Re: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Betul sekali bapak2, Saya mau menambahkan..salah satu yg menguntungkan kita adalah adanya peraturan bahwa raw data spt seismic dan log tdk boleh dibawa keluar negri. Ini mewajibkan perusahaan melakukan technical work (subsurface) di dlm negri. Kondisi ini memungkinkan kita, tenaga geoscience nasional, untuk berkembang. Kalau data kita boleh dibawa keluar, mungkin sebagian besar pekerjaan GnG (apalagi exploration/new venture) akan dikerjakan di head quarter di negara mereka masing2. Sementara geoscientists lokal cuma jadi liason saja dan pelengkap RPTK. Terima kasih, Fauzan On 8 Oct 2014 04:44, Andi AB Salahuddin SRS0-2mZW=67=yahoo.com= a_baiq...@iagi.or.id wrote: Mas RDP dan rekan IAGI sekalian, Sepakat dengan yang mas Vicky uraikan di bawah. Bahkan kalau boleh sedikit lebih optimis lagi (bukan takabur), dari yang saya lihat dan alami sendiri ternyata pekerja migas asal Indonesia tidak saja lebih canggih tangguh dibandingkan negara ASEAN tapi juga tidak kalah sama pekerja migas asal Middle East, (North) Africa, atau Amerika Latin yang cukup membanjiri lapangan kerja di middle east. Selain karena sudah lamanya industri migas Indonesia berjalan, menurut saya faktor utama lainnya ialah terutama karena kita sangat beruntung dianugerahi dengan lapangan-lapangan migas dengan kondisi bawah permukaan yang boleh dibilang lengkap play-nya, kompleks strukturnya, sampai kepada sudah tidak asingnya penggunaan teknologi EOR, dst. Kesemuanya ini pada akhirnya memperkaya pengalaman kita selama mengevaluasi lapangan tersebut. In the end, tidak terlalu mengherankan jika sewaktu tenaga profesional migas Indonesia harus ekspansi ke Middle East misalnya, amunisinya sudah lengkap :) Salam optimis. AS. -- *From: * Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 7 Oct 2014 17:58:07 +0700 *To: *Indoenergyindoene...@yahoogroups.com; migas_indone...@yahoogroups.commigas_indone...@yahoogroups.com; IAGI iagi-net@iagi.or.id; geosaintist...@googlegroups.com geosaintist...@googlegroups.com; Forum HAGIfo...@hagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *[iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), banyak yang khawatir Indonesia kebanjiran tenaga asing. Tapi khusus untuk pekerja MIGAS, saya malah khawatir kehilangan rekan-rekan pekerja MIGAS Indonesia yang hengkang keluar dari Indonesia. Pekerja Migas Indonesia itu lebih canggih dan lebih tangguh ketimbang pekerja migas dari luar (khususnya ASEAN), bahkan juga banyak yang hengkang ke US/Eropa dan terutama Middle East (Timur Tengah). Pengalaman Industri Migas Indonesia yang lebih dari 100 tahun menghasilkan tenaga-tenaga trampil jauh lebih bagus ketimbang negara-negara lain. Tidak sekedar kurangnya remunerasi penghargaan profesinya, tetapi justru susahnya operasi migas di Indonesia ini yang menyebabkan *sulitnya menciptakan lapangan pekerjaan yang pas* dan berujung pada hengkangnya pekerja migas yang berpengalaman ini. Salah satu tugas awal ESDM yang perlu dilakukan sebelum menyediakan energi yang dengan didahului penemuan lapangan migas baru adalah kemudahan menyediakan pekerjaan eksplorasi itu sendiri. Dengan data. Dengan project. Dan penyediaan dana yg cukup. Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website:
Re: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Menurut saya, gak perlu ditakuti secara berlebihan. Situasi industri minyak akan dg sendirinya memfilter penggunaan tenaga local atau luar negeri. Pertimbangan utamanya selalu pertimbangan bisnis dan strategic. Masuknya tenaga kerja dari luar justru akan memberikan keberagaman dalam interpretasi dan analisa, sehingga menghasilkan pandangan yg berbeda. Keberagaman itu yg sengaja diciptakan oleh perusahaan2 seperti PETRONAS, PVEP sehingga muncul ide2 baru, iklim yg competitive yg pada akhirnya membantu penemuan2 baru. Harus kita akui, itulah kontribusi terbesar dari rekan2 kita di luar negeri, memberikan keragaman analisa. Sering kali penemuan lapangan baru bukan dikarenakan kemampuan kita melakukan analisa yg dalam dan komplek. Tapi lebih pada karena kemampuan Kita dalam menerima dan menganalisa keragaman interpretasi. Jadi, biarkan tenaga luar masuk ke Indonesia. Kita sendiri mungkin yg harus merubah mind set untuk lebih mendengar pandangan/opini yg berbeda termasuk proses eksekusinya. Selamat menyongsong AFTA dan MEA. Sukses selalu. Sigit From: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id on behalf of Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Sent: Tuesday, October 07, 2014 6:58 PM To: Indoenergy; migas_indone...@yahoogroups.com; IAGI; geosaintist...@googlegroups.com; Forum HAGI Subject: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), banyak yang khawatir Indonesia kebanjiran tenaga asing. Tapi khusus untuk pekerja MIGAS, saya malah khawatir kehilangan rekan-rekan pekerja MIGAS Indonesia yang hengkang keluar dari Indonesia. Pekerja Migas Indonesia itu lebih canggih dan lebih tangguh ketimbang pekerja migas dari luar (khususnya ASEAN), bahkan juga banyak yang hengkang ke US/Eropa dan terutama Middle East (Timur Tengah). Pengalaman Industri Migas Indonesia yang lebih dari 100 tahun menghasilkan tenaga-tenaga trampil jauh lebih bagus ketimbang negara-negara lain. Tidak sekedar kurangnya remunerasi penghargaan profesinya, tetapi justru susahnya operasi migas di Indonesia ini yang menyebabkan sulitnya menciptakan lapangan pekerjaan yang pas dan berujung pada hengkangnya pekerja migas yang berpengalaman ini. Salah satu tugas awal ESDM yang perlu dilakukan sebelum menyediakan energi yang dengan didahului penemuan lapangan migas baru adalah kemudahan menyediakan pekerjaan eksplorasi itu sendiri. Dengan data. Dengan project. Dan penyediaan dana yg cukup. Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited
Re: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Aku kok nggak percaya data seismik tertahan dlm negeri. Dengan teknologi saat ini data apa saja dpt dengan mudah bocorr. Rahasia negara sampai percakapan kepala negara saja dpt bocor dgn mudah; apalagi data perusahaan. Perusahaan mana yang tidak mengirim data lewat internet? Salam. Pada 8 Okt 2014 15:05, Fauzan Arif fzan.a...@gmail.com menulis: Betul sekali bapak2, Saya mau menambahkan..salah satu yg menguntungkan kita adalah adanya peraturan bahwa raw data spt seismic dan log tdk boleh dibawa keluar negri. Ini mewajibkan perusahaan melakukan technical work (subsurface) di dlm negri. Kondisi ini memungkinkan kita, tenaga geoscience nasional, untuk berkembang. Kalau data kita boleh dibawa keluar, mungkin sebagian besar pekerjaan GnG (apalagi exploration/new venture) akan dikerjakan di head quarter di negara mereka masing2. Sementara geoscientists lokal cuma jadi liason saja dan pelengkap RPTK. Terima kasih, Fauzan On 8 Oct 2014 04:44, Andi AB Salahuddin SRS0-2mZW=67=yahoo.com= a_baiq...