Re: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out

1999-10-09 Terurut Topik Wibi S Adjie

Pada intinya politik is politik, demokrasi is demokrasi, power is power
apapun definisinya, yg seharusnya dibarengi dengan implementasi ETIKA, bila
Pak Aberson memang berucap demikian, itu emang sikap politiknya kita tidak
bisa menyalahkan dia. walk-out adalah salah satu aturan main yg sah di
MPR/DPR artinya mereka kader PDI-P punya hak untuk mengambil sikap. Cuman
mari kita kaji etis tidak bila emang persepsi demokrasi adalah jika Ibu
Mega terpilih jadi Presiden..?? saya kira etis menurut masyarakat yg pro
PDI-P dan nggak etis menurut yg kontra.(begitu kali yaa..???)

--
 From: Andriecht [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out
 Date: Wednesday, October 06, 1999 8:17 AM
 
 Salam,
 
 Saya ingin minta konfirmasi dari teman-teman di milis ini tentang
pernyataan
 Bang Aberson di Koran republika, bahwa PDI-P akan walk-out jika pemilihan
 presiden dilakukan secara voting,.
 
 Berikut ini adalah petikan wawancaranya:
 
 Ketika ditanya kenapa harus walk-out, sementara mekanisme memilihan
 capres nantinya akan disepakati lewat tata tertib, Aberson menjelaskan
 bahwa PDI-P tetap menghendaki pemilihan capres dilakukan secara
 langsung. ''Jadi, parpol pemenang pemilulah yang berhak menempati posisi
 presiden. Dengan substansi lain bahwa Ibu Mega telah dikehendaki oleh
 mayoritas rakyat Indonesia untuk menjadi presiden,'' paparnya dengan
 serius.
 
 Apakah cara walk-Out tersebut takkan membuat PDI-P rugi sendiri, tanya
 wartawan. Dengan nada tegas Aberson mengatakan PDI-P tidak akan pernah
 rugi karena sikap politis yang dipilihnya itu. Oleh karena itu, kata
 dia, PDI-P setelah walk-out akan menyerahkan urusan pemilihan presiden
 kepada rakyat. ''Caranya, ya dengan melakukan pemilu ulang. Meski harus
 dibayar dengan mahal,'' tukasnya.
 
 
 Kesimpulan:
 Sepertinya difinisi demokrasi-nya PDI-P adalah: Demokrasi adalah jika
 Megawati terpilih sebagai presiden
 
 
 Salam
 Yang lagi prihatin,...berat
 
 
 
 __
 Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
 dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
 Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
 Keluar: [EMAIL PROTECTED]
 
 Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

__
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!













Re: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out

1999-10-09 Terurut Topik Agus_Widjiastono

Kalau para Jendral ABRI selalu melimpahkan kesalahan..pada Oknum kopral.maka
demikian pula dengan  PDIP...yang ternyata...masih memiliki Oknum Aberson.






Wisnu Ali Martono [EMAIL PROTECTED] on 10/06/99 06:38:07 AM


 Kesimpulan:
 Sepertinya difinisi demokrasi-nya PDI-P adalah: Demokrasi adalah jika
 Megawati terpilih sebagai presiden

Benar.
Kelakuan sok mau menang sendiri memang jadi ciri khas PDI-P selama ini.
Sayang. Bisa jadi sebenarnya Mega berfikiran lurus. CUma orang2 sekitarnya
dia saja yang kurang ajar.

WAM

 Salam
 Yang lagi prihatin,...berat





__
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!













RE: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out

1999-10-09 Terurut Topik Mudjiman (KPC)

Akuur,
Karena orang atau pengamat yang benar-benar netral itu sebenarnya belum ada
di Indonesia. Semua amatan masih dicampuri dengan perasaan dan dengkul.
Manuver politik dari Druna yang licik tidak akan pernah dikecam oleh
pengagum Druna tersebut. Sedangkan manuver politik Pandawa yang sebenarnya
lurus, langsung dikecam oleh orang yang tidak suka Pandawa.  

