[keluarga-islam] FW: Undangan Kajian Lepas Kerja Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia...Filosufi Dzikir...bsm..Ustdz.Luqman Hakim MA....Selasa 9 Januari 2007...pkl.16.45.

2007-01-07 Terurut Topik Hidayat, Akhmad

Assalamu'alaikum wr.wb.,

 

Maaf cross-posting.

 

Salam,

Hidayat

 



From: Iswandi01
Sent: Friday, January 05, 2007 3:15 PM
Subject: Undangan Kajian Lepas Kerja Masjid Baitul Ihsan Bank
Indonesia...Filosufi Dzikir...bsm..Ustdz.Luqman Hakim MASelasa 9
Januari 2007...pkl.16.45.

 

UNDANGAN KAJIAN LEPAS KERJA MASJID BAITUL IHSAN

Pencerahan Ruhani  Spiritualisme Islam 

Sesi #6 : Filosufi Dzikir, Bagian Kedua

Narasumber: Ustdz.Luqman Hakim, MA (Pemimpin Redaksi Majalah Cahaya
Sufi)

Mengapa berdzikir? Apa tujuan Dzikir? Jenis-jenis dzikir? Apa perbedaan
dzikir umum dan dzikir khusus? Apakah dzikir thareqat?

Bagaimana 'adab berdzikir? Dgn suara? Dengan bisikan hati? Dalam diam?
Dengan gerak? 

Waktu: SELASA , Tgl 9 Januari 2007, 

mulai pukul 16.45 sd menjelang Maghrib, dan (jika dirasa perlu)
dilanjutkan 18.30 sd menjelang Isya utk diskusi tanya jawab.

Venue: Masjid Baitul Ihsan, Kompleks Perkantoran Bank Indonesia, Jl.Budi
Kemuliaan Jakarta Pusat, Ruang Kelas Lt.Basement.

Peserta: Umum. TIDAK DIPUNGUT BIAYA

Deskripsi: 

Melalui kajian ini, diharapkan dapat memperluas wawasan keilmuan peserta
tentang spiritualisme Islam dan memberi bekal pengetahuan dasar dalam
mengeksplorasi khazanah spiritualisme Islam semisal karya-karya
Jalaluddin Rumi, Imam Ghazali, Ibn 'Arabi, Ibn Athaillah As-Sakandary,
dll. Melalui pemberian materi secara sistematis dan terstruktur ttg
spiritualisme Islam, diharapkan peserta pada akhirnya insya Allah
memiliki pemahaman yg benar dan jernih ttg berbagai pemikiran dalam
ranah keilmuan ini. Sehingga dapat bersikap bijak dalam menghadapi
dinamika pemikiran spiritualis yang semakin berkembang, dan mampu
mengambil manfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga dan
lingkungannya.

Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Skretariat Mesjid Baitul
Ihsan di 381-8457 (Sdr.Agung)

***





This message and any attached files may contain information that is 
confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the 
intended recipient. If you are not the intended recipient or the person 
responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised 
that you have received this message in error and that any dissemination, 
copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is the 
disclosure of the information therein. If you have received this message in 
error please notify the sender immediately and delete the message.

[keluarga-islam] salam

2007-01-07 Terurut Topik Naufal
As-salammualaikum wr.wb

senang rasanya bisa jumpa dengan rekan2 milist KI tercinta, semoga semua selalu 
dalam lindunganNya dari setan yang terkutuk... amien.
seperti biasanya, baru muncul Naufal langsung bertanya...he..he
 bolehkan sholat sunat dikerjakan secara bersama2? yang saya maksud adalah 
sholat sunat selain tarawih, misalnnya : sholat Tahajud 

terima kasih

salam

[keluarga-islam] Sholat Sunat Berjamaah, bolehkan ?

2007-01-07 Terurut Topik Naufal
As-salammualaikum wr.wb

senang rasanya bisa jumpa dengan rekan2 milist KI tercinta, semoga semua selalu 
dalam lindunganNya dari setan yang terkutuk... amien.
seperti biasanya, baru muncul Naufal langsung bertanya...he..he
 bolehkan sholat sunat dikerjakan secara bersama2? yang saya maksud adalah 
sholat sunat selain tarawih, misalnnya : sholat Tahajud 

terima kasih

salam

[keluarga-islam] Musibah dan musibah

2007-01-07 Terurut Topik Ananto

Musibah dan musibah

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri



Mungkin bangsa Indonesia memang perlu *diruwat.* *Ruwat *dalam bahasa Jawa,
kurang lebih berarti bebas. *Diruwat, *artinya diupayakan agar terbebas dari
tenung dan malapetaka. Saya menggunakan istilah itu – terlepas dari
pengertian* ruwatan* dalam upacara adat Jawa—dalam pengertian harfiahnya.
Rasanya bangsa ini memang perlu mengupayakan agar dirinya terbebas dari
musibah.



