Itulah kelemahan sistem penjara.
Jika pembunuh, perampok, pemerkosa, dsb dipenjara,
mereka justru bisa bertemu dan berteman dgn para
penjahat lainnya. Mereka bisa membentuk mafia yang
terorganisir.

Di majalah Tempo disebut bahwa justru penjara adalah
pusat peredaran narkoba dan penyakit HIV/AIDS. Di
Brazil, 73% orang yang dipenjara menjadi homoseks
karena kebutuhan biologisnya tertahan. Di penjara,
seorang bos mafia tetap bisa memerintahkan anak
buahnya untuk berbuat kejahatan.

Lebih praktis hukum Islam, kalau membunuh dan
memperkosa, dihukum mati. Kalau merampok, potong
tangan, terus dilepas.

Negara tidak perlu buang2 uang untuk membuat penjara
dan membayar penjaganya.

--- Ambon <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> http://www.suaramerdeka.com/harian/0504/28/opi1.htm
> 
> tajuk rencana
> Ketika Distribusi Air Juga Dikuasai Preman
> 
> 
> - Sudah separah itukah rasa aman di negeri ini,
> sehingga urusan distribusi air untuk mengaliri areal
> persawahan pun dikuasai preman? Pertanyaan tentang
> rasa aman ini memang tidak hanya memfokus pada
> indeks kriminalitas di suatu daerah, tetapi bisa
> terkait dengan kenyamanan pelayanan publik yang
> mestinya diterima masyarakat sebagai hak. Apa yang
> seharusnya merupakan hak, oleh sejumlah orang atau
> kelompok malah disikapi sebagai peluang untuk
> mengambil keuntungan dengan cara menekan,
> menakut-nakuti, atau mengancam jika pengguna hak itu
> tidak memberikan imbalan tertentu. Keresahan para
> petani di Klaten karena beroperasinya preman-preman
> yang menguasai distribusi air persawahan merupakan
> contoh lain tentang parahnya rasa aman itu.
> 
> - Seperti dilaporkan wartawan koran ini kemarin,
> ulah preman air meresahkan petani di wilayah Klaten
> bagian barat, dan kini menyebar ke selatan dan
> timur. Keadaan ini dihadapi para petani pada setiap
> musim kemarau. Para preman membawa senjata tajam
> untuk ''mengamankan'' wilayahnya. Para petani resah,
> karena pada musim kemarau hanya bergantung pada
> irigasi teknis yang titik-titik distribusinya
> dikuasai oleh para preman. Mereka harus merogoh uang
> Rp 50.000 - Rp 100.000 untuk dapat mengairi sawah.
> Mereka yang sudah cukup lama menghadapi masalah itu,
> akhirnya menganggap sebagai hal biasa, lalu memilih
> berkompromi daripada berhadapan dengan kemungkinan
> kekerasan. Kalau hal itu dianggap biasa, bukankah
> berarti terjadi ''legitimasi'' operasional preman?
> 
> - Apa yang terjadi di Klaten hakikatnya
> merepresentasikan fenomena premanisme di berbagai
> bidang, khususnya sisi-sisi yang menyangkut
> pelayanan publik di Tanah Air - di
> terminal-terminal, stasiun kereta api, atau di
> pasar-pasar. Yang lebih memprihatinkan adalah ketika
> terjadi ''penguasaan'' atas wilayah-wilayah mendasar
> dalam hajat hidup masyarakat. Soal distribusi air
> persawahan, misalnya, sangatlah sulit dibayangkan
> bagaimana wilayah ini juga dimasuki. Masyarakat
> seperti tidak bisa melakukan sesuatu atau menerima
> bentuk-bentuk pelayanan yang secara objektif
> seharusnya merupakan ''hak'' mereka tanpa memberikan
> imbalan jasa tambahan. Mewabahnya fenomena beking
> oleh kalangan yang memiliki ''kekuasaan'' juga
> menjadi bagian dari kondisi meresahkan itu.
> 
> - Dunia preman tumbuh dan hidup sebagai fenomena
> sosial dan hukum. Tetapi mengapa hukum tidak mampu
> menjangkau mereka? Premanisme tumbuh sebagai
> kekuatan extra ordinary. Kekuatan formal aparat
> keamanan pun seolah-olah tidak mampu bertindak
> tegas. Dari daya tekan informal, premanisme bahkan
> berkembang memiliki daya tekan formal. Secara umum,
> masyarakat tidak berdaya selain hanya memenuhi
> ''formalitas'' dalam berbagai aktivitas yang
> terpaksa bersinggungan dengan kekuatan ini. Jawaban
> mengenai kemelempeman penegakan hukum di bidang
> perpremanan ini sebenarnya sudah diketahui.
> Persoalannya, haruskah teori-teori law enforcement
> seperti menjadi mentah berhadapan dengan fenomena
> sosial ini?
> 
> - Atau inikah refleksi atau pantulan dari fenomena
> premanisme di ''jagat besar'' kehidupan kita? Sudah
> bukan rahasia lagi, walaupun jargon dan upaya-upaya
> pembersihan dengan gencar dilakukan, kultur pungutan
> liar (pungli) dalam berbagai bentuk public service
> masih merajalela. Pelayanan yang seharusnya sudah
> melekat dalam fungsi dan jabatan-jabatan tertentu,
> masih membutuhkan insentif-insentif, atau pisungsun
> di luar sistem. Seperti yang diminta oleh delegasi
> pengusaha dan investor China dalam pertemuan dengan
> pemerintah Indonesia dan Kadin di Jakarta belum lama
> ini, yang menyangkut jaminan pengikisan pungli di
> pelabuhan. Kita tentu melihatnya sebagai bagian dari
> ''jagat besar'', dan suka atau tidak suka merupakan
> bentuk premanisme.
> 
> - Fenomena sosial ini sangatlah kompleks,
> bertali-temali dengan banyak aspek. Banyak yang
> dengan jalan pikiran sederhana melihat perlunya
> terapi efektif untuk melawan. Tetapi terapi yang
> pernah dipilih - tembak di tempat - seperti di zaman
> petrus jelas berhadapan dengan dilematika penegakan
> hak asasi manusia (HAM), dan ini merupakan persoalan
> tersendiri, khususnya dalam hubungan dengan dunia
> global. Pun, gaya petrus hanya menunjukkan hukum
> tidak dapat berlaku efektif. Namun keresahan
> masyarakat seperti dalam kasus air di Klaten, jelas
> membutuhkan solusi. Pemerintah dituntut untuk
> menciptakan rasa aman bagi rakyatnya. Aparat
> keamanan juga tidak bisa tinggal diam, dan
> bersama-sama masyarakat harus mencari formula
> penyelesaian yang berani dan efektif. 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke