[kisunda] Fwd: Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping 20 Mei 2010

2010-08-25 Terurut Topik mh
baraya, na enya kitu ieu warta teh?
asana sababaraha bulan katukang, aya warta nu pakait, ngan teu pati pasti.

-- Forwarded message --
From: sipupiw pu...@urangsunda.net
Date: Wed, Aug 25, 2010 at 1:39 PM
Subject: [Urang Sunda] Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping 20
Mei 2010
To: urangsu...@yahoogroups.com


Teh Meti Cupumanik ngsms nembe.. wartosna ti garwana kang Didin, bilih aya
sametan cnah, Pa Didin tos pupus ping 20 Mei 2010, nembe ku abdi ditingal
aktifitas fb-na g muhun

~ipup~

--- In urangsu...@yahoogroups.com, mang jamal ja...@... wrote:



 ti saha wartosna? kang didin teh di bekasi tea nya.







Komunitas Urang Sunda -- http://www.Urang-Sunda.or.id
Yahoo! Groups Links





[kisunda] Fw: Lowongan (Bilih aya nu peryogi)

2010-08-25 Terurut Topik Muhammad Ziaulhaq
From: Tatang muttaqin tata...@yahoo.com
Subject: [PERSIS] Lowongan


Yth Bapak Ibu,

 

Terlampir lowongan PNS 2010 di Kementerian Perdagangan, siapa tahu cocok untuk 
putra putri atau tetangga Bapak Ibu sekalian. 

 

http://www.depdag.go.id/files/cpns2010/cpns_2010.pdf

 

Wassalam 

Hari Kristijo



[Non-text portions of this message have been removed]




 



  











  

RE: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual?

2010-08-25 Terurut Topik Muhammad Ziaulhaq
Salam...Cik ah Kang IS oge milis: kira-kira naon hubungan rasa nasionalisme jeung duit??Baktos, Zya.--- On Wed, 8/25/10, Ii Sumirat sumi...@bdg.bumiputera.co.id wrote:From: Ii Sumirat sumi...@bdg.bumiputera.co.idSubject: RE: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual?To: kisunda@yahoogroups.comDate: Wednesday, August 25, 2010, 10:27 AM













 





  
  
  







Hiji
dua jeung nu gubug na jendral sudirman anu kungsi heboh dinu tipi, pakuat kaitna
anger antara duit pabeulit jeung nasionalisme 

  

  





From:
kisunda@yahoogroups.com [mailto:kisu...@yahoogroups.com] On Behalf Of mh
Sent: Tuesday, August 24, 2010 2:55 PM
To: Ki Sunda
Subject: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual? 





  

  







Keluarga Inggit Ganarsih Tunggu Itikad Baik Pemerintah 



Selasa, 24/08/2010 - 21:19  











 



RETNO HY/"PRLM" 





Tito Zeni Asmara Hadi (63) menunjukkan surat-surat warisan
Ibu Inggit Garnasih dan Soekarno kepada Kasi Kepurbakalaan dan Museum, di
Bidang Kebudayaan Disparbud Jabar, Drs. Eddy Sunarto, Selasa (24/8).* 









BANDUNG, (PRLM).- Ahli waris Ibu Inggit Garnasih masih menunggu itikad baik
dari Pemerintah Propinsi Jawa Barat untuk bersama-sama merealisasikan wasiat
dari almarhumah. Selama ini pemerintah provinsi selalu memberi janji, namun
selalu tidak ada realisasi meski program sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah yang disetujui dan disepakati eksekutif dan legislatif. 

“Sebenarnya saya sudah tidak ingin untuk berhubungan dengan pemerintah.
Karena apa yang dijanjikan selalu tidak sesuai dengan kesepakatan, terakhir
pada tahun lalu di mana semula kesepakatan yang dilakukan antara pemerintah dan
ahli waris, tapi menjelang pelaksanaan jadi dilimpahkan ke pihak ketiga,” ujar
Tito Zeni Asmara Hadi (63), di sela-sela rembukan antara dirinya selaku pihak
ahli waris dengan Tim Pembenahan Rumah Sejarah Ibu Inggit Garnasih, bertempat
di rumah Inggit Garnasih Jalan Ciateul No. 8, Bandung. 

Dikatakan Tito, cucu Ibu Inggit Garnasih dari Ratna Djuami (87) anak angkat
Inggit Garnasih dan Soekarno, bahwa pihaknya bersedia untuk menyerahkan semua
barang warisan Ibu Inggit Garnasih dan Soekarno. Namun pihaknya tidak
menginginkan peristiwa tahun 2003 di mana kesepakatan terjadi antara ahli waris
dengan pemerintah yang langsung gubernur yang waktu itu H.R. Nuriana. Namun di
tingkat bawah kesepatan tidak dilaksanakan. 

Sementara menurut Kasi Kepurbakalaan dan Museum, di Bidang Kebudayaan
Disparbud Jabar, Drs. Eddy Sunarto, pihaknya hingga kini masih berupaya kembali
ditemukan kesepakatan ataupun solusi antara pemerintah dengan ahli waris Ibu
Inggit Garnasih. “Kita tidak ingin kalau masalah ini kembali menimbulkan
kekecewaan dari pihak keluarga ahli waris, karenanya kita berharap ada solusi
dan jalan pemecahan terbaik,” ujar Eddy ditemani Eha Solihat dan Tini Rustini
dari Tim Pembenahan Rumah Sejarah Ibu Inggit Garnasih. 

Terhadap niat baik Disparbud Jabar, Tito selaku ahli waris sudah berbesar
hati mau memberikan berkas-berkas surat Ibu Inggit dan Soekarno untuk
diduplikasi (scanner), demikian pula halnya untuk batu pipisan (alat tumbuk
membuat jamu). Namun untuk barang-barang mebel berupa buffet, lemari, dipan,
meja tamu, meja belajar dan lainnya, ahli waris belum mau memberikan. 

“Saya masih punya nurani, meskipun terus dibohongi saya tidak akan sampai
menjual ke Belanda. Entah untuk suatu saat, karena umur saya terus bertambah
dan saya harus melaksanakan wasiat almarhumah untuk membangun Rumah Sakit
Bersalin Inggit Garnasih,” ujar Tito. (A-87/das)*** 

http://www.pikiran-rakyat.com/node/120675 







 











 



 







  

RE: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual?

2010-08-25 Terurut Topik Ii Sumirat
Eta cik kang saurna tos aya nu nawis 2 M ku belanda, saha anu teu kabita (ieu 
duit) panginten jaman kieu mah saha anu teu peryogi kalebet ahli waris.. 

Terus saurna kieu :

“Saya masih punya nurani, meskipun terus dibohongi saya tidak akan sampai 
menjual ke Belanda. Entah untuk suatu saat, karena umur saya terus bertambah 
dan saya harus melaksanakan wasiat almarhumah untuk membangun Rumah Sakit 
Bersalin Inggit Garnasih,” ujar Tito

 

Gaduh nurani panginten kacintaan ka Indonesia nya nasionalisme tapi 
ditungtungan oge nyuhungkeun perhatosan.  Da pami ngawangun rumah sakit teh ku 
artos artos2 keneh.