Lebih dari dua tahun, bahkan menginjak tahun ketiga, secara beruntun kita
didera berbagai musibah. Mulai dari tsunami, gempa bumi, kebakaran hutan,
banjir, tanah longsor, angin ribut, lumpur panas, kecelakaan di darat; di
laut; dan di udara, pertikaian antar etnis dan golongan, per-gulat-an di
kalangan politisi, hingga musibah besar yang sering luput dari hitungan: *
korupsi*. Bahkan sudah ke luar negeri, di tempat suci Arafah lagi, musibah
masih 'mengejar' orang Indonesia .

Memang ada kesadaran bahwa terjadinya musibah-musibah itu terutama
disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Akan tetapi tampaknya pemaknaan
manusia dalam kaitan musibah ini, masih dibatasi pada manusia lain saja.
Artinya, musibah terjadi karena ulah orang lain, bukan ulahku, bukan ulah
kita. Seolah-olah hanya orang lain yang manusia dan bersalah. Hal ini
ditandai antara lain dengan adanya saling menyalahkan dan mencari kambing
hitam setiap kali dan sesudah terjadi musibah.



Yang di luar pemerintahan apalagi yang ingin masuk ke pemerintahan, biasanya
menyalahkan dan meng-kambing-hitam-kan pemerintah. Yang di pemerintahan
menyalahkan dan meng-kambing-hitam-kan yang mudah disalahkan dan dijadikan
kambing hitam. Yang di atas menyalahkan yang di bawah, yang di bawah
menyalahkan yang di atas. Sehingga sering kali terjadi penanganan musibah
malah justru menambah musibah baru.



Dalam keadaan seperti itu, sering kali orang tidak dapat berpikir jejeg,
adil. Simpati dan prihatin terhadap korban musibah pun acap kali dijadikan
atau dibarengi alasan untuk menyalahkan pihak lain. Apalagi bila kepentingan
politik --yang kini agaknya menjadi panglima lagi-- ikut meng-error-kan
akal. Orang tidak lagi bisa atau perlu membedakan antara musibah yang
disebabkan kekhilafan, kecerobohan, salah urus, dengan musibah yang
disebabkan kesengajaan; antara musibah yang masih dalam lingkup kemampuan
manusia untuk mengantisipasi hingga mencegahnya dengan musibah yang terjadi
di luar kemampuan manusia. Padahal masing-masing memerlukan penyikapan yang
berbeda.



Musibah kebakaran hutan dan korupsi, mungkin kita bisa menunjuk secara tegas
kambing hitamnya, yaitu maling-maling besar yang serakah dan rakus. Atau
tepatnya, menyalahkan niat keserakahan dan kerakusan mereka. Hampir sama
dengan itu --dengan adanya perbedaan faktor alam – ialah semisal musibah
banjir, longsor, dan lumpur panas. Ini sama sekali berbeda dengan misalnya,
musibah katering jamaah haji dan karamnya kapal Senopati Nusantara yang
jelas-jelas tidak terkait dengan niat mencelakakan.



Lain lagi dengan musibah tsunami di Aceh atau gempa di Yogya misalnya. Ini
merupakan musibah yang boleh dikata di luar kemampuan manusia – minimal
manusia Indonesia—untuk mencegah atau menolaknya; bahkan sekedar
mengantisipasinya.   Juga kapal atau pesawat yang tiba-tiba diterjang badai
besar. Kecanggihan peralatan untuk mendeteksi alam memang bisa menjadi
faktor dan diperlukan sebagai upaya berjaga-jaga, namun hal itu tentu tidak
berarti melenyapkan keyakinan kita bahwa alam ini milik Tuhan Yang Maha
Kuasa. Ia berkuasa berbuat apa saja terhadap alam ini, termasuk menghajar
manusia yang tak tahu diri.


