Re: [iagi-net-l] The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?

2010-01-16 Terurut Topik Yosef Khairil Amin
Bagi para penikmat wacana geologi-agama, barangkali buku berikut bisa
dijadikan salahsatu bacaan alternatif, cocok untuk bacaan akhir pekan  :-)

*Geology and Religion: A History of Harmony and Hostility (Geological
Society Special Publication)*
By *M. Kolbl-ebert
*
* Publisher:   Geological Society Pub House
* Number Of Pages:   360
* Publication Date:   2009-05-15
* ISBN-10 / ASIN:   1862392692
* ISBN-13 / EAN:   9781862392694
* Link: http://ifile.it/d5skajn/314283___1862392692_geology_and_religion.rar

For thousands of years, religious ideas have shaped the thoughts and actions
of human beings. Many
of the early geological concepts were initially developed within this
context. The long-standing
relationship between geology and religious thought, which has been sometimes
indifferent, sometimes
fruitful and sometimes full of conflict, is discussed from a historical
point of view. This relationship
continues into the present. Although Christian fundamentalists attack
evolution and related
palaeontological findings as well as the geological evidence for the age of
the Earth, mainstream
theologians strive for a fruitful dialogue between science and religion.
Much of what is written and
discussed today can only be understood within the historical perspective.
This book considers the development of geology from mythological approaches
towards the European
Enlightenment, biblical or geological Flood and the age of the Earth,
geology within ‘religious’
organizations, biographical case studies of geological clerics and religious
geologists, religion and
evolution, and historical aspects of creationism and its motives.

YKA

2010/1/7 Eko Prasetyo strivea...@gmail.com

 Allah berfirman: Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan
 dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.

 (QS, Al-A'raaf: 25)

 Banyak yang menafsirkan ayat di atas sebagai kemutlakan bahwa hanya di bumi
 lah manusia dapat hidup.

 “Hai jamaah, jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
 penjuru langit dan bumi, makan lintasilah, kamu tidak dapat menembuskannya
 melainkan dengan kekuatan ”.

 (QS, Ar-Rahman: 33)

 Di sini tidak disebutkan tentang makhluk lain selain Jin dan Manusia.

 Satu energy (atau non-condensed dimensional being) satunya material (atau
 ocndensed-dimensional being).


 On Thu, 07 Jan 2010 02:09:43 +0800, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 wrote:

  Bumi yang penuh kehidupan tingkat kompleks itu sebuah takdir yang telah
 diatur atau sekadar kebetulan saja ?





RE: [iagi-net-l] The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?

2010-01-13 Terurut Topik Inaray, Jossy
Seandainya kondisi inilah (kemutlakan keberadaan intelectual human being
- manusia - saya dan anda2) yang ada, betapa sangat2 berharga, mulia,
dan special nya manusia itu, sehingga sang pencipta menciptakan seluruh
alam jagad raya ini dengan segala macam dinamikanya, hanya untuk menjaga
keseimbangan dari the pale blue dot - the Earth 

JOSSY C. INARAY

-Original Message-
From: Eko Prasetyo [mailto:strivea...@gmail.com] 
Sent: Thursday, January 07, 2010 11:19 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?

Allah berfirman: Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan

dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.

(QS, Al-A'raaf: 25)

Banyak yang menafsirkan ayat di atas sebagai kemutlakan bahwa hanya di  
bumi lah manusia dapat hidup.

Hai jamaah, jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)  
penjuru langit dan bumi, makan lintasilah, kamu tidak dapat
menembuskannya  
melainkan dengan kekuatan .

(QS, Ar-Rahman: 33)

Di sini tidak disebutkan tentang makhluk lain selain Jin dan Manusia.

Satu energy (atau non-condensed dimensional being) satunya material
(atau  
ocndensed-dimensional being).

On Thu, 07 Jan 2010 02:09:43 +0800, Awang Satyana
awangsaty...@yahoo.com  
wrote:

 Bumi yang penuh kehidupan tingkat kompleks itu sebuah takdir yang
telah  
 diatur atau sekadar kebetulan saja ?







PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...


Ayo siapkan makalah!
Untuk dipresentasikan di PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 4-6
Oktober 2010
Deadline penyerahan makalah - 15 Februari 2010

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no
event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited to direct or indirect damages, or damages of any kind
whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of
or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing
list.
-


.


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan makalah!
Untuk dipresentasikan di PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 4-6 Oktober 2010
Deadline penyerahan makalah - 15 Februari 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



[iagi-net-l] The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?