 

 

From: kisunda@yahoogroups.com [mailto:kisu...@yahoogroups.com] On Behalf Of 
Muhammad Ziaulhaq
Sent: Wednesday, August 25, 2010 1:03 AM
To: kisunda@yahoogroups.com
Subject: RE: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual?

 


Salam...

Cik ah Kang IS oge milis: kira-kira naon hubungan rasa nasionalisme jeung duit??



Baktos, Zya.

--- On Wed, 8/25/10, Ii Sumirat sumi...@bdg.bumiputera.co.id wrote:


From: Ii Sumirat sumi...@bdg.bumiputera.co.id
Subject: RE: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual?
To: kisunda@yahoogroups.com
Date: Wednesday, August 25, 2010, 10:27 AM

  

Hiji dua jeung nu gubug na jendral sudirman anu kungsi heboh dinu tipi, pakuat 
kaitna anger antara duit pabeulit jeung nasionalisme

 

 

From: kisunda@yahoogroups.com [mailto:kisu...@yahoogroups.com] On Behalf Of mh
Sent: Tuesday, August 24, 2010 2:55 PM
To: Ki Sunda
Subject: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual?

 

  


Keluarga Inggit Ganarsih Tunggu Itikad Baik Pemerintah


Selasa, 24/08/2010 - 21:19 

Image removed by sender. RETNO HY/PRLM

RETNO HY/PRLM

Tito Zeni Asmara Hadi (63) menunjukkan surat-surat warisan Ibu Inggit Garnasih 
dan Soekarno kepada Kasi Kepurbakalaan dan Museum, di Bidang Kebudayaan 
Disparbud Jabar, Drs. Eddy Sunarto, Selasa (24/8).*

BANDUNG, (PRLM).- Ahli waris Ibu Inggit Garnasih masih menunggu itikad baik 
dari Pemerintah Propinsi Jawa Barat untuk bersama-sama merealisasikan wasiat 
dari almarhumah. Selama ini pemerintah provinsi selalu memberi janji, namun 
selalu tidak ada realisasi meski program sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan 
dan Belanja Daerah yang disetujui dan disepakati eksekutif dan legislatif.

“Sebenarnya saya sudah tidak ingin untuk berhubungan dengan pemerintah. Karena 
apa yang dijanjikan selalu tidak sesuai dengan kesepakatan, terakhir pada tahun 
lalu di mana semula kesepakatan yang dilakukan antara pemerintah dan ahli 
waris, tapi menjelang pelaksanaan jadi dilimpahkan ke pihak ketiga,” ujar Tito 
Zeni Asmara Hadi (63), di sela-sela rembukan antara dirinya selaku pihak ahli 
waris dengan Tim Pembenahan Rumah Sejarah Ibu Inggit Garnasih, bertempat di 
rumah Inggit Garnasih Jalan Ciateul No. 8, Bandung.

Dikatakan Tito, cucu Ibu Inggit Garnasih dari Ratna Djuami (87) anak angkat 
Inggit Garnasih dan Soekarno, bahwa pihaknya bersedia untuk menyerahkan semua 
barang warisan Ibu Inggit Garnasih dan Soekarno. Namun pihaknya tidak 
menginginkan peristiwa tahun 2003 di mana kesepakatan terjadi antara ahli waris 
dengan pemerintah yang langsung gubernur yang waktu itu H.R. Nuriana. Namun di 
tingkat bawah kesepatan tidak dilaksanakan.

Sementara menurut Kasi Kepurbakalaan dan Museum, di Bidang Kebudayaan Disparbud 
Jabar, Drs. Eddy Sunarto, pihaknya hingga kini masih berupaya kembali ditemukan 
kesepakatan ataupun solusi antara pemerintah dengan ahli waris Ibu Inggit 
Garnasih. “Kita tidak ingin kalau masalah ini kembali menimbulkan kekecewaan 
dari pihak keluarga ahli waris, karenanya kita berharap ada solusi dan jalan 
pemecahan terbaik,” ujar Eddy ditemani Eha Solihat dan Tini Rustini dari Tim 
Pembenahan Rumah Sejarah Ibu Inggit Garnasih.

Terhadap niat baik Disparbud Jabar, Tito selaku ahli waris sudah berbesar hati 
mau memberikan berkas-berkas surat Ibu Inggit dan Soekarno untuk diduplikasi 
(scanner), demikian pula halnya untuk batu pipisan (alat tumbuk membuat jamu). 
Namun untuk barang-barang mebel berupa buffet, lemari, dipan, meja tamu, meja 
belajar dan lainnya, ahli waris belum mau memberikan.

“Saya masih punya nurani, meskipun terus dibohongi saya tidak akan sampai 
menjual ke Belanda. Entah untuk suatu saat, karena umur saya terus bertambah 
dan saya harus melaksanakan wasiat almarhumah untuk membangun Rumah Sakit 
Bersalin Inggit Garnasih,” ujar Tito. (A-87/das)***

http://www.pikiran-rakyat.com/node/120675

 

image001.jpg

[kisunda] Sejarah - Darmamurcaya

2010-08-25 Terurut Topik mh
DARMAMURCAYA alias JURU BAHASA PADA MASA KARAJAAN SUNDA
by Richadiana Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on
Wednesday, August 25, 2010 at 6:31pm

*Penterjemah Bahasa Pada Zaman Kerajaan Sunda*

Kepentingan penerjemahan bahasa sebagai usaha untuk berkomunikasi dengan
bangsa lain yang berbeda bahasa ternyata telah dlakukan oleh para leluhur di
Kerajaan Sunda. Profesi penerjemah dianggap salah satu profesi yang cukup
penting sebab tidak semua orang dapat memahami berbagai bahasa yang ada pada
waktu itu. Selain Sangsakerta, salah satu bahasa yang digunakan untuk
memperdalam sastra (agama) Hindu-Budha pada waktu itu adalah Jawa Kuna
(digunakan hampir di seluruh pulau Jawa dan Bali).



Salah satu tokoh yang ternama pada masa itu yaitu Bujangga Manik. Ia
dikisahkan pergi ke belahan timur pulau Jawa dari tanah kelahirannya, Sunda,
untuk mencari arti kehidupan dan menimba ilmu agama. Tentunya dalam
melakukan perjalanannya itu, ia dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbahasa Jawa (kuna), selain menguasai bahasa Sunda (kuna) sebagai bahasa
ibunya.

