[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Extra-Terrestrial Impact for Mass Extinction 13,000 Ya
Pak Dody, Teori evolusi tidak terganggu dengan adanya kepunahan masal yang rutin terjadi sepanjang sejarah Bumi. Kalau hanya mengacu kepada prinsip evolusi gradualisme yang dikemukakan Darwin pada 1859 memang kita susah menerima kepunahan massa sebagai paralel dengan gradualisme ala evolusi. Dalam geologi, evolusi gradual adalah uniformitarianisme, sedangkan kepunahan masal adalah katastrofisme. Dua-duanya terjadi dalam sejarah Bumi, dua-duanya aktual (aktualisme). Maka, evolusi pun sebenarnya terjadi melalui gradualisme, tetapi pada beberapa zaman diselingi katastrofisme. Kebanyakan ahli biologi memang masih memegang pandangan gradualitas versi Darwin yang menyatakan bahwa spesies berevolusi dalam serangkaian langkah-langkah yang tak kelihatan. Menurut gagasan ini, perubahan-perubahan besar yang terjadi selama spesiasi merupakan akibat dari perubahan-perubahan kecil yang tercipta selama rentang waktu yang panjang. Dengan memakai istilah yang lebih formal, makroevolusi merupakan hasil akumulasi mikroevolusi. Pada awal tahun 1970-an, dua ahli paleontologi asal amerika, Niels Eldredge dan Stephen Jay Gould, menantang keyakinan ini. Dengan menarik kesimpulan berdasarkan urutan-urutan fosil, mereka mengajukan bahwa evolusi berjalan melalui serangkaian lompatan, bukan merupakan perubahan yang tetap. Usulan ini dikenal sebagai teori lompatan dalam evolusi (saltation) atau kesetimbangan yang terselingi (punctuated equilibrium). Dalam pandangan ini, makroevolusi adalah proses-proses yang terpisah dari penyesuaian rutin yang dihasilkan oleh seleksi alam. Pada tahun 1981, sebuah kajian yang dilakukan di Afrika tampaknya mendukung teori evolusi dengan selingan lompatan ini. Kajian ini menunjukkan adanya lompatan-lompatan mendadak dalam evolusi moluska air tawar. Rekaman fosil memperlihatkan setidaknya dua titik yang pada masing-masing kisaran keseluruhan spesies mendadak tergantikan oleh bentuk-bentuk baru. Kemudian terlihat bahwa awal dan ujung zaman-zaman dalam geologi ternyata merekam suatu lompatan dalam diferensiasi spesies; misalnya pada Cambrian explosion, kepunahan massa pada ujung Perem, dan pada ujung Kapur. Pendapat seperti yang dikemukakan Pak Dody disebut gap theory dalam mengartikan muatan sains di dalam saat-saat penciptaan di Kitab Kejadian (Genesis). Terdapat jurang yang mahalebar antara Kejadian 1:1 (Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi) dengan Kejadian 1:2 (Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya...). Penganut gap theory mengatakan bahwa ada sekian waktu yang sangat lama antara Kejadian 1:1 dengan Kejadian 1:2 tersebut. Ada malapetaka sebelum masuk Kejadian 1:2. Sesudah itu, baru penciptaan dimulai, diciptakan lagi seluruhnya sampai akhirnya manusia. Tetapi, Kitab Kejadian bukanlah buku sains; sehingga di antara keduanya (Alkitab dan Sains) tak mesti saling cocok-mencocokkan, atau saling salah-menyalahkan. Dalam teori evolusi, kepunahan massa pada 13.000 tahun yang lalu adalah mekanisme selingan gradualitas evolusi yang akan menyebabkan lompatan diversifikasi spesies sesudahnya. Kepunahan massa 13.000 tahun yang lalu hanya memunahkan hewan2 besar dan sebagian manusia di Eropa Utara dan Amerika Utara; buaian peradaban di Afrika dan Asia tak terganggu. Tak ada penciptaan baru. Gajah yang kita kenal sekarang bukan berasal dari mammoth, ia cabang yang berbeda dalam pohon evolusi. salam, awang dody darmawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Jika memang periodical kepunahan massal itu terjadi berarti teori evolusi yang menyebabkan diversifikasi kehidupan fauna di bumi ini menjadi diragukan. Bila dilihat dari segi teori evolusi