Salam… 

Alhamdulillah… Rabu pagi kemarin (16 Maret 2011) saya dapat menghadiri diskusi 
buku Sahabat Nabi karya Dr.Fuad Jabali yang diterbitkan Mizan. Acara yang 
diprakarsai Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN 
Bandung ini digelar di Ruang Al-Jamiah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung 
Djati Bandung. Dan... pimpinan tempat saya beraktivitas mengizinkan saya untuk 
menghadiri diskusi buku yang dikupas oleh guru saya; Prof.Dr.KH.Jalaluddin 
Rakhmat—yang biasa saya sapa dengan Ustadz Jalal.

Setiba di lokasi, saya kaget karena ruangan diskusi sudah penuh dan beberapa 
kawan lama, termasuk dosen-dosen yang pernah mengajar saya di Jurusan Sejarah 
Peradaban Islam, pun pada hadir. Biasanya kalau acara diskusi buku, para dosen 
enggan hadir. Jadi, pas tiba, serasa lepas kangen. Biasalah…tanya ini itu. 
Sekira pukul 10-an, Ustadz Jalal tiba dan saat muncul dari tangga yang langsung 
menuju ruangan diskusi, segera saya hampiri kemudian mencium tangannya. 

DISKUSI yang dipandu Dr.Sulasman, M.Hum (dosen sejarah UIN Bandung) ini diawali 
dengan pemaparan Pak Fuad yang membahas tentang proses penulisan buku yang 
asalnya disertasi doktor sejarah di Universitas Leiden, Belanda. 

Menurut Fuad, buku Sahabat Nabi ini tersimpan sudah sekira sepuluh tahun dan 
belum disentuh lagi untuk perbaikan data-datanya. Kemudian Mizan meminta 
diterbitkan. Meskipun berat, kata Fuad, tapi dipaksakan—meskipun tahu bahwa 
disertasi tersebut banyak kekurangannya. Hasilnya, buku tersebut terbit pada 
awal 2011 dengan tebal buku lebih dari 300 halaman; yang lampiran-lampiran dan 
data statistik yang digunakan penulisan buku tersebut hampir setengah dari isi 
buku. Jadi, buku tersebut lebih kaya dengan data atau rujukan ketimbang 
bahasannya.

Fuad bercerita, lebih dari dua tahun menelusuri data tentang para sahabat yang 
tersimpan di perpustakaan Leiden.  

“Saya membaca sekira 2000 biografi para sahabat untuk menulis buku ini. Saya 
coba menulis sejarah Islam dengan sumber dari ahlu hadis, bukan dari buku-buku 
sejarah, dan tetap menggunakan metodologi sejarah,” kata Fuad. 

Dari kajiannya itu, Fuad menyimpulkan bahwa sahabat Nabi bukan manusia sempurna 
sehingga banyak kesalahan dan keterbatasan dalam beragama. Apalagi tidak semua 
sahabat terus menerus hidupnya bersama Rasulullah saw maka tingkat pemahaman 
keagamaan pun seadanya. 

Begitu pun dengan definisi sahabat sempat dikritik. Menurut Fuad, terjadi 
kekacauan definisi sahabat yang disusun para ulama hadis sehingga orang-orang 
yang sekadar hidup sezaman dan berada dilingkungan Nabi Muhammad saw, 
orang-orang yang mabuk tetapi pernah bertemu Nabi, mereka yang diusir Nabi, dan 
pembunuh pun disebut sahabat.
 

80% Sunnah Sahabat
Dalam diskusi itu, Ustadz Jalal yang menjadi pembicara kedua memberikan pujian 
atas keberanian Fuad membuka khazanah Islam pascaRasulullah saw. 

Ustadz Jalal mengaku bahwa setelah membaca buku karya Fuad, merasa terharu dan 
menangis, tetapi juga geram terhadap perilaku-perilaku sahabat yang tidak patuh 
pada Rasulullah saw. 

Menurut Ustadz Jalal, fanatisme para ahli hadis terhadap sahabat Nabi 
menyebabkan umat Islam sekarang enggan untuk melakukan studi kritis. Banyak 
perilaku dari para sahabat yang jauh dari akhlak Rasulullah saw, tetapi tetap 
diteladani dan disakralkan. Apabila dikemukakan perilaku tercela mereka maka 
akan dikecam sebagai zindiq atau sesat. Anehnya, kecaman sahabat terhadap 
sahabat lainnya tidak pernah disebut zindiq. 

Ustadz Jalal juga mengemukakan bahwa kali pertama yang mengecam sahabat dalam 
sejarah adalah  Abbas bin Abdul Muthalib yang mengecam Imam Ali dalam sebuah 
persidangan—kisahnya terdapat dalam Shahih Muslim. 

“Jadi, bukan orang-orang Syiah yang mengecam sahabat itu,” kelakar Ustadz Jalal 
yang disambut tawa para hadirin.

Selain memberikan pujian, Ustadz Jalal juga memberikan sedikit kritik pada 
karya Fuad Jabali tersebut, khususnya hal yang menjadi penyebab lahirnya perang 
antar sahabat; Perang Jamal dan Shiffin.

Sambil membacakan halaman bukunya, Ustadz Jalal menjelaskan bahwa kesalahan 
Fuad dalam buku tersebut adalah menyatakan Imam Ali bin Abi Thalib dan 
Ahlulbayt Nabi mengalami peningkatan kekayaan setelah wafat Nabi. Hal tersebut 
dibantah oleh Ustadz Jalal, justru yang tertindas dan tidak memiliki kekayaan 
adalah keluarga Nabi. 

“Tanah Fadak yang merupakan warisan Nabi untuk Fathimah dan yang digarap Imam 
Ali untuk kehidupan sehari-hari diambil oleh penguasa. Sejarah mencatat bahwa 
justru para sahabat yang menjadi khalifah dan para pejabatnya yang hidupnya 
makmur dengan kekayaan,” sanggah Ustadz Jalal yang menyebutkan kekayaan mereka 
yang ditulisnya dalam kata pengantar buku tersebut.

Dalam diskusi itu juga Ustadz Jalal menginformasikan bahwa dalam penelitian 
disertasi doktoralnya yang akan diujikan kelak di UIN Makasar menemukan 
kesimpulan sementara bahwa 80% sunnah yang dijalankan Umat Islam bukan sunnah 
Nabi. Ustadz Jalal menyebutkan bahwa para sahabat setelah wafat Nabi banyak 
membuat hal-hal baru dalam agama; seperti shalat tarawih, menambah asholatu 
khoirumminannaum pada azan subuh, azan dua kali pada ibadah jumat, dan lainnya.

Ustadz Jalal menyebutkan dalam hadis yang dibacakannya langsung pada hadirin 
bahwa Aisyah binti Abu Bakar sendiri menyatakan telah mengubah-ubah ajaran 
Rasulullah saw.

“Nah… merekonstruksi sejarah, berarti juga merenkonstruksi agama atau pemahaman 
keyakinan kita. Karena itu, saya menyarankan untuk menggunakan pendekatan 
kajian historiografi dalam mengkaji hadis agar terungkap hal-hal yang selama 
ini tidak kita ketahui. Seperti yang dilakukan doktor Fuad Jabali,” ungkap 
Ustadz Jalal.   

Studi kritis historis
Dalam tanya jawab, ada penanya yang cukup menggelitik yang bertanya tentang 
pengertian sahabat yang sebenarnya dan alat uji untuk membuktikan kebenaran 
hadis juga sirah nabawiyyah.

Ustadz Jalal menjawab bahwa ada tiga penjelasan tentang mana yang termasuk 
sahabat nabi dan bukan sahabat. 

Pertama, lihat al-quran yang membagi dua sahabat, termasuk ciri-cirinya: 
ashabul jannah wa ashabunnar. Kedua, nanti di akhirat. Dalam riwayat disebutkan 
bahwa nanti Rasulullah saw menantikan kedatangan para sahabatnya di telaga 
alkautsar dan akan terpisahkan antara sahabat yang benar-benar setia dan 
mengikuti ajaran Rasulullah dengan sahabat yang menyalahi sunnah Nabi atau 
mereka yang mengubah-ubah ajaran Islam setelah wafat Nabi Muhammad saw. 
Ketiga—yang ini mungkin termasuk promosi—buka buku The Road to Muhammad 
(diterbitkan Mizan). 

 “Dalam buku saya ini, Anda akan mengetahui siapa saja sahabat yang termasuk 
lulusan madrasah Rasulullah saw. Juga akan mengetahui kualitas dan ciri dari 
para sahabat Nabi yang sebenarnya,” jawab Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah 
Ahlulbait Indonesia.

Adapun mengenai alat uji kesahihan hadis dan sirah nabawiyyah, Ustadz Jalal 
menyarankan untuk membaca bukunya yang berjudul Al-Mushthafa: Manusia Pilihan 
yang Disucikan (diterbitkan Simbiosa) yang di dalamnya membahas kajian kritis 
terhadap hadis dan riwayat yang berkaitan dengan Nabi Muhammad saw, termasuk 
metodologi studi kritis historis.

“Kalau Anda tak mau susah-susah meneliti seperti Pak Fuad, cukup melihat 
al-quran dan gunakan akal sehat. Apabila Anda menemukan hadis yang walaupun 
diriwayatkan Bukhari atau Muslim, bertentangan dengan al-quran, tolaklah. 
Begitu juga jika terdapat hadis yang tidak dapat diterima akal, yang 
merendahkan derajat dan kemuliaan Nabi maka wajib ditolak,” pesan Ustadz Jalal 
yang diakhiri dengan menyebutkan contoh riwayat Bukhari . 

Dikisahkan Nabi mendatangi rumah istri seorang sahabat tanpa ada sahabat 
tersebut. Kemudian kepala Nabi bersandar pada pangkuan istri yang bukan muhrim 
tersebut dan diseliksik—mencari kutu—selanjutnya terbangun dengan wajah ceria.  
  

Ustadz Jalal menjelaskan bahwa hadis tersebut harus ditolak karena telah 
menunjukkan perbuatan Nabi yang tidak mengetahui aturan-aturan Islam dalam 
bertamu.

“Mendatangi perempuan yang bukan istrinya dan tidur dipangkuan istri orang, 
bukan termasuk akhlak Nabi. Begitu pun kepala Nabi berkutu, menunjukkan Nabi 
tidak menjaga kebersihan. Al-Quran menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw 
berakhlak mulia, terpuji, bersih, dan suci. Jelas hadis tersebut bertentangan 
dengan informasi al-quran. Karena itu, jika menemukan hadis-hadis atau berita 
sejarah Nabi yang merendahkan kemuliaan Rasulullah saw perlu dikaji secara 
kritis, atau langsung tolak,” ungkap Ustadz Jalal mengakhiri pembicaraannya.

  

www.ahmadsahidin.wordpress.com




------------------------------------

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/kisunda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/kisunda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    kisunda-dig...@yahoogroups.com 
    kisunda-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    kisunda-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke