Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-
KIta semua disini adaalah penuntut ILmu. Jazakmullah khairan --- On Tue, 6/17/08, Desie Islam [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Desie Islam [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia- To: salafiyyin@yahoogroups.com Date: Tuesday, June 17, 2008, 12:54 PM Jazakumullah atas nasihatnya. Ana memang kurang ilmu..ilmu Allah swt itu banyak banget! Ana berusaha mengkajinya dengan cara yang benar dan baik, salah satunya dengan mengikuti milis ini.
Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-
Jazakumullah atas nasihatnya. Ana memang kurang ilmu..ilmu Allah swt itu banyak banget! Ana berusaha mengkajinya dengan cara yang benar dan baik, salah satunya dengan mengikuti milis ini.
Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-
yang dilakukan oleh sebagian orang terhadap tempat-tempat maksiat, (yakni) dengan menghancurkan dan membakarnya, atau juga tindakan melampaui batas seseorang dengan melakukan pemukulan, maka ini merupakan kemungkaran tersendiri, dan tidak boleh dilakukan. Para ulama telah menyebutkan masalah mengingkari dengan kekuatan tangan, merupakan hak penguasa. Yaitu orang-orang yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Barangsiapa melihat kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya” Makna kemampuan yang disebutkan dalam hadits ini, bukan seperti yang dibayangkan oleh kebanyakan orang, yaitu kemampuan fisik untuk memukul atau membunuh. Kalau demikian yang dimaksudkan, maka kita semua dapat memukul. Namun, apakah benar yang dimaksud seperti ini? Kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan syar’iyah. Yang berhak melakukannya ialah orang yang memiliki kemampuan syar’iyah. Yaitu, pengingkaran terhadap mereka tidak akan menimbulkan kemungkaran lain. Dengan demikian, perbuatan melampaui batas yang dilakukan oleh sebagian orang, baik dengan memukul atau menghancurkan tempat-tempat maksiat yang dilakukan seperti pada sekarang ini merupakan pelanggaran Orang yang melihat kemungkaran atau melihat pelaku kemungkaran, hendaknya melaporkannya kepada polisi, sebagai pihak yang bertanggungjawab, atau para ulama atau para da’i, untuk selanjutnya diserahkan kepada yang memiliki wewenang. Kemudian akan diselidiki, sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat. [So’al-jawab Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 27 Jumadil Akhir 1427H] [Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016] --- On Wed, 6/11/08, Desie Islam lt;[EMAIL PROTECTED]gt; wrote: From: Desie Islam lt;[EMAIL PROTECTED]gt; Subject: Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia- To: salafiyyin@yahoogroups.com Date: Wednesday, June 11, 2008, 10:32 AM Assalamu'alaikum. . mau nambahin aja.. Kalo hadist yang menyatakan yang intinya jika ada kemunkaran diubah pakai tangan (perilaku), lisan, lalu terakhir hati. Berarti kan.. Do'a itu yang usaha yang paling minim atau paling lemah, walaupun..aku gak bilang kalo do'a (prioritas berdo'a) jadi urutan paling rendah dalam kehidupan kita sehari-hari. . Maklum..aku suka ikut teman-teman BEM aksi..siapa tahu bisa merubah ke keadaan yang lebih baik. Wallahu'alam Wassalamu'alaikum Desie
Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-
Ana belum bisa memahami tulisan dibawah ini apa Cukup dengan doa saja??? Semakin jauh ana untuk bisa memahami akidah Salafiyin ini. ---Original Message--- From: salafiyyin@yahoogroups.com Date: Friday, June 06, 2008 5:09:33 PM To: salafiyyin@yahoogroups.com Subject: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia- Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia- Ditulis pada 3 Juni 2008 oleh Abu Harun | Sunniy Salafy Termasuk nasihat bagi penguasa adalah mendoakan bagi mereka taufik dan hidayah keikhlasan niat dan amal, mendoakan mereka supaya mendapat aparat-aparat pemerintahan yang shalih. Perlu diketahui bahwa termasuk sebab lurus dan baiknya seorang penguasa adalah mendapat menteri yang jujur yang membantunya dalam melaksanakan kebaikan, mengingatkannya jika terlupa, dan menolongnya jika ingat. Ini merupakan sebab datangnya taufiq Allah kepadanya