun dalam rekaman geologi nantinya kita akan melihat sebuah GAP yang
besar. seolah-olah pada periode itu tidak ada sedimentasi sama
sekali.

Demikian juga dengan mahluk hidup. Pada saat terjadi proses mass
extinction ini akan ada ruang untuk organisme tetap survive.
Memang yang sulit ketika menghubungkan dengan rekaman batu dan fosil
atau preserved rock and fossil, seringkali menjumpai sesuatu yg
hilang GAP (tak terekam). Karena tak terekam ini ini sering dipakai
sebagai Loncatan.

Spesiasi sendiri merupakan salah satu mekanisme evolusi yang tidak
unique. Bermacam-macam mekanisme dapat membentuk spesiasi. Dahulu
waktu kecil aku masih ingat guru menjelaskan bahwa menarik pasangan
untuk kawin merupakan salah satu mekanisme evolusi. Kumbang yang
jelek tidak akan menarik pasangannya dengan menyebar-bau-bauan,
sehingga si jelek dan apek ini menjadi sulit berkembang. Tetapi
ternyata dilain pihak daya tarik kumbang ini juga menarik predatornya
juga. Artinya sesuatu yang bagus untuk seleksi alam, juga ada
ancaman untuk kepunahan. Dan mekanisme ini hanya ada untuk binatang
yang moderen/kompleks yang sudah memiliki genital, binatang yang
sederhana tentunya tidak memiliki mekanisme evolusi yang ini, kan ?

just my 2 rupiah :)

RDP


On 10/11/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pak Dody,

   Teori evolusi tidak terganggu dengan adanya kepunahan masal yang rutin 
 terjadi sepanjang sejarah Bumi. Kalau hanya mengacu kepada prinsip evolusi 
 gradualisme yang dikemukakan Darwin pada 1859 memang kita susah menerima 
 kepunahan massa sebagai paralel dengan gradualisme ala evolusi. Dalam 
 geologi, evolusi gradual adalah uniformitarianisme, sedangkan kepunahan masal 
 adalah katastrofisme. Dua-duanya terjadi dalam sejarah Bumi, dua-duanya 
 aktual (aktualisme). Maka, evolusi pun sebenarnya terjadi melalui 
 gradualisme, tetapi pada beberapa zaman diselingi katastrofisme.

   Kebanyakan ahli biologi  memang masih memegang pandangan gradualitas versi 
 Darwin yang menyatakan bahwa spesies berevolusi dalam serangkaian 
 langkah-langkah yang tak kelihatan. Menurut gagasan ini, perubahan-perubahan 
 besar yang terjadi selama spesiasi merupakan akibat dari perubahan-perubahan 
 kecil yang tercipta selama rentang waktu yang panjang. Dengan memakai istilah 
 yang lebih formal, makroevolusi merupakan hasil akumulasi mikroevolusi.

   Pada awal tahun 1970-an, dua ahli paleontologi asal amerika, Niels Eldredge 
 dan Stephen Jay Gould, menantang keyakinan ini. Dengan menarik kesimpulan 
 berdasarkan urutan-urutan fosil, mereka mengajukan bahwa evolusi berjalan 
 melalui serangkaian lompatan, bukan merupakan perubahan yang tetap. Usulan 
 ini dikenal sebagai teori lompatan dalam evolusi (saltation) atau 
 kesetimbangan yang terselingi (punctuated equilibrium). Dalam pandangan ini, 
 makroevolusi adalah proses-proses yang terpisah dari penyesuaian rutin yang 
 dihasilkan oleh seleksi alam.

   Pada tahun 1981, sebuah kajian yang dilakukan di Afrika tampaknya mendukung 
 teori evolusi dengan selingan lompatan ini. Kajian ini menunjukkan adanya 
 lompatan-lompatan mendadak dalam evolusi moluska air tawar. Rekaman fosil 
 memperlihatkan setidaknya dua titik yang pada masing-masing kisaran 
 keseluruhan spesies mendadak tergantikan oleh bentuk-bentuk baru.

   Kemudian terlihat bahwa awal dan ujung zaman-zaman dalam geologi ternyata 
 merekam suatu lompatan dalam diferensiasi spesies; misalnya pada Cambrian 
 explosion, kepunahan massa pada ujung Perem, dan pada ujung Kapur.

   Pendapat seperti yang dikemukakan Pak Dody disebut gap theory dalam 
 mengartikan muatan sains di dalam saat-saat penciptaan di Kitab Kejadian 
 (Genesis). Terdapat jurang yang mahalebar antara Kejadian 1:1 (Pada mulanya 
 Allah menciptakan langit dan bumi) dengan Kejadian 1:2 (Bumi belum berbentuk 
 dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya...). Penganut gap theory 
 mengatakan bahwa ada sekian waktu yang sangat lama antara Kejadian 1:1 dengan 
 Kejadian 1:2 tersebut. Ada malapetaka sebelum masuk Kejadian 1:2. Sesudah 
 itu, baru penciptaan dimulai, diciptakan lagi seluruhnya sampai akhirnya 
 manusia.

   Tetapi, Kitab 

Re: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Extra-Terrestrial Impact for Mass Extinction 13,000 Ya

2007-10-11 Terurut Topik Awang Satyana
Walaupun bukunya diberi judul Asal-Muasal Spesies (The Origin of Species), 
Darwin relatif tidak banyak menyinggung tentang bagaimana spesies baru itu 
muncul. Ketika ia melakukannya, ia memfokuskan diri terutama kepada apa yang 
disebut sebagai 'evolusi vertikal'. Kini, kita mengetahui lebih baik daripada 
Darwin soal spesiasi.
   
  Spesies baru dapat berevolusi dengan dua cara yang berbeda. Pada evolusi 
vertikal, atau 'anagenesis', suatu spesies secara bertahap menjadi begitu 
berbeda dari bentukan awalnya sehingga pada akhirnya suatu spesies baru 
tercipta. Bentuk kedua yang lebih umum terjadi adalah 'kladogenesis'. Proses 
ini terjadi ketika suatu spesies awal mulai mengalami percabanyan menjadi 
sejumlah galur genetik yang berbeda, yang pada akhirnya setiap galur akan 
menghasilkan spesies yang berbeda.
   
  Agar suatu spesies asli mengalami pemisahan, galur-galur yang terpisah 
haruslah terisolasi dalam cara yang dapat mencegah mereka saling kawin. 
Mekanisme isolasi yang paling jelas adalah penghalang fisik seperti pegunungan 
tinggi atau lautan luas yang akan mencegah aliran genetik di antara galur-galur 
yang ada. Ini yang kita sebut sebagai 'spesiasi alopatrik' - yaitu spesiasi 
melalui barier geografi. Bisa terjadi juga isolasi reproduktif ketika masing2 
spesies berkembang secara lain sehingga tak saling mengawini, ini kita sebut 
'spesiasi simpatrik'
   
  Spesiai simpatrik masih merupakan suatu hal yang kontroversial. Percobaan2 
dengan lalat buah (pasti ingat Drosophyla melanogaster ini) menunjukkan bahwa 
preferensi kawin dapat memicu terjadinya seleksi yang mengacaukan pada 
populasi2 simpatrik.
   
  Pada fauna2 yang sederhana macam protozoa memang mekanisme evolusinya lain, 
tak semudah melihat spesiasi pada fauna2 yang lebih tinggi tingkatannya. Laju 
spesiasi pada hewan2 sederhana ini juga sangat lambat sehingga spesiasi seolah 
tak terjadi. Protozoa zaman Kambrium kelihatannya masih sama dengan protozoa 
zaman sekarang. Tetapi semakin tinggi tingkat fauna, semakin terlihat 
spesiasinya, juga dalam tinggalan2 fosilnya.
   
  salam,
  awang

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kepunahan massal yang sering dipahami adalah kejadian dalam satu
periode lama untuk keseluruhan permukaan bumi alam satu waktu mak
BREG. Namun yang saya pahami sekarang setelah melihat teori evolusi
dan belajar sequence stratigrafi adalah kepunahan massal seluruh bumi
tetapi tidak mak BREG, sekali gus. Kepunahan ini seperti 'arak-arakan
awan' yang mengelilingi bumi memunahkan banyak sekali sepesies tetapi
masih memebrikan ruang untuk berlari atau bersembunyi dari kejaran
kepunahan. Hmmm main petak umpet dengan kepunahan.

Kalau dalam rekaman geologi sebenarnya hal ini mudah diikuti, karena
kalau kita tahu proses sedimentasi dan erosi saja, maka ketika melihat
erosi regional bukan berarti tidak ada sedimentasi sama sekali. Proses
sedminetasi itu tetap saja terjadi ketika hampir semua permukaan
dibumi ini sedang mengalami proses erosi.
Namun dalam rekaman geologi nantinya kita akan melihat sebuah GAP yang
besar. seolah-olah pada periode itu tidak ada sedimentasi sama
sekali.

Demikian juga dengan mahluk hidup. Pada saat terjadi proses mass
extinction ini akan ada ruang untuk organisme tetap survive.
Memang yang sulit ketika menghubungkan dengan rekaman batu dan fosil
atau preserved rock and fossil, seringkali menjumpai sesuatu yg
hilang GAP (tak terekam). Karena tak terekam ini ini sering dipakai
sebagai Loncatan.

Spesiasi sendiri merupakan salah satu mekanisme evolusi yang tidak
unique. Bermacam-macam mekanisme dapat membentuk spesiasi. Dahulu
waktu kecil aku masih ingat guru menjelaskan bahwa menarik pasangan
untuk kawin merupakan salah satu mekanisme evolusi. Kumbang yang
jelek tidak akan menarik pasangannya dengan menyebar-bau-bauan,
sehingga si jelek dan apek ini menjadi sulit berkembang. Tetapi
ternyata dilain pihak daya tarik kumbang ini juga menarik predatornya
juga. Artinya sesuatu yang bagus untuk seleksi alam, juga ada
ancaman untuk kepunahan. Dan mekanisme ini hanya ada untuk binatang
yang moderen/kompleks yang sudah memiliki genital, binatang yang
sederhana tentunya tidak memiliki mekanisme evolusi yang ini, kan ?

just my 2 rupiah :)

RDP


On 10/11/07, Awang Satyana wrote:
 Pak Dody,

 Teori evolusi tidak terganggu dengan adanya kepunahan masal yang rutin 
 terjadi sepanjang sejarah Bumi. Kalau hanya mengacu kepada prinsip evolusi 
 gradualisme yang dikemukakan Darwin pada 1859 memang kita susah menerima 
 kepunahan massa sebagai paralel dengan gradualisme ala evolusi. Dalam 
 geologi, evolusi gradual adalah uniformitarianisme, sedangkan kepunahan masal 
 adalah katastrofisme. Dua-duanya terjadi dalam sejarah Bumi, dua-duanya 
 aktual (aktualisme). Maka, evolusi pun sebenarnya terjadi melalui 
 gradualisme, tetapi pada beberapa zaman diselingi katastrofisme.

 Kebanyakan ahli biologi memang masih memegang pandangan gradualitas versi 
 Darwin yang menyatakan bahwa spesies berevolusi