Trs: [Urang Sunda] RA KOSASIH MAHABARATA

2010-06-21 Terurut Topik solihin yusuf
kamonesan urang indonesia. Pami dina elmu komunikasi mah jiga Kang Jalal nu 
ngabeberkeun ku basa nu sederhana bari kena.
Manawi...



- Pesan Diteruskan 
Dari: Surtiwa surt...@gmail.com
Kepada: urangsunda@yahoogroups.com
Terkirim: Sen, 21 Juni, 2010 07:49:55
Judul: Re: [Urang Sunda] RA KOSASIH MAHABARATA

Aya oge Komik sejen anu ngagambarkeun ka Indonesiaan di akhir taun 50
an, ngeunaan kanasionalan...Dongeng khayalan peikeun hebatna pilot
tempur Indonesia jeung Pesawat Mustangna ' Jono pahlawan Udara jeung
Tuti pahlawan Puteri. Duanana dikisahkeun maranehna teh Pilot tempur
Pasawat Mustang RI. Anu ngarangna tan Kian An,..Penerbit ti
Tasikmalaya, Jabar.

On 6/19/10, Gunawan Yusuf Miarsadireja gunawan_yu...@yahoo.com wrote:
 Bagi orang Indonesia, kisah Mahabharata dan Ramayana adalah bagian dari
 cerita wayang yang telah sangat familiar, khususnya di pedesaan Pulau Jawa.
 Akan tetapi, siapakah orang yang memperkenalkan kedua epos India tersebut
 dalam bentuk komik? Adalah RA Kosasih yang telah berjasa membuat kisah yang
 berat itu menjadi ringan bagi orang Indonesia, terutama generasi sebelum
 tahun 1990-an.

 RA Kosasih, pria kelahiran Bogor tahun 1919, telah menjadikan kisah yang
 sebelumnya eksklusif—karena hanya orang yang terdidik atau kelompok
 penggemar wayang yang mengerti tentang Mahabharata—menjadi memasyarakat.
 Melalui komik Mahabharata, epos kepahlawanan itu kini menjadi milik semua
 orang.

 Kisah Mahabharata berasal dari India dan konon ditulis oleh Begawan Vyasa
 sejak abad ke-4 sebelum Masehi. Dalam perjalanannya kemudian prosa yang
 berbahasa Sanskerta itu disalin dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Jawa
 Kuno. Di Indonesia, Balai Pustakalah yang pertama kali menerbitkannya dalam
 bahasa Indonesia.

 Diinspirasi wayang

 Melalui Kosasih, epik asli India itu seolah menjadi kisah asli Indonesia
 karena dari kostum dan setting cerita dibuat sangat Indonesia. Kosasih
 mengakui bahwa penggambaran cerita klasik itu diinspirasi oleh pertunjukan
 wayang yang sudah ada. Kegemarannya menonton wayang, khususnya wayang golek,
 membuatnya mudah memahami berbagai karakter dalam kisah itu.

 Ia mengakui, semua deskripsi tokoh dalam komiknya meniru wayang golek dan
 wayang orang yang telah ada. Misalnya saja tokoh Arjuna yang rupawan dan
 Rahwana yang menyeramkan dia tiru dari karakter dan penampilan dalam
 pertunjukan wayang orang.

 Tidak terpikirkan oleh Kosasih sebelumnya bahwa dia sudah menciptakan suatu
 media baru bagi kisah Mahabharata dan wayang menjadi sebuah goresan komik
 yang dapat dinikmati semua orang. Kisah Mahabharata yang sarat petuah hidup
 dapat ditransfer oleh Kosasih dalam pemaparan yang luwes, ringan tanpa
 menghilangkan filosofi yang ada di dalamnya.

 Jasa terbesar Kosasih adalah membuat kisah Mahabharata yang cukup pelik
 dalam prosanya sehingga menjadi mudah dicerna dan ringan dibaca oleh semua
 lapisan masyarakat. Jika pertunjukan wayang hanya dinikmati oleh sebagian
 orang khususnya di Pulau Jawa, komik Mahabharata membuat penokohan wayang
 dikenali oleh masyarakat Indonesia.

 Komik wayang ini lahir dari keinginan untuk menjadikan komik sebagai bacaan
 yang layak dihadirkan pada masyarakat. Pada awal tahun 1950-an, Indonesia
 dibanjiri oleh komik Amerika, meski komikus Indonesia termasuk Kosasih
 mencoba membuat komik lokal tetapi masih imitasi komik Amerika. Oleh karena
 itu, kalangan pendidik menolak komik, termasuk komik lokal yang dianggap
 tidak mendidik dan hanya meniru budaya Barat.

 Menghadapi tantangan demikian, Penerbit Melodi dan beberapa komikus
 Indonesia saat itu memikirkan sebuah komik yang sarat dengan nilai dan wajah
 lokal atau Indonesia. Maka, terpilihlah kisah Ramayana dan Mahabharata yang
 sudah dianggap sebagai bagian dari nilai budaya Indonesia. Diadaptasi lewat
 suguhan wayang yang lekat dengan budaya asli Indonesia, kini Mahabharata dan
 Ramayana tampil dalam format komik.

 Selain Kosasih, Johnlo pernah membuat komik wayang berjudul Raden Palasara,
 tetapi yang kemudian produktif membuat komik wayang adalah Kosasih. Dalam
 waktu yang bersamaan dengan komik Mahabharata, Ardisoma juga membuat komik
 wayang dengan gambar yang lebih rinci dan memiliki style.

 Namun, komik Kosasih jauh lebih disukai karena gambarnya yang lebih
 sederhana, lugu tetapi tetap menarik dan berkesan bagi pembacanya. Selain
 itu, cara penyampaian yang gamblang dan mudah dicerna membuat filsafat
 berat yang ada di dalamnya mudah diserap pembaca.

 Munculnya komik wayang pada tahun 1954-1955 ternyata disambut sangat
 antusias oleh masyarakat saat itu, hingga menggeser komik Amerika. Bahkan,
 pasar komik Amerika di Indonesia hancur dan digantikan oleh komik lokal.

 Komik wayang mencapai masa keemasannya hingga tahun 1960-an. Dalam masa
 jayanya, komik Mahabharata dicetak sekitar 30.000 setiap pekannya dan
 didistribusikan hingga ke luar Jawa. Serial komik Mahabharata diselesaikan
 oleh Kosasih dalam waktu dua tahun, karena cerita itu memang sangat panjang

Re: [Urang Sunda] RA KOSASIH MAHABARATA

2010-06-20 Terurut Topik Surtiwa
Aya oge Komik sejen anu ngagambarkeun ka Indonesiaan di akhir taun 50
an, ngeunaan kanasionalan...Dongeng khayalan peikeun hebatna pilot
tempur Indonesia jeung Pesawat Mustangna ' Jono pahlawan Udara jeung
Tuti pahlawan Puteri. Duanana dikisahkeun maranehna teh Pilot tempur
Pasawat Mustang RI. Anu ngarangna tan Kian An,..Penerbit ti
Tasikmalaya, Jabar.

On 6/19/10, Gunawan Yusuf Miarsadireja gunawan_yu...@yahoo.com wrote:
 Bagi orang Indonesia, kisah Mahabharata dan Ramayana adalah bagian dari
 cerita wayang yang telah sangat familiar, khususnya di pedesaan Pulau Jawa.
 Akan tetapi, siapakah orang yang memperkenalkan kedua epos India tersebut
 dalam bentuk komik? Adalah RA Kosasih yang telah berjasa membuat kisah yang
 berat itu menjadi ringan bagi orang Indonesia, terutama generasi sebelum
 tahun 1990-an.

 RA Kosasih, pria kelahiran Bogor tahun 1919, telah menjadikan kisah yang
 sebelumnya eksklusif—karena hanya orang yang terdidik atau kelompok
 penggemar wayang yang mengerti tentang Mahabharata—menjadi memasyarakat.
 Melalui komik Mahabharata, epos kepahlawanan itu kini menjadi milik semua
 orang.

 Kisah Mahabharata berasal dari India dan konon ditulis oleh Begawan Vyasa
 sejak abad ke-4 sebelum Masehi. Dalam perjalanannya kemudian prosa yang
 berbahasa Sanskerta itu disalin dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Jawa
 Kuno. Di Indonesia, Balai Pustakalah yang pertama kali menerbitkannya dalam
 bahasa Indonesia.

 Diinspirasi wayang

 Melalui Kosasih, epik asli India itu seolah menjadi kisah asli Indonesia
 karena dari kostum dan setting cerita dibuat sangat Indonesia. Kosasih
 mengakui bahwa penggambaran cerita klasik itu diinspirasi oleh pertunjukan
 wayang yang sudah ada. Kegemarannya menonton wayang, khususnya wayang golek,
 membuatnya mudah memahami berbagai karakter dalam kisah itu.

 Ia mengakui, semua deskripsi tokoh dalam komiknya meniru wayang golek dan
 wayang orang yang telah ada. Misalnya saja tokoh Arjuna yang rupawan dan
 Rahwana yang menyeramkan dia tiru dari karakter dan penampilan dalam
 pertunjukan wayang orang.

 Tidak terpikirkan oleh Kosasih sebelumnya bahwa dia sudah menciptakan suatu
 media baru bagi kisah Mahabharata dan wayang menjadi sebuah goresan komik
 yang dapat dinikmati semua orang. Kisah Mahabharata yang sarat petuah hidup
 dapat ditransfer oleh Kosasih dalam pemaparan yang luwes, ringan tanpa
 menghilangkan filosofi yang ada di dalamnya.