 --
 From: Wibi S Adjie[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Tuesday, October 05, 1999 11:40 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  Re: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out
 
 Pada intinya politik is politik, demokrasi is demokrasi, power is power
 apapun definisinya, yg seharusnya dibarengi dengan implementasi ETIKA,
 bila
 Pak Aberson memang berucap demikian, itu emang sikap politiknya kita tidak
 bisa menyalahkan dia. walk-out adalah salah satu aturan main yg sah di
 MPR/DPR artinya mereka kader PDI-P punya hak untuk mengambil sikap. Cuman
 mari kita kaji etis tidak bila emang persepsi demokrasi adalah jika Ibu
 Mega terpilih jadi Presiden..?? saya kira etis menurut masyarakat yg pro
 PDI-P dan nggak etis menurut yg kontra.(begitu kali yaa..???)
 
 --
  From: Andriecht [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out
  Date: Wednesday, October 06, 1999 8:17 AM
  
  Salam,
  
  Saya ingin minta konfirmasi dari teman-teman di milis ini tentang
 pernyataan
  Bang Aberson di Koran republika, bahwa PDI-P akan walk-out jika
 pemilihan
  presiden dilakukan secara voting,.
  
  Berikut ini adalah petikan wawancaranya:
  
  Ketika ditanya kenapa harus walk-out, sementara mekanisme memilihan
  capres nantinya akan disepakati lewat tata tertib, Aberson menjelaskan
  bahwa PDI-P tetap menghendaki pemilihan capres dilakukan secara
  langsung. ''Jadi, parpol pemenang pemilulah yang berhak menempati posisi
  presiden. Dengan substansi lain bahwa Ibu Mega telah dikehendaki oleh
  mayoritas rakyat Indonesia untuk menjadi presiden,'' paparnya dengan
  serius.
   __
  Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
  dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
  Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
  Keluar: [EMAIL PROTECTED]
  
  Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!
 __
 Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
 dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
 Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
 Keluar: [EMAIL PROTECTED]
 
 Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

__
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!













Re: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out

1999-10-08 Terurut Topik Wisnu Ali Martono

On Wed, 6 Oct 1999, bRidWaN wrote:
 
 Saya kaget juga membaca tulisan Aberson itu.
 Seharusnya kan ada tata tertib dan aturan mainnya.
 Kalau memang Majelis menghendaki voting, ya voting.
 Kalau memang Majelis menghendaki mufakat, ya mufakat.

Saya tidak kaget.
Cuma tidak suka.
Kenapa reformasi yang sudah susah2 diadakan ini mau dikhianati?
Saya sepakat dengan anda, bahwa apa kemauan MPR ya itu yang mesti diikuti.
Kenapa PDI-P tidak berusaha menggalang kekuatan dengan pihak lain (sudah
telat, kali ya?). Kenapa masih saja memakai cara2 Orba dengan mengancam2?
Saya memimpikan suatu saat di mana para elit partai dengan gencar
mensosialisaikan kepada warganya bahwa keputusan MPR bersifat mutlak dan
harus dihormati. Jika sudah demikian, percayalah, negara akan aman
tenteram. Siapapun pemimpinnya orang tidak akan ambil pusing. 

 Tidak boleh berpikir semau-nya, harus melalui proses
 yang diatur dalam Tata Tertib-nya dulu.

Khas PDI-P selama ini: mau menangnya sendiri.
Coba tengok _ancaman_  Sabam Sirait, bahwa Pemilu harus diulang kalau Mega
tidak jadi presiden. Nggak tahu saya, kenapa politisi macam begini masih
ada juga. Jika mau, kenapa tidak diamandemen saja UUD 45 sehingga partai
pemenang Pemilu otomatis berhak jadi presiden? (Rasa2nya sih bakal
dihambat. Menengok pengalaman pemilihan presiden 4, pasti akan diajukan
metode pemilihan bertingkat. Dengan demikian partai yang tidak menang
mutlak masih harus berjuang keras untuk mendudukkan capresnya. Dan ini
syah2 saja. Mosok yang 65% mesti dikalahkan oleh 35%).

 Kalau menurut saya, setelah kita sampai pada babak
 akhir, kinilah saatnya kita menunggu siapa yang akan
 menjadi Presiden RI ke-4 nanti. Dan siapa yang strategis,
 menurut saya dia-lah yang akan menang.

Siapa yang strategis?
Strategis apanya bung? Nggak ada kriterianya kan, apa itu strategis. Yang
lebih benar adalah: siapa yang dinilai lebih mampu dan secara politis 
memungkinkan pasti akan dipilih.

Bisa saja yang muncul justru bukan Gus Dur/Habibe/Mega. Siapa tahu?

