Re: Bocor Banget? - Re: [ppiindia] Re: Akibat Privatisasi: Anak SD Berusaha Bunuh Di

2005-05-04 Terurut Topik A Nizami
Saya sudah cek http://www.depdiknas.go.id bagian
anggaran. Data terakhir yang dipublish tahun
1999/2000. Itu pun tidak lengkap dan detail. Contohnya
seperti di bawah:

TABEL 10  
ANGGARAN RUTIN PENDIDIKAN PER JENIS SEKOLAH 
TAHUN 1999/2000 
(DATA DALAM JUTA RUPIAH) 
   
No. Propinsi  Jenis Belanja
 
  Pegawai
 Barang
 Pemeliharaan
 Perjalanan
 Jumlah
 
1  DKI Jakarta 2,222 1,033 122 72 3,449 
  91,234 9,943 1,590 0 102,767 
  52,549 10,453 1,411 25 64,437 
  28,929 12,923 2,800 176 44,828 
  174,933 34,352 5,923 273 215,482 
 
http://www.depdiknas.go.id/anggaran_keuangan/k_uang101j.htm

TREND PERSENTASE ANGGARAN RUTIN PENDIDIKAN PER JENIS
SEKOLAH 
TAHUN 1990/1991- 1999/2000 
(data dalam jutaan rupiah)
  
No. Propinsi ANGGARAN RUTIN
 
  JS 90/91
 91/92 92/93 93/94 94/95 95/96 96/97 97/98 98/99 99/00

1  DKI Jakarta SD 81.22 62.58 58.24 52.79 72.97 73.96
73.44 75.32 73.32 72.65 
  SMP 89.77 86.86 82.55 84.91 74.16 81.50 81.72 81.13
83.28 90.68 
  SMU 88.91 78.94 79.40 81.74 80.82 91.88 87.93 88.44
92.39 95.57 
  SMK 79.33 76.58 80.42 70.07 64.61 69.20 76.15 81.78
84.74 88.54 
 
 
  RETATA 84.12 77.19 77.43 76.64 71.28 76.65 78.26
79.83 83.54 
http://www.depdiknas.go.id/anggaran_keuangan/%25rutin-pemb1.htm

Menurut saya, datanya kurang detail dan kurang
sistematis seperti data pembukuan di perusahaan2
swasta yang memakai sistem komputer. Out of date dan
sulit dianalisa...:)

--- fauziah swasono [EMAIL PROTECTED] wrote:
 --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Bisa anda berikan datanya kepada saya...?:)
  Sebab saya yakin banyak anggota milis ini yang
 belum
  mengetahuinya.
  
  
  Ayo kalau ibu Fauziah punya detail angkanya,
 silahkan
  share ke kita.
 
 Duh.. saya punya data hardcopy dan tidak saya entry
 karena saya cuma
 ambil yang sesuai dg keperluan riset waktu itu saja
 (datanya seabreg
 karena bisa beda2 antar pemda). Tapi anda mungkin
 bisa menemukan di
 http://www.depdiknas.go.id/ klik yang bagian
 anggaran. Juga untuk
 pemda, liat di web bbrp pemda, mereka
 menyediakannya.
 
 Atau anda kan di Jakarta? Datang aja ke
 Depdiknas/dikdasmen langsung,
 tanya (saya beberapa kali melakukannya). Dan ke
 Pemda DKI (saya juga
 berapa kali berkunjung kesana waktu saya masih di
 Indonesia).
 Ayolah, masak data mesti disupply terus? Kan mau
 ikutan menegakkan
 good governance, bantu awasi pemerintah juga...
 Kalau ada data yang aneh, tanyakan atau gugat...
 (kita pernah juga
 melakukannya). 
 
 salam,
 fau
 
 
 

Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Dying to be thin?
Anorexia. Narrated by Julianne Moore .
http://us.click.yahoo.com/FLQ_sC/gsnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Bocor Banget? - Re: [ppiindia] Re: Akibat Privatisasi: Anak SD Berusaha Bunuh Di

2005-05-03 Terurut Topik fauziah swasono
--- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Satu hal lagi, di Kompas disebut bahwa anggaran
 pendidikan kita Rp 39 trilyun setahun. Jumlah murid
 ada 28,8 juta. Jadi seandainya ada beasiswa per siswa
 Rp 1 juta setahun, maka cukup Rp 29 trilyun saja,
 pendidikan sudah bisa murah/gratis (tanpa pakai
 privatisasi segala). Masih ada sisa Rp 10 trilyun
 (terserah mau diapakan:).
 
Hehehehe... cara anda menulis kayak yang paling tau aja soal alokasi
dana pendidikan. Memangnya yang diurusin cuma beasiswa anak SD? Terus
biaya buat training guru, pembangunan fasilitas, pembinaan sekolah,
gaji guru bantu/honorer, buku perpustakaan, dll dari mana? Semuanya
dari anggaran tsb. Belum lagi untuk sekolah kejuruan, universitas, dll.

 Nah ini ada indikasi kebocoran. Jika uang disalurkan
 tidak melalui dinas kependidikan, tapi langsung ke
 sekolah, maka kebocoran bisa ditekan, begitu menurut
 Kompas.
 

Begitukah? Ada buktinya? Di Indonesia saya melihat kebocoran itu
hampir merata dimana2, dibedakan salurannya tetap aja saluran yang
bolong2... Mekanisme pengawasan dan penegakan hukum yang penting. 
Anak saya sekali pernah masuk sebuah SDN di Jakarta Timur, bayar uang
pangkal 3 juta, beli buku 300 ribu persemester (buku terbitan sekolah
itu sendiri) dan sebulan tidak kurang 100 ribu biaya macem2nya.
Mutunya? menyedihkan...

salam,
fau







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Bocor Banget? - Re: [ppiindia] Re: Akibat Privatisasi: Anak SD Berusaha Bunuh Di

2005-05-03 Terurut Topik A Nizami
Dengan beasiswa Rp 1 juta per anak per tahun, berarti kalau 1 kelas 
ada 40 anak ada beasiswa Rp 40 juta per kelas per tahun.

Andaikan 1 kelas diajar 2 guru, dan 1 guru gajinya Rp 1 juta/bulan, 
maka ada Rp 24 juta per bulan untuk gaji guru (padahal guru bantu 
hanya rp 460 ribu per bulan). Jadi masih ada sisa Rp 16 juta dalam 
setahun untuk 1 kelas. Kalau 10 tahun ruang kelas direnovasi, akan 
terkumpul Rp 160 juta buat renovasi.

Training guru? Memangnya training tiap tahun? Biayanya juga tidak 
lebih dari Rp 1 juta. Umumnya calon guru belajar dgn biaya sendiri. 
Contohnya, istri saya yang bekerja sebagai guru TK, kuliah dgn biaya 
sendiri. Sekolah tinggal terima bersih.

Untuk perpustakaan? Umumnya tiap murid diminta menyumbang buku (saya 
pernah menyumbang). Kemudian buku, para murid sekarang beli sendiri. 
Harga buku berapa memangnya bu Fauziah?

Itu baru dari uang pemerintah kalau Rp 10 trilyun tidak diutak-atik. 
Ternyata, jumlah siswa di Indonesia tidak lebih dari 24 juta anak. 
Sebagian sekolah di sekolah swasta. Maka berarti beban pemerintah 
lebih ringan lagi.

Dengan uang pangkal dan spp yang murah, maka dana sekolah sudah 
mencukupi. Apalagi dgn uang pangkal yang anda bilang Rp 3 juta dan 
SPP Rp 100 ribu per bulan.

Memang ini harus diselidiki lagi. Dulu sekolah negeri bisa murah. 
Kenapa sekarang tidak?


Mempertanyakan Akuntabilitas Dana Pendidikan 


SEANDAINYA aktor-aktor negara konsisten menjalankan konstitusi, 
keluhan tentang gaji guru yang rendah, masalah anak-anak miskin yang 
tidak bisa bersekolah, sekolah gratis untuk pendidikan wajib (SD dan 
SMP) tidak bakal ada masalah lagi. Dengan dalih anggaran terbatas, 
konstitusi dilanggar. Ketentuan UUD bahwa alokasi anggaran 
pendidikan minimal 20 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja 
Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dilanggar.

PENDIDIKAN ternyata tidak dianggap penting, baik oleh penguasa di 
pemerintahan pusat, daerah, sampai di tingkat sekolah. Masyarakat 
dibiarkan menunggu janji alokasi 20 persen anggaran pendidikan mulai 
direalisasikan pada tahun 2009.

Sejumlah daerah memang mengklaim telah mengalokasikan 20 persen dana 
APBD untuk pendidikan. Akan tetapi, ternyata komponen gaji guru 
dimasukkan di dalamnya. Anggaran di tingkat sekolah sama saja. Di 
sekolah-sekolah negeri, sebagian besar dana yang dihimpun dari 
masyarakat juga dipergunakan untuk menambah kesejahteraan guru dan 
segala tetek bengek yang tidak ada kaitan langsung dengan 
peningkatan mutu pendidikan.

Berapakah biaya per unit yang wajar untuk pendidikan bermutu 
standar? Staf pengajar Universitas Muhammadiyah HAMKA Jakarta 
Abdorrakhman Gintings mengemukakan, sebuah sekolah swasta yang 
tergolong bermutu di Medan hanya memungut biaya rata-rata Rp 100.000 
kepada siswanya. Bila jumlah siswa di Indonesia total 24 juta anak, 
dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pendidikan bermutu hanya 
Rp 28,8 triliun. Dengan dana pendidikan di APBN sebesar Rp 39 
triliun, masih ada sisa sekitar Rp 10,2 triliun.

Silakan yang Rp 10 triliun akan digunakan untuk apa. Untuk bohong-
bohongan, silakan saja, karena kita sudah bisa punya sekolah 
bermutu. Namun, uangnya benar-benar diserahkan ke sekolah, jangan 
lewat dinas, kata Gintings.

Pembiayaan pendidikan selama ini berada di wilayah abu-abu. 
Ketentuan tentang siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan 
pendidikan sejak awal sudah salah kaprah. Undang-Undang Sistem 
Pendidikan Nasional Pasal 46 Ayat (1) menyatakan bahwa pendanaan 
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, 
pemerintah daerah, dan masyarakat. Ketentuan ini kemudian 
diterjemahkan bahwa tanggung jawab pemerintah dalam membiayai 
penyelenggaraan sekolah negeri hanya separuh, sisanya diambil dari 
masyarakat. Tidak peduli apakah sekolah itu pada jenjang pendidikan 
wajib atau tidak.

Pungutan dari masyarakat menjadi sebuah keharusan yang membuat biaya 
sekolah negeri menjadi semakin mahal, perilakunya tidak berbeda 
dengan sekolah swasta sehingga akses orang miskin untuk memperoleh 
pendidikan yang baik makin tertutup. Sekolah swasta mulai 
memperlakukan pendidikan seperti barang dagangan lainnya, seperti 
sabun, sampo, kulkas, atau televisi. Pendidikan pun mahal, 
pengeluaran untuk sekolah tidak sebanding dengan pendapatan yang 
diperoleh kelak ketika ia lulus.

PENDIDIKAN menurut ketentuan undang-undang merupakan kewenangan 
pemerintah daerah. Akan tetapi, sejauh ini belum ada perubahan 
berarti di lapangan. Cara pembagian anggaran dan pengelolaannya 
masih seperti dulu.

Otonomi daerah justru sering dituding sebagai kambing hitam 
pendidikan yang makin terpuruk pascareformasi. Jabatan kepala dinas 
pendidikan diisi oleh orang-orang yang tidak punya kompetensi bidang 
pendidikan. Pejabat yang seumur-umur mengurusi pasar atau kuburan 
diangkat untuk menjadi kepala dinas pendidikan. Anggaran yang 
dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan guru dipergunakan untuk 
yang lain. Dana block grant yang diserahkan ke 

Bocor Banget? - Re: [ppiindia] Re: Akibat Privatisasi: Anak SD Berusaha Bunuh Di

2005-05-03 Terurut Topik irwank2k2
--- In ppiindia@yahoogroups.com, fauziah swasono [EMAIL PROTECTED]
wrote:
 --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Satu hal lagi, di Kompas disebut bahwa anggaran
  pendidikan kita Rp 39 trilyun setahun. Jumlah murid
  ada 28,8 juta. Jadi seandainya ada beasiswa per siswa
  Rp 1 juta setahun, maka cukup Rp 29 trilyun saja,
  pendidikan sudah bisa murah/gratis (tanpa pakai
  privatisasi segala). Masih ada sisa Rp 10 trilyun
  (terserah mau diapakan:).
  
 Hehehehe... cara anda menulis kayak yang paling tau aja soal alokasi
 dana pendidikan. Memangnya yang diurusin cuma beasiswa anak SD? Terus
 biaya buat training guru, pembangunan fasilitas, pembinaan sekolah,
 gaji guru bantu/honorer, buku perpustakaan, dll dari mana? Semuanya
 dari anggaran tsb. Belum lagi untuk sekolah kejuruan, universitas, dll.

Menurut salah seorang dosen Man. Keuangan Pemerintahan yang
pernah saya dengar, salah satu celah/pintu utama dari 
kebocoran anggaran setiap departemen di negara kita adalah 
karena pertanggung-jawabannya masih model 'Traditional Budgeting' 
dan bukan ' Performance Budgeting(?)'.. 

Maksudnya, selama ada kuitansinya maka dianggap ok-ok aje..
Atau belum melihat unsur efisiensi.. atau bahkan yang paling bagus 
tuh (lupa namanya) melihat ada/tidaknya perencanaan jangka panjang
dan dampak negatif suatu aktifitas pembangunan terhadap sistem 
di luarnya (mis: lingkungan hidup, departemen lain, dsb)..

Yang sering terjadi adalah mark-up harga dalam kuitansi atau bahkan
kuitansi fiktif.. karena terkadang ada pihak yang 'culas' (Bos?) 
meminta dana untuk urusan pribadi/kelompok-nya ke Bendahara;
akibatnya bendahara tersebut yang kelimpungan membuatkan 
'bukti'-nya.. Itupun kalau dia tidak ikutan langkah si bos.. :D

Kuitansi inilah yang menjadi bukti untuk kembali mencairkan
sebagian dana/jatah Dept. ke KPKN (sorry lupa singkatannya)..  
Jadi pengucuran dana tersebut tidak sekaligus - tetapi bertahap..

Seperti yang juga terjadi pada bendahara parpol tertentu yang diduga/
dituduh terlibat kasus.. Jaman dulu (konon) golkar jagonya soal beginian..
Kalo yang belakangan ini ada juga koq beritanya di detik.com.. :-P
Jadi yang paling gampang kena tunjuk dalam suatu organisasi
(Departemen pemerintah atau parpol dan ormas) adalah Bendahara..
 
  Nah ini ada indikasi kebocoran. Jika uang disalurkan
  tidak melalui dinas kependidikan, tapi langsung ke
  sekolah, maka kebocoran bisa ditekan, begitu menurut
  Kompas.
 
 Begitukah? Ada buktinya? Di Indonesia saya melihat kebocoran itu
 hampir merata dimana2, dibedakan salurannya tetap aja saluran yang
 bolong2... Mekanisme pengawasan dan penegakan hukum yang 
 penting.  Anak saya sekali pernah masuk sebuah SDN di Jakarta Timur,
 bayar uang pangkal 3 juta, beli buku 300 ribu persemester (buku terbitan
 sekolah  itu sendiri) dan sebulan tidak kurang 100 ribu biaya macem2nya.
 Mutunya? menyedihkan...

Ini yang mungkin disebut sebagai 'KKN' sebagai budaya..
jadi tidak dianggap sebagai patologis(?) atau kelainan.. 
melainkan sesuatu hal yang lumrah dan (harus) dimaklumi..

Dalam ilustrasi, orang waras di kumpulan orang gila bakal dicap gila.. 
dan (konon) orang gila tersebutlah yang mengaku waras..
Atau mirip dialog Hengky Tornando pada orang jujur dan tidak mau ikutan
kong-kali-kong dalam 'Rahasia Ilahi' -dengan tema Koruptor-: 

'Anda ini orang baru ya?'..

