[kisunda] Fwd: Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping 20 Mei 2010
baraya, na enya kitu ieu warta teh? asana sababaraha bulan katukang, aya warta nu pakait, ngan teu pati pasti. -- Forwarded message -- From: sipupiw pu...@urangsunda.net Date: Wed, Aug 25, 2010 at 1:39 PM Subject: [Urang Sunda] Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping 20 Mei 2010 To: urangsu...@yahoogroups.com Teh Meti Cupumanik ngsms nembe.. wartosna ti garwana kang Didin, bilih aya sametan cnah, Pa Didin tos pupus ping 20 Mei 2010, nembe ku abdi ditingal aktifitas fb-na g muhun ~ipup~ --- In urangsu...@yahoogroups.com, mang jamal ja...@... wrote: ti saha wartosna? kang didin teh di bekasi tea nya. Komunitas Urang Sunda -- http://www.Urang-Sunda.or.id Yahoo! Groups Links
[kisunda] Fw: Lowongan (Bilih aya nu peryogi)
From: Tatang muttaqin tata...@yahoo.com Subject: [PERSIS] Lowongan Yth Bapak Ibu, Terlampir lowongan PNS 2010 di Kementerian Perdagangan, siapa tahu cocok untuk putra putri atau tetangga Bapak Ibu sekalian. http://www.depdag.go.id/files/cpns2010/cpns_2010.pdf Wassalam Hari Kristijo [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual?
Salam...Cik ah Kang IS oge milis: kira-kira naon hubungan rasa nasionalisme jeung duit??Baktos, Zya.--- On Wed, 8/25/10, Ii Sumirat sumi...@bdg.bumiputera.co.id wrote:From: Ii Sumirat sumi...@bdg.bumiputera.co.idSubject: RE: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual?To: kisunda@yahoogroups.comDate: Wednesday, August 25, 2010, 10:27 AM Hiji dua jeung nu gubug na jendral sudirman anu kungsi heboh dinu tipi, pakuat kaitna anger antara duit pabeulit jeung nasionalisme From: kisunda@yahoogroups.com [mailto:kisu...@yahoogroups.com] On Behalf Of mh Sent: Tuesday, August 24, 2010 2:55 PM To: Ki Sunda Subject: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual? Keluarga Inggit Ganarsih Tunggu Itikad Baik Pemerintah Selasa, 24/08/2010 - 21:19 RETNO HY/"PRLM" Tito Zeni Asmara Hadi (63) menunjukkan surat-surat warisan Ibu Inggit Garnasih dan Soekarno kepada Kasi Kepurbakalaan dan Museum, di Bidang Kebudayaan Disparbud Jabar, Drs. Eddy Sunarto, Selasa (24/8).* BANDUNG, (PRLM).- Ahli waris Ibu Inggit Garnasih masih menunggu itikad baik dari Pemerintah Propinsi Jawa Barat untuk bersama-sama merealisasikan wasiat dari almarhumah. Selama ini pemerintah provinsi selalu memberi janji, namun selalu tidak ada realisasi meski program sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang disetujui dan disepakati eksekutif dan legislatif. “Sebenarnya saya sudah tidak ingin untuk berhubungan dengan pemerintah. Karena apa yang dijanjikan selalu tidak sesuai dengan kesepakatan, terakhir pada tahun lalu di mana semula kesepakatan yang dilakukan antara pemerintah dan ahli waris, tapi menjelang pelaksanaan jadi dilimpahkan ke pihak ketiga,” ujar Tito Zeni Asmara Hadi (63), di sela-sela rembukan antara dirinya selaku pihak ahli waris dengan Tim Pembenahan Rumah Sejarah Ibu Inggit Garnasih, bertempat di rumah Inggit Garnasih Jalan Ciateul No. 8, Bandung. Dikatakan Tito, cucu Ibu Inggit Garnasih dari Ratna Djuami (87) anak angkat Inggit Garnasih dan Soekarno, bahwa pihaknya bersedia untuk menyerahkan semua barang warisan Ibu Inggit Garnasih dan Soekarno. Namun pihaknya tidak menginginkan peristiwa tahun 2003 di mana kesepakatan terjadi antara ahli waris dengan pemerintah yang langsung gubernur yang waktu itu H.R. Nuriana. Namun di tingkat bawah kesepatan tidak dilaksanakan. Sementara menurut Kasi Kepurbakalaan dan Museum, di Bidang Kebudayaan Disparbud Jabar, Drs. Eddy Sunarto, pihaknya hingga kini masih berupaya kembali ditemukan kesepakatan ataupun solusi antara pemerintah dengan ahli waris Ibu Inggit Garnasih. “Kita tidak ingin kalau masalah ini kembali menimbulkan kekecewaan dari pihak keluarga ahli waris, karenanya kita berharap ada solusi dan jalan pemecahan terbaik,” ujar Eddy ditemani Eha Solihat dan Tini Rustini dari Tim Pembenahan Rumah Sejarah Ibu Inggit Garnasih. Terhadap niat baik Disparbud Jabar, Tito selaku ahli waris sudah berbesar hati mau memberikan berkas-berkas surat Ibu Inggit dan Soekarno untuk diduplikasi (scanner), demikian pula halnya untuk batu pipisan (alat tumbuk membuat jamu). Namun untuk barang-barang mebel berupa buffet, lemari, dipan, meja tamu, meja belajar dan lainnya, ahli waris belum mau memberikan. “Saya masih punya nurani, meskipun terus dibohongi saya tidak akan sampai menjual ke Belanda. Entah untuk suatu saat, karena umur saya terus bertambah dan saya harus melaksanakan wasiat almarhumah untuk membangun Rumah Sakit Bersalin Inggit Garnasih,” ujar Tito. (A-87/das)*** http://www.pikiran-rakyat.com/node/120675
RE: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual?
