Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-

2008-06-22 Terurut Topik febri kristianto
KIta semua disini adaalah penuntut ILmu.

Jazakmullah khairan


--- On Tue, 6/17/08, Desie Islam [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Desie Islam [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-
To: salafiyyin@yahoogroups.com
Date: Tuesday, June 17, 2008, 12:54 PM











Jazakumullah atas nasihatnya.
Ana memang kurang ilmu..ilmu Allah swt itu banyak banget! 
Ana berusaha mengkajinya dengan cara yang benar dan baik, salah satunya dengan 
mengikuti milis ini.





  
  




 

















  

Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-

2008-06-19 Terurut Topik Desie Islam
Jazakumullah atas nasihatnya.
Ana memang kurang ilmu..ilmu Allah swt itu banyak banget! 
Ana berusaha mengkajinya dengan cara yang benar dan baik, salah satunya dengan 
mengikuti milis ini.



  

Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-

2008-06-13 Terurut Topik febri kristianto
 yang dilakukan oleh sebagian orang terhadap
tempat-tempat maksiat, (yakni) dengan menghancurkan dan membakarnya,
atau juga tindakan melampaui batas seseorang dengan melakukan
pemukulan, maka ini merupakan kemungkaran tersendiri, dan tidak boleh
dilakukan.



Para ulama telah menyebutkan masalah mengingkari dengan kekuatan
tangan, merupakan hak penguasa. Yaitu orang-orang yang disabdakan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.



“Barangsiapa melihat kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan
tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak
mampu, maka dengan hatinya”



Makna kemampuan yang disebutkan dalam hadits ini, bukan seperti yang
dibayangkan oleh kebanyakan orang, yaitu kemampuan fisik untuk memukul
atau membunuh. Kalau demikian yang dimaksudkan, maka kita semua dapat
memukul. Namun, apakah benar yang dimaksud seperti ini?



Kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan syar’iyah. Yang berhak
melakukannya ialah orang yang memiliki kemampuan syar’iyah. Yaitu,
pengingkaran terhadap mereka tidak akan menimbulkan kemungkaran lain.
Dengan demikian, perbuatan melampaui batas yang dilakukan oleh sebagian
orang, baik dengan memukul atau menghancurkan tempat-tempat maksiat
yang dilakukan seperti pada sekarang ini merupakan pelanggaran



Orang yang melihat kemungkaran atau melihat pelaku kemungkaran,
hendaknya melaporkannya kepada polisi, sebagai pihak yang
bertanggungjawab, atau para ulama atau para da’i, untuk selanjutnya
diserahkan kepada yang memiliki wewenang. Kemudian akan diselidiki,
sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.



[So’al-jawab Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili di Masjid Kampus Universitas 
Gadjah Mada Yogyakarta, 27 Jumadil Akhir 1427H]



[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
--- On Wed, 6/11/08, Desie Islam lt;[EMAIL PROTECTED]gt; wrote:
From: Desie Islam lt;[EMAIL PROTECTED]gt;
Subject: Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-
To: salafiyyin@yahoogroups.com
Date: Wednesday, June 11, 2008, 10:32 AM











Assalamu'alaikum. .
mau nambahin aja..
Kalo hadist yang menyatakan yang intinya jika ada kemunkaran diubah pakai 
tangan (perilaku), lisan, lalu terakhir hati.
Berarti kan..
Do'a itu yang usaha yang paling minim atau paling lemah, walaupun..aku gak 
bilang kalo do'a (prioritas berdo'a) jadi urutan paling rendah dalam kehidupan 
kita sehari-hari. .
Maklum..aku suka ikut teman-teman BEM aksi..siapa tahu bisa merubah ke keadaan 
yang lebih baik.
Wallahu'alam
Wassalamu'alaikum

Desie



























  

Re: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-

2008-06-07 Terurut Topik edy
Ana belum bisa memahami tulisan dibawah ini apa Cukup dengan doa saja???
Semakin jauh ana untuk bisa memahami akidah Salafiyin ini.



---Original Message---

From: salafiyyin@yahoogroups.com
Date: Friday, June 06, 2008 5:09:33 PM
To: salafiyyin@yahoogroups.com
Subject: [salafiyyin] Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-