manusia makanya terdapat missing link antara manusia modern dengan manusia purba karena dengan adanya kepunahan massal 13000 tahun yang lalu itu juga kemungkinan memusnahkan manusia-manusia purba, sehingga ketika Nabi Adam a.s turun ke bumi kehidupan sudah pulih dan Tuhan memang sudah menciptakan kembali fauna-fauna baru di bumi yang sudah pulih dari kehancuran tersebut. Sebelumnya saya pikir mungkin manusia purba ini punah karena mereka kalah oleh bersaing (dibunuh) oleh keturunan adam. Tapi setelah adanya teori kepunahan tersebut berarti memang manusia modern tidak pernah berasal atau bertemu dengan manusia purba. Salam, Dody D D1F88109 --- Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Penyebab kepunahan mammoth, binatang besar lainnya dan manusia zaman batu pada 13.000 tahun yang lalu (Ya –years ago) merupakan salah satu perdebatan seru dalam sains. Tiga penyebab kepunahan mammoth yang selama ini sering didiskusikan meliputi : perburuan yang berlebihan, perubahan iklim, dan munculnya virus yang mematikan. Hasil penelitian tim riset internasional (Amerika, Belanda, Hongaria) yang baru-baru ini dipublikasi dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (Agustus, 2007), Discover Magazine (Agustus, 2007), Jurnal Inside
Re: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Extra-Terrestrial Impact for Mass Extinction 13,000 Ya
Kepunahan massal yang sering dipahami adalah kejadian dalam satu periode lama untuk keseluruhan permukaan bumi alam satu waktu mak BREG. Namun yang saya pahami sekarang setelah melihat teori evolusi dan belajar sequence stratigrafi adalah kepunahan massal seluruh bumi tetapi tidak mak BREG, sekali gus. Kepunahan ini seperti 'arak-arakan awan' yang mengelilingi bumi memunahkan banyak sekali sepesies tetapi masih memebrikan ruang untuk berlari atau bersembunyi dari kejaran kepunahan. Hmmm main petak umpet dengan kepunahan. Kalau dalam rekaman geologi sebenarnya hal ini mudah diikuti, karena kalau kita tahu proses sedimentasi dan erosi saja, maka ketika melihat erosi regional bukan berarti tidak ada sedimentasi sama sekali. Proses sedminetasi itu tetap saja terjadi ketika hampir semua permukaan dibumi ini sedang mengalami proses erosi. Namun dalam rekaman geologi nantinya kita akan melihat sebuah GAP yang besar. seolah-olah pada periode itu tidak ada sedimentasi sama sekali. Demikian juga dengan mahluk hidup. Pada saat terjadi proses mass extinction ini akan ada ruang untuk organisme tetap survive. Memang yang sulit ketika menghubungkan dengan rekaman batu dan fosil atau preserved rock and fossil, seringkali menjumpai sesuatu yg hilang GAP (tak terekam). Karena tak terekam ini ini sering dipakai sebagai Loncatan. Spesiasi sendiri merupakan salah satu mekanisme evolusi yang tidak unique. Bermacam-macam mekanisme dapat membentuk spesiasi. Dahulu waktu kecil aku masih ingat guru menjelaskan bahwa menarik pasangan untuk kawin merupakan salah satu mekanisme evolusi. Kumbang yang jelek tidak akan menarik pasangannya dengan menyebar-bau-bauan, sehingga si jelek dan apek ini menjadi sulit berkembang. Tetapi ternyata dilain pihak daya tarik kumbang ini juga menarik predatornya juga. Artinya sesuatu yang bagus untuk seleksi alam, juga ada ancaman untuk kepunahan. Dan mekanisme ini hanya ada untuk binatang yang moderen/kompleks yang sudah memiliki genital, binatang yang sederhana tentunya tidak memiliki mekanisme evolusi yang ini, kan ? just my 2 rupiah :) RDP On 10/11/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Dody, Teori evolusi tidak terganggu dengan adanya kepunahan masal yang rutin terjadi sepanjang sejarah Bumi. Kalau hanya mengacu kepada prinsip evolusi gradualisme yang dikemukakan Darwin pada 1859 memang kita susah menerima kepunahan massa sebagai paralel dengan gradualisme ala evolusi. Dalam geologi, evolusi gradual adalah uniformitarianisme, sedangkan kepunahan masal adalah katastrofisme. Dua-duanya terjadi dalam sejarah Bumi, dua-duanya aktual (aktualisme). Maka, evolusi pun sebenarnya terjadi melalui gradualisme, tetapi pada beberapa zaman diselingi katastrofisme. Kebanyakan ahli biologi memang masih memegang pandangan gradualitas versi Darwin yang menyatakan bahwa spesies berevolusi dalam serangkaian langkah-langkah yang tak kelihatan. Menurut gagasan ini, perubahan-perubahan besar yang terjadi selama spesiasi merupakan akibat dari perubahan-perubahan kecil yang tercipta selama rentang waktu yang panjang. Dengan memakai istilah yang lebih formal, makroevolusi merupakan hasil akumulasi mikroevolusi. Pada awal tahun 1970-an, dua ahli paleontologi asal amerika, Niels Eldredge dan Stephen Jay Gould, menantang keyakinan ini. Dengan menarik kesimpulan berdasarkan urutan-urutan fosil, mereka mengajukan bahwa evolusi berjalan melalui serangkaian lompatan, bukan merupakan perubahan yang tetap. Usulan ini dikenal sebagai teori lompatan dalam evolusi (saltation) atau kesetimbangan yang terselingi (punctuated equilibrium). Dalam pandangan ini, makroevolusi adalah proses-proses yang terpisah dari penyesuaian rutin yang dihasilkan oleh seleksi alam. Pada tahun 1981, sebuah kajian yang dilakukan di Afrika tampaknya mendukung teori evolusi dengan selingan lompatan ini. Kajian ini menunjukkan adanya lompatan-lompatan mendadak dalam evolusi moluska air tawar. Rekaman fosil memperlihatkan setidaknya dua titik yang pada masing-masing kisaran keseluruhan spesies mendadak tergantikan oleh bentuk-bentuk baru. Kemudian terlihat bahwa awal dan ujung zaman-zaman dalam geologi ternyata merekam suatu lompatan dalam diferensiasi spesies; misalnya pada Cambrian explosion, kepunahan massa pada ujung Perem, dan pada ujung Kapur. Pendapat seperti yang dikemukakan Pak Dody disebut gap theory dalam mengartikan muatan sains di dalam saat-saat penciptaan di Kitab Kejadian (Genesis). Terdapat jurang yang mahalebar antara Kejadian 1:1 (Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi) dengan Kejadian 1:2 (Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya...). Penganut gap theory mengatakan bahwa ada sekian waktu yang sangat lama antara Kejadian 1:1 dengan Kejadian 1:2 tersebut. Ada malapetaka sebelum masuk Kejadian 1:2. Sesudah itu, baru penciptaan dimulai, diciptakan lagi seluruhnya sampai akhirnya manusia. Tetapi, Kitab
Re: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Extra-Terrestrial Impact for Mass Extinction 13,000 Ya
Walaupun bukunya diberi judul Asal-Muasal Spesies (The Origin of Species), Darwin relatif tidak banyak menyinggung tentang bagaimana spesies baru itu muncul. Ketika ia melakukannya, ia memfokuskan diri terutama kepada apa yang disebut sebagai 'evolusi vertikal'. Kini, kita mengetahui lebih baik daripada Darwin soal spesiasi. Spesies baru dapat berevolusi dengan dua cara yang berbeda. Pada evolusi vertikal, atau 'anagenesis', suatu spesies secara bertahap menjadi begitu berbeda dari bentukan awalnya sehingga pada akhirnya suatu spesies baru tercipta. Bentuk kedua yang lebih umum terjadi adalah 'kladogenesis'. Proses ini terjadi ketika suatu spesies awal mulai mengalami percabanyan menjadi sejumlah galur genetik yang berbeda, yang pada akhirnya setiap galur akan menghasilkan spesies yang berbeda. Agar suatu spesies asli mengalami pemisahan, galur-galur yang terpisah haruslah terisolasi dalam cara yang dapat mencegah mereka saling kawin. Mekanisme isolasi yang paling jelas adalah penghalang fisik seperti pegunungan tinggi atau lautan luas yang akan mencegah aliran genetik di antara galur-galur yang ada. Ini yang kita sebut sebagai 'spesiasi alopatrik' - yaitu spesiasi melalui barier geografi. Bisa terjadi juga isolasi reproduktif ketika masing2 spesies berkembang secara lain sehingga tak saling mengawini, ini kita sebut 'spesiasi simpatrik' Spesiai simpatrik masih merupakan suatu hal yang kontroversial. Percobaan2 dengan lalat buah (pasti ingat Drosophyla melanogaster ini) menunjukkan bahwa preferensi kawin dapat memicu terjadinya seleksi yang mengacaukan pada populasi2 simpatrik. Pada fauna2 yang sederhana macam protozoa memang mekanisme evolusinya lain, tak semudah melihat spesiasi pada fauna2 yang lebih tinggi tingkatannya. Laju spesiasi pada hewan2 sederhana ini juga sangat lambat sehingga spesiasi seolah tak terjadi. Protozoa zaman Kambrium kelihatannya masih sama dengan protozoa zaman sekarang. Tetapi semakin tinggi tingkat fauna, semakin terlihat spesiasinya, juga dalam tinggalan2 fosilnya. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kepunahan massal yang sering dipahami adalah kejadian dalam satu periode lama untuk keseluruhan permukaan bumi alam satu waktu mak BREG. Namun yang saya pahami sekarang setelah melihat teori evolusi dan belajar sequence stratigrafi adalah kepunahan massal seluruh bumi tetapi tidak mak BREG, sekali gus. Kepunahan ini seperti 'arak-arakan awan' yang mengelilingi bumi memunahkan banyak sekali sepesies tetapi masih memebrikan ruang untuk berlari atau bersembunyi dari kejaran kepunahan. Hmmm main petak umpet dengan kepunahan. Kalau dalam rekaman geologi sebenarnya hal ini mudah diikuti, karena kalau kita tahu proses sedimentasi dan erosi saja, maka ketika melihat erosi regional bukan berarti tidak ada sedimentasi sama sekali. Proses sedminetasi itu tetap saja terjadi ketika hampir semua permukaan dibumi ini sedang mengalami proses erosi. Namun dalam rekaman geologi nantinya kita akan melihat sebuah GAP yang besar. seolah-olah pada periode itu tidak ada sedimentasi sama sekali. Demikian juga dengan mahluk hidup. Pada saat terjadi proses mass extinction ini akan ada ruang untuk organisme tetap survive. Memang yang sulit ketika menghubungkan dengan rekaman batu dan fosil atau preserved rock and fossil, seringkali menjumpai sesuatu yg hilang GAP (tak terekam). Karena tak terekam ini ini sering dipakai sebagai Loncatan. Spesiasi sendiri merupakan salah satu mekanisme evolusi yang tidak unique. Bermacam-macam mekanisme dapat membentuk spesiasi. Dahulu waktu kecil aku masih ingat guru menjelaskan bahwa menarik pasangan untuk kawin merupakan salah satu mekanisme evolusi. Kumbang yang jelek tidak akan menarik pasangannya dengan menyebar-bau-bauan, sehingga si jelek dan apek ini menjadi sulit berkembang. Tetapi ternyata dilain pihak daya tarik kumbang ini juga menarik predatornya juga. Artinya sesuatu yang bagus untuk seleksi alam, juga ada ancaman untuk kepunahan. Dan mekanisme ini hanya ada untuk binatang yang moderen/kompleks yang sudah memiliki genital, binatang yang sederhana tentunya tidak memiliki mekanisme evolusi yang ini, kan ? just my 2 rupiah :) RDP On 10/11/07, Awang Satyana wrote: Pak Dody, Teori evolusi tidak terganggu dengan adanya kepunahan masal yang rutin terjadi sepanjang sejarah Bumi. Kalau hanya mengacu kepada prinsip evolusi gradualisme yang dikemukakan Darwin pada 1859 memang kita susah menerima kepunahan massa sebagai paralel dengan gradualisme ala evolusi. Dalam geologi, evolusi gradual adalah uniformitarianisme, sedangkan kepunahan masal adalah katastrofisme. Dua-duanya terjadi dalam sejarah Bumi, dua-duanya aktual (aktualisme). Maka, evolusi pun sebenarnya terjadi melalui gradualisme, tetapi pada beberapa zaman diselingi katastrofisme. Kebanyakan ahli biologi memang masih memegang pandangan gradualitas versi Darwin yang menyatakan bahwa spesies berevolusi