Eta cik kang saurna tos aya nu nawis 2 M ku belanda, saha anu teu kabita (ieu duit) panginten jaman kieu mah saha anu teu peryogi kalebet ahli waris.. Terus saurna kieu : “Saya masih punya nurani, meskipun terus dibohongi saya tidak akan sampai menjual ke Belanda. Entah untuk suatu saat, karena umur saya terus bertambah dan saya harus melaksanakan wasiat almarhumah untuk membangun Rumah Sakit Bersalin Inggit Garnasih,” ujar Tito Gaduh nurani panginten kacintaan ka Indonesia nya nasionalisme tapi ditungtungan oge nyuhungkeun perhatosan. Da pami ngawangun rumah sakit teh ku artos artos2 keneh. From: kisunda@yahoogroups.com [mailto:kisu...@yahoogroups.com] On Behalf Of Muhammad Ziaulhaq Sent: Wednesday, August 25, 2010 1:03 AM To: kisunda@yahoogroups.com Subject: RE: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual? Salam... Cik ah Kang IS oge milis: kira-kira naon hubungan rasa nasionalisme jeung duit?? Baktos, Zya. --- On Wed, 8/25/10, Ii Sumirat sumi...@bdg.bumiputera.co.id wrote: From: Ii Sumirat sumi...@bdg.bumiputera.co.id Subject: RE: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual? To: kisunda@yahoogroups.com Date: Wednesday, August 25, 2010, 10:27 AM Hiji dua jeung nu gubug na jendral sudirman anu kungsi heboh dinu tipi, pakuat kaitna anger antara duit pabeulit jeung nasionalisme From: kisunda@yahoogroups.com [mailto:kisu...@yahoogroups.com] On Behalf Of mh Sent: Tuesday, August 24, 2010 2:55 PM To: Ki Sunda Subject: [kisunda] Re: Sejarah - Surat Nikah Sukarno Rek Dijual? Keluarga Inggit Ganarsih Tunggu Itikad Baik Pemerintah Selasa, 24/08/2010 - 21:19 Image removed by sender. RETNO HY/PRLM RETNO HY/PRLM Tito Zeni Asmara Hadi (63) menunjukkan surat-surat warisan Ibu Inggit Garnasih dan Soekarno kepada Kasi Kepurbakalaan dan Museum, di Bidang Kebudayaan Disparbud Jabar, Drs. Eddy Sunarto, Selasa (24/8).* BANDUNG, (PRLM).- Ahli waris Ibu Inggit Garnasih masih menunggu itikad baik dari Pemerintah Propinsi Jawa Barat untuk bersama-sama merealisasikan wasiat dari almarhumah. Selama ini pemerintah provinsi selalu memberi janji, namun selalu tidak ada realisasi meski program sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang disetujui dan disepakati eksekutif dan legislatif. “Sebenarnya saya sudah tidak ingin untuk berhubungan dengan pemerintah. Karena apa yang dijanjikan selalu tidak sesuai dengan kesepakatan, terakhir pada tahun lalu di mana semula kesepakatan yang dilakukan antara pemerintah dan ahli waris, tapi menjelang pelaksanaan jadi dilimpahkan ke pihak ketiga,” ujar Tito Zeni Asmara Hadi (63), di sela-sela rembukan antara dirinya selaku pihak ahli waris dengan Tim Pembenahan Rumah Sejarah Ibu Inggit Garnasih, bertempat di rumah Inggit Garnasih Jalan Ciateul No. 8, Bandung. Dikatakan Tito, cucu Ibu Inggit Garnasih dari Ratna Djuami (87) anak angkat Inggit Garnasih dan Soekarno, bahwa pihaknya bersedia untuk menyerahkan semua barang warisan Ibu Inggit Garnasih dan Soekarno. Namun pihaknya tidak menginginkan peristiwa tahun 2003 di mana kesepakatan terjadi antara ahli waris dengan pemerintah yang langsung gubernur yang waktu itu H.R. Nuriana. Namun di tingkat bawah kesepatan tidak dilaksanakan. Sementara menurut Kasi Kepurbakalaan dan Museum, di Bidang Kebudayaan Disparbud Jabar, Drs. Eddy Sunarto, pihaknya hingga kini masih berupaya kembali ditemukan kesepakatan ataupun solusi antara pemerintah dengan ahli waris Ibu Inggit Garnasih. “Kita tidak ingin kalau masalah ini kembali menimbulkan kekecewaan dari pihak keluarga ahli waris, karenanya kita berharap ada solusi dan jalan pemecahan terbaik,” ujar Eddy ditemani Eha Solihat dan Tini Rustini dari Tim Pembenahan Rumah Sejarah Ibu Inggit Garnasih. Terhadap niat baik Disparbud Jabar, Tito selaku ahli waris sudah berbesar hati mau memberikan berkas-berkas surat Ibu Inggit dan Soekarno untuk diduplikasi (scanner), demikian pula halnya untuk batu pipisan (alat tumbuk membuat jamu). Namun untuk barang-barang mebel berupa buffet, lemari, dipan, meja tamu, meja belajar dan lainnya, ahli waris belum mau memberikan. “Saya masih punya nurani, meskipun terus dibohongi saya tidak akan sampai menjual ke Belanda. Entah untuk suatu saat, karena umur saya terus bertambah dan saya harus melaksanakan wasiat almarhumah untuk membangun Rumah Sakit Bersalin Inggit Garnasih,” ujar Tito. (A-87/das)*** http://www.pikiran-rakyat.com/node/120675 image001.jpg
[kisunda] Sejarah - Darmamurcaya
DARMAMURCAYA alias JURU BAHASA PADA MASA KARAJAAN SUNDA by Richadiana Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on Wednesday, August 25, 2010 at 6:31pm *Penterjemah Bahasa Pada Zaman Kerajaan Sunda* Kepentingan penerjemahan bahasa sebagai usaha untuk berkomunikasi dengan bangsa lain yang berbeda bahasa ternyata telah dlakukan oleh para leluhur di Kerajaan Sunda. Profesi penerjemah dianggap salah satu profesi yang cukup penting sebab tidak semua orang dapat memahami berbagai bahasa yang ada pada waktu itu. Selain Sangsakerta, salah satu bahasa yang digunakan untuk memperdalam sastra (agama) Hindu-Budha pada waktu itu adalah Jawa Kuna (digunakan hampir di seluruh pulau Jawa dan Bali). Salah satu tokoh yang ternama pada masa itu yaitu Bujangga Manik. Ia dikisahkan pergi ke belahan timur pulau Jawa dari tanah kelahirannya, Sunda, untuk mencari arti kehidupan dan menimba ilmu agama. Tentunya dalam melakukan perjalanannya itu, ia dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang berbahasa Jawa (kuna), selain menguasai bahasa Sunda (kuna) sebagai bahasa ibunya. Edi S. Ekadjati memaparkan dalam bukunya, Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran, Jilid 2, halaman 204-205; Berhubung dengan tidak setiap orang memahami dan menguasai banyak bahasa, maka tampillah orang-orang yang