 Jasa terbesar Kosasih adalah membuat kisah Mahabharata yang cukup pelik
 dalam prosanya sehingga menjadi mudah dicerna dan ringan dibaca oleh semua
 lapisan masyarakat. Jika pertunjukan wayang hanya dinikmati oleh sebagian
 orang khususnya di Pulau Jawa, komik Mahabharata membuat penokohan wayang
 dikenali oleh masyarakat Indonesia.

 Komik wayang ini lahir dari keinginan untuk menjadikan komik sebagai bacaan
 yang layak dihadirkan pada masyarakat. Pada awal tahun 1950-an, Indonesia
 dibanjiri oleh komik Amerika, meski komikus Indonesia termasuk Kosasih
 mencoba membuat komik lokal tetapi masih imitasi komik Amerika. Oleh karena
 itu, kalangan pendidik menolak komik, termasuk komik lokal yang dianggap
 tidak mendidik dan hanya meniru budaya Barat.

 Menghadapi tantangan demikian, Penerbit Melodi dan beberapa komikus
 Indonesia saat itu memikirkan sebuah komik yang sarat dengan nilai dan wajah
 lokal atau Indonesia. Maka, terpilihlah kisah Ramayana dan Mahabharata yang
 sudah dianggap sebagai bagian dari nilai budaya Indonesia. Diadaptasi lewat
 suguhan wayang yang lekat dengan budaya asli Indonesia, kini Mahabharata dan
 Ramayana tampil dalam format komik.

 Selain Kosasih, Johnlo pernah membuat komik wayang berjudul Raden Palasara,
 tetapi yang kemudian produktif membuat komik wayang adalah Kosasih. Dalam
 waktu yang bersamaan dengan komik Mahabharata, Ardisoma juga membuat komik
 wayang dengan gambar yang lebih rinci dan memiliki style.

 Namun, komik Kosasih jauh lebih disukai karena gambarnya yang lebih
 sederhana, lugu tetapi tetap menarik dan berkesan bagi pembacanya. Selain
 itu, cara penyampaian yang gamblang dan mudah dicerna membuat filsafat
 berat yang ada di dalamnya mudah diserap pembaca.

 Munculnya komik wayang pada tahun 1954-1955 ternyata disambut sangat
 antusias oleh masyarakat saat itu, hingga menggeser komik Amerika. Bahkan,
 pasar komik Amerika di Indonesia hancur dan digantikan oleh komik lokal.

 Komik wayang mencapai masa keemasannya hingga tahun 1960-an. Dalam masa
 jayanya, komik Mahabharata dicetak sekitar 30.000 setiap pekannya dan
 didistribusikan hingga ke luar Jawa. Serial komik Mahabharata diselesaikan
 oleh Kosasih dalam waktu dua tahun, karena cerita itu memang sangat panjang.

 Pada tahun 1972, penerbit Maranatha Bandung menerbitkan ulang serial
 Mahabharata, tetapi tidak menggunakan naskah yang lama, karena pemilik hak
 cipta, yaitu Penerbit Melodi, tidak ingin menjual masternya.

 Oleh karena itu, Kosasih membuat ulang Mahabharata di atas kertas kalkir
 agar dapat langsung dicetak di pelat. 

[Urang Sunda] RA KOSASIH MAHABARATA

2010-06-18 Terurut Topik Gunawan Yusuf Miarsadireja
Bagi orang Indonesia, kisah Mahabharata dan Ramayana adalah bagian dari cerita 
wayang yang telah sangat familiar, khususnya di pedesaan Pulau Jawa. Akan 
tetapi, siapakah orang yang memperkenalkan kedua epos India tersebut dalam 
bentuk komik? Adalah RA Kosasih yang telah berjasa membuat kisah yang berat 
itu menjadi ringan bagi orang Indonesia, terutama generasi sebelum tahun 
1990-an.

RA Kosasih, pria kelahiran Bogor tahun 1919, telah menjadikan kisah yang 
sebelumnya eksklusif—karena hanya orang yang terdidik atau kelompok penggemar 
wayang yang mengerti tentang Mahabharata—menjadi memasyarakat. Melalui komik 
Mahabharata, epos kepahlawanan itu kini menjadi milik semua orang.

Kisah Mahabharata berasal dari India dan konon ditulis oleh Begawan Vyasa sejak 
abad ke-4 sebelum Masehi. Dalam perjalanannya kemudian prosa yang berbahasa 
Sanskerta itu disalin dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Jawa Kuno. Di 
Indonesia, Balai Pustakalah yang pertama kali menerbitkannya dalam bahasa 
Indonesia.