Mendoakan Pemimpin Kaum Muslimin -Negeri Indonesia-
Ditulis pada 3 Juni 2008 oleh Abu Harun | Sunniy Salafy
Termasuk nasihat bagi penguasa adalah mendo’akan bagi mereka taufik dan
hidayah keikhlasan niat dan amal, mendoakan mereka supaya mendapat
aparat-aparat pemerintahan yang shalih. Perlu diketahui bahwa termasuk sebab
lurus dan baiknya seorang penguasa adalah mendapat menteri yang jujur yang
membantunya dalam melaksanakan kebaikan, mengingatkannya jika terlupa, dan
menolongnya jika ingat. Ini merupakan sebab datangnya taufiq Allah kepadanya
Hendaklah mendo’akan kebaikan bagi orang lain, dan penguasa adalah orang
yang paling berhak mendapatkannya. Karena kebaikan penguasa adalah kebaikan
umat, medo’akan mereka merupakan do’a yang paling penting dan nasihat yang
paling berguna. Yaitu mendoakan semoga para penguasa tersebut mendapat
taufiq kepada kebenaran, semoga mereka mendapat pertolongan, semoga Allah
memberi mereka pembantu-pembantu yang shalih dan semoga Allah membebaskannya
dari kejahatan dirinya dan dari kejahatan teman-teman yang jahat. Mendoakan
penguasa agar mendapat taufiq dan hidayah serta mendapat hati yang ikhlas
dan amal yang benar merupakan kewajiban terpenting dan merupakan ibadah yang
paling utama.
-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz-
Dalam kitab Muraja’at fi Fiqhil Waqi’ As Sunnah wal Fikri ‘ala Dhauil Kitabi
wa Sunnah,


Al Ustadz Faishal Jamil

Di alam yang penuh fitnah sekarang ini, masing-masing manusia mencoba
mengatasinya dengan cara mereka sendiri terutama ketika menghadapi para
penguasa yang dhalim atau dianggap dhalim oleh mereka. Sebagian
berdemonstrasi dan berkoalisi dengan kelompok lain untuk menggulingkan
penguasanya. Lainnya menggunakan ilmu politiknya. Masing-masing menganggap
cara demikianlah yang paling tepat dan cepat untuk mengatasi penguasa dhalim
 Padahal cara-cara demikian tidaklah pernah diajarkan oleh Salafus Shalih,
sedangkan mereka (Salafus Shalih) adalah sebaik-baik panutan dalam menjalani
hidup ini (secara individu, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara).

Mendoakan kebaikan untuk penguasa adalah salah satu cara yang ditempuh
Salafus Shalih untuk mengatasi kedhaliman mereka. Karena dengan berdoa
kepada Allah –agar menyelamatkan rakyat dari kedhaliman penguasanya–
memberikan kebaikan dan menyadarkan mereka untuk berbuat adil dan bijaksana.
Hal ini juga merupakan pengamalan dari perintah Allah Ta’ala di dalam
firman-Nya :

“ … kemudian bila kamu ditimpa kemudlaratan maka hanya kepada-Nya-lah kamu
meminta pertolongan.” (QS. An Nahl : 53)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‘Akan muncul setelahku atsarah (orang-orang yang mengutamakan diri mereka
sendiri dan tidak memberikan hak kepada orang yang berhak -red) dan
perkara-perkara yang kalian ingkari’. Mereka (para shahabat -red) bertanya:
‘Apa yang engkau perintahkan kepada kami wahai Rasulullah? Beliau berkata:

Tunaikanlah kewajiban kalian kepada mereka dan mintalah hak kalian kepada
Allah. (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya)

Al Imam An Nawawi rahimahullah berkata tentang hadits ini : “Di dalam
(hadits) ini terdapat anjuran untuk mendengar dan taat kepada penguasa
walaupun ia seorang yang dhalim dan bersikap sewenang-wenang. Berikanlah
haknya (sebagai pemimpin) yaitu berupa ketaatan, tidak memberontak, dan
tidak mengkudetanya, bahkan seharusnya dengan sungguh-sungguh memohon kepada
Allah Ta’ala untuk menyingkirkan gangguannya, menolak kejahatannya, dan
memperbaikinya.” (Syarah Shahih Muslim 12/183)

Mendoakan kebaikan untuk para penguasa adalah suatu perkara yang sangat
dijunjung tinggi oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah, hingga Al Imam Al Barbahari
rahimahullah menyatakan : “Jika engkau melihat seseorang mendoakan kejelekan
bagi pemerintah maka ketahuilah bahwa ia adalah pengikut hawa nafsu (ahli
bid’ah). Dan jika engkau mendengar seseorang mendoakan kebaikan bagi
pemerintah maka ketahuilah bahwa ia adalah Ahlus Sunnah, Insya Allah.”
(Syarhus Sunnah halaman 116-117)

Fudlail bin ‘Iyyadl seorang Imam Ahlus Sunnah yang menetap di Makkah dan
wafat pada tahun 187 H menyatakan :
“Kalaulah aku memiliki suatu doa yang pasti dikabulkan niscaya tidaklah aku
peruntukkan kecuali untuk penguasa.”

Oleh karena itu kami diperintah mendoakan kebaikan dan tidak diperintah
untuk mendoakan kejelekan bagi mereka walaupun mereka berbuat jahat dan
dhalim. Karena kejahatan dan kedhaliman mereka (balasan akibatnya) untuk
mereka sendiri sedangkan kebaikan mereka (balasannya) untuk diri mereka dan
kaum Muslimin.”

Begitu tegas ucapan Fudlail bin ‘Iyyadl ini sehingga menjadi rujukan