Edi S. Ekadjati memaparkan dalam bukunya, Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran,
Jilid 2, halaman 204-205;



Berhubung dengan tidak setiap orang memahami dan menguasai banyak bahasa,
maka tampillah orang-orang yang menawarkan jasa pelayanan bagi yang
memerlukan komunikasi dengan macam-macam orang asing itu. Mereka menguasai
beberapa bahasa dan memilih profesi sebagai penterjemah atau juru bahasa.
Profesi penerjemah diakui dalam masyarakat Sunda masa itu sehingga terdapat
istilah tersendiri untuk menyebutnya yaitu jurubasa darmamurcaya. Dalam
naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian dikatakan bahwa bila ingin tahu
bahasa-bahasa negeri lain, bahasa-bahasa: Cina, Keling, Parsi, Mesir,
Samudra, Banggala, Makasar, Pahang, Kalantan, Bangka, Buwun, Beten (red:
Buton?), Tulangbawang, Sela, Pasay, Pariaman, Nagara Dekan, Madinah,
Andalas, Tego, Maluku, Badan, Pego, Minangkabau, Mekah, Buretet, Lawe,
Sasak, Sumbawa, Bali, Jenggi, Nusa Bini, Ogan, Kanangan, Komering,
Simpangtiga, Gumantung, Manumbi, Bubu, Nyiri, Sapari, Patukangan, Surabaya,
Lampung, Jambudipa, Seran, Gedah, Solot, Solodong, Indragiri, Tanjungpura,
Sekampung, Cempa, Baluk, Jawa; segala macam bahasa negara-negara lain,
tanyalah sang Jurubasa Darmamucarya (Atja  Saleh Danasasmita,
1981a:17,42-43; Danasasmita dkk., 1987:86,110).



Kutipan itu memberi informasi bahwa pada masa itu (1518) masyarakat Sunda,
paling tidak kalangan elit dan intelektualnya, mengenal sejumlah bahasa
asing yang digunakan oleh orang-orang dari berbagai negeri (disebut 55
negeri) di Nusantara dan luar Nusantara. Di samping itu, ada orang yang
berprofesi sebagai penterjemah bahasa-bahasa dimaksud yang disebut sang
Jurubasa Darmamurcaya. Para penterjemah itu, tentu bisa orang asing yang
bermukim di Tanah sunda, bisa pula orang Sunda sendiri; yang jelas mereka
berada di Kerajaan Sunda. Keberadaan mereka mencerminkan kekayaan
pengetahuan atau penguasaan bahasa yang cukup luas untuk zamannya. Seperti
telah disebutkan, Bujangga Manik misalnya paling tidak menguasai dua bahasa,
yaitu bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dan bahasa Jawa sebagai bahasa ilmu.
Dia bisa menterjemahkan pembicaraan dan teks tertulis berbahasa Sunda ke
dalam bahasa Jawa dan sebaliknya.


http://www.facebook.com/notes/richadiana-kartakusuma/darmamurcaya-alias-juru-bahasa-pada-masa-karajaan-sunda/425002254474


Re: [kisunda] Fwd: Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping 20 Mei 2010

2010-08-25 Terurut Topik oman abdurahman
Upamana nengetan postinganana, email terakhir ti kang Didin teh kacatet
kaping 5 April 2010 perkara rupa dina khazanah basa Sunda. Memang aya
postingan tan jejer  (no subject) ti alamar email kang Didin dina ping 31
Juli 2010, namung si kuring curiga, postingan anu kaping 31 Juli 2010 mah
eta pagawean virus.

Warta ti bojona ka neg Pupi yen Kang Didin tos ngantunkeun katingalna
langkung kiat. Upami leres,  sim kuring seja ngadugikeun Inna lillahi wa
inna ilaihi roji'un, ngiring belasungkawa anu saageung-ageungna. Mugia alm
ditampi iman islamna, kenging nikmat sareng caang di alam kuburna, kenging
tempat anu sae mungguh Alloh swt. Ka kulawarga anu dikantun mugia aya dina
kasabaran srg katawekalan.

manar

2010/8/25 mh khs...@gmail.com



 baraya, na enya kitu ieu warta teh?
 asana sababaraha bulan katukang, aya warta nu pakait, ngan teu pati pasti.

 -- Forwarded message --
 From: sipupiw pu...@urangsunda.net
 Date: Wed, Aug 25, 2010 at 1:39 PM
 Subject: [Urang Sunda] Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping
 20 Mei 2010
 To: urangsu...@yahoogroups.com


 Teh Meti Cupumanik ngsms nembe.. wartosna ti garwana kang Didin, bilih aya
 sametan cnah, Pa Didin tos pupus ping 20 Mei 2010, nembe ku abdi ditingal
 aktifitas fb-na g muhun

 ~ipup~

 --- In urangsu...@yahoogroups.com, mang jamal ja...@... wrote:
 
 
 
  ti saha wartosna? kang didin teh di bekasi tea nya.
 




 


 Komunitas Urang Sunda -- http://www.Urang-Sunda.or.id
 Yahoo! Groups Links




  



[kisunda] Sajak ti Bujanggamanik: Sunda Ayeuna

2010-08-25 Terurut Topik aggi . sukmawan
Nyarita perkara Sunda ayeuna
asa nyaritakeun deungeun-deugeun
saban réngsé sawangkongan
dipungkas ku humandeuar
ditungtungan ku hanjelu
–naha bet kieu ku naon kitu

Ku naon Sunda beuki wanian
ngagugulukeun pacéngkadan
mopohokeun silih élédan
nyapirakeun silih ajénan
papada urang nu cenah sakocoran
dulur salembur baraya landes
kalah betah silih arah
silih gitik silih bintih
nu rék  maju digusur
nu rék ngaléngkah diréngkas

Ari dina pakumbuhan
nu rada lega ambahan
Sunda téh bet épés méér
teu kacatur lébér wawanén
ku naon Sunda beuki lindeuk
teu lingas cara baheula
ku naon Sunda beuki héngkér
teu bedas cara baheula
jaman kakawasaan
henteu ngan salelewek Priangan

Lain, lain kudu mulang deui
ka mangsa-mangsa bihari
da puguh geus lawas kaliwat
moal datang ku disambat

Henteu, henteu kudu salin jinis
ngajirim jalma baheula
dipapantes didangdanan
cacah sina jiga ménak
somah sina jiga pangkat
sina bisa sampurasun
sangkan apal kana rampés

Lain, lain kudu muntang pageuh
kana tangkal nu baheula
tapi kudu melak tangkal anyar
ciri aya nu ayeuna
cék maranéhna nu jaga

Henteu, teu kudu tipepereket
nyekelan akar nu pasoléngkrah
satungtung urang can wawuh
akar naon nu pabalatak
da puguh pagaliwota
antara akar jeung oray
nu bisa macok mun urang bongoh

Ku naon Sunda bet betah
ngajimatkeun nu baheula
dibungkus dijieun isim
dipuhit dipusti-pusti
ana dibuka eusina
goréhél téh tai kotok dilebuan

Baheula nu geus kaliwat
urang teundeun dina batin
guareun sakali-kalieun
mun pareng urang keur nineung
nu baheula mah apan geus puguh galurna
geus karuhan lalakonna
sanajan ngan ukur béja
carita cenah ceuk cekéng
Ari Sunda nu ayeuna
naon caritakeuneun jaga
mun ngagugulung waé baheula
reueus ku nu geus euweuh
keukeuh melang kana tapak
taya gadag taya ketak

Apan Sunda kudu tandang
meruhkeun poé ayeuna
malar Sunda gedé tanaga
keur nangtang poé isukan
Harepan mah aya di jaga
lain nyampak di baheula
baris kahontal henteuna
kuma cék ketak ayeuna