menawarkan jasa pelayanan bagi yang memerlukan komunikasi dengan macam-macam orang asing itu. Mereka menguasai beberapa bahasa dan memilih profesi sebagai penterjemah atau juru bahasa. Profesi penerjemah diakui dalam masyarakat Sunda masa itu sehingga terdapat istilah tersendiri untuk menyebutnya yaitu jurubasa darmamurcaya. Dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian dikatakan bahwa bila ingin tahu bahasa-bahasa negeri lain, bahasa-bahasa: Cina, Keling, Parsi, Mesir, Samudra, Banggala, Makasar, Pahang, Kalantan, Bangka, Buwun, Beten (red: Buton?), Tulangbawang, Sela, Pasay, Pariaman, Nagara Dekan, Madinah, Andalas, Tego, Maluku, Badan, Pego, Minangkabau, Mekah, Buretet, Lawe, Sasak, Sumbawa, Bali, Jenggi, Nusa Bini, Ogan, Kanangan, Komering, Simpangtiga, Gumantung, Manumbi, Bubu, Nyiri, Sapari, Patukangan, Surabaya, Lampung, Jambudipa, Seran, Gedah, Solot, Solodong, Indragiri, Tanjungpura, Sekampung, Cempa, Baluk, Jawa; segala macam bahasa negara-negara lain, tanyalah sang Jurubasa Darmamucarya (Atja Saleh Danasasmita, 1981a:17,42-43; Danasasmita dkk., 1987:86,110). Kutipan itu memberi informasi bahwa pada masa itu (1518) masyarakat Sunda, paling tidak kalangan elit dan intelektualnya, mengenal sejumlah bahasa asing yang digunakan oleh orang-orang dari berbagai negeri (disebut 55 negeri) di Nusantara dan luar Nusantara. Di samping itu, ada orang yang berprofesi sebagai penterjemah bahasa-bahasa dimaksud yang disebut sang Jurubasa Darmamurcaya. Para penterjemah itu, tentu bisa orang asing yang bermukim di Tanah sunda, bisa pula orang Sunda sendiri; yang jelas mereka berada di Kerajaan Sunda. Keberadaan mereka mencerminkan kekayaan pengetahuan atau penguasaan bahasa yang cukup luas untuk zamannya. Seperti telah disebutkan, Bujangga Manik misalnya paling tidak menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dan bahasa Jawa sebagai bahasa ilmu. Dia bisa menterjemahkan pembicaraan dan teks tertulis berbahasa Sunda ke dalam bahasa Jawa dan sebaliknya. http://www.facebook.com/notes/richadiana-kartakusuma/darmamurcaya-alias-juru-bahasa-pada-masa-karajaan-sunda/425002254474
Re: [kisunda] Fwd: Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping 20 Mei 2010
Upamana nengetan postinganana, email terakhir ti kang Didin teh kacatet kaping 5 April 2010 perkara rupa dina khazanah basa Sunda. Memang aya postingan tan jejer (no subject) ti alamar email kang Didin dina ping 31 Juli 2010, namung si kuring curiga, postingan anu kaping 31 Juli 2010 mah eta pagawean virus. Warta ti bojona ka neg Pupi yen Kang Didin tos ngantunkeun katingalna langkung kiat. Upami leres, sim kuring seja ngadugikeun Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un, ngiring belasungkawa anu saageung-ageungna. Mugia alm ditampi iman islamna, kenging nikmat sareng caang di alam kuburna, kenging tempat anu sae mungguh Alloh swt. Ka kulawarga anu dikantun mugia aya dina kasabaran srg katawekalan. manar 2010/8/25 mh khs...@gmail.com baraya, na enya kitu ieu warta teh? asana sababaraha bulan katukang, aya warta nu pakait, ngan teu pati pasti. -- Forwarded message -- From: sipupiw pu...@urangsunda.net Date: Wed, Aug 25, 2010 at 1:39 PM Subject: [Urang Sunda] Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping 20 Mei 2010 To: urangsu...@yahoogroups.com Teh Meti Cupumanik ngsms nembe.. wartosna ti garwana kang Didin, bilih aya sametan cnah, Pa Didin tos pupus ping 20 Mei 2010, nembe ku abdi ditingal aktifitas fb-na g muhun ~ipup~ --- In urangsu...@yahoogroups.com, mang jamal ja...@... wrote: ti saha wartosna? kang didin teh di bekasi tea nya. Komunitas Urang Sunda -- http://www.Urang-Sunda.or.id Yahoo! Groups Links
[kisunda] Sajak ti Bujanggamanik: Sunda Ayeuna
Nyarita perkara Sunda ayeuna asa nyaritakeun deungeun-deugeun saban réngsé sawangkongan dipungkas ku humandeuar ditungtungan ku hanjelu –naha bet kieu ku naon kitu Ku naon Sunda beuki wanian ngagugulukeun pacéngkadan mopohokeun silih élédan nyapirakeun silih ajénan papada urang nu cenah sakocoran dulur salembur baraya landes kalah betah silih arah silih gitik silih bintih nu rék maju digusur nu rék ngaléngkah diréngkas Ari dina pakumbuhan nu rada lega ambahan Sunda téh bet épés méér teu kacatur lébér wawanén ku naon Sunda beuki lindeuk teu lingas cara baheula ku naon Sunda beuki héngkér teu bedas cara baheula jaman kakawasaan henteu ngan salelewek Priangan Lain, lain kudu mulang deui ka mangsa-mangsa bihari da puguh geus lawas kaliwat moal datang ku disambat Henteu, henteu kudu salin jinis ngajirim jalma baheula dipapantes didangdanan cacah sina jiga ménak somah sina jiga pangkat sina bisa sampurasun sangkan apal kana rampés Lain, lain kudu muntang pageuh kana tangkal nu baheula tapi kudu melak tangkal anyar ciri aya nu ayeuna cék maranéhna nu jaga Henteu, teu kudu tipepereket nyekelan akar nu pasoléngkrah satungtung urang can wawuh akar naon nu pabalatak da puguh pagaliwota antara akar jeung oray nu bisa macok mun urang bongoh Ku naon Sunda bet betah ngajimatkeun nu baheula dibungkus dijieun isim dipuhit dipusti-pusti ana dibuka eusina goréhél téh tai kotok dilebuan Baheula nu geus kaliwat urang teundeun dina batin guareun sakali-kalieun mun pareng urang keur nineung nu baheula mah apan geus puguh galurna geus karuhan lalakonna sanajan ngan ukur béja carita cenah ceuk cekéng Ari Sunda nu ayeuna naon caritakeuneun jaga mun ngagugulung waé baheula reueus ku nu geus euweuh keukeuh melang kana tapak taya gadag taya ketak Apan Sunda kudu tandang meruhkeun poé ayeuna malar Sunda gedé tanaga keur nangtang poé isukan Harepan mah aya di jaga lain nyampak di baheula baris kahontal henteuna kuma cék ketak ayeuna Lamun Sunda hayang maju atuh ulah leumpang mundur da punduk mah teu mataan nu puguh kalah tabrakan pageduk jeung dulur sorangan tidadalagor tibabaranting antukna éléh ku capé ngalempréh di jajalaneun dilindes ku deungeun-deungeun Nyarita perkara Sunda ayeuna nyaritakeun lalakon nu heureut léngkah ka hareup ukur sajeujeuh ka tukang kilométeran teu apal di poé ayeuna linglung ka poé isukan da bongan ngagugulung waé kamari nu kuduna geus disimpen dina lomari Pébruari 2010 Posted by bujanggamanik Powered by Telkomsel BlackBerry® Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/kisunda/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/kisunda/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: kisunda-dig...@yahoogroups.com kisunda-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: kisunda-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [kisunda] Fwd: Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping 20 Mei 2010
Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un, ngiring belasungkawa. Mugia almarhum ditampi iman islamna, kenging nikmat kubur sareng tempat anu sae mungguh Alloh swt. Mugia kulawarga anu dikantun aya dina kasabaran. 2010/8/25 oman abdurahman omana...@gmail.com Upamana nengetan postinganana, email terakhir ti kang Didin teh kacatet kaping 5 April 2010 perkara rupa dina khazanah basa Sunda. Memang aya postingan tan jejer (no subject) ti alamar email kang Didin dina ping 31 Juli 2010, namung si kuring curiga, postingan anu kaping 31 Juli 2010 mah eta pagawean virus. Warta ti bojona ka neg Pupi yen Kang Didin tos ngantunkeun katingalna langkung kiat. Upami leres, sim kuring seja ngadugikeun Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un, ngiring belasungkawa anu saageung-ageungna. Mugia alm ditampi iman islamna, kenging nikmat sareng caang di alam kuburna, kenging tempat anu sae mungguh Alloh swt. Ka kulawarga anu dikantun mugia aya dina kasabaran srg katawekalan. manar 2010/8/25 mh khs...@gmail.com baraya, na enya kitu ieu warta teh? asana sababaraha bulan katukang, aya warta nu pakait, ngan teu pati pasti. -- Forwarded message -- From: sipupiw pu...@urangsunda.net Date: Wed, Aug 25, 2010 at 1:39 PM Subject: [Urang Sunda] Innalillahi, kang Didin Kustandi Bekasi pupus ping 20 Mei 2010 To: urangsu...@yahoogroups.com Teh Meti Cupumanik ngsms nembe.. wartosna ti garwana kang Didin, bilih aya sametan cnah, Pa Didin tos pupus ping 20 Mei 2010, nembe ku abdi ditingal aktifitas fb-na g muhun ~ipup~ --- In urangsu...@yahoogroups.com, mang jamal ja...@... wrote: ti saha wartosna? kang didin teh di bekasi tea nya.
[kisunda] Sejarah - Kanjeng Dipati Ukur
KANJENG DIPATI UKUR by Richadiana Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on Wednesday, August 25, 2010 at 5:32pm *Purwaka * Tahun 1628 Sultan Agung menugaskan Dipati Ukur membantu pasukan Mataram menyerang Kompeni di Batavia. Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa. Namun Bahureksa tidak mengadakan hubungan dengan Dipati Ukur. Oleh karena itu Dipati Ukur tidak dapat melakukan perundingan dengan Bahureksa. Pada waktu yang telah ditentukan, Dipati Ukur memimpin pasukannya bergerak menuju Batavia untuk menyerang Kompeni. Ketika pasukan dipeti Ukur tiba di Batavia, ternyata pasukan Mataram belum datang. Oleh karena itu, Dipati Ukur gagal mengusir Kompeni dari Batavia. Kegagalan itu terjadi karena ketidakseimbangan persenjataan dan tidak mendapat dukungan dari pasukan Mataram. Padahal seharusnya pasukan Mataram yang menjadi kekuatan ini penyerangan, dibantu oleh pasukan Dipati Ukur. Atas kegagalan menjalankan tugas dari raja Mataram, rupanya Dipati Ukur berpikir, daripada ia menerima hukuman berat dari Sultan Agung, lebih baik ia tidak setia lagi terhadap Mataram. Dipati Ukur beserta sejumlah pengikutnya mengabaikan kekuasaan Mataram dan melakukan gerakan memberontak terhadap Mataram. Sikap Dipati Ukur tersebut segera diketahui oleh penguasa Mataram. Pihak Mataram berusaha keras menumpas pemberontakan Dipati Ukur. Bila pemberontakan itu tidak segera ditumpas, akan merugikan pihak Mataram. Akhirnya pemberontakan Dipati Ukur dapat dipadamkan. Menurut versi Mataram, Dipati Ukur tertangkap dan dihukum mati di Mataram. Menurut Sajarah Sumedang (babad), pemberontakan Dipati Ukur terhadap Mataram berakhir pada tahun awal tahun 1632. * Penangkapan Dipati Ukur Oleh Adipati Kawasen * Naskah Leiden Orientaladalah naskah yang memuat tentang pemberontakan Dipati Ukur Penangkapan Dipati Ukur Oleh Bagus Sutapura (Adipati Kawasen). Naskah ini ditulis oleh Sukamandara yang pernah menjadi Jaksa di Ghaluh. Peristiwa penangakapan Dipati Ukur Oleh Bupati Kawasen ini menurut Prof. DR. Emuch Herman Somantri terjadi pada hari Senin tanggal 1 bulan Jumadil Awal 1034 H sekitar pertengahan tahun 1632. *cuplikan naskah Leiden Oriental yang menceritakan tentang penangakapan Dipati Ukur oleh Adipati Kawasen (Bagus Sutapura): * Nunten pada guneman lan para bupati kabeh.Daweg pada angulati srana kang bhade bisa nyekel Dipati Mogol punika.Nunten kyai Dhipati Galuh Bendanagara angsal sanunggal santana Kawasen westa bagus Sutapura, gawena lagi ambhating raga, sanggem anyekel Dipati Ukur. Sarta lajeng kumanabang sareng sareng samenek ing Gunung lumbung punika. Nunten dipun tibani watu Westa Munding Jalu dipun capakeun dening Bagus Sutapura, dipun balangakeun sumangsang wonten sainggiling lajeng leles. Mangke nyataning Batulayang sareng sampun sumangsang watu puniku. Nunten Bagus Sutapura angamuk pribadi, katah kiang pejah balanipun Dipati Ukur punika sarta dipun besta dibakta dateng Ghaluh. Artinya: Hasil musyawarah para Bupati yang akan diberi tugas menangkap Dipati Ukur yang memberontak, kemudian Kyai Ghaluh Bandanagara mendapatkan Senopati dari Kawasen (Bagus Sutapura) yang orang sedang bertapa untuk menangkap Dipati Ukur. Bagus Sutapura lalu maju untuk berperang. Ia