RE: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

2004-11-03 Terurut Topik Darman, Herman H BSP-TSX/4
Mungkin sudah ada yang melihat liputannya di Discovery Channel. Saya lihat yang di 
interview di lapangan adalah peneliti asing. Dan sekilas saya tidak lihat adanya 
peneliti Indonesia. Tentunya tenaga buruhnya adalah orang lokal.  Seorang Indonesia 
dari badan arkeologi diinterview di kantornya, namanya saya lupa. Mungkin Dr. Tony ini.
Tengkorak yang ditunjukkan sangat kecil dan diperkirakan sekitar 1 meter lebih 
tingginya. 

Herman

-Original Message-
From: Yahdi Zaim [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 01 November 2004 09:21
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis


Rekan2 Yth.,

Masih tentang manusia hobbit, saya ingin meng-infokan, kalau membaca
berita manusia hobbit Homo floresiensis di Kompas Jumat 29/10 dan dari
press release di situs internet, sebenarnya peneliti dari Indonesia punya
andil besar dalam penemuan spesies baru hominid di Liang Bua, Flores,
seperti Prof. R.P. Soejono dan Drs. Thomas Sutikna MA dari Puslit Arkeologi
Nasional (PUSLITARKENAS) hanya saja pemerian kerangka dan studi
paleoantropologinya dilakukan oleh kelompoknya Prof. Morwood.
Sebelum penelitian bersama Prof. Morwood, Prof. R.P. Soejono yang mengepalai
tim penelitian dari PUSLITARKENAS sudah sejak tahun '80-an melakukan
penggalian di Liang Bua, yang juga menemukan artefak dan kerangka manusia,
hanya saja belum dilakukan pemerian dan studi paleoantropologi.

Akan halnya keanehan seperti ang diungkapkan oleh Pak Awang tentang tidak
ditemukannya fosil manusia bersamaan dengan artefak dan fosil vertebrata di
beberapa daerah di Indonesia, memang benar sekali. Kita bisa sebut beberapa
daerah di Jawa seperti Sumedang, Cirebon, Cijulang/Ciamis, Bumiayu, banyak
fosil vertebrata namun tidak ditemukan artefak dan fosil manusia. Pacitan
dengan Sungai Baksoko-nya yang disebut juga sebagai daerah industri alat
batu (lithic industry) yang sangat melimpah, tidak mengandung fosil manusia,
kecuali fosil vertebrata. Baru tahun '95-an, ditemukan kerangka manusia
dalam penggalian di Gua Song Terus dan Gua Keplek yang berumur 5000-6000-an
tyl, bersama dengan artefak. Di Jawa ini, hanya di Sangiran yang didapatkan
fosil manusia+artefak+vertebrata yang sangat melimpah, sehingga menjadi
terkenal di dunia. Sedangkan ditempat lainnya seperti Patiayam (lereng
tenggara G.Muria), Trinil, Ngandong, Sambungmacan/Sragen, Ngawi,
Perning/Mojokerto hanya ditemukan fosil manusia + fosil vertebrata. Di luar
Jawa seperti di daerah Paroto/Lembah Walanae, Sumbawa, Sumba, Timor, Flores
dan Seram, hanya ditemukan fosil vertebrata + artefak, tanpa fosil manusia.

Kecurigaan Pak Awang bahwa manusia hobbit Homo floresiensis sebagai sisa
migrasi manusia ras Negrito (Australoid)dari Filipina via Sulawesi, sangat
beralasan. Namun saya berkelakar untuk bercuriga, jangan2 manusia Homo
floresiensis tersebut sebenarnya HANYA sekedar salah satu kelainan manusia
dari Homo sapiens saja, yang cacat menjadi cebol/kerdil - pygmy seperti -
maaf - saudara2 kita yang bertubuh cebol yang sebagian menjadi bintang
sinetron, tetapi masih satu spesies dengan kita (Homo sapiens sapiens),
sehingga masih dapat bereproduksi dalam perkawinannya dengan yang normal,
jadi - kelakar saya - Homo floresiensis jangan2 BUKANLAH spesies baru (?),
melainkan Homo sapiens yang cacat tubuh menjadi cebol ???. Wallahualam
bissawaab...

Yahdi Zaim
Dept. Teknik Geologi
FIKTM - ITB


- Original Message - 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, October 29, 2004 11:43 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis


 Memang di paleoantropologi Indonesia ada suatu hal yang aneh, yaitu  bahwa
temuan artefak sangat jarang ditemukan in-situ dengan fosil hominid
(pembuatnya). Lihat saja cerita Pak Zaim di bawah, banyak artefak ditemukan
di Flores, tetapi fosil manusia atau hominidnya belum jelas. Sehingga
terpaksa diinterpretasikan saja dilihat dari ciri2 artefaknya, apakah
Pacitanian misalnya, kalau Pacitanian ya misalnya manusia Ngandong atau
Wadjak lah pembuatnya. Contoh lainnya, banyak juga, Kali Baksoko di Gunung
Sewu itu melimpah ruah dengan temuan artefak, tetapi kok ga ada fosil
hominidnya. Contoh lain : situs2 di Gua Pawon, Cijulang, Ciamis, Kuningan,
Sumedang, banyak artefak ditemukan, juga fosil vertebratanya, tetapi fosil
hominid-nya ? Hal ini sangat berbeda dengan situs2 di Cina dan Afrika, di
mana banyak artefak ditemukan in-situ dengan fosil hominidnya. Satu masalah
lain adalah : masih belum disepakati bahwa Home erectus sudah membuat
peralatan.

 Asal Hobbit di Flores juga harus dicurigai . Sekitar 50.000-40.000 tyl
terjadi besar2an arus migrasi manusia (Homo sapiens) dan ras2 unggul di
Indonesia-Melayu saat itu (Australoid dan Mongoloid Selatan) tercampur aduk.
Arus migrasi lain asal Hobbit bisa berasal dari Jawa, dari manusia
Ngandong atau Wadjak. Dua tengkorak yang ditemukan di Wadjak pernah menjadi
perdebatan para paleo-antropolog, apakah ber-ras

Re: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

2004-10-31 Terurut Topik Yahdi Zaim
Rekan2 Yth.,

Masih tentang manusia hobbit, saya ingin meng-infokan, kalau membaca
berita manusia hobbit Homo floresiensis di Kompas Jumat 29/10 dan dari
press release di situs internet, sebenarnya peneliti dari Indonesia punya
andil besar dalam penemuan spesies baru hominid di Liang Bua, Flores,
seperti Prof. R.P. Soejono dan Drs. Thomas Sutikna MA dari Puslit Arkeologi
Nasional (PUSLITARKENAS) hanya saja pemerian kerangka dan studi
paleoantropologinya dilakukan oleh kelompoknya Prof. Morwood.
Sebelum penelitian bersama Prof. Morwood, Prof. R.P. Soejono yang mengepalai
tim penelitian dari PUSLITARKENAS sudah sejak tahun '80-an melakukan
penggalian di Liang Bua, yang juga menemukan artefak dan kerangka manusia,
hanya saja belum dilakukan pemerian dan studi paleoantropologi.

Akan halnya keanehan seperti ang diungkapkan oleh Pak Awang tentang tidak
ditemukannya fosil manusia bersamaan dengan artefak dan fosil vertebrata di
beberapa daerah di Indonesia, memang benar sekali. Kita bisa sebut beberapa
daerah di Jawa seperti Sumedang, Cirebon, Cijulang/Ciamis, Bumiayu, banyak
fosil vertebrata namun tidak ditemukan artefak dan fosil manusia. Pacitan
dengan Sungai Baksoko-nya yang disebut juga sebagai daerah industri alat
batu (lithic industry) yang sangat melimpah, tidak mengandung fosil manusia,
kecuali fosil vertebrata. Baru tahun '95-an, ditemukan kerangka manusia
dalam penggalian di Gua Song Terus dan Gua Keplek yang berumur 5000-6000-an
tyl, bersama dengan artefak. Di Jawa ini, hanya di Sangiran yang didapatkan
fosil manusia+artefak+vertebrata yang sangat melimpah, sehingga menjadi
terkenal di dunia. Sedangkan ditempat lainnya seperti Patiayam (lereng
tenggara G.Muria), Trinil, Ngandong, Sambungmacan/Sragen, Ngawi,
Perning/Mojokerto hanya ditemukan fosil manusia + fosil vertebrata. Di luar
Jawa seperti di daerah Paroto/Lembah Walanae, Sumbawa, Sumba, Timor, Flores
dan Seram, hanya ditemukan fosil vertebrata + artefak, tanpa fosil manusia.

Kecurigaan Pak Awang bahwa manusia hobbit Homo floresiensis sebagai sisa
migrasi manusia ras Negrito (Australoid)dari Filipina via Sulawesi, sangat
beralasan. Namun saya berkelakar untuk bercuriga, jangan2 manusia Homo
floresiensis tersebut sebenarnya HANYA sekedar salah satu kelainan manusia
dari Homo sapiens saja, yang cacat menjadi cebol/kerdil - pygmy seperti -
maaf - saudara2 kita yang bertubuh cebol yang sebagian menjadi bintang
sinetron, tetapi masih satu spesies dengan kita (Homo sapiens sapiens),
sehingga masih dapat bereproduksi dalam perkawinannya dengan yang normal,
jadi - kelakar saya - Homo floresiensis jangan2 BUKANLAH spesies baru (?),
melainkan Homo sapiens yang cacat tubuh menjadi cebol ???. Wallahualam
bissawaab...

Yahdi Zaim
Dept. Teknik Geologi
FIKTM - ITB


- Original Message - 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, October 29, 2004 11:43 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis


 Memang di paleoantropologi Indonesia ada suatu hal yang aneh, yaitu  bahwa
temuan artefak sangat jarang ditemukan in-situ dengan fosil hominid
(pembuatnya). Lihat saja cerita Pak Zaim di bawah, banyak artefak ditemukan
di Flores, tetapi fosil manusia atau hominidnya belum jelas. Sehingga
terpaksa diinterpretasikan saja dilihat dari ciri2 artefaknya, apakah
Pacitanian misalnya, kalau Pacitanian ya misalnya manusia Ngandong atau
Wadjak lah pembuatnya. Contoh lainnya, banyak juga, Kali Baksoko di Gunung
Sewu itu melimpah ruah dengan temuan artefak, tetapi kok ga ada fosil
hominidnya. Contoh lain : situs2 di Gua Pawon, Cijulang, Ciamis, Kuningan,
Sumedang, banyak artefak ditemukan, juga fosil vertebratanya, tetapi fosil
hominid-nya ? Hal ini sangat berbeda dengan situs2 di Cina dan Afrika, di
mana banyak artefak ditemukan in-situ dengan fosil hominidnya. Satu masalah
lain adalah : masih belum disepakati bahwa Home erectus sudah membuat
peralatan.

 Asal Hobbit di Flores juga harus dicurigai . Sekitar 50.000-40.000 tyl
terjadi besar2an arus migrasi manusia (Homo sapiens) dan ras2 unggul di
Indonesia-Melayu saat itu (Australoid dan Mongoloid Selatan) tercampur aduk.
Arus migrasi lain asal Hobbit bisa berasal dari Jawa, dari manusia
Ngandong atau Wadjak. Dua tengkorak yang ditemukan di Wadjak pernah menjadi
perdebatan para paleo-antropolog, apakah ber-ras Mongoloid atau Australoid.
Kalau dari segi evolusi hominid dan manusia serta mempelajari arus migrasi
Homo sapiens di Indonesia, Hobbit di Flores kelihatannya bukan hominid
setua Homo erectus apalagi lebih tua,  tetapi mereka hanya variasi ras dari
Homo sapiens, sekedar pendapat...