Lamun Sunda hayang maju
atuh ulah leumpang mundur
da punduk mah teu mataan
nu puguh kalah tabrakan
pageduk jeung dulur sorangan
tidadalagor tibabaranting
antukna éléh ku capé
ngalempréh di jajalaneun
dilindes ku deungeun-deungeun

Nyarita perkara Sunda ayeuna
nyaritakeun lalakon nu heureut léngkah
ka hareup ukur sajeujeuh
ka tukang kilométeran
teu apal di poé ayeuna
linglung ka poé isukan
da bongan ngagugulung waé kamari
nu kuduna geus disimpen dina lomari

Pébruari 2010

Posted by bujanggamanik
Powered by Telkomsel BlackBerry®



Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/kisunda/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/kisunda/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
kisunda-dig...@yahoogroups.com 
kisunda-fullfeatu...@yahoogroups.com

* To unsubscribe from this group, send an email to:
kisunda-unsubscr...@yahoogroups.com

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [kisunda] Fwd: Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping 20 Mei 2010

2010-08-25 Terurut Topik mh
Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un, ngiring belasungkawa.
Mugia almarhum ditampi iman islamna, kenging nikmat kubur sareng tempat anu
sae mungguh Alloh swt.
Mugia kulawarga anu dikantun aya dina kasabaran.

2010/8/25 oman abdurahman omana...@gmail.com



 Upamana nengetan postinganana, email terakhir ti kang Didin teh kacatet
 kaping 5 April 2010 perkara rupa dina khazanah basa Sunda. Memang aya
 postingan tan jejer  (no subject) ti alamar email kang Didin dina ping 31
 Juli 2010, namung si kuring curiga, postingan anu kaping 31 Juli 2010 mah
 eta pagawean virus.

 Warta ti bojona ka neg Pupi yen Kang Didin tos ngantunkeun katingalna
 langkung kiat. Upami leres,  sim kuring seja ngadugikeun Inna lillahi wa
 inna ilaihi roji'un, ngiring belasungkawa anu saageung-ageungna. Mugia alm
 ditampi iman islamna, kenging nikmat sareng caang di alam kuburna, kenging
 tempat anu sae mungguh Alloh swt. Ka kulawarga anu dikantun mugia aya dina
 kasabaran srg katawekalan.

 manar

 2010/8/25 mh khs...@gmail.com



 baraya, na enya kitu ieu warta teh?
 asana sababaraha bulan katukang, aya warta nu pakait, ngan teu pati pasti.

 -- Forwarded message --
 From: sipupiw pu...@urangsunda.net
 Date: Wed, Aug 25, 2010 at 1:39 PM
 Subject: [Urang Sunda] Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping
 20 Mei 2010
 To: urangsu...@yahoogroups.com


 Teh Meti Cupumanik ngsms nembe.. wartosna ti garwana kang Didin, bilih aya
 sametan cnah, Pa Didin tos pupus ping 20 Mei 2010, nembe ku abdi ditingal
 aktifitas fb-na g muhun

 ~ipup~

 --- In urangsu...@yahoogroups.com, mang jamal ja...@... wrote:
 
 
 
  ti saha wartosna? kang didin teh di bekasi tea nya.
 




[kisunda] Sejarah - Kanjeng Dipati Ukur

2010-08-25 Terurut Topik mh
KANJENG DIPATI UKUR
by Richadiana Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on
Wednesday, August 25, 2010 at 5:32pm

*Purwaka *

Tahun 1628 Sultan Agung menugaskan Dipati Ukur membantu pasukan Mataram
menyerang Kompeni di Batavia. Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung
Bahureksa. Namun Bahureksa tidak mengadakan hubungan dengan Dipati Ukur.
Oleh karena itu Dipati Ukur tidak dapat melakukan perundingan dengan
Bahureksa.



Pada waktu yang telah ditentukan, Dipati Ukur memimpin pasukannya bergerak
menuju Batavia untuk menyerang Kompeni. Ketika pasukan dipeti Ukur tiba di
Batavia, ternyata pasukan Mataram belum datang. Oleh karena itu, Dipati Ukur
gagal mengusir Kompeni dari Batavia. Kegagalan itu terjadi karena
ketidakseimbangan persenjataan dan tidak mendapat dukungan dari pasukan
Mataram. Padahal seharusnya pasukan Mataram yang menjadi kekuatan ini
penyerangan, dibantu oleh pasukan Dipati Ukur.



Atas kegagalan menjalankan tugas dari raja Mataram, rupanya Dipati Ukur
berpikir, daripada ia menerima hukuman berat dari Sultan Agung, lebih baik
ia tidak setia lagi terhadap Mataram. Dipati Ukur beserta sejumlah
pengikutnya mengabaikan kekuasaan Mataram dan melakukan gerakan memberontak
terhadap Mataram.



Sikap Dipati Ukur tersebut segera diketahui oleh penguasa Mataram. Pihak
Mataram berusaha keras menumpas pemberontakan Dipati Ukur. Bila
pemberontakan itu tidak segera ditumpas, akan merugikan pihak Mataram.



Akhirnya pemberontakan Dipati Ukur dapat dipadamkan. Menurut versi Mataram,
Dipati Ukur tertangkap dan dihukum mati di Mataram. Menurut Sajarah Sumedang
(babad), pemberontakan Dipati Ukur terhadap Mataram berakhir pada tahun awal
tahun 1632.



* Penangkapan Dipati Ukur Oleh Adipati Kawasen *

 Naskah Leiden Orientaladalah naskah yang memuat tentang pemberontakan
Dipati Ukur  Penangkapan Dipati Ukur Oleh Bagus Sutapura (Adipati Kawasen).
Naskah ini ditulis oleh Sukamandara yang pernah menjadi Jaksa di Ghaluh.
Peristiwa penangakapan Dipati Ukur Oleh Bupati Kawasen ini menurut Prof. DR.
Emuch Herman Somantri terjadi pada hari Senin tanggal 1 bulan Jumadil Awal
1034 H sekitar pertengahan tahun 1632.



*cuplikan naskah Leiden Oriental yang menceritakan tentang penangakapan
Dipati Ukur oleh Adipati Kawasen (Bagus Sutapura): *



 Nunten pada guneman lan para bupati kabeh.Daweg pada angulati srana kang
bhade bisa nyekel Dipati Mogol punika.Nunten kyai Dhipati Galuh Bendanagara
angsal sanunggal santana Kawasen westa bagus Sutapura, gawena lagi ambhating
raga, sanggem anyekel Dipati Ukur. Sarta lajeng kumanabang sareng sareng
samenek ing Gunung lumbung punika. Nunten dipun tibani watu Westa Munding
Jalu dipun capakeun dening Bagus Sutapura, dipun balangakeun sumangsang
wonten sainggiling lajeng leles. Mangke nyataning Batulayang sareng sampun
sumangsang watu puniku. Nunten Bagus Sutapura angamuk pribadi, katah kiang
pejah balanipun Dipati Ukur punika sarta dipun besta dibakta dateng Ghaluh.
Artinya:



Hasil musyawarah para Bupati yang akan diberi tugas menangkap Dipati Ukur
yang memberontak, kemudian Kyai Ghaluh Bandanagara mendapatkan Senopati dari
Kawasen (Bagus Sutapura) yang orang sedang bertapa untuk menangkap Dipati
Ukur. Bagus Sutapura lalu maju untuk berperang. Ia naik gunung lumbung.
Begitu Bagus Sutapura naik ke Gunung Lumbung, Bagus Sutapura dijatuhi batu
yang bernama Munding Jalu oleh Dipati Ukur. Batu itu kemudian ditangkap oleh
Bagus Sutapura, kemudian dilemparkan dan nyangkut di phon leles. Berhubung
dengan ditangkapnya Batu itu (Munding Jalu), maka tempat itu dinamakan batu
layang. Kemudian Bagus Sutapura menyerng sendirian sampai pengikut Dipati
Ukur banyak yang tewas. Akhirnya Dipati Ukur dapat ditangkap oleh bagus
Sutapura dan diikat kemudian dibawa ke galuh



Sejarah Galuh yang disusun oleh raden Padma Kusumah merupakan salah satu
naskah yang memuat tentang penangkapan Dipati Ukur oleh Bagus Sutapura.
Naskah ini disusun berdasarkan naskah yang dimiliki oleh Bupati galuh R.A.A
Kusumah Diningrat 1836-1886 M, bupati Galuh R.T Wiradikusumah 1815 M dan R.A
Sukamandara 1819 M. Diantara naskah tersebut yang menceritakan Penangkapan
Dipati Ukur Oleh Bagus Sutapura (Adipati Kawasen) adalah:



255. Heunteu kocap dijalanna Di dayeuh Ukur geus Neupi Ki Tumenggung
narapaksa Geus natakeun baris Gunung Lembung geus dikepung Durder pada
ngabedilan Jalan ka gunung ngan hiji Geus diangseug eta ku gagaman perang



256. Dipati Ukur sadia Batuna digulang galing Mayak Gagaman di lebak Rea anu
bijil peujit Sawareh nutingkulisik Pirang-pirang anu deungkeut kitu bae
petana Batuna sok pulang panting Ki Tumenggung Narapaksa rerembugan



257. Urang mundur ka Sumedang Didinya Urang Badami Nareangan anu bisa Nyekel
raheden Dipati Bupati pada mikir Emut ku Dhipati galuh Ka Ki bagus Sutapura
Waktu eta jalma bangkit Seg disaur ana datang diperiksa



258. Kyai bagus Sutapura Ayeuna kawula meureudih Dipati Ukur sing beunang
Ditimbalan dijeng gusti Nanging kudu ati-ati Perkakasna eta batu Gedena

Bls: [kisunda] Samemeh Bharata Yudha - 24

2010-08-25 Terurut Topik Narayana Adipranata
aya terusanna ieu teh?





Dari: Abbas Amin abas_ami...@yahoo.com
Kepada: kisunda kisunda@yahoogroups.com; urangsunda 
urangsu...@yahoogroups.com
Cc: ta...@yahoogroups.com; grek_2...@yahoo.com
Terkirim: Rab, 25 Agustus, 2010 07:32:31
Judul: [kisunda] Samemeh Bharata Yudha - 24

  
Nun Inggih Ua Bhatara, Putra kedah kumaha di na peperangan ieu?

:Inget kasep, moal aya nu kuat nadahan Konta; pasti binasana. 
Sarerea paur nyanghareupan eta senjata KONTA; sabab moal aya nu mahi. 
Sadaya pinasti ancur , keuna ku senjata Konta mah. Moal aya nu mangga
pulia.Masing sakumaha saktina ge. Tapi Karna teh geus sumpah bakal
nelasan Arjuna. Cohagna eta KONTA teh taya lian ngan kanggo nelasan
Arjuna wungkul, paman hidep. Da kapan kacida cuana eta Karna Raja 
Angga ka Arjuna teh. Jadi Arjuna pasti binasana. Moal aya nu yasa nulungan.

Tacan tamat Kresna sasauranna, tos dipotong ku Gatotkacha:Nun Ua Bhatara, 
punten Putra motong.  naha aya cara nu sakira ngahalang ka na 
binasana Rama Paman Arjuna? Putra bakal ngalakukeun naon wae kanggo kasalametan 
Rama Paman  Arjuna, sakaligus Guru Putra. Mangga geura manahan nu langkung jero 
deui; Putra percanten, Ua Bhatara bakal tiasa mendakan jalan nu bakal nulungan 
Paman Arjuna cilaka.

Saur Kresna:Hese jeung bangga kasep Gatotkacha. Mo aya nu iasa ngahalang 
halang 
karep Karna. Tong boro atuh make Konta; dalah teu make Konta oge, can puguh 
Paman Arjuna bisa meunang perangna. Lantaran Karna memang Sakti.
Hese ngalawanan Karna nu jago maen panah mah. Nepi ka ayeuna can aya musuh nu 
bisa ngelehkeun Karna. Ku sabab kitu sarerea pada bingung mikirkeun hal ieu.

Lami duanana paheneng heneng, teras Gatotkacha nyaur deui:Putra yakin pisan, 
yen Paman Arjuna bakal tiasa nelasan Karna, najan sakumaha Saktina oge; Putra 
yakin pisan, di na sagala hal Paman Arjuna langkung unggul ti Karna, upami teu 
aya KONTA. Jadi ieu Konta nu kudu dipikiran kumaha carana teh.

Kresna:Hehehehehe, enya calakan pisan anak ua...sigana mah kitu,  
bener tah pipikiran teh..Tapi Ua mah can yakin yen Paman Arjuna bisa 
ngelehkeun Karna masing teu nganggo Konta ge. Karna kacida saktina.

Gatotkacha:He.  Ua Bhatara , ulah ngangkat teuing ka musuh, 
bari nganapikeun kakuatan urang, Putra tetep yakin, yen Paman Arjuna tiasa 
ngawonkeun Karna, asal ulah aya KONTA ! Tah nu ku Putra dipikiran kumaha carana 
ngahalang halang supaya Konta ulah ditujukeun ka Paman Arjuna.

Kresna:Hahahaha, eladalah, Ua kayungyun ku calakanana ieu anak Ua teh.
Gatotkacha! Sigana mah kudu kitu, tapi keukeuh hese.Da moal asal wae Karna make 
eta Konta; lantaran ngan sakali pake tea.

Gatotkacha:Duuuh Ua Bhatara, Putra sanggem merangan Karna; keun we manehna 
sina 
ngaluarkeun senjata Konta dipake ka Putra !

Kresna:Eladalah...Gatotkacha.. Gatotkacha..; memang 
teorina mah kitu. 

Tapi can puguh Karna daekeun make eta Konta, ka  nu salian ti ka Arjuna. 
Jadi tetep we hese; sabab mun tea mah perang antara sampeyan ngalawan Karna; 
can 
puguh sampeyan bisa ngelehkeun Karna; sabab kasaktianana meh satanding jeung 
Paman sampeyan Arjuna. Tah Ua rek nanya kasaktian sampeyan dibanding Paman 
Arjuna kumaha ?

Gatotkacha:Nun inggih, Putra rumaos teu wantun.
Kresna:Hehehehe, ieu mah lain masalah wantun teu wantun; kapan sampeyan geus 
naker tanaga jeung Rama sampean Bimasena; terus sampeyan geus diturunkeun Elmu 
ku Paman Arjuna; tah kumaha ngabandingkeunana ?

Duuuh Rama Ua; memang langka nu gagah rongkah, model Rama Bima; moal aya nu 
nandingan karongkahanana, kadigjayaan sareng kakuatanana.

Kresna:Aya ! Nya eta hidep pisan, nu ngabandingan kakuatan sareng karongkahan 
Bimasena; tah kumaha ari Arjuna, paman hidep ?

Gatotkacha:Tah upami ningal jihad ieu, bawiraos Putra mah Paman Arjuna 
langkung 
Sakti ti batan Rama Bratasena;  lantaran anjeunna ti katebihan tiasa ngawonkeun 
musuh. Jadi musuh moal tiasa nyaketan ka Paman Arjuna. Lantaran terus dipanahan.
Saleresna langkung sesah ngalawan Rama Paman Arjuna tibatan Rama Sena.

Kresna gumujeng:Hahahahaha. eladalah.   enya 
calakan anak Ua teh. Eh Gatotkacha ! Tah kasaktian Karna teh kira2 sarua jeung 
Paman hidep, jadi kumaha atuh meranganana, lamun cara kitu !?

Leng leng ramyaning kang sasangka

Saparantos ngahuleng lami, mindel. akhirna Gatotkacha sauran:HeUa 
Bhatara, bawiraos Putra, teu aya deui carana mung kedah maksa si Karna
ngango eta senjata Konta, kumaha wae. putra estu ihlas balilahan korban jiwa 
raga kanggo Rama Paman Arjuna, Guru Putra.

Kresna nimbalan:Hehehehe, gampang di na nyarita, tapi hese di na prakna. Kapan 
cek Ua oge, Karna Raja Awangga moal gana2 ngagunakeun Pusaka Konta, ari  lain 
kadesek desek teuing mah. Jadi masing ku hidep dihina hina oge, can puguh 
manehna ngagunakeun Konta ka hidep.
Jeungna deui, kapan can puguh hidep ge ngadesek Karna; kapan Karna sakitu 
saktina.

Enggalna wae Gatotkacha brek 

Bls: [kisunda] Sejarah - Darmamurcaya

2010-08-25 Terurut Topik Ahmad Sahidin
euleuh meni resep kanu sajarah model kieu... nuhun ah kang mh :)

www.ahmadsahidin.wordpress.com

--- Pada Rab, 25/8/10, mh khs...@gmail.com menulis:

Dari: mh khs...@gmail.com
Judul: [kisunda] Sejarah - Darmamurcaya
Kepada: Ki Sunda kisunda@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 25 Agustus, 2010, 1:58 PM







 



  



  
  
  DARMAMURCAYA alias JURU BAHASA PADA MASA KARAJAAN SUNDAby Richadiana 
Kartakusuma on Wednesday, August 25, 2010 at 6:31pm
Penterjemah Bahasa Pada Zaman Kerajaan SundaKepentingan
 penerjemahan bahasa sebagai usaha untuk berkomunikasi dengan bangsa 
lain yang berbeda bahasa ternyata telah dlakukan oleh para leluhur di 
Kerajaan Sunda. Profesi penerjemah dianggap salah satu profesi yang 
cukup penting sebab tidak semua orang dapat memahami berbagai bahasa 
yang ada pada waktu itu. Selain Sangsakerta, salah satu bahasa yang 
digunakan untuk memperdalam sastra (agama) Hindu-Budha pada waktu itu 
adalah Jawa Kuna (digunakan hampir di seluruh pulau Jawa dan Bali). Salah
 satu tokoh yang ternama pada masa itu yaitu Bujangga Manik. Ia 
dikisahkan pergi ke belahan timur pulau Jawa dari tanah kelahirannya, 
Sunda, untuk mencari arti kehidupan dan menimba ilmu agama. Tentunya 
dalam melakukan perjalanannya itu, ia dapat berkomunikasi dengan 
orang-orang yang berbahasa Jawa (kuna), selain menguasai bahasa Sunda 
(kuna) sebagai bahasa ibunya.Edi S. Ekadjati memaparkan dalam bukunya, 
Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran, Jilid 2, halaman 204-205; Berhubung
 dengan tidak setiap orang memahami dan menguasai banyak bahasa, maka 
tampillah orang-orang yang menawarkan jasa pelayanan bagi yang 
memerlukan komunikasi dengan macam-macam orang asing itu. Mereka 
menguasai beberapa bahasa dan memilih profesi sebagai penterjemah atau 
juru bahasa. Profesi penerjemah diakui dalam masyarakat Sunda masa itu 
sehingga terdapat istilah tersendiri untuk menyebutnya yaitu jurubasa 
darmamurcaya. Dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian dikatakan 
bahwa bila ingin tahu bahasa-bahasa negeri lain, bahasa-bahasa: Cina, 
Keling, Parsi, Mesir, Samudra, Banggala, Makasar, Pahang, Kalantan, 
Bangka, Buwun, Beten (red: Buton?), Tulangbawang, Sela, Pasay, Pariaman,
 Nagara Dekan, Madinah, Andalas, Tego, Maluku, Badan, Pego, Minangkabau,
 Mekah, Buretet, Lawe, Sasak, Sumbawa, Bali, Jenggi, Nusa Bini, Ogan, 
Kanangan, Komering, Simpangtiga, Gumantung, Manumbi, Bubu, Nyiri, 
Sapari, Patukangan, Surabaya, Lampung, Jambudipa, Seran, Gedah, Solot, 
Solodong, Indragiri, Tanjungpura, Sekampung, Cempa, Baluk, Jawa; segala 
macam bahasa negara-negara lain, tanyalah sang Jurubasa Darmamucarya 
(Atja  Saleh Danasasmita, 1981a:17,42-43; Danasasmita dkk., 
1987:86,110). Kutipan itu memberi informasi bahwa pada 
masa itu (1518) masyarakat Sunda, paling tidak kalangan elit dan 
intelektualnya, mengenal sejumlah bahasa asing yang digunakan oleh 
orang-orang dari berbagai negeri (disebut 55 negeri) di Nusantara dan 
luar Nusantara. Di samping itu, ada orang yang berprofesi sebagai 
penterjemah bahasa-bahasa dimaksud yang disebut sang Jurubasa 
Darmamurcaya. Para penterjemah itu, tentu bisa orang asing yang bermukim
 di Tanah sunda, bisa pula orang Sunda sendiri; yang jelas mereka berada
 di Kerajaan Sunda. Keberadaan mereka mencerminkan kekayaan pengetahuan 
atau penguasaan bahasa yang cukup luas untuk zamannya. Seperti telah 
disebutkan, Bujangga Manik misalnya paling tidak menguasai dua bahasa, 
yaitu bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dan bahasa Jawa sebagai bahasa 
ilmu. Dia bisa menterjemahkan pembicaraan dan teks tertulis berbahasa 
Sunda ke dalam bahasa Jawa dan sebaliknya.
http://www.facebook.com/notes/richadiana-kartakusuma/darmamurcaya-alias-juru-bahasa-pada-masa-karajaan-sunda/425002254474





 





 



  







[kisunda] Samemeh Bharata Yudha Ka-26

2010-08-25 Terurut Topik Abbas Amin
Suyudhana satengah nyorowok ka Bhisma, barang ngadangu yen sarat ka hiji,
nya eta moal nelasan Pandawa:Eyang! Keur naon atuh perang, ari moal 
dicilakakeun mah?

Tah eta sarat kahiji ti eyang, nu kadua : salila eyang jadi Maha Senapati; Kula
moal rek ngidinan Karna pipilueun di na Perang Bharata Yudha. Pek we lamun
sampean teu satuju; eyang ayeuna ge bakal mundur ti na jadi Maha Senapati.

Jaya Bang winga winga..
Suyudhana kacida amarahna; kitu deui Karna, tapi Karna mah masing asa dihina ge,
ngan ukur tungkul we; tapi Suyudhana harita keneh ngagejlig kaluar ti na sidang;
diburu ku Sakuni.

: Eh Suyudhana ! Tong sok kawas budak leutik, naon sababna make kaluar ti eta
sidang !?

 Paman katingal kapan ku Paman; Bhisma teu weleh pro ka Pandawa. Nu matak 
Kula teu satuju; ayeuna keneh ku Kaula eyang BHisma bakal diganti ku Raja 
Angga.

Hehehehe, dasar maneh mah bodo Suyudhana ! Ieu peperangan teh geus pasti
urang nu bakal meunang; masing Karna teu ngilu jurit oge. Tah naha sampeyan rek
ngaleupaskeun kameunangan nu geus aya di na dampal leungeun !?

Oh, enya, tapi tetep Kaula keuheul ka eyang Bhisma, nu geus ngahinakeun pisan 
ka Karna.

Geus tong loba dipikir masalah eta mah. Sok geura asup deui ka na gempungan
Terus umumkeun sacara Resmi; yen Bhisma Dewabrata diangkat jadi Maha
Senapati. Keun we masalah Karna mah.

NYa atuh Suyudhana teh eleh deet; teras lebet ka na Gempungan deui; saparantos
sadu2 nyuhunkeun hapunten ka sadayana; teras wae ngumumkeun yen Bhisma
sacara Resmi diangkat jadi Maha Senapati Astina.

Tunda Pihak Kurawa; ayeuna kumaha pihak Pandawa ?

NYata di Pandawa ge nuju gempungan ngeunaan saha nu bakal diangkat jadi
Maha Senapati. Aya nu milih Drupada; aya nu milih Bhima Sena; aya nu milih
aya nu milih Shikandin/Srikandhi'; aya oge nu milih Satyaki jeung Drestajumna.

Tapi akhirna diayakeun VOTING nu kaluar nya eta Drestajumna.
NYa atuh Drestajumna kapilih jadi Maha Senapati para Pandawa.

Hanca



  

[kisunda] OOT-Undangan Tabligh Akbar dan Dialog Ramadhan di Salam Book House (Jumat, 27 Agustus 2010)

2010-08-25 Terurut Topik Ahmad Sahidin







  Ramadhan merupakan momen penting untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Kaum Muslim oleh Allah dan Rasul-Nya diperintahkan untuk mengisi
Ramadhan dengan kegiatan yang bermanfaat sehingga mendapatkan keberkahan,
rahmat, dan ampunan dari Allah swt. 

 

Karena itu, dalam rangka menyemarakkan momen Ramadhan dan
menyemarakkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republika Indonesia ke-65, khususnya
di komunitas Salam Book House (SBH) Bandung, menyelenggarakan  “Tabligh Akbar 
dan Dialog Ramadhan” dengan narasumber  KH. Tengku Maulana.

 

Insya Allah kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 27 Agustus
2010 jam 15.30 sampai selesai di Jalan Pasirwangi No.1 (Pasirluyu),
Soerkarno-Hatta, Bandung 40254. 

 Gratis dan terbuka untuk umum!!
 



www.ahmadsahidin.wordpress.com



Re: [kisunda] Sastra - Pantun Sunda

2010-08-25 Terurut Topik Roslee Kartawi
Thanks for the information




--- On Tue, 24/8/10, mh khs...@gmail.com wrote:

From: mh khs...@gmail.com
Subject: [kisunda] Sastra - Pantun Sunda
To: Ki Sunda kisunda@yahoogroups.com
Date: Tuesday, 24 August, 2010, 3:11 PM







 



  



  
  
  PANTUN SUNDAby Richadiana Kartakusuma on Tuesday, August 24, 2010 at 
1:17pm
Pantun SundaPantun
 Sunda  is a type of Sundanese oral narrative performance interspersed 
with songs and music played on a kacapi, a kind of zither. A pantun used
 to be recited during an evening-length performance. A single performer 
relates the tales the story of a hero's initiation; the protagonist 
leaves his kingdom in order to seek experiences, beautiful princesses to
 become his wife, power, other kingdoms to subject, the realization of a
 dream (Rosidi 1984a:143); after having succeeded in reaching his goal 
he finally returns to his kingdom. Alongside memories of historical 
events the stories often contain mythical elements. Pantun were not 
written down, the bards often being illiterate, in many case blind. 
Originally they had a sacral character, as was clear from the offerings,
 until recently made at the beginning of the recitation and also from 
the content of the introductory part of the story, called rajah; this 
was an invocatory song, imploring the help of divine figures to ward off
 bad influences. The form of the pantun was not strictly fixed; however,
 the dominant language from employed in most pantun was the octosyllabic
 verse. For a detailed description of the nature and form of a Sundanese
 pantun you are referred to Eringa (1949), to Hermansoemantri (1977-79).
 Currently there are not so many Pantun Sunda shows because there is no 
regeneration for reserving the music genre especially when radio has 
been a household appliance in West Java. Transcription of pantun  storiesPantun
 being typically oral text, they were not written down in the Sundanese 
literally tradition; only late in the nineteenth century were the first 
pantun put down in writing, at first mainly on the initiative or 
instigation of Western ( Dutch) person, in the beginning usually in 
cacarakan script. After the establishment of Indonesia, Sundanese 
scholars made important contributions to the study of pantun, by 
publishing more oral texts as well as by critically investigating them. 
Special mention should be made of a project by Ajip Rosidi who in the 
early seventies had a considerable number of pantun recorded as they 
were performed by singers from various areas in West Java (see Rosidi 
1973). The recorded pantun was transcribed and in stenciled form 
circulated in limited circle. Later on a number of them were published 
in book form, such as Mundinglaya di Kusumah (1986). An excellent study 
of the literally structure of the pantun was written by Hermansoemantri 
(1977-79); Kartini et al. (1984) wrote a useful comparative analysis on 
the plot of the pantun, based on a survey of 35 pantun stories. A 
valuable work on the musical aspects of pantun performances, based on 
extensive data collected in the field, was written by A. N. Weintraub 
(1990). In the Sanghyang Siksakanda ng Karesian, dated 1518, pantun are 
mentioned: hayang nyaho di pantun ma: Langgalarang, Banyakcatra, 
Siliwangi, Haturwangi, prepantun tanya (if you want to know pantun, 
such as Langgalarang, Banyakcatra, siliwangi, Haturwangi, ask the pantun
 singer, Atja and Danasasmita 1981a:14). Throughout the ages many 
ancient elements have been preserved, even though the content of the 
stories told and the language used underwent changes and adaptations. 
Not only are there a number of Arabic words present in many pantun 
texts, which in pre-Islamic Old Sundanese text are lacking; the 
repertoire of present-day pantun singers include Islamic tales as is 
clear from the list in Weintraub (1990:23-4). List of Pantun StoriesBased on 
Budi Rahayu Tamsyah in his book Kamus Istilah Tata Basa jeung Sastra Sunda, 
there are pantun stories as follow:
Ciung WanaraLutung KasarungMundinglaya di KusumahAria Munding 
JamparingBanyakcatraBadak SangorahBadak SingaBima ManggalaBima WayangBudak 
ManjorBudug Basu /Sri Sadana / Sulanjana
Bujang PangalasanBurung BaokBuyut OrenyengDalima WayangDemung KalaganDeugdeug 
Pati Jaya Perang / Raden Deugdeug Pati Jaya Perang Prabu Sandap PakuanGajah 
LumantungGantangan Wangi
Hatur WangiJaka SusuruhJalu MantangJaya MangkuratKembang Panyarikan / Pangeran 
Ratu Kembang PanyarikanKidang PanandriKidang PananjungKuda GandarKuda Lalean
Kuda MalelaKuda WangiLangla LarangLangga SariLangon SariLayung KumendungLiman 
Jaya MantriLutung Leutik / Ratu Bungsu Karma JayaMalang SariManggung Kusuma
Matang JayaMunding JalinganMunding KawangiMunding KawatiMunding LimanMunding 
MintraMunding Sari Jaya MantriMunding WangiNyi Sumur BandungPaksi Keling / 
Wentang Gading
Panambang SariPanggung KaratonParenggong JayaRaden Mangprang di KusumahRaden 
TanjungRaden TegalRangga Sawung GalingRangga 

Re: [kisunda] Sastra - Pantun Sunda

2010-08-25 Terurut Topik mh
lee, pantun sunda beda bentukna jeung pantun malayu.
pantun sunda mah, bentukna prosa, biasa sok dikawihkeun dipirig ku kacapi.

sastra sunda nu jiga pantun malayu, disebutna sisindiran, jiga kieu geura:
Aya roda di tanjakan,
katinggang ku pangpung jengkol.
Aya ronda gogoakan,
katinggang ku panakol kohkol. aya listrik di masigit,
caangna kamana-mana.
aya istri jangkung alit,
cangkengna kamana-manabandingkeun jeung pantun malayu:

Sirih junjung sirih pinang
Sirih kami susun bertingkat
Adat dijunjung pusaka dikenang
Bangsa berbudi hidup muafakat

Sirih junjung sirih pinang
Sirih kuning diberi nama
Adat dijunjung pusaka dikenang
Hidup berbudi muafakat bersama


On Thu, Aug 26, 2010 at 1:10 PM, Roslee Kartawi rosleek2...@yahoo.com.sgwrote:



 Thanks for the information




 --- On *Tue, 24/8/10, mh khs...@gmail.com* wrote:


 From: mh khs...@gmail.com
 Subject: [kisunda] Sastra - Pantun Sunda
 To: Ki Sunda kisunda@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, 24 August, 2010, 3:11 PM




 PANTUN SUNDA
 by Richadiana 
 Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on Tuesday, 
 August 24, 2010 at 1:17pm

 *Pantun Sunda*

 Pantun Sunda is a type of Sundanese oral narrative performance interspersed
 with songs and music played on a kacapi, a kind of zither. A pantun used to
 be recited during an evening-length performance. A single performer relates
 the tales the story of a hero's initiation; the protagonist leaves his
 kingdom in order to seek experiences, beautiful princesses to become his
 wife, power, other kingdoms to subject, the realization of a dream (Rosidi
 1984a:143); after having succeeded in reaching his goal he finally returns
 to his kingdom. Alongside memories of historical events the stories often
 contain mythical elements. Pantun were not written down, the bards often
 being illiterate, in many case blind. Originally they had a sacral
 character, as was clear from the offerings, until recently made at the
 beginning of the recitation and also from the content of the introductory
 part of the story, called rajah; this was an invocatory song, imploring the
 help of divine figures to ward off bad influences. The form of the pantun
 was not strictly fixed; however, the dominant language from employed in most
 pantun was the octosyllabic verse. For a detailed description of the nature
 and form of a Sundanese pantun you are referred to Eringa (1949), to
 Hermansoemantri (1977-79). Currently there are not so many Pantun Sunda
 shows because there is no regeneration for reserving the music genre
 especially when radio has been a household appliance in West Java.



 *Transcription of pantun stories*

 Pantun being typically oral text, they were not written down in the
 Sundanese literally tradition; only late in the nineteenth century were the
 first pantun put down in writing, at first mainly on the initiative or
 instigation of Western ( Dutch) person, in the beginning usually in
 cacarakan script. After the establishment of Indonesia, Sundanese scholars
 made important contributions to the study of pantun, by publishing more oral
 texts as well as by critically investigating them. Special mention should be
 made of a project by Ajip Rosidi who in the early seventies had a
 considerable number of pantun recorded as they were performed by singers
 from various areas in West Java (see Rosidi 1973). The recorded pantun was
 transcribed and in stenciled form circulated in limited circle. Later on a
 number of them were published in book form, such as Mundinglaya di Kusumah
 (1986). An excellent study of the literally structure of the pantun was
 written by Hermansoemantri (1977-79); Kartini et al. (1984) wrote a useful
 comparative analysis on the plot of the pantun, based on a survey of 35
 pantun stories. A valuable work on the musical aspects of pantun
 performances, based on extensive data collected in the field, was written by
 A. N. Weintraub (1990). In the Sanghyang Siksakanda ng Karesian, dated 1518,
 pantun are mentioned: hayang nyaho di pantun ma: Langgalarang, Banyakcatra,
 Siliwangi, Haturwangi, prepantun tanya (if you want to know pantun, such as
 Langgalarang, Banyakcatra, siliwangi, Haturwangi, ask the pantun singer,
 Atja and Danasasmita 1981a:14). Throughout the ages many ancient elements
 have been preserved, even though the content of the stories told and the
 language used underwent changes and adaptations. Not only are there a number
 of Arabic words present in many pantun texts, which in pre-Islamic Old
 Sundanese text are lacking; the repertoire of present-day pantun singers
 include Islamic tales as is clear from the list in Weintraub (1990:23-4).



 *List of Pantun Stories*

 Based on Budi Rahayu Tamsyah in his book Kamus Istilah Tata Basa jeung
 Sastra Sunda, there are pantun stories as follow:

 Ciung Wanara

 Lutung Kasarung

 Mundinglaya di Kusumah

 Aria Munding Jamparing

 Banyakcatra

 Badak Sangorah

 Badak Singa

 Bima Manggala

 Bima