2010-01-06 Terurut Topik Awang Satyana
Bumi yang penuh kehidupan tingkat kompleks itu sebuah takdir yang telah diatur 
atau sekadar kebetulan saja ?
 
Kemajuan penelitian-penelitian astronomi, kosmologi (mempelajari asal muasal 
Alam Semesta), eksobiologi/astrobiologi (mempelajari kehidupan ekstraterestrial 
atau kehidupan di luar Bumi) dan planetary geology (mempelajari geologi 
planet-planet) serta semua publikasinya, menunjukkan bahwa Bumi kita yang penuh 
kehidupan kompleks (kompleks di sini adalah multisel dan memunculkan manusia 
seperti kita yang cerdas dan berteknologi) itu adalah sesuatu yang unik, bukan 
yang umum, di Alam Semesta. Bagaimana kehidupan kompleks itu bisa muncul di 
Bumi, dan kelihatannya sulit di tempat lain, akan menunjukkan bahwa ia memang 
dirancang untuk bisa dihuni –artinya suatu takdir yang telah diatur (destiny), 
bukan oleh suatu kebetulan belaka (by chance). 
 
Siapa yang mengaturnya ?  Orang beriman tentu tahu jawabannya. Dan, kemajuan 
ilmu pengetahuan menunjukkan ke arah itu, secara ringkas dalam suatu teori 
bernama “Rare Earth Theory” yang dipelopori oleh Peter Ward (geologist dan 
paleontologist) dan Donald Brownlee (astronomer dan astrobiologist) melalui 
buku mereka berjudul “Rare Earth : Why Complex Life Is Uncommon in the 
Universe” (Springer Verlag, 2000). Dan hampir sepuluh tahun setelah buku itu 
terbit, penelitian-penelitian astronomi, kosmologi, eksobiologi/astrobiologi 
dan planetary geology makin menguatkan teori Rare Earth. 
 
Sebuah DVD film dokumenter terbitan BBC (2008) dengan durasi tayang selama 
empat jam (tepatnya 248 menit) berjudul “Earth : The Power of the Planet” 
dengan narator Dr. Iain Stewart (geologist) baru selesai saya tonton. Dari lima 
episode-nya, satu di antaranya dialokasikan untuk menerangkan tentang apa itu 
teori Rare Earth. Dari film tersebut, diperdalam dengan publikasi-publikasi 
terbaru yang berhubungan dengan Rare Earth, saya ringkaskan di bawah ini untuk 
rekan-rekan semua. 
 
Rare Earth adalah suatu antitesis (kontra) terhadap teori lain yang lebih dulu 
populer yang dipelopori oleh Carl Sagan bernama “mediocrity” atau “Copernican 
principle”. Carl Sagan (alm.) adalah seorang astronomer dan exobiologist 
terkenal yang banyak menulis buku yang laku di pasaran (misalnya Cosmos –telah 
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Obor Indonesia 1997 dengan 
kata pengantar oleh Prof. Bambang Hidayat-astronomer paling senior di 
Indonesia, The Pale Blue Dot yang dihiasi gambar-gambar dan foto-foto aduhai, 
Carl Sagan’s Universe yang sedikit teknis, dll.). Buku-bukunya sering ditulis 
dengan kata-kata puitis, sehingga nikmat dan ‘syahdu’ membacanya. Carl Sagan 
pun seorang selebritas dan ilmuwan yang sering muncul di televisi dan dia dekat 
dengan para penguasa Amerika Serikat. Maka, jutaan dollar US dialirkan 
Pemerintah AS untuk mendanai penelitian-penelitian yang mengobsesi Carl Sagan : 
kehidupan ekstraterestrial.
 Carl Sagan meyakini bahwa di Alam Semesta banyak kehidupan. Ide-idenya menjadi 
inspirasi film-film bertajuk ET (extra-terrestrial) –yang mendominasi film-film 
fiksi ilmiah pada era 80-an. Secara ringkas, program peneltian Carl Sagan dan 
timnya bernama SETI –search for extra-terrestrial intelligence. Banyak 
radio-teleskop dengan diameter lebar didirikan di gurun Arizona untuk menangkap 
sinyal-sinyal yang mungkin mambawa tanda-tanda kehidupan dari luar Bumi. Film 
“Contact” yang berkaitan dengan ini dan dibintangi oleh Jodie Foster adalah 
berdasarkan ide Carl Sagan tentang kontak dengan ET.
 