naik gunung lumbung. Begitu Bagus Sutapura naik ke Gunung Lumbung, Bagus Sutapura dijatuhi batu yang bernama Munding Jalu oleh Dipati Ukur. Batu itu kemudian ditangkap oleh Bagus Sutapura, kemudian dilemparkan dan nyangkut di phon leles. Berhubung dengan ditangkapnya Batu itu (Munding Jalu), maka tempat itu dinamakan batu layang. Kemudian Bagus Sutapura menyerng sendirian sampai pengikut Dipati Ukur banyak yang tewas. Akhirnya Dipati Ukur dapat ditangkap oleh bagus Sutapura dan diikat kemudian dibawa ke galuh Sejarah Galuh yang disusun oleh raden Padma Kusumah merupakan salah satu naskah yang memuat tentang penangkapan Dipati Ukur oleh Bagus Sutapura. Naskah ini disusun berdasarkan naskah yang dimiliki oleh Bupati galuh R.A.A Kusumah Diningrat 1836-1886 M, bupati Galuh R.T Wiradikusumah 1815 M dan R.A Sukamandara 1819 M. Diantara naskah tersebut yang menceritakan Penangkapan Dipati Ukur Oleh Bagus Sutapura (Adipati Kawasen) adalah: 255. Heunteu kocap dijalanna Di dayeuh Ukur geus Neupi Ki Tumenggung narapaksa Geus natakeun baris Gunung Lembung geus dikepung Durder pada ngabedilan Jalan ka gunung ngan hiji Geus diangseug eta ku gagaman perang 256. Dipati Ukur sadia Batuna digulang galing Mayak Gagaman di lebak Rea anu bijil peujit Sawareh nutingkulisik Pirang-pirang anu deungkeut kitu bae petana Batuna sok pulang panting Ki Tumenggung Narapaksa rerembugan 257. Urang mundur ka Sumedang Didinya Urang Badami Nareangan anu bisa Nyekel raheden Dipati Bupati pada mikir Emut ku Dhipati galuh Ka Ki bagus Sutapura Waktu eta jalma bangkit Seg disaur ana datang diperiksa 258. Kyai bagus Sutapura Ayeuna kawula meureudih Dipati Ukur sing beunang Ditimbalan dijeng gusti Nanging kudu ati-ati Perkakasna eta batu Gedena
Bls: [kisunda] Samemeh Bharata Yudha - 24
aya terusanna ieu teh? Dari: Abbas Amin abas_ami...@yahoo.com Kepada: kisunda kisunda@yahoogroups.com; urangsunda urangsu...@yahoogroups.com Cc: ta...@yahoogroups.com; grek_2...@yahoo.com Terkirim: Rab, 25 Agustus, 2010 07:32:31 Judul: [kisunda] Samemeh Bharata Yudha - 24 Nun Inggih Ua Bhatara, Putra kedah kumaha di na peperangan ieu? :Inget kasep, moal aya nu kuat nadahan Konta; pasti binasana. Sarerea paur nyanghareupan eta senjata KONTA; sabab moal aya nu mahi. Sadaya pinasti ancur , keuna ku senjata Konta mah. Moal aya nu mangga pulia.Masing sakumaha saktina ge. Tapi Karna teh geus sumpah bakal nelasan Arjuna. Cohagna eta KONTA teh taya lian ngan kanggo nelasan Arjuna wungkul, paman hidep. Da kapan kacida cuana eta Karna Raja Angga ka Arjuna teh. Jadi Arjuna pasti binasana. Moal aya nu yasa nulungan. Tacan tamat Kresna sasauranna, tos dipotong ku Gatotkacha:Nun Ua Bhatara, punten Putra motong. naha aya cara nu sakira ngahalang ka na binasana Rama Paman Arjuna? Putra bakal ngalakukeun naon wae kanggo kasalametan Rama Paman Arjuna, sakaligus Guru Putra. Mangga geura manahan nu langkung jero deui; Putra percanten, Ua Bhatara bakal tiasa mendakan jalan nu bakal nulungan Paman Arjuna cilaka. Saur Kresna:Hese jeung bangga kasep Gatotkacha. Mo aya nu iasa ngahalang halang karep Karna. Tong boro atuh make Konta; dalah teu make Konta oge, can puguh Paman Arjuna bisa meunang perangna. Lantaran Karna memang Sakti. Hese ngalawanan Karna nu jago maen panah mah. Nepi ka ayeuna can aya musuh nu bisa ngelehkeun Karna. Ku sabab kitu sarerea pada bingung mikirkeun hal ieu. Lami duanana paheneng heneng, teras Gatotkacha nyaur deui:Putra yakin pisan, yen Paman Arjuna bakal tiasa nelasan Karna, najan sakumaha Saktina oge; Putra yakin pisan, di na sagala hal Paman Arjuna langkung unggul ti Karna, upami teu aya KONTA. Jadi ieu Konta nu kudu dipikiran kumaha carana teh. Kresna:Hehehehehe, enya calakan pisan anak ua...sigana mah kitu, bener tah pipikiran teh..Tapi Ua mah can yakin yen Paman Arjuna bisa ngelehkeun Karna masing teu nganggo Konta ge. Karna kacida saktina. Gatotkacha:He. Ua Bhatara , ulah ngangkat teuing ka musuh, bari nganapikeun kakuatan urang, Putra tetep yakin, yen Paman Arjuna tiasa ngawonkeun Karna, asal ulah aya KONTA ! Tah nu ku Putra dipikiran kumaha carana ngahalang halang supaya Konta ulah ditujukeun ka Paman Arjuna. Kresna:Hahahaha, eladalah, Ua kayungyun ku calakanana ieu anak Ua teh. Gatotkacha! Sigana mah kudu kitu, tapi keukeuh hese.Da moal asal wae Karna make eta Konta; lantaran ngan sakali pake tea. Gatotkacha:Duuuh Ua Bhatara, Putra sanggem merangan Karna; keun we manehna sina ngaluarkeun senjata Konta dipake ka Putra ! Kresna:Eladalah...Gatotkacha.. Gatotkacha..; memang teorina mah kitu. Tapi can puguh Karna daekeun make eta Konta, ka nu salian ti ka Arjuna. Jadi tetep we hese; sabab mun tea mah perang antara sampeyan ngalawan Karna; can puguh sampeyan bisa ngelehkeun Karna; sabab kasaktianana meh satanding jeung Paman sampeyan Arjuna. Tah Ua rek nanya kasaktian sampeyan dibanding Paman Arjuna kumaha ? Gatotkacha:Nun inggih, Putra rumaos teu wantun. Kresna:Hehehehe, ieu mah lain masalah wantun teu wantun; kapan sampeyan geus naker tanaga jeung Rama sampean Bimasena; terus sampeyan geus diturunkeun Elmu ku Paman Arjuna; tah kumaha ngabandingkeunana ? Duuuh Rama Ua; memang langka nu gagah rongkah, model Rama Bima; moal aya nu nandingan karongkahanana, kadigjayaan sareng kakuatanana. Kresna:Aya ! Nya eta hidep pisan, nu ngabandingan kakuatan sareng karongkahan Bimasena; tah kumaha ari Arjuna, paman hidep ? Gatotkacha:Tah upami ningal jihad ieu, bawiraos Putra mah Paman Arjuna langkung Sakti ti batan Rama Bratasena; lantaran anjeunna ti katebihan tiasa ngawonkeun musuh. Jadi musuh moal tiasa nyaketan ka Paman Arjuna. Lantaran terus dipanahan. Saleresna langkung sesah ngalawan Rama Paman Arjuna tibatan Rama Sena. Kresna gumujeng:Hahahahaha. eladalah. enya calakan anak Ua teh. Eh Gatotkacha ! Tah kasaktian Karna teh kira2 sarua jeung Paman hidep, jadi kumaha atuh meranganana, lamun cara kitu !? Leng leng ramyaning kang sasangka Saparantos ngahuleng lami, mindel. akhirna Gatotkacha sauran:HeUa Bhatara, bawiraos Putra, teu aya deui carana mung kedah maksa si Karna ngango eta senjata Konta, kumaha wae. putra estu ihlas balilahan korban jiwa raga kanggo Rama Paman Arjuna, Guru Putra. Kresna nimbalan:Hehehehe, gampang di na nyarita, tapi hese di na prakna. Kapan cek Ua oge, Karna Raja Awangga moal gana2 ngagunakeun Pusaka Konta, ari lain kadesek desek teuing mah. Jadi masing ku hidep dihina hina oge, can puguh manehna ngagunakeun Konta ka hidep. Jeungna deui, kapan can puguh hidep ge ngadesek Karna; kapan Karna sakitu saktina. Enggalna wae Gatotkacha brek