@iagi.or.id wrote: Mas RDP dan rekan IAGI sekalian, Sepakat dengan yang mas Vicky uraikan di bawah. Bahkan kalau boleh sedikit lebih optimis lagi (bukan takabur), dari yang saya lihat dan alami sendiri ternyata pekerja migas asal Indonesia tidak saja lebih canggih tangguh dibandingkan negara ASEAN tapi juga tidak kalah sama pekerja migas asal Middle East, (North) Africa, atau Amerika Latin yang cukup membanjiri lapangan kerja di middle east. Selain karena sudah lamanya industri migas Indonesia berjalan, menurut saya faktor utama lainnya ialah terutama karena kita sangat beruntung dianugerahi dengan lapangan-lapangan migas dengan kondisi bawah permukaan yang boleh dibilang lengkap play-nya, kompleks strukturnya, sampai kepada sudah tidak asingnya penggunaan teknologi EOR, dst. Kesemuanya ini pada akhirnya memperkaya pengalaman kita selama mengevaluasi lapangan tersebut. In the end, tidak terlalu mengherankan jika sewaktu tenaga profesional migas Indonesia harus ekspansi ke Middle East misalnya, amunisinya sudah lengkap :) Salam optimis. AS. -- *From: * Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 7 Oct 2014 17:58:07 +0700 *To: *Indoenergyindoene...@yahoogroups.com; migas_indone...@yahoogroups.commigas_indone...@yahoogroups.com; IAGI iagi-net@iagi.or.id; geosaintist...@googlegroups.com geosaintist...@googlegroups.com; Forum HAGIfo...@hagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *[iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), banyak yang khawatir Indonesia kebanjiran tenaga asing. Tapi khusus untuk pekerja MIGAS, saya malah khawatir kehilangan rekan-rekan pekerja MIGAS Indonesia yang hengkang keluar dari Indonesia. Pekerja Migas Indonesia itu lebih canggih dan lebih tangguh ketimbang pekerja migas dari luar (khususnya ASEAN), bahkan juga banyak yang hengkang ke US/Eropa dan terutama Middle East (Timur Tengah). Pengalaman Industri Migas Indonesia yang lebih dari 100 tahun menghasilkan tenaga-tenaga trampil jauh lebih bagus ketimbang negara-negara lain. Tidak sekedar kurangnya remunerasi penghargaan profesinya, tetapi justru susahnya operasi migas di Indonesia ini yang menyebabkan *sulitnya menciptakan lapangan pekerjaan yang pas* dan berujung pada hengkangnya pekerja migas yang berpengalaman ini. Salah satu tugas awal ESDM yang perlu dilakukan sebelum menyediakan energi yang dengan didahului penemuan lapangan migas baru adalah kemudahan menyediakan pekerjaan eksplorasi itu sendiri. Dengan data. Dengan project. Dan penyediaan dana yg cukup. Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection
RE: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Sebagai negara yang maju dan berpengalaman lebih dari 100 tahun (seperti yang dicantumkan pak RDP), seharusnya Indonesia menyediakan lembaga pelatihan, universitas2 di buka untuk mendidik S2 dan S3 di bidang perminyakan, juga untuk negara2 yang kurang berpengalaman. Tenaga2 profesional Indonesia bisa menjadi pengajar2 ulung, dan lembaga2 pendidikan ini menjadi lapangan pekerjaan yang pas bagi mereka. Pekerja2 Indonesia yang keluar bisa berbagi pengalaman / mengajar di kampus2 Indonesia. Dengan demikian pendidikan geologi di Indonesia tidak hanya focus ke Tertiary geology. Universitas2 di Indonesia perlu juga pergi field trip ke negara2 lain dan melihat geologi yang 'lain', untuk membuka wawasan. Salam, Herman From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sigit Sent: Wednesday, October 08, 2014 11:44 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menurut saya, gak perlu ditakuti secara berlebihan. Situasi industri minyak akan dg sendirinya memfilter penggunaan tenaga local atau luar negeri. Pertimbangan utamanya selalu pertimbangan bisnis dan strategic. Masuknya tenaga kerja dari luar justru akan memberikan keberagaman dalam interpretasi dan analisa, sehingga menghasilkan pandangan yg berbeda. Keberagaman itu yg sengaja diciptakan oleh perusahaan2 seperti PETRONAS, PVEP sehingga muncul ide2 baru, iklim yg competitive yg pada akhirnya membantu penemuan2 baru. Harus kita akui, itulah kontribusi terbesar dari rekan2 kita di luar negeri, memberikan keragaman analisa. Sering kali penemuan lapangan baru bukan dikarenakan kemampuan kita melakukan analisa yg dalam dan komplek. Tapi lebih pada karena kemampuan Kita dalam menerima dan menganalisa keragaman interpretasi. Jadi, biarkan tenaga luar masuk ke Indonesia. Kita sendiri mungkin yg harus merubah mind set untuk lebih mendengar pandangan/opini yg berbeda termasuk proses eksekusinya. Selamat menyongsong AFTA dan MEA. Sukses selalu. Sigit From: iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.idmailto:iagi-net@iagi.or.id on behalf of Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.commailto:rovi...@gmail.com Sent: Tuesday, October 07, 2014 6:58 PM To: Indoenergy; migas_indone...@yahoogroups.commailto:migas_indone...@yahoogroups.com; IAGI; geosaintist...@googlegroups.commailto:geosaintist...@googlegroups.com; Forum HAGI Subject: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), banyak yang khawatir Indonesia kebanjiran tenaga asing. Tapi khusus untuk pekerja MIGAS, saya malah khawatir kehilangan rekan-rekan pekerja MIGAS Indonesia yang hengkang keluar dari Indonesia. Pekerja Migas Indonesia itu lebih canggih dan lebih tangguh ketimbang pekerja migas dari luar (khususnya ASEAN), bahkan juga banyak yang hengkang ke US/Eropa dan terutama Middle East (Timur Tengah). Pengalaman Industri Migas Indonesia yang lebih dari 100 tahun menghasilkan tenaga-tenaga trampil jauh lebih bagus ketimbang negara-negara lain. Tidak sekedar kurangnya remunerasi penghargaan profesinya, tetapi justru susahnya operasi migas di Indonesia ini yang menyebabkan sulitnya menciptakan lapangan pekerjaan yang pas dan berujung pada hengkangnya pekerja migas yang berpengalaman ini. Salah satu tugas awal ESDM yang perlu dilakukan sebelum menyediakan energi yang dengan didahului penemuan lapangan migas baru adalah kemudahan menyediakan pekerjaan eksplorasi itu sendiri. Dengan data. Dengan project. Dan penyediaan dana yg cukup. Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.idmailto:iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.idmailto:iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use
RE: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Negara ini belum 70 th bagaimana mengaku mengelola minyak sudah 100th? Pertamina berapa sih umurnya? Sudah mahirkah mengelola minyak? Jualan mungkin. Maaf sekedar bertanya saja. Pada 9 Okt 2014 08:11, herman.dar...@shell.com menulis: Sebagai negara yang maju dan berpengalaman lebih dari 100 tahun (seperti yang dicantumkan pak RDP), seharusnya Indonesia menyediakan lembaga pelatihan, universitas2 di buka untuk mendidik S2 dan S3 di bidang perminyakan, juga untuk negara2 yang kurang berpengalaman. Tenaga2 profesional Indonesia bisa menjadi pengajar2 ulung, dan lembaga2 pendidikan ini menjadi *lapangan pekerjaan yang pas* bagi mereka. Pekerja2 Indonesia yang keluar bisa berbagi pengalaman / mengajar di kampus2 Indonesia. Dengan demikian pendidikan geologi di Indonesia tidak hanya focus ke Tertiary geology. Universitas2 di Indonesia perlu juga pergi field trip ke negara2 lain dan melihat geologi yang ‘lain’, untuk membuka wawasan. Salam, Herman *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * Sigit *Sent:* Wednesday, October 08, 2014 11:44 PM *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menurut saya, gak perlu ditakuti secara berlebihan. Situasi industri minyak akan dg sendirinya memfilter penggunaan tenaga local atau luar negeri. Pertimbangan utamanya selalu pertimbangan bisnis dan strategic. Masuknya tenaga kerja dari luar justru akan memberikan keberagaman dalam interpretasi dan analisa, sehingga menghasilkan pandangan yg berbeda. Keberagaman itu yg sengaja diciptakan oleh perusahaan2 seperti PETRONAS, PVEP sehingga muncul ide2 baru, iklim yg competitive yg pada akhirnya membantu penemuan2 baru. Harus kita akui, itulah kontribusi terbesar dari rekan2 kita di luar negeri, memberikan keragaman analisa. Sering kali penemuan lapangan baru bukan dikarenakan kemampuan kita melakukan analisa yg dalam dan komplek. Tapi lebih pada karena kemampuan Kita dalam menerima dan menganalisa keragaman interpretasi. Jadi, biarkan tenaga luar masuk ke Indonesia. Kita sendiri mungkin yg harus merubah mind set untuk lebih mendengar pandangan/opini yg berbeda termasuk proses eksekusinya. Selamat menyongsong AFTA dan MEA. Sukses selalu. Sigit -- *From:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id on behalf of Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com *Sent:* Tuesday, October 07, 2014 6:58 PM *To:* Indoenergy; migas_indone...@yahoogroups.com; IAGI; geosaintist...@googlegroups.com; Forum HAGI *Subject:* [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), banyak yang khawatir Indonesia kebanjiran tenaga asing. Tapi khusus untuk pekerja MIGAS, saya malah khawatir kehilangan rekan-rekan pekerja MIGAS Indonesia yang hengkang keluar dari Indonesia. Pekerja Migas Indonesia itu lebih canggih dan lebih tangguh ketimbang pekerja migas dari luar (khususnya ASEAN), bahkan juga banyak yang hengkang ke US/Eropa dan terutama Middle East (Timur Tengah). Pengalaman Industri Migas Indonesia yang lebih dari 100 tahun menghasilkan tenaga-tenaga trampil jauh lebih bagus ketimbang negara-negara lain. Tidak sekedar kurangnya remunerasi penghargaan profesinya, tetapi justru susahnya operasi migas di Indonesia ini yang menyebabkan *sulitnya menciptakan lapangan pekerjaan yang pas* dan berujung pada hengkangnya pekerja migas yang berpengalaman ini. Salah satu tugas awal ESDM yang perlu dilakukan sebelum menyediakan energi yang dengan didahului penemuan lapangan migas baru adalah kemudahan menyediakan pekerjaan eksplorasi itu sendiri. Dengan data. Dengan project. Dan penyediaan dana yg cukup. Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any
RE: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Gak ada Afta atau MEA pun yg jelas Minyaknya sudah Minyak Minyik spt berita dibawah ini ,produksi turun terus konsumsi naik terus di 2020 produksi tinggal 0,6 juta barel tapi konsumsi sudah 2,2 juta , jadi 2020 impornya sdh 75 % dari kebutuhannya , jangan jangan sebentar lagi sudah Net Importir... ( ISM ) Lifting Minyak Merosot ke 600 Ribu Barel di 2020 TEMPO.CO, Bojonegoro - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo mengatakan lifting minyak bakal merosot setiap tahun. Disebabkan minimnya kegiatan eksplorasi dan penemuan cadangan minyak baru. Dalam 5-6 tahun ke depan, kalau kita tidak geber eksplorasi produksi minyak hanya 600 ribu barel per hari. Itu sudah termasuk produksi Cepu, katanya di sela peresmian fasilitas produksi Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Tim Susilo mengatakan untuk produksi 2 hingga 4 tahun ke depan, tidak ada tambahan produksi minyak yang besar. Tambahan yang cukup signifikan, menurut dia, berasal dari Lapangan Ande-ande Lumut, Blok North West Natuna, dan Lapangan Kedung Keris, Blok Cepu. Ande-ande Lumut 25 ribu barel per hari dan Kedung Keris mungkin 20 ribu barel per hari, tetapi yang lainnya turun karena lapangan tua, ujarnya. Menurut Susilo, kunci mempertahankan produksi minyak dengan meningkatkan intensitas eksplorasi. Adapun untuk menambah tingkat eksplorasi perlu perbaikan sistem, terutama pada perizinan. Harus dipermudah izinnya. Masak ngebor tiga bulan, urus izinnya dua tahun. Kementerian Energi memperkirakan kebutuhan minyak Indonesia mencapai 2,2 juta barel per hari pada 2020.) Negara ini belum 70 th bagaimana mengaku mengelola minyak sudah 100th? Pertamina berapa sih umurnya? Sudah mahirkah mengelola minyak? Jualan mungkin. Maaf sekedar bertanya saja. Pada 9 Okt 2014 08:11, herman.dar...@shell.com menulis: Sebagai negara yang maju dan berpengalaman lebih dari 100 tahun (seperti yang dicantumkan pak RDP), seharusnya Indonesia menyediakan lembaga pelatihan, universitas2 di buka untuk mendidik S2 dan S3 di bidang perminyakan, juga untuk negara2 yang kurang berpengalaman. Tenaga2 profesional Indonesia bisa menjadi pengajar2 ulung, dan lembaga2 pendidikan ini menjadi *lapangan pekerjaan yang pas* bagi mereka. Pekerja2 Indonesia yang keluar bisa berbagi pengalaman / mengajar di kampus2 Indonesia. Dengan demikian pendidikan geologi di Indonesia tidak hanya focus ke Tertiary geology. Universitas2 di Indonesia perlu juga pergi field trip ke negara2 lain dan melihat geologi yang âlainâ, untuk membuka wawasan. Salam, Herman *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * Sigit *Sent:* Wednesday, October 08, 2014 11:44 PM *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menurut saya, gak perlu ditakuti secara berlebihan. Situasi industri minyak akan dg sendirinya memfilter penggunaan tenaga local atau luar negeri. Pertimbangan utamanya selalu pertimbangan bisnis dan strategic. Masuknya tenaga kerja dari luar justru akan memberikan keberagaman dalam interpretasi dan analisa, sehingga menghasilkan pandangan yg berbeda. Keberagaman itu yg sengaja diciptakan oleh perusahaan2 seperti PETRONAS, PVEP sehingga muncul ide2 baru, iklim yg competitive yg pada akhirnya membantu penemuan2 baru. Harus kita akui, itulah kontribusi terbesar dari rekan2 kita di luar negeri, memberikan keragaman analisa. Sering kali penemuan lapangan baru bukan dikarenakan kemampuan kita melakukan analisa yg dalam dan komplek. Tapi lebih pada karena kemampuan Kita dalam menerima dan menganalisa keragaman interpretasi. Jadi, biarkan tenaga luar masuk ke Indonesia. Kita sendiri mungkin yg harus merubah mind set untuk lebih mendengar pandangan/opini yg berbeda termasuk proses eksekusinya. Selamat menyongsong AFTA dan MEA. Sukses selalu. Sigit -- *From:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id on behalf of Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com *Sent:* Tuesday, October 07, 2014 6:58 PM *To:* Indoenergy; migas_indone...@yahoogroups.com; IAGI; geosaintist...@googlegroups.com; Forum HAGI *Subject:* [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), banyak yang khawatir Indonesia kebanjiran tenaga asing. Tapi khusus untuk pekerja MIGAS, saya malah khawatir kehilangan rekan-rekan pekerja MIGAS Indonesia yang hengkang keluar dari Indonesia. Pekerja Migas Indonesia itu lebih canggih dan lebih tangguh ketimbang pekerja migas dari luar (khususnya ASEAN), bahkan juga banyak yang hengkang ke US/Eropa dan terutama Middle East (Timur Tengah). Pengalaman Industri Migas Indonesia yang lebih dari 100 tahun menghasilkan tenaga-tenaga trampil jauh lebih bagus ketimbang negara-negara lain. Tidak sekedar kurangnya remunerasi penghargaan profesinya, tetapi justru susahnya operasi migas di Indonesia ini
Re: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
quote: Adapun untuk menambah tingkat eksplorasi perlu perbaikan sistem, terutama pada perizinan. Harus dipermudah izinnya. Masak ngebor tiga bulan, urus izinnya dua tahun. Damn. I like this very much pertanyaanya: kapan akan dimulainya...?. SBY 2 tahun yl pidato di IPA akan menyederhanakan ijin di sektor MIGAS, dan ternyata sampai hari ini bukannya tambah sederhana malah tambah runyam: pajak, lingkungan, tumpang tindih, penguasa lokal dll bahkan institusi yang seharusnya paham betul soal ini sekarang juga ikut-ikutan menambah rumit dengan segalam macam isian dan tabel yang harus diisi... :-) Terus terang, saya belum melihat ada secercah sinar terang di ujung terowongan panjang dan gelap ini. salam, On 10/9/14, lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id wrote: Gak ada Afta atau MEA pun yg jelas Minyaknya sudah Minyak Minyik spt berita dibawah ini ,produksi turun terus konsumsi naik terus di 2020 produksi tinggal 0,6 juta barel tapi konsumsi sudah 2,2 juta , jadi 2020 impornya sdh 75 % dari kebutuhannya , jangan jangan sebentar lagi sudah Net Importir... ( ISM ) Lifting Minyak Merosot ke 600 Ribu Barel di 2020 TEMPO.CO, Bojonegoro - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo mengatakan lifting minyak bakal merosot setiap tahun. Disebabkan minimnya kegiatan eksplorasi dan penemuan cadangan minyak baru. Dalam 5-6 tahun ke depan, kalau kita tidak geber eksplorasi produksi minyak hanya 600 ribu barel per hari. Itu sudah termasuk produksi Cepu, katanya di sela peresmian fasilitas produksi Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Tim Susilo mengatakan untuk produksi 2 hingga 4 tahun ke depan, tidak ada tambahan produksi minyak yang besar. Tambahan yang cukup signifikan, menurut dia, berasal dari Lapangan Ande-ande Lumut, Blok North West Natuna, dan Lapangan Kedung Keris, Blok Cepu. Ande-ande Lumut 25 ribu barel per hari dan Kedung Keris mungkin 20 ribu barel per hari, tetapi yang lainnya turun karena lapangan tua, ujarnya. Menurut Susilo, kunci mempertahankan produksi minyak dengan meningkatkan intensitas eksplorasi. Adapun untuk menambah tingkat eksplorasi perlu perbaikan sistem, terutama pada perizinan. Harus dipermudah izinnya. Masak ngebor tiga bulan, urus izinnya dua tahun. Kementerian Energi memperkirakan kebutuhan minyak Indonesia mencapai 2,2 juta barel per hari pada 2020.) Negara ini belum 70 th bagaimana mengaku mengelola minyak sudah 100th? Pertamina berapa sih umurnya? Sudah mahirkah mengelola minyak? Jualan mungkin. Maaf sekedar bertanya saja. Pada 9 Okt 2014 08:11, herman.dar...@shell.com menulis: Sebagai negara yang maju dan berpengalaman lebih dari 100 tahun (seperti yang dicantumkan pak RDP), seharusnya Indonesia menyediakan lembaga pelatihan, universitas2 di buka untuk mendidik S2 dan S3 di bidang perminyakan, juga untuk negara2 yang kurang berpengalaman. Tenaga2 profesional Indonesia bisa menjadi pengajar2 ulung, dan lembaga2 pendidikan ini menjadi *lapangan pekerjaan yang pas* bagi mereka. Pekerja2 Indonesia yang keluar bisa berbagi pengalaman / mengajar di kampus2 Indonesia. Dengan demikian pendidikan geologi di Indonesia tidak hanya focus ke Tertiary geology. Universitas2 di Indonesia perlu juga pergi field trip ke negara2 lain dan melihat geologi yang ‘lain’, untuk membuka wawasan. Salam, Herman *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * Sigit *Sent:* Wednesday, October 08, 2014 11:44 PM *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menurut saya, gak perlu ditakuti secara berlebihan. Situasi industri minyak akan dg sendirinya memfilter penggunaan tenaga local atau luar negeri. Pertimbangan utamanya selalu pertimbangan bisnis dan strategic. Masuknya tenaga kerja dari luar justru akan memberikan keberagaman dalam interpretasi dan analisa, sehingga menghasilkan pandangan yg berbeda. Keberagaman itu yg sengaja diciptakan oleh perusahaan2 seperti PETRONAS, PVEP sehingga muncul ide2 baru, iklim yg competitive yg pada akhirnya membantu penemuan2 baru. Harus kita akui, itulah kontribusi terbesar dari rekan2 kita di luar negeri, memberikan keragaman analisa. Sering kali penemuan lapangan baru bukan dikarenakan kemampuan kita melakukan analisa yg dalam dan komplek. Tapi lebih pada karena kemampuan Kita dalam menerima dan menganalisa keragaman interpretasi. Jadi, biarkan tenaga luar masuk ke Indonesia. Kita sendiri mungkin yg harus merubah mind set untuk lebih mendengar pandangan/opini yg berbeda termasuk proses eksekusinya. Selamat menyongsong AFTA dan MEA. Sukses selalu. Sigit -- *From:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id on behalf of Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com *Sent:* Tuesday, October 07, 2014 6:58 PM *To:* Indoenergy; migas_indone...@yahoogroups.com; IAGI; geosaintist
Re: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Mas RDP dan rekan IAGI sekalian, Sepakat dengan yang mas Vicky uraikan di bawah. Bahkan kalau boleh sedikit lebih optimis lagi (bukan takabur), dari yang saya lihat dan alami sendiri ternyata pekerja migas asal Indonesia tidak saja lebih canggih tangguh dibandingkan negara ASEAN tapi juga tidak kalah sama pekerja migas asal Middle East, (North) Africa, atau Amerika Latin yang cukup membanjiri lapangan kerja di middle east. Selain karena sudah lamanya industri migas Indonesia berjalan, menurut saya faktor utama lainnya ialah terutama karena kita sangat beruntung dianugerahi dengan lapangan-lapangan migas dengan kondisi bawah permukaan yang boleh dibilang lengkap play-nya, kompleks strukturnya, sampai kepada sudah tidak asingnya penggunaan teknologi EOR, dst. Kesemuanya ini pada akhirnya memperkaya pengalaman kita selama mengevaluasi lapangan tersebut. In the end, tidak terlalu mengherankan jika sewaktu tenaga profesional migas Indonesia harus ekspansi ke Middle East misalnya, amunisinya sudah lengkap :) Salam optimis. AS. -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 7 Oct 2014 17:58:07 To: Indoenergyindoene...@yahoogroups.com; migas_indone...@yahoogroups.commigas_indone...@yahoogroups.com; IAGIiagi-net@iagi.or.id; geosaintist...@googlegroups.comgeosaintist...@googlegroups.com; Forum HAGIfo...@hagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Menghadapi AFTA dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), banyak yang khawatir Indonesia kebanjiran tenaga asing. Tapi khusus untuk pekerja MIGAS, saya malah khawatir kehilangan rekan-rekan pekerja MIGAS Indonesia yang hengkang keluar dari Indonesia. Pekerja Migas Indonesia itu lebih canggih dan lebih tangguh ketimbang pekerja migas dari luar (khususnya ASEAN), bahkan juga banyak yang hengkang ke US/Eropa dan terutama Middle East (Timur Tengah). Pengalaman Industri Migas Indonesia yang lebih dari 100 tahun menghasilkan tenaga-tenaga trampil jauh lebih bagus ketimbang negara-negara lain. Tidak sekedar kurangnya remunerasi penghargaan profesinya, tetapi justru susahnya operasi migas di Indonesia ini yang menyebabkan *sulitnya menciptakan lapangan pekerjaan yang pas* dan berujung pada hengkangnya pekerja migas yang berpengalaman ini. Salah satu tugas awal ESDM yang perlu dilakukan sebelum menyediakan energi yang dengan didahului penemuan lapangan migas baru adalah kemudahan menyediakan pekerjaan eksplorasi itu sendiri. Dengan data. Dengan project. Dan penyediaan dana yg cukup. Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.