Namun demikian, meskipun telah lebih dari 20 tahun teleskop-teleskop radio 
dengan piringan parabola lebar itu diarahkan ke segenap penjuru langit, tak ada 
satu “beep” pun terbaca atau “terdengar” di layar monitor yang dipasang 24 jam 
selama puluhan tahun itu. Harapannya, “beep” itu adalah salam pembuka dari 
makhluk cerdas di luar Bumi (ETI) yang menyapa para manusia yang sangat 
berharap disapa. “Kalau ETI itu suatu hal yang umum di Alam Semesta,  mengapa 
tak pernah ada kontak ?” Pertanyaan ini terkenal sebagai Fermi paradox. “If the 
universe is teeming with aliens, where is everybody” (Webb, 2002). Sampai Carl 
Sagan sendiri meninggal pada tahun 1996, belum ditemukan tanda-tanda adanya 
kontak dengan ETI. Program SETI pun mulai dilecehkan kebanyakan orang, bahkan 
sebuah iklan minuman memanfaatkan radio telescope itu. Dua anak muda naik ke 
piringan parabola teleskop sambil minum minuman bersoda. Lalu mereka berserdawa 
 “bluuurrrppp” yang segera tertangkap di layar monitor para astronom dan 
menimbulkan kehebohan luar biasa di antara para peneliti sebab dikiranya ada 
kontak dengan ETI, padahal itu suara gas dari perut si anak muda di atas radio 
teleskop (huh...). Dana penelitian SETI pun otomatis berkurang dan kurang 
populer lagi, apalagi pembela utamanya telah tiada.
 
Apakah memang tak ada kehidupan lain yang kompleks (seperti di Bumi) di luar 
Bumi, di Alam Semesta yang begitu luas itu ? Apakah Alam Semesta itu hanya 
diciptakan untuk 

Re: [iagi-net-l] The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?

2010-01-06 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Yang hebat itu yang menciptakan faktor kebetulan ini !
wupst !  Pradox !


RDP
Langsung masuk ke TKP (Blog IAGI)

2010/1/7 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Bumi yang penuh kehidupan tingkat kompleks itu sebuah takdir yang telah
 diatur atau sekadar kebetulan saja ?

 Kemajuan penelitian-penelitian astronomi, kosmologi (mempelajari asal
 muasal Alam Semesta), eksobiologi/astrobiologi (mempelajari kehidupan
 ekstraterestrial atau kehidupan di luar Bumi) dan planetary geology
 (mempelajari geologi planet-planet) serta semua publikasinya, menunjukkan
 bahwa Bumi kita yang penuh kehidupan kompleks (kompleks di sini adalah
 multisel dan memunculkan manusia seperti kita yang cerdas dan berteknologi)
 itu adalah sesuatu yang unik, bukan yang umum, di Alam Semesta. Bagaimana
 kehidupan kompleks itu bisa muncul di Bumi, dan kelihatannya sulit di tempat
 lain, akan menunjukkan bahwa ia memang dirancang untuk bisa dihuni –artinya
 suatu takdir yang telah diatur (destiny), bukan oleh suatu kebetulan belaka
 (by chance).

 Siapa yang mengaturnya ?  Orang beriman tentu tahu jawabannya. Dan,
 kemajuan ilmu pengetahuan menunjukkan ke arah itu, secara ringkas dalam
 suatu teori bernama “Rare Earth Theory” yang dipelopori oleh Peter Ward
 (geologist dan paleontologist) dan Donald Brownlee (astronomer dan
 astrobiologist) melalui buku mereka berjudul “Rare Earth : Why Complex Life
 Is Uncommon in the Universe” (Springer Verlag, 2000). Dan hampir sepuluh
 tahun setelah buku itu terbit, penelitian-penelitian astronomi, kosmologi,
 eksobiologi/astrobiologi dan planetary geology makin menguatkan teori Rare
 Earth.

 Sebuah DVD film dokumenter terbitan BBC (2008) dengan durasi tayang selama
 empat jam (tepatnya 248 menit) berjudul “Earth : The Power of the Planet”
 dengan narator Dr. Iain Stewart (geologist) baru selesai saya tonton. Dari
 lima episode-nya, satu di antaranya dialokasikan untuk menerangkan tentang
 apa itu teori Rare Earth. Dari film tersebut, diperdalam dengan
 publikasi-publikasi terbaru yang berhubungan dengan Rare Earth, saya
 ringkaskan di bawah ini untuk rekan-rekan semua.

 Rare Earth adalah suatu antitesis (kontra) terhadap teori lain yang lebih
 dulu populer yang dipelopori oleh Carl Sagan bernama “mediocrity” atau
 “Copernican principle”. Carl Sagan (alm.) adalah seorang astronomer dan
 exobiologist terkenal yang banyak menulis buku yang laku di pasaran
 (misalnya Cosmos –telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan
 Obor Indonesia 1997 dengan kata pengantar oleh Prof. Bambang
 Hidayat-astronomer paling senior di Indonesia, The Pale Blue Dot yang
 dihiasi gambar-gambar dan foto-foto aduhai, Carl Sagan’s Universe yang
 sedikit teknis, dll.). Buku-bukunya sering ditulis dengan kata-kata puitis,
 sehingga nikmat dan ‘syahdu’ membacanya. Carl Sagan pun seorang selebritas
 dan ilmuwan yang sering muncul di televisi dan dia dekat dengan para
 penguasa Amerika Serikat. Maka, jutaan dollar US dialirkan Pemerintah AS
 untuk mendanai penelitian-penelitian yang mengobsesi Carl Sagan : kehidupan
 ekstraterestrial.
  Carl Sagan meyakini bahwa di Alam Semesta banyak kehidupan. Ide-idenya
 menjadi inspirasi film-film bertajuk ET (extra-terrestrial) –yang
 mendominasi film-film fiksi ilmiah pada era 80-an. Secara ringkas, program
 peneltian Carl Sagan dan timnya bernama SETI –search for extra-terrestrial
 intelligence. Banyak radio-teleskop dengan diameter lebar didirikan di gurun
 Arizona untuk menangkap sinyal-sinyal yang mungkin mambawa tanda-tanda
 kehidupan dari luar Bumi. Film “Contact” yang berkaitan dengan ini dan
 dibintangi oleh Jodie Foster adalah berdasarkan ide Carl Sagan tentang
 kontak dengan ET.

 Namun demikian, meskipun telah lebih dari 20 tahun teleskop-teleskop radio
 dengan piringan parabola lebar itu diarahkan ke segenap penjuru langit, tak
 ada satu “beep” pun terbaca atau “terdengar” di layar monitor yang dipasang
 24 jam selama puluhan tahun itu. Harapannya, “beep” itu adalah salam pembuka
 dari makhluk cerdas di luar Bumi (ETI) yang menyapa para manusia yang sangat
 berharap disapa. “Kalau ETI itu suatu hal yang umum di Alam Semesta,
 mengapa tak pernah ada kontak ?” Pertanyaan ini terkenal sebagai Fermi
 paradox. “If the universe is teeming with aliens, where is everybody” (Webb,
 2002). Sampai Carl Sagan sendiri meninggal pada tahun 1996, belum ditemukan
 tanda-tanda adanya kontak dengan ETI. Program SETI pun mulai dilecehkan
 kebanyakan orang, bahkan sebuah iklan minuman memanfaatkan radio telescope
 itu. Dua anak muda naik ke piringan parabola teleskop sambil minum minuman
 bersoda. Lalu mereka berserdawa
  “bluuurrrppp” yang segera tertangkap di layar monitor para astronom dan
 menimbulkan kehebohan luar biasa di antara para peneliti sebab dikiranya ada
 kontak dengan ETI, padahal itu suara gas dari perut si anak muda di atas
 radio teleskop (huh...). Dana penelitian SETI pun otomatis berkurang dan
 kurang populer lagi, apalagi pembela utamanya telah tiada.

 Apakah 

Re: [iagi-net-l] The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?

2010-01-06 Terurut Topik Hendratno Agus
Betul pak Awang. Tuhan menciptkan ayat-ayatnya ada 2 : 1. ayat yang tercipta 
(hamparan alam semesta dan komplesitas bumi-langit itu) 2. ayat-ayat yang 
tertulis (4 kitab dari langitan yang diturunkan oleh Tuhan ke ummat manusia: 
Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran). Ayat-ayat yang terulis yang diturunkan ini 
sebetulnya sebagai penyempurna dari ayat-ayat yang tercipta (secara 
astronomis, geologis dengan elemen-elemen hidrosfer, atmosfer, litosfer, dan 
biosfer). Dalam banyak buku yang mengulas saintek dan agama, ada kemiripan 4 
kitab dalam melihat alam semesta dan bumi sebagai tempat yang sudah ditakdirkan 
sebagai paling sempurna untuk hunian manusia. Karena 4 kitab dari langit tsb 
diturunkan di planet bumi. Khusus Al-Quran : jelas di-state  dengan Khalifatul 
fil ardh. Hukum alamnya adalah kepemimpinan manuasi di bumi, titik. Tidak ada 
planet atau kehidupan yang sempurna sebagaimana di bumi ditemukan di extra 
terestrial.

weellaaah..., ada rapat lagi..
salam, agus hend





From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Sent: Thu, January 7, 2010 7:27:10 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?