Hendaklah mendoakan kebaikan bagi orang lain, dan penguasa adalah orang yang paling berhak mendapatkannya. Karena kebaikan penguasa adalah kebaikan umat, medoakan mereka merupakan doa yang paling penting dan nasihat yang paling berguna. Yaitu mendoakan semoga para penguasa tersebut mendapat taufiq kepada kebenaran, semoga mereka mendapat pertolongan, semoga Allah memberi mereka pembantu-pembantu yang shalih dan semoga Allah membebaskannya dari kejahatan dirinya dan dari kejahatan teman-teman yang jahat. Mendoakan penguasa agar mendapat taufiq dan hidayah serta mendapat hati yang ikhlas dan amal yang benar merupakan kewajiban terpenting dan merupakan ibadah yang paling utama. -Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz- Dalam kitab Murajaat fi Fiqhil Waqi As Sunnah wal Fikri ala Dhauil Kitabi wa Sunnah, Al Ustadz Faishal Jamil Di alam yang penuh fitnah sekarang ini, masing-masing manusia mencoba mengatasinya dengan cara mereka sendiri terutama ketika menghadapi para penguasa yang dhalim atau dianggap dhalim oleh mereka. Sebagian berdemonstrasi dan berkoalisi dengan kelompok lain untuk menggulingkan penguasanya. Lainnya menggunakan ilmu politiknya. Masing-masing menganggap cara demikianlah yang paling tepat dan cepat untuk mengatasi penguasa dhalim Padahal cara-cara demikian tidaklah pernah diajarkan oleh Salafus Shalih, sedangkan mereka (Salafus Shalih) adalah sebaik-baik panutan dalam menjalani hidup ini (secara individu, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara). Mendoakan kebaikan untuk penguasa adalah salah satu cara yang ditempuh Salafus Shalih untuk mengatasi kedhaliman mereka. Karena dengan berdoa kepada Allah agar menyelamatkan rakyat dari kedhaliman penguasanya memberikan kebaikan dan menyadarkan mereka untuk berbuat adil dan bijaksana. Hal ini juga merupakan pengamalan dari perintah Allah Taala di dalam firman-Nya : kemudian bila kamu ditimpa kemudlaratan maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (QS. An Nahl : 53) Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud rodhiyallahu anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Akan muncul setelahku atsarah (orang-orang yang mengutamakan diri mereka sendiri dan tidak memberikan hak kepada orang yang berhak -red) dan perkara-perkara yang kalian ingkari. Mereka (para shahabat -red) bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepada kami wahai Rasulullah? Beliau berkata: Tunaikanlah kewajiban kalian kepada mereka dan mintalah hak kalian kepada Allah. (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya) Al Imam An Nawawi rahimahullah berkata tentang hadits ini : Di dalam (hadits) ini terdapat anjuran untuk mendengar dan taat kepada penguasa walaupun ia seorang yang dhalim dan bersikap sewenang-wenang. Berikanlah haknya (sebagai pemimpin) yaitu berupa ketaatan, tidak memberontak, dan tidak mengkudetanya, bahkan seharusnya dengan sungguh-sungguh memohon kepada Allah Taala untuk menyingkirkan gangguannya, menolak kejahatannya, dan memperbaikinya. (Syarah Shahih Muslim 12/183) Mendoakan kebaikan untuk para penguasa adalah suatu perkara yang sangat dijunjung tinggi oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah, hingga Al Imam Al Barbahari rahimahullah menyatakan : Jika engkau melihat seseorang mendoakan kejelekan bagi pemerintah maka ketahuilah bahwa ia adalah pengikut hawa nafsu (ahli bidah). Dan jika engkau mendengar seseorang mendoakan kebaikan bagi pemerintah maka ketahuilah bahwa ia adalah Ahlus Sunnah, Insya Allah. (Syarhus Sunnah halaman 116-117) Fudlail bin Iyyadl seorang Imam Ahlus Sunnah yang menetap di Makkah dan wafat pada tahun 187 H menyatakan : Kalaulah aku memiliki suatu doa yang pasti dikabulkan niscaya tidaklah aku peruntukkan kecuali untuk penguasa. Oleh karena itu kami diperintah mendoakan kebaikan dan tidak diperintah untuk mendoakan kejelekan bagi mereka walaupun mereka berbuat jahat dan dhalim. Karena kejahatan dan kedhaliman mereka (balasan akibatnya) untuk mereka sendiri sedangkan kebaikan mereka (balasannya) untuk diri mereka dan kaum Muslimin. Begitu tegas ucapan Fudlail bin Iyyadl ini sehingga menjadi rujukan