Bls: [kisunda] Sejarah - Darmamurcaya
euleuh meni resep kanu sajarah model kieu... nuhun ah kang mh :) www.ahmadsahidin.wordpress.com --- Pada Rab, 25/8/10, mh khs...@gmail.com menulis: Dari: mh khs...@gmail.com Judul: [kisunda] Sejarah - Darmamurcaya Kepada: Ki Sunda kisunda@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 25 Agustus, 2010, 1:58 PM DARMAMURCAYA alias JURU BAHASA PADA MASA KARAJAAN SUNDAby Richadiana Kartakusuma on Wednesday, August 25, 2010 at 6:31pm Penterjemah Bahasa Pada Zaman Kerajaan SundaKepentingan penerjemahan bahasa sebagai usaha untuk berkomunikasi dengan bangsa lain yang berbeda bahasa ternyata telah dlakukan oleh para leluhur di Kerajaan Sunda. Profesi penerjemah dianggap salah satu profesi yang cukup penting sebab tidak semua orang dapat memahami berbagai bahasa yang ada pada waktu itu. Selain Sangsakerta, salah satu bahasa yang digunakan untuk memperdalam sastra (agama) Hindu-Budha pada waktu itu adalah Jawa Kuna (digunakan hampir di seluruh pulau Jawa dan Bali). Salah satu tokoh yang ternama pada masa itu yaitu Bujangga Manik. Ia dikisahkan pergi ke belahan timur pulau Jawa dari tanah kelahirannya, Sunda, untuk mencari arti kehidupan dan menimba ilmu agama. Tentunya dalam melakukan perjalanannya itu, ia dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang berbahasa Jawa (kuna), selain menguasai bahasa Sunda (kuna) sebagai bahasa ibunya.Edi S. Ekadjati memaparkan dalam bukunya, Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran, Jilid 2, halaman 204-205; Berhubung dengan tidak setiap orang memahami dan menguasai banyak bahasa, maka tampillah orang-orang yang menawarkan jasa pelayanan bagi yang memerlukan komunikasi dengan macam-macam orang asing itu. Mereka menguasai beberapa bahasa dan memilih profesi sebagai penterjemah atau juru bahasa. Profesi penerjemah diakui dalam masyarakat Sunda masa itu sehingga terdapat istilah tersendiri untuk menyebutnya yaitu jurubasa darmamurcaya. Dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian dikatakan bahwa bila ingin tahu bahasa-bahasa negeri lain, bahasa-bahasa: Cina, Keling, Parsi, Mesir, Samudra, Banggala, Makasar, Pahang, Kalantan, Bangka, Buwun, Beten (red: Buton?), Tulangbawang, Sela, Pasay, Pariaman, Nagara Dekan, Madinah, Andalas, Tego, Maluku, Badan, Pego, Minangkabau, Mekah, Buretet, Lawe, Sasak, Sumbawa, Bali, Jenggi, Nusa Bini, Ogan, Kanangan, Komering, Simpangtiga, Gumantung, Manumbi, Bubu, Nyiri, Sapari, Patukangan, Surabaya, Lampung, Jambudipa, Seran, Gedah, Solot, Solodong, Indragiri, Tanjungpura, Sekampung, Cempa, Baluk, Jawa; segala macam bahasa negara-negara lain, tanyalah sang Jurubasa Darmamucarya (Atja Saleh Danasasmita, 1981a:17,42-43; Danasasmita dkk., 1987:86,110). Kutipan itu memberi informasi bahwa pada masa itu (1518) masyarakat Sunda, paling tidak kalangan elit dan intelektualnya, mengenal sejumlah bahasa asing yang digunakan oleh orang-orang dari berbagai negeri (disebut 55 negeri) di Nusantara dan luar Nusantara. Di samping itu, ada orang yang berprofesi sebagai penterjemah bahasa-bahasa dimaksud yang disebut sang Jurubasa Darmamurcaya. Para penterjemah itu, tentu bisa orang asing yang bermukim di Tanah sunda, bisa pula orang Sunda sendiri; yang jelas mereka berada di Kerajaan Sunda. Keberadaan mereka mencerminkan kekayaan pengetahuan atau penguasaan bahasa yang cukup luas untuk zamannya. Seperti telah disebutkan, Bujangga Manik misalnya paling tidak menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dan bahasa Jawa sebagai bahasa ilmu. Dia bisa menterjemahkan pembicaraan dan teks tertulis berbahasa Sunda ke dalam bahasa Jawa dan sebaliknya. http://www.facebook.com/notes/richadiana-kartakusuma/darmamurcaya-alias-juru-bahasa-pada-masa-karajaan-sunda/425002254474
[kisunda] Samemeh Bharata Yudha Ka-26
Suyudhana satengah nyorowok ka Bhisma, barang ngadangu yen sarat ka hiji, nya eta moal nelasan Pandawa:Eyang! Keur naon atuh perang, ari moal dicilakakeun mah? Tah eta sarat kahiji ti eyang, nu kadua : salila eyang jadi Maha Senapati; Kula moal rek ngidinan Karna pipilueun di na Perang Bharata Yudha. Pek we lamun sampean teu satuju; eyang ayeuna ge bakal mundur ti na jadi Maha Senapati. Jaya Bang winga winga.. Suyudhana kacida amarahna; kitu deui Karna, tapi Karna mah masing asa dihina ge, ngan ukur tungkul we; tapi Suyudhana harita keneh ngagejlig kaluar ti na sidang; diburu ku Sakuni. : Eh Suyudhana ! Tong sok kawas budak leutik, naon sababna make kaluar ti eta sidang !? Paman katingal kapan ku Paman; Bhisma teu weleh pro ka Pandawa. Nu matak Kula teu satuju; ayeuna keneh ku Kaula eyang BHisma bakal diganti ku Raja Angga. Hehehehe, dasar maneh mah bodo Suyudhana ! Ieu peperangan teh geus pasti urang nu bakal meunang; masing Karna teu ngilu jurit oge. Tah naha sampeyan rek ngaleupaskeun kameunangan nu geus aya di na dampal leungeun !? Oh, enya, tapi tetep Kaula keuheul ka eyang Bhisma, nu geus ngahinakeun pisan ka Karna. Geus tong loba dipikir masalah eta mah. Sok geura asup deui ka na gempungan Terus umumkeun sacara Resmi; yen Bhisma Dewabrata diangkat jadi Maha Senapati. Keun we masalah Karna mah. NYa atuh Suyudhana teh eleh deet; teras lebet ka na Gempungan deui; saparantos sadu2 nyuhunkeun hapunten ka sadayana; teras wae ngumumkeun yen Bhisma sacara Resmi diangkat jadi Maha Senapati Astina. Tunda Pihak Kurawa; ayeuna kumaha pihak Pandawa ? NYata di Pandawa ge nuju gempungan ngeunaan saha nu bakal diangkat jadi Maha Senapati. Aya nu milih Drupada; aya nu milih Bhima Sena; aya nu milih aya nu milih Shikandin/Srikandhi'; aya oge nu milih Satyaki jeung Drestajumna. Tapi akhirna diayakeun VOTING nu kaluar nya eta Drestajumna. NYa atuh Drestajumna kapilih jadi Maha Senapati para Pandawa. Hanca
[kisunda] OOT-Undangan Tabligh Akbar dan Dialog Ramadhan di Salam Book House (Jumat, 27 Agustus 2010)
Ramadhan merupakan momen penting untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kaum Muslim oleh Allah dan Rasul-Nya diperintahkan untuk mengisi Ramadhan dengan kegiatan yang bermanfaat sehingga mendapatkan keberkahan, rahmat, dan ampunan dari Allah swt. Karena itu, dalam rangka menyemarakkan momen Ramadhan dan menyemarakkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republika Indonesia ke-65, khususnya di komunitas Salam Book House (SBH) Bandung, menyelenggarakan “Tabligh Akbar dan Dialog Ramadhan” dengan narasumber KH. Tengku Maulana. Insya Allah kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 27 Agustus 2010 jam 15.30 sampai selesai di Jalan Pasirwangi No.1 (Pasirluyu), Soerkarno-Hatta, Bandung 40254. Gratis dan terbuka untuk umum!! www.ahmadsahidin.wordpress.com
Re: [kisunda] Sastra - Pantun Sunda
Thanks for the information --- On Tue, 24/8/10, mh khs...@gmail.com wrote: From: mh khs...@gmail.com Subject: [kisunda] Sastra - Pantun Sunda To: Ki Sunda kisunda@yahoogroups.com Date: Tuesday, 24 August, 2010, 3:11 PM PANTUN SUNDAby Richadiana Kartakusuma on Tuesday, August 24, 2010 at 1:17pm Pantun SundaPantun Sunda is a type of Sundanese oral narrative performance interspersed with songs and music played on a kacapi, a kind of zither. A pantun used to be recited during an evening-length performance. A single performer relates the tales the story of a hero's initiation; the protagonist leaves his kingdom in order to seek experiences, beautiful princesses to become his wife, power, other kingdoms to subject, the realization of a dream (Rosidi 1984a:143); after having succeeded in reaching his goal he finally returns to his kingdom. Alongside memories of historical events the stories often contain mythical elements. Pantun were not written down, the bards often being illiterate, in many case blind. Originally they had a sacral character, as was clear from the offerings, until recently made at the beginning of the recitation and also from the content of the introductory part of the story, called rajah; this was an invocatory song, imploring the help of divine figures to ward off bad influences. The form of the pantun was not strictly fixed; however, the dominant language from employed in most pantun was the octosyllabic verse. For a detailed description of the nature and form of a Sundanese pantun you are referred to Eringa (1949), to Hermansoemantri (1977-79). Currently there are not so many Pantun Sunda shows because there is no regeneration for reserving the music genre especially when radio has been a household appliance in West Java. Transcription of pantun storiesPantun being typically oral text, they were not written down in the Sundanese literally tradition; only late in the nineteenth century were the first pantun put down in writing, at first mainly on the initiative or instigation of Western ( Dutch) person, in the beginning usually in cacarakan script. After the establishment of Indonesia, Sundanese scholars made important contributions to the study of pantun, by publishing more oral texts as well as by critically investigating them. Special mention should be made of a project by Ajip Rosidi who in the early seventies had a considerable number of pantun recorded as they were performed by singers from various areas in West Java (see Rosidi 1973). The recorded pantun was transcribed and in stenciled form circulated in limited circle. Later on a number of them were published in book form, such as Mundinglaya di Kusumah (1986). An excellent study of the literally structure of the pantun was written by Hermansoemantri (1977-79); Kartini et al. (1984) wrote a useful comparative analysis on the plot of the pantun, based on a survey of 35 pantun stories. A valuable work on the musical aspects of pantun performances, based on extensive data collected in the field, was written by A. N. Weintraub (1990). In the Sanghyang Siksakanda ng Karesian, dated 1518, pantun are mentioned: hayang nyaho di pantun ma: Langgalarang, Banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi, prepantun tanya (if you want to know pantun, such as Langgalarang, Banyakcatra, siliwangi, Haturwangi, ask the pantun singer, Atja and Danasasmita 1981a:14). Throughout the ages many ancient elements have been preserved, even though the content of the stories told and the language used underwent changes and adaptations. Not only are there a number of Arabic words present in many pantun texts, which in pre-Islamic Old Sundanese text are lacking; the repertoire of present-day pantun singers include Islamic tales as is clear from the list in Weintraub (1990:23-4). List of Pantun StoriesBased on Budi Rahayu Tamsyah in his book Kamus Istilah Tata Basa jeung Sastra Sunda, there are pantun stories as follow: Ciung WanaraLutung KasarungMundinglaya di KusumahAria Munding JamparingBanyakcatraBadak SangorahBadak SingaBima ManggalaBima WayangBudak ManjorBudug Basu /Sri Sadana / Sulanjana Bujang PangalasanBurung BaokBuyut OrenyengDalima WayangDemung KalaganDeugdeug Pati Jaya Perang / Raden Deugdeug Pati Jaya Perang Prabu Sandap PakuanGajah LumantungGantangan Wangi Hatur WangiJaka SusuruhJalu MantangJaya MangkuratKembang Panyarikan / Pangeran Ratu Kembang PanyarikanKidang PanandriKidang PananjungKuda GandarKuda Lalean Kuda MalelaKuda WangiLangla LarangLangga SariLangon SariLayung KumendungLiman Jaya MantriLutung Leutik / Ratu Bungsu Karma JayaMalang SariManggung Kusuma Matang JayaMunding JalinganMunding KawangiMunding KawatiMunding LimanMunding MintraMunding Sari Jaya MantriMunding WangiNyi Sumur BandungPaksi Keling / Wentang Gading Panambang SariPanggung KaratonParenggong JayaRaden Mangprang di KusumahRaden TanjungRaden TegalRangga Sawung GalingRangga
Re: [kisunda] Sastra - Pantun Sunda
lee, pantun sunda beda bentukna jeung pantun malayu. pantun sunda mah, bentukna prosa, biasa sok dikawihkeun dipirig ku kacapi. sastra sunda nu jiga pantun malayu, disebutna sisindiran, jiga kieu geura: Aya roda di tanjakan, katinggang ku pangpung jengkol. Aya ronda gogoakan, katinggang ku panakol kohkol. aya listrik di masigit, caangna kamana-mana. aya istri jangkung alit, cangkengna kamana-manabandingkeun jeung pantun malayu: Sirih junjung sirih pinang Sirih kami susun bertingkat Adat dijunjung pusaka dikenang Bangsa berbudi hidup muafakat Sirih junjung sirih pinang Sirih kuning diberi nama Adat dijunjung pusaka dikenang Hidup berbudi muafakat bersama On Thu, Aug 26, 2010 at 1:10 PM, Roslee Kartawi rosleek2...@yahoo.com.sgwrote: Thanks for the information --- On *Tue, 24/8/10, mh khs...@gmail.com* wrote: From: mh khs...@gmail.com Subject: [kisunda] Sastra - Pantun Sunda To: Ki Sunda kisunda@yahoogroups.com Date: Tuesday, 24 August, 2010, 3:11 PM PANTUN SUNDA by Richadiana Kartakusumahttp://www.facebook.com/profile.php?id=1537983874on Tuesday, August 24, 2010 at 1:17pm *Pantun Sunda* Pantun Sunda is a type of Sundanese oral narrative performance interspersed with songs and music played on a kacapi, a kind of zither. A pantun used to be recited during an evening-length performance. A single performer relates the tales the story of a hero's initiation; the protagonist leaves his kingdom in order to seek experiences, beautiful princesses to become his wife, power, other kingdoms to subject, the realization of a dream (Rosidi 1984a:143); after having succeeded in reaching his goal he finally returns to his kingdom. Alongside memories of historical events the stories often contain mythical elements. Pantun were not written down, the bards often being illiterate, in many case blind. Originally they had a sacral character, as was clear from the offerings, until recently made at the beginning of the recitation and also from the content of the introductory part of the story, called rajah; this was an invocatory song, imploring the help of divine figures to ward off bad influences. The form of the pantun was not strictly fixed; however, the dominant language from employed in most pantun was the octosyllabic verse. For a detailed description of the nature and form of a Sundanese pantun you are referred to Eringa (1949), to Hermansoemantri (1977-79). Currently there are not so many Pantun Sunda shows because there is no regeneration for reserving the music genre especially when radio has been a household appliance in West Java. *Transcription of pantun stories* Pantun being typically oral text, they were not written down in the Sundanese literally tradition; only late in the nineteenth century were the first pantun put down in writing, at first mainly on the initiative or instigation of Western ( Dutch) person, in the beginning usually in cacarakan script. After the establishment of Indonesia, Sundanese scholars made important contributions to the study of pantun, by publishing more oral texts as well as by critically investigating them. Special mention should be made of a project by Ajip Rosidi who in the early seventies had a considerable number of pantun recorded as they were performed by singers from various areas in West Java (see Rosidi 1973). The recorded pantun was transcribed and in stenciled form circulated in limited circle. Later on a number of them were published in book form, such as Mundinglaya di Kusumah (1986). An excellent study of the literally structure of the pantun was written by Hermansoemantri (1977-79); Kartini et al. (1984) wrote a useful comparative analysis on the plot of the pantun, based on a survey of 35 pantun stories. A valuable work on the musical aspects of pantun performances, based on extensive data collected in the field, was written by A. N. Weintraub (1990). In the Sanghyang Siksakanda ng Karesian, dated 1518, pantun are mentioned: hayang nyaho di pantun ma: Langgalarang, Banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi, prepantun tanya (if you want to know pantun, such as Langgalarang, Banyakcatra, siliwangi, Haturwangi, ask the pantun singer, Atja and Danasasmita 1981a:14). Throughout the ages many ancient elements have been preserved, even though the content of the stories told and the language used underwent changes and adaptations. Not only are there a number of Arabic words present in many pantun texts, which in pre-Islamic Old Sundanese text are lacking; the repertoire of present-day pantun singers include Islamic tales as is clear from the list in Weintraub (1990:23-4). *List of Pantun Stories* Based on Budi Rahayu Tamsyah in his book Kamus Istilah Tata Basa jeung Sastra Sunda, there are pantun stories as follow: Ciung Wanara Lutung Kasarung Mundinglaya di Kusumah Aria Munding Jamparing Banyakcatra Badak Sangorah Badak Singa Bima Manggala Bima