Yang hebat itu yang menciptakan faktor kebetulan ini !
wupst !  Pradox !


RDP
Langsung masuk ke TKP (Blog IAGI)

2010/1/7 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Bumi yang penuh kehidupan tingkat kompleks itu sebuah takdir yang telah
 diatur atau sekadar kebetulan saja ?

 Kemajuan penelitian-penelitian astronomi, kosmologi (mempelajari asal
 muasal Alam Semesta), eksobiologi/astrobiologi (mempelajari kehidupan
 ekstraterestrial atau kehidupan di luar Bumi) dan planetary geology
 (mempelajari geologi planet-planet) serta semua publikasinya, menunjukkan
 bahwa Bumi kita yang penuh kehidupan kompleks (kompleks di sini adalah
 multisel dan memunculkan manusia seperti kita yang cerdas dan berteknologi)
 itu adalah sesuatu yang unik, bukan yang umum, di Alam Semesta. Bagaimana
 kehidupan kompleks itu bisa muncul di Bumi, dan kelihatannya sulit di tempat
 lain, akan menunjukkan bahwa ia memang dirancang untuk bisa dihuni –artinya
 suatu takdir yang telah diatur (destiny), bukan oleh suatu kebetulan belaka
 (by chance).

 Siapa yang mengaturnya ?  Orang beriman tentu tahu jawabannya. Dan,
 kemajuan ilmu pengetahuan menunjukkan ke arah itu, secara ringkas dalam
 suatu teori bernama “Rare Earth Theory” yang dipelopori oleh Peter Ward
 (geologist dan paleontologist) dan Donald Brownlee (astronomer dan
 astrobiologist) melalui buku mereka berjudul “Rare Earth : Why Complex Life
 Is Uncommon in the Universe” (Springer Verlag, 2000). Dan hampir sepuluh
 tahun setelah buku itu terbit, penelitian-penelitian astronomi, kosmologi,
 eksobiologi/astrobiologi dan planetary geology makin menguatkan teori Rare
 Earth.

 Sebuah DVD film dokumenter terbitan BBC (2008) dengan durasi tayang selama
 empat jam (tepatnya 248 menit) berjudul “Earth : The Power of the Planet”
 dengan narator Dr. Iain Stewart (geologist) baru selesai saya tonton. Dari
 lima episode-nya, satu di antaranya dialokasikan untuk menerangkan tentang
 apa itu teori Rare Earth. Dari film tersebut, diperdalam dengan
 publikasi-publikasi terbaru yang berhubungan dengan Rare Earth, saya
 ringkaskan di bawah ini untuk rekan-rekan semua.

 Rare Earth adalah suatu antitesis (kontra) terhadap teori lain yang lebih
 dulu populer yang dipelopori oleh Carl Sagan bernama “mediocrity” atau
 “Copernican principle”. Carl Sagan (alm.) adalah seorang astronomer dan
 exobiologist terkenal yang banyak menulis buku yang laku di pasaran
 (misalnya Cosmos –telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan
 Obor Indonesia 1997 dengan kata pengantar oleh Prof. Bambang
 Hidayat-astronomer paling senior di Indonesia, The Pale Blue Dot yang
 dihiasi gambar-gambar dan foto-foto aduhai, Carl Sagan’s Universe yang
 sedikit teknis, dll.). Buku-bukunya sering ditulis dengan kata-kata puitis,
 sehingga nikmat dan ‘syahdu’ membacanya. Carl Sagan pun seorang selebritas
 dan ilmuwan yang sering muncul di televisi dan dia dekat dengan para
 penguasa Amerika Serikat. Maka, jutaan dollar US dialirkan Pemerintah AS
 untuk mendanai penelitian-penelitian yang mengobsesi Carl Sagan : kehidupan
 ekstraterestrial.
  Carl Sagan meyakini bahwa di Alam Semesta banyak kehidupan. Ide-idenya
 menjadi inspirasi film-film bertajuk ET (extra-terrestrial) –yang
 mendominasi film-film fiksi ilmiah pada era 80-an. Secara ringkas, program
 peneltian Carl Sagan dan timnya bernama SETI –search for extra-terrestrial
 intelligence. Banyak radio-teleskop dengan diameter lebar didirikan di gurun
 Arizona untuk menangkap sinyal-sinyal yang mungkin mambawa tanda-tanda
 kehidupan dari luar Bumi. Film “Contact” yang berkaitan dengan ini dan
 dibintangi oleh Jodie Foster adalah berdasarkan ide Carl Sagan