Ya, lagi mirip ucapan Mbah RonggoWarsito..
 
 salam,
 fau

Wassalam,

Irwan.K





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Does he tell you he loves you when he's hitting you?
Abuse. Narrated by Halle Berry.
http://us.click.yahoo.com/aFQ_rC/isnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Bocor Banget? - Re: [ppiindia] Re: Akibat Privatisasi: Anak SD Berusaha Bunuh Di

2005-05-03 Terurut Topik fauziah swasono
Ringkasnya saya katakan sekali lagi: pernahkah anda melihat posting
anggaran pendidikan dari Depdiknas, Dikti, Dikdasmen, dan Pemda? Coba
sekali2 dicari tahu, tidak sesederhana yang anda kalkulasi. Pos
anggaran pendidikan sangat luas: untuk PTN, sekolah kejuruan,
pendidikan non-dinas, beasiswa, riset, dll.
Yang saya sayangkan memang jumlah ini masih kecil dibandingkan
kebutuhan keseluruhan, tambahan lagi ketidakefisienan.

--- In ppiindia@yahoogroups.com, irwank2k2 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Menurut salah seorang dosen Man. Keuangan Pemerintahan yang
 pernah saya dengar, salah satu celah/pintu utama dari 
 kebocoran anggaran setiap departemen di negara kita adalah 
 karena pertanggung-jawabannya masih model 'Traditional Budgeting' 
 dan bukan ' Performance Budgeting(?)'.. 
 
 Maksudnya, selama ada kuitansinya maka dianggap ok-ok aje..
 Atau belum melihat unsur efisiensi.. atau bahkan yang paling bagus 
 tuh (lupa namanya) melihat ada/tidaknya perencanaan jangka panjang
 dan dampak negatif suatu aktifitas pembangunan terhadap sistem 
 di luarnya (mis: lingkungan hidup, departemen lain, dsb)..

Ini kejadian yang lebih mungkin. Kita juga menganut sistem
incremental school budget dimana budget tahun ini diitung nambah
sekian persen dari budget th lalu. Bukan berdasarkan real kebutuhan.
Akibatnya uang yang sudah kurang tidak efisien pula alokasinya.

Saya pernah nulis ttg anggaran dg running panel data seluruh kab/kot
sebelum dan sesudah desentralisasi (1999-2001), dan hasilnya memang
cukup memprihatinkan. Saya copy-paste kan sebagian kecil hasil
ekonometrik untuk education expenditure saja:

None of demographics characteristics is significant, not even does a
ratio of primary education age (4-14 years old) matter. Our suspicion
is either local government decided the education expenditure based on
nothing but incremental rule or on existing physical data, such as
the number of school building, the number of pupil enrolled, or a unit
cost of education. The latter may be true since the rule of thumb of
public goods provision determined by the Ministry of Housing and
Spatial is the number of schools needed for every certain number of
populations. If this is the case, then a subset of demographic
characteristic is not taken into account. 

Previous year budget, not surprisingly, shows significant estimates
for all models. Therefore, it is possible to say that the decision of
education expenditure is made by following incremental rule or
combining it with other explanatory variables, for example budget
constraint, or probably infrastructure data.

dan perhatikan yang saya anggap sangat memprihatinkan:

If one measures inequality as the distance between the median and the
mean income, then for a given mean income, a higher median income is a
sign of a lesser inequality (Alesina and Rodrick method, 1994). It
leads to the indication that growth in income redistribution has
negative effect on the growth of education spending, or in other
words, as the education development expenditure increases, it tends to
be distributed in a pro-rich manner. This may be contributed by the
fact that non-government agents largely support education in
Indonesia, including at the primary level, so that the government does
not bear the whole burden.

Sesuai dg hasil ekonometrik, distribusi pengeluaran pemda untuk
pendidikan dasmen tidak pro-poor. :(
Saya akan coba dg mengekstensi data sampe th terakhir, kalau sudah
lengkap terkumpul. Moga2 kecenderungan ini berubah...
wallahu a'lam.

salam,
fau


--- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Dengan beasiswa Rp 1 juta per anak per tahun, berarti kalau 1 kelas 
 ada 40 anak ada beasiswa Rp 40 juta per kelas per tahun.
 
 Andaikan 1 kelas diajar 2 guru, dan 1 guru gajinya Rp 1 juta/bulan, 
 maka ada Rp 24 juta per bulan untuk gaji guru (padahal guru bantu 
 hanya rp 460 ribu per bulan). Jadi masih ada sisa Rp 16 juta dalam 
 setahun untuk 1 kelas. Kalau 10 tahun ruang kelas direnovasi, akan 
 terkumpul Rp 160 juta buat renovasi.
 






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
In low income neighborhoods, 84% do not own computers.
At Network for Good, help bridge the Digital Divide!
http://us.click.yahoo.com/HO7EnA/3MnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: 

Re: Bocor Banget? - Re: [ppiindia] Re: Akibat Privatisasi: Anak SD Berusaha Bunuh Di

2005-05-03 Terurut Topik A Nizami
Bisa anda berikan datanya kepada saya...?:)
Sebab saya yakin banyak anggota milis ini yang belum
mengetahuinya.

Tetapi seharusnya dgn anggaran pendidikan sebesar Rp
39 trilyun, itu seharusnya cukup untuk memberi
(minimal) pendidikan negeri yang murah bagi rakyat.
Bahkan gratis untuk rakyat yang miskin. 

Coba baca di Kompas. Gaji guru bantu Rp 460.000 per
bulan. Kemudian di berita bawah, gaji guru honorer
bahkan hanya Rp 75.000 per bulan.

Taruhlah jumlah siswa 24 juta. Dari jumlah tsb, 18
juta diberi beasiswa full Rp 1 juta per anak. Maka
cukup Rp 18 trilyun saja bukan? Masih ada sisa Rp 21
trilyun.

beasiswa anak =
24,000,000x1,000,000=24,000,000,000,000 

jumlah kelas= 600,000x6,000,000=3,600,000,000,000 
gaji guru=1,200,000*12,000,000=14,400,000,000,000 
peralatan sekolah=600,000x1,000,000=600,000,000,000 
Training guru=1,200,000x200,000= 240,000,000,000 
Buku-buku = 24,000,000x100,000=2,400,000,000,000 

Total cost=21,240,000,000,000 

Masih siswa Rp 2 trilyun lebih untuk biaya lain2..:)
Ini asumsinya:
- 1 kelas 40 murid
- 1 guru untuk 20 murid
- gaji guru Rp 1 juta/bulan
- renovasi kelas dalam 10/tahun senilai Rp 60 juta per
kelas.

Nah, jiga gaji guru bantu hanya Rp 460 ribu/bulan,
atau bahkan gaji honorer hanya Rp 75 ribu per bulan
seperti berita Kompas di bawah, total cost-nya bisa
lebih kecil lagi...:)

Jadi masih sisa Rp 15 trilyun kan?

Untuk PTN, seandainya ada 33 propinsi, tiap propinsi
punya 2 kampus negeri dan masing2 kampus punya 5000
mahasiswa, serta tiap mahasiswa beasiswanya Rp 10 juta
per tahun (harusnya bisa membeayai seluruh operasional
kampus kan?) maka hitungannnya sbb:

 Jumlah mahasiswa=165,000 x10,000,000
=1,650,000,000,000 

Cuma Rp 1,65 trilyun.

Dana operasional makin bertambah, jika uang pangkal
dan iuran siswa yang murah bagi kelompok menengah ke
atas dimasukkan. Misalkan uang pangkal SD Rp 200.000
dan spp Rp 15.000 per bulan.

Jadi memang harus diselidiki angka2nya dan divalidasi
apakah memang sampai ke siswa apa tidak.

Ayo kalau ibu Fauziah punya detail angkanya, silahkan
share ke kita.


Bayar SPP Rp 3.800 Pun Tak Mampu... 


KEINGINAN Hariyanto (9), siswa Kelas 3 SD Negeri 2
Purwosari, Desa Purwosari, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan, sederhana saja. Sadar bahwa kedua
orangtuanya, yang penggarap ladang tidak mampu, dia
tidak punya impian yang tinggi-tinggi. Belajar di
sekolah, bagi Hariyanto, hanyalah agar dirinya mampu
membaca dan menulis.

Inginnya sih sekolah terus, tetapi biayanya mahal,
kata Hariyanto, yang tidak terlalu lancar berbahasa
Indonesia.

Hariyanto tinggal di seberang Kali Rompok, berjarak
sekitar dua kilometer dari sekolahnya. Untuk menuju
sekolah dia harus menyeberangi sungai itu sambil
menenteng sepatu. Jika hujan deras Hariyanto terpaksa
bolos sekolah karena air sungai meluap dan tidak
mungkin diseberangi.

Akan tetapi, Selasa (3/5) kemarin berbeda. Meskipun
hujan turun dengan deras Hariyanto tetap masuk sekolah
karena bulan depan ujian semester. Baju sekolahnya
yang putih tampak kehitaman dan celana pendek merah
yang dikenakannya robek di beberapa tempat. Untuk
menutupi rasa malu, bocah itu berulang kali menutupi
wajahnya dengan buku tulis.

Hariyanto sudah empat bulan menunggak pembayaran uang
sekolah, yang per bulan besarnya Rp 3.800. Kedua
orangtuanya belum memiliki uang untuk membayar biaya
sekolahnya.

Seperti Hariyanto, Wartono-- teman sekelas
Hariyanto--juga menunggak pembayaran uang sekolah
sejak bulan Januari. Pada kartu kuning catatan
pembayaran sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP)
dan uang pramuka tercatat, Wartono terakhir membayar
pada pertengahan Desember 2004. Saat itu pun Wartono
telah menunggak empat bulan.

Bapak belum punya uang untuk bayar uang sekolah.
Nanti saja katanya, tutur Wartono polos.

Hampir semua teman sekelas Wartono dan Hariyanto
mengaku menunggak uang sekolah. Serentak mereka
mengacungkan tangan saat ditanya siapa yang belum
membayar SPP. Bagi anak-anak itu, menunggak pembayaran
SPP dan uang pramuka tampaknya merupakan hal yang
biasa.

KEPALA SD Negeri 2 Purwosari Marzuki Abdullah
menyebutkan, sebanyak 90 persen dari 190 siswa yang
bersekolah di SD yang dipimpinnya tergolong miskin.
Orangtua mereka sebagian besar bekerja sebagai petani
penggarap yang hanya mengandalkan kehidupan mereka
dari hasil sawah garapan. Umumnya mereka membayar uang
sekolah anaknya saat panen, entah itu dua atau tiga
kali setahun.

Kalau panennya gagal, ya mereka enggak membayar.
Nanti ditunggu sampai panennya berhasil dan ada uang
untuk membayar uang sekolah, kata Marzuki.

Karena miskin, lebih dari 50 persen siswa di sekolah
itu terancam putus sekolah. Empat siswa kelas enam
bahkan terpaksa tidak melanjutkan (pendidkan--Red)
lagi karena tidak ada biaya.

Saya sudah membujuk orangtuanya tetapi mereka tidak
sanggup lagi menyekolahkan anaknya, ujarnya.

Berkat usaha Marzuki, 55 siswa di sekolah itu mendapat
bantuan khusus murid (BKM) dari Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Lampung Selatan sebesar Rp 60.000 per
semester. Namun, 

Re: Bocor Banget? - Re: [ppiindia] Re: Akibat Privatisasi: Anak SD Berusaha Bunuh Di

2005-05-03 Terurut Topik A Nizami

--- irwank2k2 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Maksudnya, selama ada kuitansinya maka dianggap
 ok-ok aje..

Inilah kelemahannya. Padahal kuitansi tsb bisa
dimark-up. Teman saya yang bekerja dipenyalur alat2
kesehatan bilang, untuk memasang harga, kalau dijual
ke RS swasta, dia jual dgn 2 x harga beli. Kalau ke RS
pemerintah, 4 x harga beli. Kenapa demikian? Karena
pegawai RS pemerintah maunya begitu.

Pernah ada produk luar yang bagus dan laris di sini
(kalau tak salah dari Perancis). Tapi ketika
perusahaan perancis tsb buka pabrik di sini untuk
menekan harga, ternyata tidak laku. Kenapa? Karena
dekat, harganya jelas ketahuan. Jadi tidak bisa
dimainkan

Jadi kuitansinya pun harus dicek dgn barangnya serta
harga pasar, agar korupsi bisa dieliminasi.

 Atau belum melihat unsur efisiensi.. atau bahkan
 yang paling bagus 
 tuh (lupa namanya) melihat ada/tidaknya perencanaan
 jangka panjang
 dan dampak negatif suatu aktifitas pembangunan
 terhadap sistem 
 di luarnya (mis: lingkungan hidup, departemen lain,
 dsb)..
 
 Yang sering terjadi adalah mark-up harga dalam
 kuitansi atau bahkan
 kuitansi fiktif.. karena terkadang ada pihak yang
 'culas' (Bos?) 
 meminta dana untuk urusan pribadi/kelompok-nya ke
 Bendahara;
 akibatnya bendahara tersebut yang kelimpungan
 membuatkan 
 'bukti'-nya.. Itupun kalau dia tidak ikutan langkah
 si bos.. :D
 
 Kuitansi inilah yang menjadi bukti untuk kembali
 mencairkan
 sebagian dana/jatah Dept. ke KPKN (sorry lupa
 singkatannya)..  
 Jadi pengucuran dana tersebut tidak sekaligus -
 tetapi bertahap..
 
 Seperti yang juga terjadi pada bendahara parpol
 tertentu yang diduga/
 dituduh terlibat kasus.. Jaman dulu (konon) golkar
 jagonya soal beginian..
 Kalo yang belakangan ini ada juga koq beritanya di
 detik.com.. :-P
 Jadi yang paling gampang kena tunjuk dalam suatu
 organisasi
 (Departemen pemerintah atau parpol dan ormas) adalah
 Bendahara..
  
   Nah ini ada indikasi kebocoran. Jika uang
 disalurkan
   tidak melalui dinas kependidikan, tapi langsung
 ke
   sekolah, maka kebocoran bisa ditekan, begitu
 menurut
   Kompas.
  
  Begitukah? Ada buktinya? Di Indonesia saya melihat
 kebocoran itu
  hampir merata dimana2, dibedakan salurannya
 tetap aja saluran yang
  bolong2... Mekanisme pengawasan dan penegakan
 hukum yang 
  penting.  Anak saya sekali pernah masuk sebuah SDN
 di Jakarta Timur,
  bayar uang pangkal 3 juta, beli buku 300 ribu
 persemester (buku terbitan
  sekolah  itu sendiri) dan sebulan tidak kurang 100
 ribu biaya macem2nya.
  Mutunya? menyedihkan...
 
 Ini yang mungkin disebut sebagai 'KKN' sebagai
 budaya..
 jadi tidak dianggap sebagai patologis(?) atau
 kelainan.. 
 melainkan sesuatu hal yang lumrah dan (harus)
 dimaklumi..
 
 Dalam ilustrasi, orang waras di kumpulan orang gila
 bakal dicap gila.. 
 dan (konon) orang gila tersebutlah yang mengaku
 waras..
 Atau mirip dialog Hengky Tornando pada orang jujur
 dan tidak mau ikutan
 kong-kali-kong dalam 'Rahasia Ilahi' -dengan tema
 Koruptor-: 
 
 'Anda ini orang baru ya?'..
 
 Ya, lagi mirip ucapan Mbah RonggoWarsito..
  
  salam,
  fau
 
 Wassalam,
 
 Irwan.K
 
 
 
 

Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Ever feel sad or cry for no reason at all?
Depression. Narrated by Kate Hudson.
http://us.click.yahoo.com/LLQ_sC/esnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Bocor Banget? - Re: [ppiindia] Re: Akibat Privatisasi: Anak SD Berusaha Bunuh Di

2005-05-03 Terurut Topik fauziah swasono
--- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Bisa anda berikan datanya kepada saya...?:)
 Sebab saya yakin banyak anggota milis ini yang belum
 mengetahuinya.
 
 
 Ayo kalau ibu Fauziah punya detail angkanya, silahkan
 share ke kita.

Duh.. saya punya data hardcopy dan tidak saya entry karena saya cuma
ambil yang sesuai dg keperluan riset waktu itu saja (datanya seabreg
karena bisa beda2 antar pemda). Tapi anda mungkin bisa menemukan di
http://www.depdiknas.go.id/ klik yang bagian anggaran. Juga untuk
pemda, liat di web bbrp pemda, mereka menyediakannya.

Atau anda kan di Jakarta? Datang aja ke Depdiknas/dikdasmen langsung,
tanya (saya beberapa kali melakukannya). Dan ke Pemda DKI (saya juga
berapa kali berkunjung kesana waktu saya masih di Indonesia).
Ayolah, masak data mesti disupply terus? Kan mau ikutan menegakkan
good governance, bantu awasi pemerintah juga...
Kalau ada data yang aneh, tanyakan atau gugat... (kita pernah juga
melakukannya). 

salam,
fau




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Ever feel sad or cry for no reason at all?
Depression. Narrated by Kate Hudson.
http://us.click.yahoo.com/LLQ_sC/esnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/