Kita masih bisa memaklumi apabila mereka yang terkena musibah baik langsung
atau tidak langsung, secara tidak sadar bereaksi kurang logis; seperti
kemarahan korban lumpur panas atau keluarga korban kecelakaan pesawat Adam
Air. Tapi mereka yang bersimpati, kiranya tidak perlu kehilangan penalaran;
lalu dengan ngawur mencari-cari kambing hitam. Kalau pun ingin melakukan
evaluasi dan koreksi untuk kemaslahatan ke depan, hendaklah disertai
pengetahuan atau pun penguasaan masalah dan dilandasi itikad baik bagi
kepentingan bersama. Hal ini untuk menjaga agar tidak selalu terjadi saling
menyalahkan secara tidak proporsional. Saling menyalahkan yang demikian,
apalagi didorong oleh kepentingan-kepentingan sesaat, jangan-jangan justru
mengundang musibah susulan. *Na'udzu billahi min dzaalik!*

*
* Wabadu; untuk 'meruwat' diri, kita perlu disamping melakukan apa yang bisa
kita lakukan dan menyerahkan apa yang kita tidak bisa melakukannya kepada
yang bisa, sungguh sangat mendesak bagi masing-masing kita untuk dengan
rendah hati mengoreksi diri. Jangan-jangan karena hanya sibuk mengoreksi
pihak lain, banyak kesalahan kita sendiri yang tidak terdeteksi. Lalu kita
merasa tidak bersalah dan karenanya tidak melakukan perbaikan dan tidak
memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui.



Lebih baik kita mengasumsikan diri kita berdosa dan memohon ampunan Allah,
daripada mengandalkan kehebatan diri sendiri dan 

[keluarga-islam] Ibadah Ritual

2007-01-07 Terurut Topik Naufal
pertanyaan ke 2 untuk hari ini...he..he
saya sering mendengar istilah  Ibadah Ritual , adakah rekan2 yang bisa share 
ilmu kepada saya apa saja yang termasuk ke dalam ibadah ritual ?

salam

Re: [keluarga-islam] salam

2007-01-07 Terurut Topik Ananto

adakah yg melarang?
kalau ga ada yg melarang, berarti boleh kan... :)

salam,
ananto


On 1/8/07, Naufal [EMAIL PROTECTED] wrote:


   As-salammualaikum wr.wb

senang rasanya bisa jumpa dengan rekan2 milist KI tercinta, semoga semua
selalu dalam lindunganNya dari setan yang terkutuk... amien.
seperti biasanya, baru muncul Naufal langsung bertanya...he..he
 bolehkan sholat sunat dikerjakan secara bersama2? yang saya maksud
adalah sholat sunat selain tarawih, misalnnya : sholat Tahajud 

terima kasih

salam





[keluarga-islam] FW: Perawat Saddam di Penjara Angkat Bicara

2007-01-07 Terurut Topik Ahmadi Agung
dari Milis Sebelah

 

Perawat Saddam di Penjara Angkat Bicara

Minggu, 7 Jan 07 07:05 WIB

Tenang, perasa, lembut, adalah kosa kata yang dahulunya sangat jarang
mengiringi sosok mantan Presiden Irak, Saddam Husein yang kini telah
menjemput maut di tiang gantung. Apalagi di telinga dan mata AS, Saddam
Husein sangat jauh dari sikap yang bisa menarik simpatik. Bahkan Bush,
pernah menyebut Saddam lebih kejam dan keras daripada Hitler.

Tapi, sebuah wawancara berikut ini mungkin membuka fakta lain tentang
mendiang Saddam Husein. Selama kurang lebih delapan setengah bulan, Robert
Elyas menjadi orang yang paling dekat dengan Saddam Husein. Ketika itu,
Saddam berada di balik jeruji penjara dan Robert Elyas banyak berinteraksi
terkait kesehatan dan kondisi umum Saddam Husein.

Elyas (50), bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit AS, pada harian El
Hayatia bicaratentang hal lain dari kepribadian Saddam yang ditemuinya di
penjara. Juga tentang pengalamannya bersama mantan tokoh nomor satu di Irak
ituselama di penjara. Saddam, katanya, sehari-hari di penjara, tak pernah
menyebut nama musuh-musuhnya, tidak menanti kematian, memberi makan
burung, menyiram tanaman, menimbang berat badan.

Berikut petikan wawancaranya:

Tanya: Bagaimana saat pertama Anda bertemu dengan mantan Presiden Irak
Saddam Husein?

Jawab: Saya pergi ke Irak pada bulan Januari 2004 dan saya diutus ke Camp
Crowber. Saya sama sekali belum tahu bila akan ditugaskan memeriksa
kesehatan Saddam Hussein. Tapi ketika perintah itu dijatuhkan, saya juga tak
kuasa menolaknya. Saya seorang militer dan biasa menerima perintah. Saya
menjalani misi ini selama delapan setengah bulan. Selama itu saya menjenguk
Saddam setiap hari pada waktu pagi dan sore sekitar setengah jam.

Tanya: Bagaimana yang terbetik dalam pikiran Andasebelum bertemu Saddam
Husein?

Jawab: Saya mendengar tentang Saddam saat perang teluk kedua, di mana
terlibat dalam peperangan itu sejumlah tim medis di bawah koordinasi tentara
AS di Kuwait. Yang terbetik dalam pikiran saya tentang Saddam adalah orang
yang sangat intens dengan peperangan dan banyak memiliki karakter negatif.

Tanya: Lalu, apakah penggambaran itu berubah setelah Anda bertemu dengannya?

Jawab: Hari ini, saya merasa gelisah ketika bicara tentang Saddam. Saya
merasakan langsung bagaimana saya berinteraksi dengan pribadinya. Saya
melihat wajah yang berbeda dari Saddam. Ada yang bertolak belakang terkait
beberapa hal. Pertama tentang informasi yang dituduhkan bahwa ia adalah
pembunuh sadis. Kedua, tentang kenyataan bahwa ia sangat lembut perasaannya,
khususnya sejak saya bertemu dengannya di penjara.

Tanya: Apa yang Anda rasakan ketika Saddam dihukum mati?

Jawab: Ini pengalaman hidup yang menyakitkan dan menyedihkan.

Tanya: Ceritakan kepada kami bagaimana kondisi kesehatannya di penjara?

Jawab: Ia makan dengan teratur. Tiga kali sehari. Nyaris ia tidak memiliki
kendala kesehatan yang serius. Hanya masalah kesehatan ringan saja, seperti
terkait dengan tekanan darah atau prostat. Masalah ini bisa dibantu dengan
obat yang kami berikan. Ia juga menjauhi kopi untuk meringankan tekanan
darahnya.

Tanya: Apa menu makanan Saddam?

Jawab: Ia makan sebagaimana tentara. Ia sangat berpegang pada hukum syariah
Islam terhadap makanannya. Ia selalu khawatir memakan makanan yang tak
disembelih dengan cara Islam. Kami menghormati keinginannya itu. Dan itulah
yang kami berikan kepadanya dalam persiapan menu makanan.

Tanya: Apakah ia seorang yang agamis menurut Anda?

Jawab: Ya, Saddam selalu melakukan shalat lima waktu setiap hari dan membaca
Al-Quran.

Tanya: Saat bulan Ramadhan, apakah Saddam berpuasa?

Jawab: Bulan Ramadhan pada tahun itu, terjadi setelah ia dipindah ke kamp
tahanan lain pada bulan Oktober 2004. Dan ketika itu saya sudah tidak
ditugaskan mengontrol kesehatannya lagi. Tugas saya hanya sampai bulan
Agustus 2004. Tapi saya tetap mengunjunginya secara informal meski tidak
rutin. Seingat saya, ketika saya kunjungi di bulan Ramadhan, Saddam sedang
menjalankan puasa. Tapi ia tidak menghentikan sejumlah aktifitasnya setiap
hari. Ini yang mengagumkan buat saya. Ia tetap memeriksakan dan mengontrol
kesehatannya setiap hari sebagaimana biasa. Perpindahannya dari istana ke
penjara seperti tidak terlalu berpengaruh baginya.

Tanya: Apakah ia juga makan gula-gula?

Jawab: Tidak, ia tidak mengkonsumsi itu. Ia sangat mengontrol berat
badannya. Saya tahu ia sangat teratur kehidupannya. Dan kebiasaan hidupnya
memang tidak mengizinkan dia banyak bergerak atau mengeluarkan banyak
tenaga. Karena itu ia berusaha menjaga bobot makanannya. Yang terjadi, ia
banyak turun berat badannya secara berlebih sehingga sempat mencemaskan tim
medis. Lalu kami berikan kepadanya makanan ringan dari kue.

Tanya: Seperti apa kue yang dimaksud?

Jawab: Seperti gula, biskuit Oreo atau semacamnya.

Tanya: Apakah ia mau memakannya?

Jawab: Tentu, menu itu menjadi bagian dari menu makanannya.

Tanya: Sebelum ini Anda mengatakan bahwa Saddam teratur memberi