Diinspirasi wayang

Melalui Kosasih, epik asli India itu seolah menjadi kisah asli Indonesia karena 
dari kostum dan setting cerita dibuat sangat Indonesia. Kosasih mengakui bahwa 
penggambaran cerita klasik itu diinspirasi oleh pertunjukan wayang yang sudah 
ada. Kegemarannya menonton wayang, khususnya wayang golek, membuatnya mudah 
memahami berbagai karakter dalam kisah itu.

Ia mengakui, semua deskripsi tokoh dalam komiknya meniru wayang golek dan 
wayang orang yang telah ada. Misalnya saja tokoh Arjuna yang rupawan dan 
Rahwana yang menyeramkan dia tiru dari karakter dan penampilan dalam 
pertunjukan wayang orang.

Tidak terpikirkan oleh Kosasih sebelumnya bahwa dia sudah menciptakan suatu 
media baru bagi kisah Mahabharata dan wayang menjadi sebuah goresan komik yang 
dapat dinikmati semua orang. Kisah Mahabharata yang sarat petuah hidup dapat 
ditransfer oleh Kosasih dalam pemaparan yang luwes, ringan tanpa menghilangkan 
filosofi yang ada di dalamnya.

Jasa terbesar Kosasih adalah membuat kisah Mahabharata yang cukup pelik dalam 
prosanya sehingga menjadi mudah dicerna dan ringan dibaca oleh semua lapisan 
masyarakat. Jika pertunjukan wayang hanya dinikmati oleh sebagian orang 
khususnya di Pulau Jawa, komik Mahabharata membuat penokohan wayang dikenali 
oleh masyarakat Indonesia.

Komik wayang ini lahir dari keinginan untuk menjadikan komik sebagai bacaan 
yang layak dihadirkan pada masyarakat. Pada awal tahun 1950-an, Indonesia 
dibanjiri oleh komik Amerika, meski komikus Indonesia termasuk Kosasih mencoba 
membuat komik lokal tetapi masih imitasi komik Amerika. Oleh karena itu, 
kalangan pendidik menolak komik, termasuk komik lokal yang dianggap tidak 
mendidik dan hanya meniru budaya Barat.

Menghadapi tantangan demikian, Penerbit Melodi dan beberapa komikus Indonesia 
saat itu memikirkan sebuah komik yang sarat dengan nilai dan wajah lokal atau 
Indonesia. Maka, terpilihlah kisah Ramayana dan Mahabharata yang sudah dianggap 
sebagai bagian dari nilai budaya Indonesia. Diadaptasi lewat suguhan wayang 
yang lekat dengan budaya asli Indonesia, kini Mahabharata dan Ramayana tampil 
dalam format komik.

Selain Kosasih, Johnlo pernah membuat komik wayang berjudul Raden Palasara, 
tetapi yang kemudian produktif membuat komik wayang adalah Kosasih. Dalam waktu 
yang bersamaan dengan komik Mahabharata, Ardisoma juga membuat komik wayang 
dengan gambar yang lebih rinci dan memiliki style.

Namun, komik Kosasih jauh lebih disukai karena gambarnya yang lebih sederhana, 
lugu tetapi tetap menarik dan berkesan bagi pembacanya. Selain itu, cara 
penyampaian yang gamblang dan mudah dicerna membuat filsafat berat yang ada 
di dalamnya mudah diserap pembaca.

Munculnya komik wayang pada tahun 1954-1955 ternyata disambut sangat antusias 
oleh masyarakat saat itu, hingga menggeser komik Amerika. Bahkan, pasar komik 
Amerika di Indonesia hancur dan digantikan oleh komik lokal.

Komik wayang mencapai masa keemasannya hingga tahun 1960-an. Dalam masa 
jayanya, komik Mahabharata dicetak sekitar 30.000 setiap pekannya dan 
didistribusikan hingga ke luar Jawa. Serial komik Mahabharata diselesaikan oleh 
Kosasih dalam waktu dua tahun, karena cerita itu memang sangat panjang.

Pada tahun 1972, penerbit Maranatha Bandung menerbitkan ulang serial 
Mahabharata, tetapi tidak menggunakan naskah yang lama, karena pemilik hak 
cipta, yaitu Penerbit Melodi, tidak ingin menjual masternya.

Oleh karena itu, Kosasih membuat ulang Mahabharata di atas kertas kalkir agar 
dapat langsung dicetak di pelat. Kelemahannya adalah detailnya tidak sebagus 
yang pertama ketika dibuat di kertas gambar. Hingga tahun 1980-an peredaran 
komik wayang masih cukup baik, sampai akhirnya masuk komik Jepang.

Pada akhir 1990-an Maranatha masih menerbitkan komik wayang, tetapi baik jumlah 
maupun peredarannya tidak sebagus awalnya.

Pada awal tahun 2000, penerbit Elex Media Komputindo menerbitkan ulang semua 
komik wayang karya Kosasih dalam format kecil