WAM


 
 Salam,
 bRidWaN
 
 
 At 10:40 PM 10/5/99 +0700, Wibi S Adjie wrote:
 Pada intinya politik is politik, demokrasi is demokrasi, power is power
 apapun definisinya, yg seharusnya dibarengi dengan implementasi ETIKA, bila
 Pak Aberson memang berucap demikian, itu emang sikap politiknya kita tidak
 bisa menyalahkan dia. walk-out adalah salah satu aturan main yg sah di
 MPR/DPR artinya mereka kader PDI-P punya hak untuk mengambil sikap. Cuman
 mari kita kaji etis tidak bila emang persepsi demokrasi adalah jika Ibu
 Mega terpilih jadi Presiden..?? saya kira etis menurut masyarakat yg pro
 PDI-P dan nggak etis menurut yg kontra.(begitu kali yaa..???)
 
 --
  From: Andriecht [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out
  Date: Wednesday, October 06, 1999 8:17 AM
  
  Salam,
  
  Saya ingin minta konfirmasi dari teman-teman di milis ini tentang
 pernyataan
  Bang Aberson di Koran republika, bahwa PDI-P akan walk-out jika pemilihan
  presiden dilakukan secara voting,.
  
  Berikut ini adalah petikan wawancaranya:
  
  Ketika ditanya kenapa harus walk-out, sementara mekanisme memilihan
  capres nantinya akan disepakati lewat tata tertib, Aberson menjelaskan
  bahwa PDI-P tetap menghendaki pemilihan capres dilakukan secara
  langsung. ''Jadi, parpol pemenang pemilulah yang berhak menempati posisi
  presiden. Dengan substansi lain bahwa Ibu Mega telah dikehendaki oleh
  mayoritas rakyat Indonesia untuk menjadi presiden,'' paparnya dengan
  serius.
  
  Apakah cara walk-Out tersebut takkan membuat PDI-P rugi sendiri, tanya
  wartawan. Dengan nada tegas Aberson mengatakan PDI-P tidak akan pernah
  rugi karena sikap politis yang dipilihnya itu. Oleh karena itu, kata
  dia, PDI-P setelah walk-out akan menyerahkan urusan pemilihan presiden
  kepada rakyat. ''Caranya, ya dengan melakukan pemilu ulang. Meski harus
  dibayar dengan mahal,'' tukasnya.
  
  
  Kesimpulan:
  Sepertinya difinisi demokrasi-nya PDI-P adalah: Demokrasi adalah jika
  Megawati terpilih sebagai presiden
  
  
  Salam
  Yang lagi prihatin,...berat
  
 
 __
 Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
 dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
 Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
 Keluar: [EMAIL PROTECTED]
 
 Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


__
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!













Re: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out

1999-10-06 Terurut Topik Wisnu Ali Martono

On Wed, 6 Oct 1999, Andriecht wrote:

 Salam,
 
 Saya ingin minta konfirmasi dari teman-teman di milis ini tentang pernyataan
 Bang Aberson di Koran republika, bahwa PDI-P akan walk-out jika pemilihan
 presiden dilakukan secara voting,.
 
 Berikut ini adalah petikan wawancaranya:
 
 Ketika ditanya kenapa harus walk-out, sementara mekanisme memilihan
 capres nantinya akan disepakati lewat tata tertib, Aberson menjelaskan
 bahwa PDI-P tetap menghendaki pemilihan capres dilakukan secara
 langsung. ''Jadi, parpol pemenang pemilulah yang berhak menempati posisi
 presiden. Dengan substansi lain bahwa Ibu Mega telah dikehendaki oleh
 mayoritas rakyat Indonesia untuk menjadi presiden,'' paparnya dengan
 serius.

Pola pikir semacam ini, bahwa partai pemenang pemilu mesti yang jadi
presiden, yang menjebloskan Mega. Sayang, Mega tidak cukup cerdas, atau
terlalu naif, untuk menelan begitu saja ilusi ini. Resiko pemimpin yang
naif memang begini. Begitu malas kah Mega untuk membaca UUD 45 sehingga
tidak tahu bahwa pemilihan presiden itu ditentukan oleh MPR?
 
 Apakah cara walk-Out tersebut takkan membuat PDI-P rugi sendiri, tanya
 wartawan. Dengan nada tegas Aberson mengatakan PDI-P tidak akan pernah
 rugi karena sikap politis yang dipilihnya itu. Oleh karena itu, kata
 dia, PDI-P setelah walk-out akan menyerahkan urusan pemilihan presiden
 kepada rakyat. ''Caranya, ya dengan melakukan pemilu ulang. Meski harus
 dibayar dengan mahal,'' tukasnya.

Pemilu ulang? Mau pakai duit embahnya Aberson apa? Enak aja. Daripada
dibuang2 buat ngadain Pemilu, mending disumbangin buat fakir miskin, atawa
naikin gaji pegawai negeri. Ditanggung Pemilu nanti PNS milih dia.

 Kesimpulan:
 Sepertinya difinisi demokrasi-nya PDI-P adalah: Demokrasi adalah jika
 Megawati terpilih sebagai presiden

Benar.
Kelakuan sok mau menang sendiri memang jadi ciri khas PDI-P selama ini. 
Sayang. Bisa jadi sebenarnya Mega berfikiran lurus. CUma orang2 sekitarnya
dia saja yang kurang ajar.

WAM 
  
 Salam
 Yang lagi prihatin,...berat


__
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!













Re: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out

1999-10-06 Terurut Topik bRidWaN


Saya kaget juga membaca tulisan Aberson itu.
Seharusnya kan ada tata tertib dan aturan mainnya.
Kalau memang Majelis menghendaki voting, ya voting.
Kalau memang Majelis menghendaki mufakat, ya mufakat.

Tidak boleh berpikir semau-nya, harus melalui proses
yang diatur dalam Tata Tertib-nya dulu.

Kalau menurut saya, setelah kita sampai pada babak
akhir, kinilah saatnya kita menunggu siapa yang akan
menjadi Presiden RI ke-4 nanti. Dan siapa yang strategis,
menurut saya dia-lah yang akan menang.


Salam,
bRidWaN


At 10:40 PM 10/5/99 +0700, Wibi S Adjie wrote:
Pada intinya politik is politik, demokrasi is demokrasi, power is power
apapun definisinya, yg seharusnya dibarengi dengan implementasi ETIKA, bila
Pak Aberson memang berucap demikian, itu emang sikap politiknya kita tidak
bisa menyalahkan dia. walk-out adalah salah satu aturan main yg sah di
MPR/DPR artinya mereka kader PDI-P punya hak untuk mengambil sikap. Cuman
mari kita kaji etis tidak bila emang persepsi demokrasi adalah jika Ibu
Mega terpilih jadi Presiden..?? saya kira etis menurut masyarakat yg pro
PDI-P dan nggak etis menurut yg kontra.(begitu kali yaa..???)

--
 From: Andriecht [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [Kuli Tinta] PDI-P mengancam Walk-out
 Date: Wednesday, October 06, 1999 8:17 AM
 
 Salam,
 
 Saya ingin minta konfirmasi dari teman-teman di milis ini tentang
pernyataan
 Bang Aberson di Koran republika, bahwa PDI-P akan walk-out jika pemilihan
 presiden dilakukan secara voting,.
 
 Berikut ini adalah petikan wawancaranya:
 
 Ketika ditanya kenapa harus walk-out, sementara mekanisme memilihan
 capres nantinya akan disepakati lewat tata tertib, Aberson menjelaskan
 bahwa PDI-P tetap menghendaki pemilihan capres dilakukan secara
 langsung. ''Jadi, parpol pemenang pemilulah yang berhak menempati posisi
 presiden. Dengan substansi lain bahwa Ibu Mega telah dikehendaki oleh
 mayoritas rakyat Indonesia untuk menjadi presiden,'' paparnya dengan
 serius.
 
 Apakah cara walk-Out tersebut takkan membuat PDI-P rugi sendiri, tanya
 wartawan. Dengan nada tegas Aberson mengatakan PDI-P tidak akan pernah
 rugi karena sikap politis yang dipilihnya itu. Oleh karena itu, kata
 dia, PDI-P setelah walk-out akan menyerahkan urusan pemilihan presiden
 kepada rakyat. ''Caranya, ya dengan melakukan pemilu ulang. Meski harus
 dibayar dengan mahal,'' tukasnya.
 
 
 Kesimpulan:
 Sepertinya difinisi demokrasi-nya PDI-P adalah: Demokrasi adalah jika
 Megawati terpilih sebagai presiden
 
 
 Salam
 Yang lagi prihatin,...berat
 

__
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!