 Salam,
 awang

 Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] wrote:
 P.MsoNormal { FONT-SIZE: 12pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt; FONT-FAMILY: Times
New Roman}LI.MsoNormal { FONT-SIZE: 12pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt; FONT-FAMILY:
Times New Roman}DIV.MsoNormal { FONT-SIZE: 12pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt;
FONT-FAMILY: Times New Roman}A:link { COLOR: blue; TEXT-DECORATION:
underline

Re: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

2004-10-31 Terurut Topik Awang Satyana
/Mojokerto hanya ditemukan fosil manusia + fosil vertebrata. Di luar
Jawa seperti di daerah Paroto/Lembah Walanae, Sumbawa, Sumba, Timor, Flores
dan Seram, hanya ditemukan fosil vertebrata + artefak, tanpa fosil manusia.

Kecurigaan Pak Awang bahwa manusia hobbit Homo floresiensis sebagai sisa
migrasi manusia ras Negrito (Australoid)dari Filipina via Sulawesi, sangat
beralasan. Namun saya berkelakar untuk bercuriga, jangan2 manusia Homo
floresiensis tersebut sebenarnya HANYA sekedar salah satu kelainan manusia
dari Homo sapiens saja, yang cacat menjadi cebol/kerdil - pygmy seperti -
maaf - saudara2 kita yang bertubuh cebol yang sebagian menjadi bintang
sinetron, tetapi masih satu spesies dengan kita (Homo sapiens sapiens),
sehingga masih dapat bereproduksi dalam perkawinannya dengan yang normal,
jadi - kelakar saya - Homo floresiensis jangan2 BUKANLAH spesies baru (?),
melainkan Homo sapiens yang cacat tubuh menjadi cebol ???. Wallahualam
bissawaab...

Yahdi Zaim
Dept. Teknik Geologi
FIKTM - ITB


- Original Message - 
From: Awang Satyana 
To: ; 
Sent: Friday, October 29, 2004 11:43 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis


 Memang di paleoantropologi Indonesia ada suatu hal yang aneh, yaitu bahwa
temuan artefak sangat jarang ditemukan in-situ dengan fosil hominid
(pembuatnya). Lihat saja cerita Pak Zaim di bawah, banyak artefak ditemukan
di Flores, tetapi fosil manusia atau hominidnya belum jelas. Sehingga
terpaksa diinterpretasikan saja dilihat dari ciri2 artefaknya, apakah
Pacitanian misalnya, kalau Pacitanian ya misalnya manusia Ngandong atau
Wadjak lah pembuatnya. Contoh lainnya, banyak juga, Kali Baksoko di Gunung
Sewu itu melimpah ruah dengan temuan artefak, tetapi kok ga ada fosil
hominidnya. Contoh lain : situs2 di Gua Pawon, Cijulang, Ciamis, Kuningan,
Sumedang, banyak artefak ditemukan, juga fosil vertebratanya, tetapi fosil
hominid-nya ? Hal ini sangat berbeda dengan situs2 di Cina dan Afrika, di
mana banyak artefak ditemukan in-situ dengan fosil hominidnya. Satu masalah
lain adalah : masih belum disepakati bahwa Home erectus sudah membuat
peralatan.

 Asal Hobbit di Flores juga harus dicurigai . Sekitar 50.000-40.000 tyl
terjadi besar2an arus migrasi manusia (Homo sapiens) dan ras2 unggul di
Indonesia-Melayu saat itu (Australoid dan Mongoloid Selatan) tercampur aduk.
Arus migrasi lain asal Hobbit bisa berasal dari Jawa, dari manusia
Ngandong atau Wadjak. Dua tengkorak yang ditemukan di Wadjak pernah menjadi
perdebatan para paleo-antropolog, apakah ber-ras Mongoloid atau Australoid.
Kalau dari segi evolusi hominid dan manusia serta mempelajari arus migrasi
Homo sapiens di Indonesia, Hobbit di Flores kelihatannya bukan hominid
setua Homo erectus apalagi lebih tua, tetapi mereka hanya variasi ras dari
Homo sapiens, sekedar pendapat...

 Salam,
 awang

 Yahdi Zaim wrote:
 P.MsoNormal { FONT-SIZE: 12pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt; FONT-FAMILY: Times
New Roman}LI.MsoNormal { FONT-SIZE: 12pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt; FONT-FAMILY:
Times New Roman}DIV.MsoNormal { FONT-SIZE: 12pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt;
FONT-FAMILY: Times New Roman}A:link { COLOR: blue; TEXT-DECORATION:
underline}SPAN.MsoHyperlink { COLOR: blue; TEXT-DECORATION:
underline}A:visited { COLOR: purple; TEXT-DECORATION:
underline}SPAN.MsoHyperlinkFollowed { COLOR: purple; TEXT-DECORATION:
underline}P.MsoPlainText { FONT-SIZE: 10pt; MARGIN: 0cm 0cm 0pt;
FONT-FAMILY: Courier New}LI.MsoPlainText { FONT-SIZE: 10pt; MARGIN: 0cm
0cm 0pt; FONT-FAMILY: Courier New}DIV.MsoPlainText { FONT-SIZE: 10pt;
MARGIN: 0cm 0cm 0pt; FONT-FAMILY: Courier New}DIV.Section1 { page:
Section1}Rekan2 sekalian,
 Saya ingin ikut berkomentar tentang manusia hobbit.
 Saya tidak tahu dengan jelas tentang manusia hobbit Homo florensis dan
keterlibatan peneliti Indonesia dalam penelitian manusia tersebut, dan apa,
bagaimana serta dimana letak Homo florensis dalam taksonomi hominid.
 Namun yang perlu saya info-kan adalah, sebenarnya saya dalam rangka
kerjasama penelitian antara ITB dengan Universitas Utrecht, Belanda pada
tahun 1980-1981 bersama dengan Dr. Tony Djubiantono (beliau berasal dari
Geologi,sekarang ASDEP Arkeologi DEPBUDPAR - kalau dulu, merupakan jabatan
Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional) sebagai anggota tim penelitian
dibawah Almarhum Prof. Sartono, bekerjasama dengan Prof. Paul Sondaar
(sekarang juga sudah almarhum) dari Universitas Utrecht, melakukan
penelitian Geologi dan Paleontologi di Dataran Plato Soa, Kab. Bajawa,
Flores, telah menemukan banyak fosil pygmy Stegodon dan beberapa alat
batu/artefak dalam lapisan berumur Plestosen Awal - Tengah, tetapi tidak
menemukan fosil manusianya.
 Kemudian, Dr. Fachroel Aziz dari P3G dan Tim dari Australia (Prof.
Bellwood), sejak tahun 2000 hingga sekarang juga (masih) melakukan
penelitian Geologi, Paleontologi dan Arkeologi di Dataran Plato Soa,
Kabupaten Bajawa, Flores yang telah menemukan banyak fosil vertebrata dan
alat batu/artefak di daerah tersebut, namun belum juga menemukan fosil

Re: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

2004-10-31 Terurut Topik Awang Satyana
Sayang, kebanyakan publikasi internasional sedikit sekali menyebut2 Prof. R.P Soejono 
dalam penelitian hobbit ini, suatu hal yang tidak bisa didiamkan terus seperti ini. 
Ada rentang waktu hampir 25 tahun sejak awal penelitian yang dilakukan tim Prof. 
Soejono itu dengan beritanya yang cukup menggemparkan dunia paleo-antropologi pada 
tahun 2004 ini. Mungkin ada beberapa alasan : (1) kekurangan dana penelitian sehingga 
penelitian tidak tuntas, institusi pemerintah tidak terlalu mendukung ? (2) kurang 
serius dari pihak peneliti ? (3) kurang agresif dalam publikasi ? (4) peer review 
jurnal2 yang memihak dan tidak fair dalam menerima makalah yang masuk dari mana pun. 
 
Betapa kaya-rayanya geologi Indonesia dengan keunikan2 yang seringkali hanya satu2nya 
di Indonesia, semoga putra2 Indonesia makin dikenal di dunia internasional dan tidak 
hanya di balik layar. Untuk terwujudnya hal ini tentu akan butuh usaha keras dari 
semua yang terlibat dan terkait.
 
Salam,
awang

Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] wrote:
Rekan2 Yth.,

Masih tentang manusia hobbit, saya ingin meng-infokan, kalau membaca
berita manusia hobbit Homo floresiensis di Kompas Jumat 29/10 dan dari
press release di situs internet, sebenarnya peneliti dari Indonesia punya
andil besar dalam penemuan spesies baru hominid di Liang Bua, Flores,
seperti Prof. R.P. Soejono dan Drs. Thomas Sutikna MA dari Puslit Arkeologi
Nasional (PUSLITARKENAS) hanya saja pemerian kerangka dan studi
paleoantropologinya dilakukan oleh kelompoknya Prof. Morwood.
Sebelum penelitian bersama Prof. Morwood, Prof. R.P. Soejono yang mengepalai
tim penelitian dari PUSLITARKENAS sudah sejak tahun '80-an melakukan
penggalian di Liang Bua, yang juga menemukan artefak dan kerangka manusia,
hanya saja belum dilakukan pemerian dan studi paleoantropologi.

---deleted
__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

2004-10-28 Terurut Topik Yahdi Zaim



Rekan2 sekalian,
Saya ingin ikut berkomentar tentang manusia 
"hobbit".
Saya tidak tahu dengan jelas tentang manusia 
"hobbit" Homo florensis dan keterlibatan peneliti 
Indonesia dalam penelitian manusia tersebut, dan apa, bagaimana serta dimana 
letak Homo florensis dalam taksonomi hominid.Namun 
yang perlu saya info-kan adalah, sebenarnya saya dalam rangka kerjasama penelitian antara ITB dengan Universitas 
Utrecht, Belanda pada tahun 1980-1981 bersama dengan Dr. Tony Djubiantono 
(beliau berasal dari Geologi,sekarang ASDEP Arkeologi DEPBUDPAR - kalau dulu, 
merupakan jabatan Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional) sebagai anggota 
tim penelitian dibawah Almarhum Prof. Sartono, bekerjasama dengan Prof. Paul 
Sondaar (sekarang juga sudah almarhum) dari Universitas Utrecht, melakukan 
penelitian Geologi dan Paleontologi di Dataran Plato Soa, Kab. Bajawa, Flores, 
telah menemukan banyak fosil pygmy Stegodon dan beberapa alat batu/artefak dalam 
lapisan berumur Plestosen Awal - Tengah, tetapi tidak menemukan fosil 
manusianya.
Kemudian, Dr. Fachroel Aziz dari P3G dan Tim dari 
Australia (Prof. Bellwood), sejak tahun 2000 hingga sekarang juga (masih) 
melakukan penelitian Geologi, Paleontologi dan Arkeologi di Dataran Plato Soa, 
Kabupaten Bajawa, Flores yang telah menemukan banyak fosil vertebrata dan alat 
batu/artefak di daerah tersebut, namun belum juga menemukan fosil manusianya. 
Dr. Fachroel Aziz sendiri juga menjalin kerjasama dengan Prof. Mike Morwood, 
bahkan, kalau tidak salah beliau2 juga pernah membentuk tim penelitian bersama 
di daerah Dataran Plato Soa, sebelum dengan Prof. Bellwood.
Akan halnya manusia "hobbit" Homo 
florensis, mestinya bukan masuk kelompok Homo 
erectus yang telah punah pada sekitar 50k-an tahun yang lalu 
(tyl), namun mungkin merupakan bagian dari Homo 
(sapiens) wadjakensis yang mungkin juga sebagai hasil evolusi dan 
mengalami isolasi dari Homo erectus yang menjadi 
kerdil (pygmy) seperti yang dikatakan oleh Pak Awang. Setidaknya, bukti2 adanya 
Homo erectus di Flores telah ada, dengan ditemukannya 
alat batu/artefak dalam lapisan berumur Plestosen Awal - Tengah di Dataran Soa, 
Kab. Bajawa, Flores, meski belum ditemukan fosilnya.
Di Australia Barat, telah ditemukan fosil manusia, 
semula di dating berumur sekitar 50k-an tyl, namun data terbaru 
mengatakan bahwa lapisan pengandung fosil tersebut berumur sekitar 100k tyl, dan 
manusia purba tersebut diyakini berasal dari Homo 
erectus dari Jawa yang bermigrasi ke Australia, setidaknya hal 
tersebut merupakan keyakinan Almarhum Prof. Sartono. Nah, kalau ini 
"benar" maka kita bisa GR bahwa bangsa Indonesia (baca Homo erectus) 
pernah menduduki Australia, jauh sebelum para tahanan Inggris yang 
dibuang ke Australia yang sekarang ini justru berkuasa di 
sana..
Penelitian manusia "hobbit" yang "keturunannya" 
masih ada sekarang ini, sebenarnya bukan bidang paleontologi manusia, namun 
merupakan bidang Paleoantropologi, yang pada dasarnya memang berkaitan erat 
dengan Paleontologi Manusia.

Wassalam, Selamat Puasa Ramadhan,

Yahdi Zaim
Departemen Teknik Geologi
FIKM-ITB
Telp+Fax.: 022.250.21.97



  - Original Message - 
  From: 
  Kuntadi, Nugrahanto 
  
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Thursday, October 28, 2004 11:42 
  AM
  Subject: RE: [iagi-net-l] Manusia Hobbit 
  Homo floresiensis
  
  Mungkin ilmuwan Indonesia pikir "hobbits" itu hanya 
  ada di dalam film Lord of The Rings (=dongeng) aja Kimakanya better to not 
  involved kali yah?
  
  
-Original Message-From: Musakti, Oki 
[mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Thursday, October 28, 2004 
7:57 AMTo: [EMAIL PROTECTED]Subject: 
[iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis


(Koq nggak kedengaran ada ilmuwan 
Indonesia yang ikut di tim ini ya...?)

Menarik, disini disebutkan bahwa salah satu survival 
strategy untuk mengatasi kondisi yang minim resources adalah dengan 
‘mengecilkan diri’.

Oki
- - - - - - - - -

Found - the newest members of the human 
family
By Deborah Smith
October 29, 2004


A previously unknown species of miniature human 
barely a metre tall, who hunted pygmy elephants and giant rats, lived on 
Australia's doorstep until at least 13,000 years ago.

Australian and Indonesian scientists have unearthed 
a near-complete skeleton of a female member of the species, nicknamed 
Hobbit, in a cave on the remote Indonesian island of Flores, 
600 kilometres east of Bali.

The archaic humans co-existed for tens of thousands 
of years with our own species and might have died out only 500 years ago. 
Archaeologist and team member Mike Morwood, from the 
University of New England, said they were about the size of a 
modern three-year-old.

"They weighed around 25 kilograms and had a brain 
smaller th

Re: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

2004-10-28 Terurut Topik Awang Satyana
 purba tersebut diyakini berasal dari Homo 
erectus dari Jawa yang bermigrasi ke Australia, setidaknya hal tersebut merupakan 
keyakinan Almarhum Prof. Sartono. Nah, kalau ini benar maka kita bisa GR bahwa 
bangsa Indonesia (baca Homo erectus) pernah menduduki Australia, jauh sebelum para 
tahanan Inggris yang dibuang ke Australia yang sekarang ini justru berkuasa di 
sana..
Penelitian manusia hobbit yang keturunannya masih ada sekarang ini, sebenarnya 
bukan bidang paleontologi manusia, namun merupakan bidang Paleoantropologi, yang pada 
dasarnya memang berkaitan erat dengan Paleontologi Manusia.
 
Wassalam, Selamat Puasa Ramadhan,
 
Yahdi Zaim
Departemen Teknik Geologi
FIKM-ITB
Telp+Fax.: 022.250.21.97
 
 
- Original Message - 
From: Kuntadi, Nugrahanto 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, October 28, 2004 11:42 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis


Mungkin ilmuwan Indonesia pikir hobbits itu hanya ada di dalam film Lord of The 
Rings (=dongeng) aja Kimakanya better to not involved kali yah?
 
-Original Message-
From: Musakti, Oki [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, October 28, 2004 7:57 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis



 

(Koq nggak kedengaran ada ilmuwan Indonesia yang ikut di tim ini ya...?)

 

Menarik, disini disebutkan bahwa salah satu survival strategy untuk mengatasi kondisi 
yang minim resources adalah dengan ‘mengecilkan diri’.

 

Oki

- - - - - - - - -

 

Found - the newest members of the human family

By Deborah Smith

October 29, 2004

 

 

A previously unknown species of miniature human barely a metre tall, who hunted pygmy 
elephants and giant rats, lived on Australia's doorstep until at least 13,000 years 
ago.

 

Australian and Indonesian scientists have unearthed a near-complete skeleton of a 
female member of the species, nicknamed Hobbit, in a cave on the remote Indonesian 
island of Flores, 600 kilometres east of Bali.

 

The archaic humans co-existed for tens of thousands of years with our own species and 
might have died out only 500 years ago. Archaeologist and team member Mike Morwood, 
from the University of New England, said they were about the size of a modern 
three-year-old.

 

They weighed around 25 kilograms and had a brain smaller than most chimpanzees, 
Professor Morwood said. Even so, they used fire and made sophisticated stone tools. 
Despite tiny brains, these little humans almost certainly had language.

 

The discovery of the species, published today in the journal Nature, is being hailed 
as one of the most important in a century in the study of human origins. Until now, it 
had been thought our only recent cousins were the Neanderthals in Europe, who died out 
about 30,000 years ago.

 

Advertisement

 Advertisement

 The find is startling, said another team member, Dr Robert Foley, of the University 
of Cambridge. It is breathtaking to think that such a different species of hominin 
existed so recently.

 

Named Homo floresiensis, it is the smallest species of human ever found. It is the 
first that overlapped recently with our species to have been discovered since 
Neanderthal remains were found in the 1800s.

 

The island the small humans lived on, Flores, was a lost world inhabited by 
creatures as strange as they were - giant rats and giant lizards, komodo dragons, and 
primitive dwarf elephants that were extinct elsewhere.

 

Bones including the skull, jaw, pelvis and leg of a 30-year-old woman were uncovered 
last year in Liang Bua cave on Flores and dated to about 18,000 years old.

 

More recently, the team has uncovered her arm bones as well remains from six other 
little people, who lived in the cave from about 95,000 years ago to 13,000 years ago. 
The existence of the species will prompt a major rethink of how humans evolved, 
according to another on the team, Peter Brown, of the University of New England.

 

The most remarkable thing is that someone with that sort of small brain size was 
behaving in many ways like a modern human in terms of hunting and the stone tools they 
used, he said.

 

Professor Morwood said the little people were thought to have evolved from larger 
archaic humans, Homo erectus, who managed to sail across to Flores from Java about 
800,000 years ago.

 

They evolved into dwarfs, like the elephants on the island, because small creatures 
had a better chance of survival on a remote island where there was little food and no 
major predators.

 

Homo erectus spread from Africa to Asia more than a million years ago, but were 
eventually replaced by our species, Homo sapiens, who left Africa about 120,000 years 
ago, according to the leading theory of human movement.

 

The little Homo floresiensis species survived on Flores long after Homo sapiens had 
moved into the region and begun to colonise Australia and New Guinea 50,000 years ago.

 

Bert Roberts, of the University of Wollongong, whose team

RE: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

2004-10-27 Terurut Topik Musakti, Oki
Lupa , artikel aslinya di
http://www.smh.com.au/articles/2004/10/28/1098667866340.html?oneclick=tr
ue 

 

-Original Message-
From: Musakti, Oki 
Sent: Thursday, 28 October 2004 7:57 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

 

Santos Ltd A.B.N. 80 007 550 923 Disclaimer: The information contained
in this email is intended only for the use of the person(s) to whom it
is addressed and may be confidential or contain privileged information.
If you are not the intended recipient you are hereby notified that any
perusal, use, distribution, copying or disclosure is strictly
prohibited. If you have received this email in error please immediately
advise us by return email and delete the email without making a copy.   


Re: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

2004-10-27 Terurut Topik Awang Satyana
Oki, menarik posting-nya, saya yakin ini akan memerlukan konfirmasi penelitian 
lanjutan. Masa ilmuwan Indonesia tidak ada yang ikut, kok di artikelnya disebut ada 
ilmuwan Indonesia dan Australia, hanya tak disebutkan namanya yang Indonesia.
 
Kenapa memerlukan konfirmasi penelitian lanjutan ? Sebab ada beberapa hal dari teori 
yang dikemukakan atas penemuan ini yang rasanya akan bertentangan dengan pengetahuan 
paleo-antropologi maupun paleo-vertebrata saat ini.
 
Hobbit mengingatkan saya ke cerita2 Harry Potter, memang manusia kerdil. Dalam 
ekologi ada teori yang disebut biogeografi pulau yang intinya menyebut bahwa ukuran 
dan jumlah spesies hewan akan mengecil/membesar mengikuti kecil/besarnya pulau (jadi 
berbanding lurus). Hobbit akan cocok dengan ini, walaupun adanya komodo dan tikus 
besar terasa bertentangan (kecuali kalau komodo dan tikus besar memang hewan primitif 
yang endemik - berarti mereka kelak akan mengecil ukurannya kalau menerapkan teori 
evolusi / spesiasi karena kendala ekologi). 
 
Yang agak berat adalah teori bahwa Hobbit ini peralihan dari Homo erectus Jawa yang 
mengerdil karena ukuran pulau. Belum ada cerita bahwa Homo erectus bermigrasi ke Nusa 
Tenggara, yang ada adalah Homo wadjakensis yang umurnya lebih muda dari Homo erectus, 
sebab leluhur orang2 Aborigin di Australia adalah Homo wadjakensis yang ukurannya 
besar, yang bermigrasi ke Australia melalui land bridges sepanjang Nusa Tenggara 
termasuk Flores dan paparan Sahul yang saat itu kering di zaman es, apakah mereka di 
tengah jalan berubah jadi Hobbit di Flores, kenapa dong mereka membesar lagi di 
Aborigin Australia, lucu kan ?
 
Pygmy stegodon, tak hanya ditemukan di Flores, Sartono (1969) pernah menyebutkan 
stegodon kerdil di Timor, dan Sartono (1979) pernah menyebutkan stegodon kerdil di 
Sumba. Artinya, stegodon pun bisa bermigrasi, masa Hobbit tak bisa, atau belum 
ditemukan saja fosil2nya di pulau2 Nusa Tenggara lain. Bahkan Pak Zaim pernah menyebut 
stegodon kerdil di Sumedang (entah saat itu Sumedang merupakan pulau atau daratan 
besar harus dilihat lagi), di endapan2 Kaliwangu di Jawa Tengah Utara pun ditemukan 
fosil2 stegodon kecil ini. Artinya migrasi vertebrata adalah masalah biasa, terlepas 
dari apakah mereka kena spesiasi biogeografi pulau atau tidak.
 
Kemudian, ukuran otak yang lebih kecil dari simpanse tetapi kemampuannya sebanding 
dengan katakanlah manusia purba menarik sekali untuk dikaji sebab ini menyalahi hukum 
linier dalam paleoantropologi bahwa semakin besar volume otak semakin cerdas, artinya 
kalau Hobbit ukuran otaknya tak lebih besar dari otak simpanse maka kemampuannya tak 
akan lebih besar dari simpanse, tetapi kenyataannya kan lain bukan ? Makanya menarik 
untuk dikaji lebih jauh. Kalau kemampuan sudah ada, lalu tiba2 otaknya mengecil karena 
biogeografi pulau, tetapi kemampuannya tak ikut berkurang, nah ini juga menarik secara 
fisiologi.
 
Kelihatannya, akan lebih cocok (dengan pengetahuan paleo-antropologi dan vertebrata 
sekarang), kalau berteori bahwa Hobbit bukan evolusi dari Homo erectus maupun Homo 
wadjakensis, memang ia hominid endemik yang sudah lama tinggal di situ. Bukankah di 
wilayah Wallacea ini banyak fauna-flora yang endemik ? Sekedar pendapat...Anyway, ini 
menarik, hanya jelas butuh elaborasi.
 
Salam,
awang

Musakti, Oki [EMAIL PROTECTED] wrote:

 

(Koq nggak kedengaran ada ilmuwan Indonesia yang ikut di tim ini ya...?)

 

Menarik, disini disebutkan bahwa salah satu survival strategy untuk mengatasi kondisi 
yang minim resources adalah dengan ‘mengecilkan diri’.

 

Oki

- - - - - - - - -

 

Found - the newest members of the human family

By Deborah Smith

October 29, 2004

 

 

A previously unknown species of miniature human barely a metre tall, who hunted pygmy 
elephants and giant rats, lived on Australia's doorstep until at least 13,000 years 
ago.

 

Australian and Indonesian scientists have unearthed a near-complete skeleton of a 
female member of the species, nicknamed Hobbit, in a cave on the remote Indonesian 
island of Flores, 600 kilometres east of Bali.

 

The archaic humans co-existed for tens of thousands of years with our own species and 
might have died out only 500 years ago. Archaeologist and team member Mike Morwood, 
from the University of New England, said they were about the size of a modern 
three-year-old.

 

They weighed around 25 kilograms and had a brain smaller than most chimpanzees, 
Professor Morwood said. Even so, they used fire and made sophisticated stone tools. 
Despite tiny brains, these little humans almost certainly had language.

 

The discovery of the species, published today in the journal Nature, is being hailed 
as one of the most important in a century in the study of human origins. Until now, it 
had been thought our only recent cousins were the Neanderthals in Europe, who died out 
about 30,000 years ago.

 

Advertisement

 Advertisement

 The find is startling, said another team member, Dr Robert Foley, of 

RE: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

2004-10-27 Terurut Topik Iman Suyatno
Selain Mike Morwood dari New England University, peneliti Indonesia yang
ikut ambil bagian adalah dari Pusat Penelitian Purbakala Indoenia,
Soejono.

Iman


Oki, menarik posting-nya, saya yakin ini akan memerlukan konfirmasi
penelitian lanjutan. Masa ilmuwan Indonesia tidak ada yang ikut, kok di
artikelnya disebut ada ilmuwan Indonesia dan Australia, hanya tak
disebutkan namanya yang Indonesia.
 
Musakti, Oki [EMAIL PROTECTED] wrote:

 

(Koq nggak kedengaran ada ilmuwan Indonesia yang ikut di tim ini ya...?)

 

Menarik, disini disebutkan bahwa salah satu survival strategy untuk
mengatasi kondisi yang minim resources adalah dengan 'mengecilkan diri'.

 

Oki

- - - - - - - - -

 

Found - the newest members of the human family

By Deborah Smith

October 29, 2004

 

 

A previously unknown species of miniature human barely a metre tall, who
hunted pygmy elephants and giant rats, lived on Australia's doorstep
until at least 13,000 years ago.

 

Australian and Indonesian scientists have unearthed a near-complete
skeleton of a female member of the species, nicknamed Hobbit, in a cave
on the remote Indonesian island of Flores, 600 kilometres east of Bali.

 

The archaic humans co-existed for tens of thousands of years with our
own species and might have died out only 500 years ago. Archaeologist
and team member Mike Morwood, from the University of New England, said
they were about the size of a modern three-year-old.

 

They weighed around 25 kilograms and had a brain smaller than most
chimpanzees, Professor Morwood said. Even so, they used fire and made
sophisticated stone tools. Despite tiny brains, these little humans
almost certainly had language.

 

The discovery of the species, published today in the journal Nature, is
being hailed as one of the most important in a century in the study of
human origins. Until now, it had been thought our only recent cousins
were the Neanderthals in Europe, who died out about 30,000 years ago.

 

Advertisement

 Advertisement

 The find is startling, said another team member, Dr Robert Foley, of
the University of Cambridge. It is breathtaking to think that such a
different species of hominin existed so recently.

 

Named Homo floresiensis, it is the smallest species of human ever found.
It is the first that overlapped recently with our species to have been
discovered since Neanderthal remains were found in the 1800s.

 

The island the small humans lived on, Flores, was a lost world
inhabited by creatures as strange as they were - giant rats and giant
lizards, komodo dragons, and primitive dwarf elephants that were extinct
elsewhere.

 

Bones including the skull, jaw, pelvis and leg of a 30-year-old woman
were uncovered last year in Liang Bua cave on Flores and dated to about
18,000 years old.

 

More recently, the team has uncovered her arm bones as well remains from
six other little people, who lived in the cave from about 95,000 years
ago to 13,000 years ago. The existence of the species will prompt a
major rethink of how humans evolved, according to another on the team,
Peter Brown, of the University of New England.

 

The most remarkable thing is that someone with that sort of small brain
size was behaving in many ways like a modern human in terms of hunting
and the stone tools they used, he said.

 

Professor Morwood said the little people were thought to have evolved
from larger archaic humans, Homo erectus, who managed to sail across to
Flores from Java about 800,000 years ago.

 

They evolved into dwarfs, like the elephants on the island, because
small creatures had a better chance of survival on a remote island where
there was little food and no major predators.

 

Homo erectus spread from Africa to Asia more than a million years ago,
but were eventually replaced by our species, Homo sapiens, who left
Africa about 120,000 years ago, according to the leading theory of human
movement.

 

The little Homo floresiensis species survived on Flores long after Homo
sapiens had moved into the region and begun to colonise Australia and
New Guinea 50,000 years ago.

 

Bert Roberts, of the University of Wollongong, whose team carried out
the dating, said there were a lot of detailed folk tales on Flores about
little people.

 

These stories suggest there may be more than a grain of truth to the
idea that they were still living on Flores up until the Dutch arrived in
the 1500s, Professor Roberts said. The stories suggest they lived in
caves. The villagers would leave gourds with food out for them to eat,
but legend has it these were the guests from hell. They'd eat
everything, including the gourds.

 

It is 110 years since the last human species was discovered in
South-East Asia - the 700,000-year-old Homo erectus Java man specimen.



Santos Ltd A.B.N. 80 007 550 923 Disclaimer: The information contained
in this email is intended only for the use of the person(s) to whom it
is addressed and may be confidential or contain privileged information.
If 

RE: [iagi-net-l] Manusia Hobbit Homo floresiensis

2004-10-27 Terurut Topik Kuntadi, Nugrahanto



Mungkin ilmuwan Indonesia pikir "hobbits" itu hanya ada 
di dalam film Lord of The Rings (=dongeng) aja Kimakanya better to not 
involved kali yah?


  -Original Message-From: Musakti, Oki 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Thursday, October 28, 2004 
  7:57 AMTo: [EMAIL PROTECTED]Subject: [iagi-net-l] 
  Manusia Hobbit Homo floresiensis
  
  
  (Koq nggak kedengaran ada ilmuwan 
  Indonesia yang ikut di tim ini ya...?)
  
  Menarik, disini disebutkan bahwa salah satu survival 
  strategy untuk mengatasi kondisi yang minim resources adalah dengan 
  mengecilkan diri.
  
  Oki
  - - - - - - - - -
  
  Found - the newest members of the human 
  family
  By Deborah Smith
  October 29, 2004
  
  
  A previously unknown species of miniature human barely 
  a metre tall, who hunted pygmy elephants and giant rats, lived on 
  Australia's doorstep until at least 13,000 years ago.
  
  Australian and Indonesian scientists have unearthed a 
  near-complete skeleton of a female member of the species, nicknamed Hobbit, in 
  a cave on the remote Indonesian island of Flores, 600 kilometres 
  east of Bali.
  
  The archaic humans co-existed for tens of thousands of 
  years with our own species and might have died out only 500 years ago. 
  Archaeologist and team member Mike Morwood, from the University 
  of New England, said they were about the size of a modern three-year-old.
  
  "They weighed around 25 kilograms and had a brain 
  smaller than most chimpanzees," Professor Morwood said. "Even so, they used 
  fire and made sophisticated stone tools. Despite tiny brains, these little 
  humans almost certainly had language."
  
  The discovery of the species, published today in the 
  journal Nature, is being hailed as one of the most important in a century in 
  the study of human origins. Until now, it had been thought our only recent 
  cousins were the Neanderthals in Europe, who died out about 
  30,000 years ago.
  
  Advertisement
  Advertisement
  "The find is startling," said another team 
  member, Dr Robert Foley, of the University of Cambridge. "It is 
  breathtaking to think that such a different species of hominin existed so 
  recently."
  
  Named Homo floresiensis, it is the smallest species of 
  human ever found. It is the first that overlapped recently with our species to 
  have been discovered since Neanderthal remains were found in the 
  1800s.
  
  The island the small humans lived on, 
  Flores, was a "lost world" inhabited by creatures as strange as 
  they were - giant rats and giant lizards, komodo dragons, and primitive dwarf 
  elephants that were extinct elsewhere.
  
  Bones including the skull, jaw, pelvis and leg of a 
  30-year-old woman were uncovered last year in Liang Bua cave on 
  Flores and dated to about 18,000 years old.
  
  More recently, the team has uncovered her arm bones as 
  well remains from six other little people, who lived in the cave from about 
  95,000 years ago to 13,000 years ago. The existence of the species will prompt 
  a "major rethink" of how humans evolved, according to another on the team, 
  Peter Brown, of the University of New England.
  
  "The most remarkable thing is that someone with that 
  sort of small brain size was behaving in many ways like a modern human in 
  terms of hunting and the stone tools they used," he said.
  
  Professor Morwood said the little people were thought 
  to have evolved from larger archaic humans, Homo erectus, who managed to sail 
  across to Flores from Java about 800,000 years ago.
  
  They evolved into dwarfs, like the elephants on the 
  island, because small creatures had a better chance of survival on a remote 
  island where there was little food and no major predators.
  
  Homo erectus spread from Africa to Asia 
  more than a million years ago, but were eventually replaced by our species, 
  Homo sapiens, who left Africa about 120,000 years ago, according to the 
  leading theory of human movement.
  
  The little Homo floresiensis species survived on 
  Flores long after Homo sapiens had moved into the region and 
  begun to colonise Australia and New Guinea 50,000 years ago.
  
  Bert Roberts, of the University of 
  Wollongong, whose team carried out the dating, said there were a lot of 
  detailed folk tales on Flores about little people.
  
  "These stories suggest there may be more than a grain 
  of truth to the idea that they were still living on Flores up 
  until the Dutch arrived in the 1500s," Professor Roberts said. "The stories 
  suggest they lived in caves. The villagers would leave gourds with food out 
  for them to eat, but legend has it these were the guests from hell. They'd eat 
  everything, including the gourds."
  
  It is 110 years since the last human species was 
  discovered in South-East Asia - the 700,000-year-old Homo 
  erectus Java man specimen.
  
  


  Santos Ltd A.B.N. 80 007 550 923 
Disclaimer: The information contained in