[wanita-muslimah] Kemenangan Soeharto Dikhawatirkan Merembet ke Kasus Lain
Kado buat ORBA dan pendukungnya.. Kumaha yeuh ' http://www.soehartoincbuster.org/' ? Putusan dari MA 30/08/2007.; http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/10/time/180132/idnews/828086/idkanal/10 Bener kan.. ORBA dah bangkit terangan.. gak sembunyi lagi.. CMIIW.. Wassalam, Irwan.K http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/11/time/131430/idnews/828425/idkanal/10 11/09/2007 13 javascript:void(0):14 WIB Kemenangan Soeharto Dikhawatirkan Merembet ke Kasus Lain Gagah Wijoseno - detikcom http://ad.detik.com/link/peristiwa/prs-krazymarket-tower.ad/ * Jakarta* - Putusan kasasi MA yang memenangkan mantan presiden Soeharto dalam perseteruannya dengan majalah Time Asia diduga akan berdampak pada kasus lain. Salah satunya gugatan perdata terhadap Soeharto yang dilancarkan Kejagung. Ini sepertinya menggembosi upaya Kejagung dalam kasus lawan Soeharto, kata kuasa hukum Time Asia, Todung Mulya Lubis, di kantornya, Gedung Mayapada lantai 5, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (11/9/2007). Padahal tulisan yang terdapat dalam majalah Time Asia tahun 1999 dilakukan melalui riset berbulan-bulan. Penelitiannya pun tidak hanya di Indonesia, tapi juga beberapa negara lainnya. Validitas hasil riset juga diakui jaksa agung waktu itu, Marzuki Darusman. Jaksa agung waktu itu, Marzuki Darusman, menggunakan data ini untuk penyelidikan di kejaksaan, katanya. Data ini juga digunakan dalam penyelidikan kasus Soeharto saat ini. Soal pencemaran nama baik, isi yang terdapat dalam majalah Time itu, imbuh dia, bukan barang baru. Media-media lain pun sudah memberitakan hal yang sama. Kuasa hukum Time lainnya, Lelyana Santosa, mengatakan, sebagai negarawan Soeharto tidak punya reputasi lagi. Hal itu nyata karena sudah ada Tap MPR yang memerintahkan penyelidikan dugaan KKN Soeharto. Itu kan belum pernah dicabut berarti masih ada sampai sekarang, katanya. * (umi/nrl)* [Non-text portions of this message have been removed]
Fwd: Re: [wanita-muslimah] Re: Muhammad dan Kaum Cerdik Pandai Kristen
Sorry kalau ke kirim ke Japri, yang pasti saya nggal miant japiran dengan rsa. he...he... jadi saya jangan dijapri. Note: forwarded message attached. - Boardwalk for $500? In 2007? Ha! Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Muhammad dan Kaum Cerdik Pandai Kristen
herman... jelas jelas yang nebar prasangka anda, tapi dituduhkan ke orang lain. kejujuran anda dimana ? makanya saya takut kalau orang orang segolongan/setipikal/semodel anda berkuasa, pasti orang yang nggak sependapat pasti akan dieksekusi, muslim, non muslim sama aja... jadi ingat HeMan... Salam AB Note tadinya saya coba cari koran indonesia lain yang ada artikel tentang Muhammad tanpa SAW. Kalau seandainya ketemu, apakah artinya Koran itu antek kristen juga ?? Tapi akhirnya malas karena percuma, karena berhadapan dengan orang yang nggak punya kejujuran intelektual. PrasangkaNuduh Melabeli Tokek lasykar5 [EMAIL PROTECTED] wrote: Santai saja mas, wong sampeyan yang ribut gini ko malah nanya2 kenapa diributkan dan menebar prasangka. Saya kan hanya nulis mas, sama persis spt Guntur juga nulis. Sekarang anda bisa sedikit simpati kan (gak harus full simpati, apalagi empati) bagaimana perasaan sebagian orang yang tersinggung terhadap Guntur dan tulisannya, sebagaimana perasaan anda sekarang terhadap saya dan tulisan saya ...? Glad to know i can get my message across ... :-) salam, satriyo PS: ini kali terakhir saya juga teruskan japri-nya, maaf for the inconvenience. just making sure my message gets through due to the moderation ... thx. On 9/11/07, Miftah al-Zaman [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau sudah tahu wajar kenapa diributkan dan akhirnya menebar prasangka? Lagipula, siapa sebenarnya yang melarang menggunakan identitas yang dalam hal ini adalah penulisan SAW dan sebagainya itu? Apa dikira bahwa sebenarnya editor Kompas yang kafir Kristen itu yang melarangnya? Ini kan cuma soal penulisan saja. Kalau saya menulis Allah saja, atau ditambahi Allah SWT, atau diperpanjang Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau sekalian Allahu Laa Ilaaha Illah wa al-Hayy al-Qayyum, atau God, the Almighty the Omnipotence, atau apalah lainnya, itu semua tidak mengurangi atau melebihi rasa hormat kita masing-masing. Apa maksud dan tujuan penulisan itu kan kita bisa rasakan ini sebuah puji-pujian, yang biasa saja, atau sebuah cemooh penghinaan. Apa kita ini begitu bodoh sehingga tidak tahu suatu tulisan itu sebenarnya bertujuan apa atau bernada seperti apa. Juga tidak ada urusan dengan identitas. Apanya lagi yang harus dipertegas? Untuk apa pula harus dipertegas? Guntur Romli itu sudah muslim, yang dibahas Nabinya muslim, Allahnya muslim, lalu apalagi? Kalau mau identitas, kenapa tidak sekalian di artikelnya diawali dengan kaligrafi Bismillahirrohmanirrohim, di tepi-tepinya dikasih finyet kaligrafi, di latar belakang ada emboss gambar pohon kurma, kalau perlu ada kata pengantar dari Raja Arab, atau Mullah Omar, sertifikat bebas tidak menghina dari MUI, atau apalagi? Atau disela-sela artikelnya, dikit-dikit ada Subhanallah, Astaghfirullah, Alhamdulillah dsb? Apa tipikal muslim itu dimana-mana begini ya? Merasa Nabinya harus dihormati, maka yang tidak menulis SAW harus dikecam tidak sopan, tidak adab, dan harus nurut untuk selalu menulis SAW, kalau tidak segera dituduh, yaaah ... itu koran kafir Kristen, tamu yang ngelunjak, mau nguasai negeri dst. dst. Merasa bahwa dirinya akan puasa, maka yang lain harus hormat, harus menutup warung atau restorannya, kalau tidak nanti digeruduk dan dikepruki, dst. dst. Kenapa sih soal penulisan begini saja kok diributkan, lalu diolor ke tuduhan bahwa media Kristen ngelunjak, dan orang Kristen mau menguasai negeri ini. NB: Berikutnya tolong tidak usah di-cc ke japri. Langsung saja di forum. Thanks. MZ --- lasykar5 [EMAIL PROTECTED] wrote: Jadi wajar dong ya Bu Mei, dengan dalih 'umum' dan 'khusus', bahwa koran itu bukan forum dakwah, maka jangan tunjukkan identitas muslim, cukup Muhammad, tidak perlu Rasulullah, atau Muhammad SAW atau Nabi Muhammad ... tidak perlu Allah SWT, cukup Tuhan. Lagian Kompas kan memang Koran Kristen ... like it or not. Rahasia 'umum' ... bukan 'khusus' :-) Pantas saja kalo muslim di negeri ini jadi tamu di rumah sendiri, serba salah dengan posisi para tamu yang relatif sangat berkuasa di bidang finansial dan media walau mereka minoritas ... tamu yang diterima dengan sopan sekarang ngelunjak, bertingkah dan malah punya target mengambil alih 'rumah' ... walau tidak mereka akui ... :-) Waa Islama ...! salam, satriyo On 9/8/07, L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote: Nama saya kok disebut-sebut :-) Saya sependapat dengan Pak Miftah, bahwa tulisan di KOMPAS yg notabene suratkabar umum adalah bukan dimaksud sebagai kutbah jum'at, dakwah. Kalo tak salah ingat oleh KOMPAS di muat di rubrik bentara semacam kupasan sastera, buku2 gitulah, bukan di rubrik agama. Untuk hal ini Allah SWT juga sering ditulis sebagai Tuhan saja, meskipun uraiannya menyangkut Islam. Jadi dzikir, shalawatnya didalam hati saja :-) Salam l.meilany - Original Message - *From:* lasykar5 [EMAIL PROTECTED] *To:*
[wanita-muslimah] Umat Islam pernah dilarang minum kopi
Dari penelusuran sejarah minum kopi, ternyata (pemerintahan) Islam di Timur Tengah pernah melarangnya. Tidak jelas bunyi fatwanya. Ataukah dikaitkan dengan kebiasaan Nabi Muhammad yang tak minum kopi atau tidak: Sejarah kopi dapat ditelusuri jejaknya dari sekitar abad 9, di dataran tinggi Ethiopia. Dari sana lalu menyebar ke Mesir dan Yaman, dan kemudian pada abad 15 menjangkau lebih luas ke Persia , Mesir, Turki dan Afrika utara. Pada awalnya kopi kurang begitu diterima oleh sebagian orang. Pada tahun 1511, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para imam konservatif dan othodoks di majelis keagamaan di Makkah. Akan tetapi karena popularitas minuman ini, maka larangan tersebut pada tahun 1524 dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Di Kairo, Mesir, larangan yang serupa juga disahkan pada tahun 1532, di mana kedai kopi dan gudang kopi ditutup. e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Building a website is a piece of cake. Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Muhammad dan Kaum Cerdik Pandai Kristen
Di subject ini, cara beramal anda ke Allah ( semata untuk Allah ) adalah 1. Memaki Penulis ( Guntur ) nggak punya adab dan nggak punya respek 2. Menuduh Guntur Bohong besar dan mutakhir 3. Berburuk prasangka terhadapa Kompas sebagai antek kristen karena dimuatnya tulisan Guntur Nama Allah kok cuma dipakai sebagai alasan untuk kepentingan pribadi, pakai kata Semata untuk Allah lagi Salam AB lasykar5 [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo anda percaya pada Allah, beriman dan yakin bahwa setiap amal yang anda lakukan itu semata karena Allah, yakin deh, tidak ada yang percuma ... tapi krn anda sejajarjan diri dengan Tokek ya ... herman juga jadinya ... On 9/11/07, Awan Biru [EMAIL PROTECTED] wrote: Salam AB Note tadinya saya coba cari koran indonesia lain yang ada artikel tentang Muhammad tanpa SAW. Kalau seandainya ketemu, apakah artinya Koran itu antek kristen juga ?? Tapi akhirnya malas karena percuma, karena berhadapan dengan orang yang nggak punya kejujuran intelektual. PrasangkaNuduh Melabeli Tokek lasykar5 [EMAIL PROTECTED] wrote: Santai saja mas, wong sampeyan yang ribut gini ko malah nanya2 kenapa diributkan dan menebar prasangka. Saya kan hanya nulis mas, sama persis spt Guntur juga nulis. Sekarang anda bisa sedikit simpati kan (gak harus full simpati, apalagi empati) bagaimana perasaan sebagian orang yang tersinggung terhadap Guntur dan tulisannya, sebagaimana perasaan anda sekarang terhadap saya dan tulisan saya ...? Glad to know i can get my message across ... :-) salam, satriyo PS: ini kali terakhir saya juga teruskan japri-nya, maaf for the inconvenience. just making sure my message gets through due to the moderation ... thx. On 9/11/07, Miftah al-Zaman [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau sudah tahu wajar kenapa diributkan dan akhirnya menebar prasangka? Lagipula, siapa sebenarnya yang melarang menggunakan identitas yang dalam hal ini adalah penulisan SAW dan sebagainya itu? Apa dikira bahwa sebenarnya editor Kompas yang kafir Kristen itu yang melarangnya? Ini kan cuma soal penulisan saja. Kalau saya menulis Allah saja, atau ditambahi Allah SWT, atau diperpanjang Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau sekalian Allahu Laa Ilaaha Illah wa al-Hayy al-Qayyum, atau God, the Almighty the Omnipotence, atau apalah lainnya, itu semua tidak mengurangi atau melebihi rasa hormat kita masing-masing. Apa maksud dan tujuan penulisan itu kan kita bisa rasakan ini sebuah puji-pujian, yang biasa saja, atau sebuah cemooh penghinaan. Apa kita ini begitu bodoh sehingga tidak tahu suatu tulisan itu sebenarnya bertujuan apa atau bernada seperti apa. Juga tidak ada urusan dengan identitas. Apanya lagi yang harus dipertegas? Untuk apa pula harus dipertegas? Guntur Romli itu sudah muslim, yang dibahas Nabinya muslim, Allahnya muslim, lalu apalagi? Kalau mau identitas, kenapa tidak sekalian di artikelnya diawali dengan kaligrafi Bismillahirrohmanirrohim, di tepi-tepinya dikasih finyet kaligrafi, di latar belakang ada emboss gambar pohon kurma, kalau perlu ada kata pengantar dari Raja Arab, atau Mullah Omar, sertifikat bebas tidak menghina dari MUI, atau apalagi? Atau disela-sela artikelnya, dikit-dikit ada Subhanallah, Astaghfirullah, Alhamdulillah dsb? Apa tipikal muslim itu dimana-mana begini ya? Merasa Nabinya harus dihormati, maka yang tidak menulis SAW harus dikecam tidak sopan, tidak adab, dan harus nurut untuk selalu menulis SAW, kalau tidak segera dituduh, yaaah ... itu koran kafir Kristen, tamu yang ngelunjak, mau nguasai negeri dst. dst. Merasa bahwa dirinya akan puasa, maka yang lain harus hormat, harus menutup warung atau restorannya, kalau tidak nanti digeruduk dan dikepruki, dst. dst. Kenapa sih soal penulisan begini saja kok diributkan, lalu diolor ke tuduhan bahwa media Kristen ngelunjak, dan orang Kristen mau menguasai negeri ini. NB: Berikutnya tolong tidak usah di-cc ke japri. Langsung saja di forum. Thanks. MZ --- lasykar5 [EMAIL PROTECTED] wrote: Jadi wajar dong ya Bu Mei, dengan dalih 'umum' dan 'khusus', bahwa koran itu bukan forum dakwah, maka jangan tunjukkan identitas muslim, cukup Muhammad, tidak perlu Rasulullah, atau Muhammad SAW atau Nabi Muhammad ... tidak perlu Allah SWT, cukup Tuhan. Lagian Kompas kan memang Koran Kristen ... like it or not. Rahasia 'umum' ... bukan 'khusus' :-) Pantas saja kalo muslim di negeri ini jadi tamu di rumah sendiri, serba salah dengan posisi para tamu yang relatif sangat berkuasa di bidang finansial dan media walau mereka minoritas ... tamu yang diterima dengan sopan sekarang ngelunjak, bertingkah dan malah punya target mengambil alih 'rumah' ... walau tidak mereka akui ... :-) Waa Islama ...! salam, satriyo On 9/8/07, L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote: Nama saya kok disebut-sebut :-) Saya sependapat dengan Pak Miftah, bahwa tulisan di KOMPAS yg notabene suratkabar umum adalah
[wanita-muslimah] Mohon maaf Lahir Batin
Ass wR. wB, Dear all, Mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan saya, yang sengaja ataupun tidak. Mudah-mudahan puasa kita tahun ini lebih baik dari puasa-puasa kita sebelumnya. Wassalaam, -Ning [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Kolom IBRAHIM ISA -- MURIDAN DAN TESIS PAPUA-MALUKU
*Kolom IBRAHIM ISA* *---* *Selasa, 11 September 2007.* *MURIDAN DAN TESIS PAPUA-MALUKU* Hari Rabu - 12 September 2007, (Kukira) mestinya adalah hari yang p e n t i n g dalam kehidupan intelektual sahabatku, cendekiawan muda Indonesia, MURIDAN S. WIDJOYO. Karena besok siang, . . . . untuk praktisnya, sebaiknya dikutip saja di bawah ini undangan yang dikirimkan Muridan kepadaku: (Dalam bahasa Inggris) *Defence Invitation* You are cordially invited to the public defence of the PhD thesis *Cross-Cultural Alliance-Making and Local Resistance* *in Maluku during the Revolt of Prince Nuku, c. 1780-1810* by Muridan Satrio Widjojo on Wednesday 12 September 2007, at 15:00 to 16:00, at Lokhorstkerk, Pieterskerkstraat 1, 2311 SV Leiden, Ph. 071-512 3392. The reception will be held on the same day at 16:00 to 18:00 at Clusius Café, Hortus Botanicus, Rapenburg 73, 2311 GT Leiden, Ph. 071-527 7249. * * * Jadi, besok itu, - antara jam 15.00 dan jam 16.00 Muridan akan mempertahankan tesisnya di Universitas Leiden untuk gelar PhD. Tentu, semakin banyak cendekiawan Indonesia, dari generasi muda, yang menambah dan meningkatkan pengetahuan mereka di Indonesia maupun di luarnegeri, berarti bertambah pula jumlah cendekiawan bangsa kita. Perkembangan ini membesarkan hati kita sebagai orang Indonesia. Setiap harinya entah berapa banyak cendekiawan Indonesia yang menyelesaikan studinya dengan baik. Suatu perkembangan yang amat perlu diperhatikan pemerintah dan memperbesar lagi jumlah anggaran pendidikan negara. Supaya negara menkonsekwenkan janji-janji yang menyatakan memperhatikan masalah pendidikan bangsa. Kemajuan suatu bangsa, dalam arti penting tergantung pada jumlah dan kemampuan kaum cerdik pandainya mengabdikan hasil studi dan penelitiannya untuk kepentingan kemajuan dan pertumbuhan kekuatan ekonomi, politik dan budaya bangsa itu. Berhasilnya Muridan S Widjoyo menyelesaikan postgraduate study-nya di Leiden, seyogianya disambut dengan gembira. Hal tsb juga merupakan dorongan bagi mahasiswa-mahasiwa Indonesia yang dalam jumlah besar sedang menempuh studinya di Amsterdam, Leiden, Utrecht, Delft, Wageningen, Groningen, Rotterdam dan perguruan tinggi lainnya di Belanda. Studi Muridan S Widjoyo memang bagiku agak istimewa. Ini disebabkan oleh tema, --- oleh masalah yang diangkat dan dijadikan bahan studinya. Yaitu latar belakar sejarah Papua dan Maluku. Ini penting sekali. Agar dalam menelaah masalah Papua dan Maluku, dan kasus-kasus lainnya, tidak sekadar atas dasar apa yang terjadi di masa kini. Yang sering menjadi ramai dibicarakan semata-mata karena kasus simbolik semata, seperti dikirbarkannya bendera Papua, dsb. Diharapkan dalam meninjau dengan seksama masalah Papua, ditinjau dan diteliti pula latar belakang sejarahnya. Hal ini teramat penting bagi politisi yang sering mengedepankan dan mengangkat sesuatu kasus daerah, banyak terdorong oleh kepentingan politik seketika dari parpol-parpol yang bersangkutan. Lebih-lebih lagi dilakukan tanpa mempelajari dengan seksama inti masalahnya. Hal ini lebih-lebih lagi perlu diperhatikan bila masalahnya menyangkut kasus daerah, seperti Papua, Maluku , Aceh dan lain-lain. Yang mendorong Muridan mengapa ia memilih tema ini, dijelaskannya sbb: Konflik-konflik yang ada di antara masyarakat sekarang ini mendorong saya untuk melihat bagaimana sebetulnya konfigurasi masyarakat Indonesia Timur pada masa lalu. Seperti yang dinyatakan dalam penjelasan Muridan, tesisnya menyangkut perjuangan lama yang dilakukan oleh kaum pemberontak Maluku dan Papua melawan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) dalam periode antara kira-kira 1780 - 1810, yang berlangsung di bawah pimpinan Pangeran Nuku dari Tidore. Dengan bantuan orang-orang Inggris kekuatan perjuangan Maluku dan Papua Nuku berhasil merebut kembali kesultanan Bacan dan Tidore, yang ketika itu ada di bawah perlindungan Belanda. Selanjutnya, tulis Muridan dalam 'Korte Samenvatting' dari tesisnya: -- Salah satu dari konklusi penting desertasi ialah bahwa sukses pemberontakan tsb tidak seharusnya dikemukakan sebagai hasil terutama oleh konstruksi ideologi Maluku dan pengikutnya, seperti dikemukkakan oleh historikus L. Andaya. Sukses tsb terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa Nuku dalam kampanyenya, secara optimal mampu menggunakan kekuatan pejuang-pejuangnya, kaum perampok Papua dan Gamrange, dan bersamaan dengan itu secara maksimal menggunakan kapasitas logistik kaum pedagang Seram Timur. Terlebih lagi Nuku dapat dengan pandai mengikat orang-oarng Inggris dan menggunakan para 'country traders' itu untuk kepentingan tujuannya sendiri.(terjemahan bebas dari bahasa Belanda - I.I.). Dalam kesempatan lain Muridan menyatakan bahwa --- 'Desertasi ini akan menunjukkan bahwa gerakan-gerakan rakyat yang ada sekarang ini sudah ada sejak lama, bahkan sejak abad XVII. Jadi sebetulnya aspek-aspek dasar dari gerakan-gerakan
[wanita-muslimah] Berkat versus Berhala
http://www.indomedia.com/poskup/2007/09/08/edisi08/opini.htm Berkat versus Berhala bagi agama-agama Abrahamis Oleh Dr. Paul Budi Kleden, SVD * ABRAHAM, Berkat Bagi Segala Bangsa. Itulah tema bulan Nasional Kitab Suci Gereja Katolik Indonesia tahun 2007. Dengan ini orang-orang Katolik diajak untuk merefleksikan hakikat panggilannya di tengah dunia dewasa ini. Seperti Abraham, orang-orang Katolik, baik secara pribadi maupun bersama-sama sebagai satu persekutuan, diingatkan akan tujuan kehadirannya untuk menjadi berkat bagi masyarakat dan dunia. Orang Katolik tidak boleh menghayati imannya sebagai kendaraan untuk selamatnya diri sendiri. Sebaliknya, dia mesti sadar akan tugasnya di tengah dunia, menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Namun, apabila disadari bahwa Abraham merupakan tokoh kunci ketiga agama monoteis besar dunia(Yahudi, Kristen dan Islam), maka tema ini dapat pula merupakan ajakan bagi para pemeluk ketiga agama untuk merefleksikan, bagaimana mereka perlu memahami dan menghayati keimanannya agar sungguh menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Kalau kita membaca Kitab Suci Perjanjian Lama (Yahudi-Kristen), maka kita menjumpai sosok Abraham sebagai seorang peziarah. Dia dipanggil dari kemapanan lingkungannya, dihantar keluar dari pandangan tentang Allah yang hidup di tengah kaum sebangsanya. Dia menjumpai bangsa-bangsa yang mempunyai tradisi keagamaan lain, bertemu dengan kelompok-kelompok orang yang memiliki budaya berbeda. Mereka ini bukanlah orang-orang yang tidak beriman dan warga yang tidak berbudaya. Namun, yang menjadi soal adalah bahwa kecenderungan penyembahan berhala di dalam agama-agama yang dijumpai Abraham. Penyembahan berhala, idolatri adalah ancaman bagi kehidupan keagamaan dan perdamaian bangsa-bangsa, dan Abraham dipanggil untuk menyatakan penolakannya yang tegas. Oleh kecenderungan ini, yang sementara dipaksa menjadi yang kekal, dan yang manusiawi didaulat untuk mengenakan mantel keilahian. Kerinduan manusia akan yang abadi hendak dipuaskan dengan yang fana, dan kebutuhan manusia akan yang tak berubah mau diredamkan dengan yang sementara. Tak ada lagi semangat pencarian, jiwa petualang dipandang identik dengan antiagama. Dengan penyembahan berhala terjadilah absolutisasi pandangan tentang Allah yang dianut dalam lingkungan sendiri. Allah yang benar adalah Allah yang dipahami dan dirayakan di dalam tradisi sendiri. Semua orang harus menerima pandangan yangtunggal ini. Kalau tidak bersedia ditobatkan, orang akan dihancurkan. Maka, orang menyatakan perang dan menghancurkan semua pandangan yang berbeda. Karena agama merupakan satu pilar identifikasi diri seseorang dan sekelompok masyarakat, maka perang dan penghancuran pandangan dan ritus keagamaannya adalah sama dengan perang dan penghancuran dirinya sendiri. Tak sedikit orang telah dikorbankan dan tak sedikit kebudayaan sudah dipunahkan karena absolutisasi ini. Akibat lanjut dari penyembahan berhala adalah kemandekan dalam status quo. Ketika makhluk atau benda tertentu disembah sebagai ilah, maka apa yang dititahkannya tak boleh dibantah, dan apa yang diberikan benda itu merupakan segalanya. Sikap yang diharapkan adalah penerimaan mutlak. Fatalisme adalah sisi lain dari penyembahan berhala. Tak ada kritik, ada alternatif. Tak ada ruang untuk berubah dan mengubah diri. Dalam sejarah, pandangan seperti ini mudah dimanipulasi secara politis dan ekonomis. Kepatuhan terhadap figur tertentu dimanfaatkan untuk melegitimasi kekuasaan, dan pemberhalaan benda tertentu dapat menjadi sumber keuntungan ekonomis yang besar. Kepasrahan absolut pada penguasa tertentu dan ketergantungan mutlak pada kepuasaan yang diberikan benda tertentu merupakan konsekuensi dari penyembahan berhala. Bagaimanapun, penyembahan berhala dan fatalisme selalu membelenggu. Orang dikurung dalam pandangannya yang sempit, dan mengurung orang lain dalam anggapan sebagai musuh yang harus ditalukkan. Ini bukan situasi keimanan yang ideal, dan bukan kondisi hidup bersama yang dikehendaki. Dari tengah situasi seperti ini Abraham dipanggil Abraham menjadi berkat bagi bangsa-bangsa dengan menjadi peziarah.Eksodus, keluar dari kemapanan dan mencari Allah dalam berbagai perjumpaan dan siatuasi baru, merupakan pengalaman Abraham. Bangsa Israel pun mengalami eksodus, keluar belenggu penjajahan Mesir. Di Mesir ada pemberhalaan kekuasaan politis Farao. Israel dibebaskan dan dihantar keluar dari situasi ini menuju satu kondisi hidup, di mana umat menjadi rakyat yang berdaulat dan mengontrol perilaku para rajanya. Yesus pun menghalamni eksodus, Dia melewati pertentangan dan konflik hingga penderitaan dan kematian sebagai konsekuensi dari sikap tegasnya menolak segala bentuk pemberhalaan. Sebagaimana dikatakan di depan, penyembahan berhala merupakan ancaman yang serius bagi agama-agama, dan bahaya yang besar bagi perdamaian antarbangsa. Agama-agama mengingkari Allah, apabila menempatkan sesuatu yang lain sebagai Allah. Hal
[wanita-muslimah] Harian Republika telah menyinggung perasaan umat Hindu
Harian Republika telah menyinggung perasaan umat Hindu Tadi pagi saya terima email dari Bli I Gusti Purwaka yang tak saya kenal sebelumnya. Dari namanya, jelas dia orang Bali, dan pemeluk agama Hindu. Mungkin ia tahu emailku karena kebetulan saya memoderasi beberapa milis. Isinya sebagai berikut: Bung Moderator, Semoga anda sudi memuat tulisan keluhan hati minoritas ini. Shanti, I.G. Purwaka -- [EMAIL PROTECTED] Lalu lampirannya saya buka. Saya pikir berbentuk sebuah tulisan opini. Ternyata sebuah puisi karya Saut Situmorang. Berikut isi lampirannya: Harian Republika yang Islami itu dalam edisi 26 Agustus 2007 lalu memuat sajak seperti ini: para pelacur pun masih di kamarnya bergelut. dalam kabut alkohol aku biarkan kata kata menjebakku dalam birahi rima metafora. kemulusan kulit kupu kupumu dan garis payudaramu yang remaja membuatku cemburu pada para dewa yang, bisikmu, menggilirmu di altar pura mereka. Sajak itu karya seorang penyair yang bernama Saut Situmorang. Kalau saya baca kalimat -kalimatnya yang klise dan bombastis, penyairnya kelihatannya masih baru belajar menulis. Akan tetapi untuk penyair yang baru belajar sekalipun seyogyanya tidak pantas memakai kata-kata yang meletakkan seksualitas sebagai ukuran sastra. Sangat saya sayangkan Republika yang Islami itu telah kecolongan diisi oleh seorang penyair yang jorok pikirannya. Apalagi di dalam sajak tersebut saya dapatkan kata-kata yang sangat menyinggung perasaan orang Hindu Bali, misalnya disebut para dewa yang menggilir perempuan di altar pura mereka. Harap kita waspada terhadap langkah-langkah seperti ini. Merdeka, I.G. Purwaka ___ TANGGAPAN From: Bujang Kelana E-mail: [EMAIL PROTECTED] Untuk seorang penulis pemula, bumbu-bumbu seks memang mujarab untuk mendongkrak popularitasnya. Mutu mungkin tak teraih darinya, tapi rumus semacam ini sering diresepkan. Hanya memang disayangkan jika redaktur koran/majalah juga kurang luas wawasannya maka loloslah sampah sampah demikian di halamannya. Salam .. Bujang Kelana ___ From: Ahmad Su'ad E-mail: [EMAIL PROTECTED] Sebagai pembaca setia harian Republika saya amat sedih dengan termuatnya sajak porno yang murahan seperti itu. Apalagi dimuat menjelang Bulan Ramadhan yang bisa mengganggu ketenangan umat. Ditambah lagi, sajak tersebut mengganggu perasaan pemeluk agama lain. Semoga redaksi pengasuh rubrik tersebut cepat insyaf dan meminta maaf secara terbuka kepada para pembacanya. Ingat, Republika adalah bacaan umat bukan koran murahan. Wassalam, Ahmad Suad ___ From: Halim HD E-mail: [EMAIL PROTECTED] Saut, jangan tergoda dengan adu domba gaya spion Melayu yang pakei segala cem-macem cara. Kasihan juga tuh 'minoritas' yang merasa 'dewa'-nya dituding oleh Saut. Tapi, yang paling kasihan adalah 'warga-minoritas' yang bisanya cuma terkaing-kaing mengadu. Padahal 'dewa'-nya sendiri masa bodoh. Kenapa pula dia tak murka dengan penjualan 'patung-patung dewa' di negaranya, di Bali, yang kayak rombengan dan hanya sekedar untuk devisa. hhd. ___ e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Tonight's top picks. What will you watch tonight? Preview the hottest shows on Yahoo! TV. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] MABIT Ramadhan YISC Al - Azhar
YOUTH ISLAMIC STUDY CLUB (YISC) Al - AZHAR * * * * * * * Assalamualaikum Wr.Wb CRCM (Cahaya Ramadhan Cahaya Masjid) YISC Al - Azhar akan kembali menggelar MABIT (Malam Bina Iman dan Takwa ) Insya Allah akan dilaksanakan pada : Hari/Tgl : Sabtu, 15 September 2007 Waktu : Bada Isya - selesai Tempat : Masjid Agung Al-Azhar Tema: Keutamaan Bulan Ramadhan Penceramah : KH. Hilman Rosyad Shihab, Lc Imam Qiyamul Lail : Ust. Abu Aala Almaududi Untuk info lebih lanjut, hubungi : Sekretariat: Komplek Masjid Agung Al- Azhar Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110 Telp/Fax: 021-7247444 (Firzia) Contact Person : Hasan : 0856-9121-3006 Ujang: 0813-1995-2430 ACARA INI TERBUKA UNTUK UMUM !!..Ajak Rekan dan keluarga Anda !! Note : Bagi rekan rekan yang ingin menginfakkan sebagian rizkinya, uang bisa ditransfer ke No Rek 1120008157 atas nama Ulfi Rizki Ardiani (YISC), BSM Cab Kantor Kas Al Azhar Wassalamualaikum Wr. Wb - Building a website is a piece of cake. Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Ngabuburit di Radio Music City FM ....:yuks..:-)
YOUTH ISLAMIC STUDY CLUB (YISC) Al - AZHAR * * * * * * * Assalamualaikum Wr.Wb Menunggu saat berbuka puasa pasti ngabuburit donk Ngabuburit enaknya ngapain ya??? Enaknya dengerin KRAM ON AIR di Radio Music City FM !! KRAM ON AIR apaan sih?? Singkatan dari Kajian Ramadhan on air yg merupakan salah satu agenda kegiatan CRCM (Cahaya Ramadhan Cahaya Masjid ) YISC Al Azhar. Acaranya berupa talkshow yang berisi tausyiah dari ustadz - ustadz Masjid Al-Azhar dan disiarkan langsung oleh Radio Music City FM , setiap hari selama Bulan Ramadhan dari jam 17.00 18.00 WIB. Ada masalah agama yg ingin ditanyakan ??Kamu bisa beriteraksi langsung dengan ustadz saat acara berlangsung. Jadijangan lupa ikutin terus acaranya .. !! Info lebih lanjut, hubungi : Sekretariat: Komplek Masjid Agung Al- Azhar Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110 Telp/Fax: 021-7247444 (Firzia) Contact Person : Atiek : 021- 68171372 atau 0856-1129-469 Fahmi : 0818 021 6 Wassalamualaikum Wr. Wb - Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV. Watch previews, get listings, and more! [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Siraman rohani
Dino, anak tetanggaku yang masih duduk di kelas 2 SD, nangis-nangis saat mau diajak ayah dan ibunya mengikuti acara Siraman Rohani. Dino, ayo jangan nangis. Buruan ganti baju. Kalau ikut acara ini dapat pahala besar lho.., bujuk sang Ibu. Dino tetap tak mau. Ia malah ngumpet di belakang kandang ayam. Wajahnya nampak ketakutan. Mengalah. Akhirnya orang tua Dino pun keluar rumah dan berangkat ke acara tersebut. Sebelumnya mereka titip Dino ke sang pembantu rumah tangga (PRT). Tak lama kemudian, si bibik bertanya kepada Dino: Kenapa sih Dino takut ikutan acara siraman rohani? Jawab Dino: Habis Dino takut basah, bik. Kan bibik tahu Dino kalau pas mandi nggak mau disiram kepalanya.. Bibi (sambil senyum-senyum): Oooh e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Pinpoint customers who are looking for what you sell. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Rayuan Ramadhan - Tajaan Berbuka Puasa Sedekah Kepada yang memerlukan
Laman Utama ◊ Ucapan ◊ Statistik ◊ Berkenaan JIM ◊ Borang Sumbangan Kembali ke Laman Web Rasmi JIM http://jim.org.my/rayuan-ramadhan/ Palestine: Gesaan sumbangan RM1.00 satu kepala RM1 setiap bulan kepada Palestin Masukkan derma anda ke dalam akaun: 'Pertubuhan Jamaah Islah Malaysia’ Bank Islam Malaysia - No. Akaun 12113010005797 Maybank - No. Akaun 562209608847 http://palestinkini.info/ http://jim.org.my/galeri/pdf/flyer_palestin2a.pdf Disaster and Emergency Response Unit [Deru] Donation: Masukkan ke akaun JIM Johor di Bank Islam Malaysia Berhad Akaun no. 01014010010372 http://www.freewebs.com/jimderu/index.htm Moderator Ikhwanul Muslimun http://hidayahnet.multiply.com http://hidayahnet.ourtoolbar.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] MUI Madiun Keluarkan Fatwa Larangan Sebarkan Ajaran dari Langit
REFLEKSI : Megawati sambil menyanyikan lagu Maju Tak Gentar menunggu pangsit dan wangsit guna mencalonkan diri menjadi Presiden NKRI. Sekalipun Megawati satu-satunya wanita [ibu rumahtangga] calon caper, agaknya ada orang yang lebih hebat bernama Rusmiyati telah ditunjuk oleh langit sebagai Ratu Adil, juru selamat, dan panglima perang wanita melawan tipu daya iblis. Banyak komentar menyatakan bila Rusmiyati mencalonkan diri sebagai presiden NKRI pasti akan menang, karena ditunjuk oleh langit. Apa komentar Anda sebagai pembaca dan pemilih dalam pemilu. http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=306609kat_id=23 Selasa, 11 September 2007 21:24:00 MUI Madiun Keluarkan Fatwa Larangan Sebarkan Ajaran dari Langit Madiun-RoL-- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Madiun, Jawa Timur akhirnya memutuskan atau mengeluarkan fatwa melarang ajaran dari langit (bersumber dari mimpi) yang disampaikan oleh Rusmiyati (51) warga Jalan dr. Cipto Nomor 3, Kelurahan/ Kecamatan Kartoharjo, Madiun, yang selama ini mengaku telah ditunjuk sebagai Ratu Adil, Selasa. Ketua MUI Kota Madiun, Sutoyo, mengatakan pengambilan keputusan tersebut setelah Rusmiyati memenuhi pemanggilan kedua MUI Kota Madiun untuk berdialog. Kami mengajak berdialog bu Rusmiyati untuk membahas dan mengkaji satu persatu tujuh naskah ajaran dari langit yang ia susun di hadapan para pengurus MUI Kota Madiun, katanya. Menurut dia, dalam dialog tersebut Rusmiyati diminta menjelaskan dan menerangkan ajaran-ajaran dari langit yang ia peroleh melalui petunjuk dari mimpi-mimpinya itu. Semula dalam dialog tersebut, lanjut dia, Rusmiyati dan pengurus MUI Kota Madiun sempat bersitegang. Pasalnya, Rusmiyati tetap bersikukuh pada keyakinan dan pendiriannya bahwa dirinya telah ditunjuk untuk menyampaikan ajaran dari langit pada seluruh umat manusia di dunia, sedangkan pengurus MUI Kota Madiun mengkaji ajaran yang disampaikan itu dari kaca mata Al Qur'an dan hadits. Setelah berdialog dan mengupas satu per satu isi tujuh naskah ajaran dari langit akhirnya pengurus MUI Kota Madiun mengeluarkan tiga keputusan/fatwa yaitu pertama, menghimbau kepada Rusmiyati yang mengaku sebagai Ratu Adil agar kembali ke Al Qur'an dan hadis. Kedua, menghimbau kepada Rusmiyati untuk belajar dan memperdalam ilmu agama dan menyarankan mendapat bimbingan alim ulama dari NU, Muhammadiyah, atau organisasi Islam lainnya. Terakhir menghimbau agar ajaran dari langit tidak disebarluaskan kepada khalayak umum dan cukup untuk dirinya sendiri sebagai pengalaman spiritual, katanya. Pengalaman pribadi atau spiritual tersebut diperoleh dari mimpi-mimpi yang kemudian dituangkan dalam naskah yang diberi judul 'Falsafah Pancasila Obor Perdamaian Dunia' sulit untuk pahami. Oleh karena itu, kata Suyoto, sebaiknya mimpi-mimpi tersebut dipakai sendiri, jangan sampai disebarluaskan untuk umat karena bisa meresahkan masyarakat lainnya. Sebetulnya berdakwah itu diperbolehkan, tapi harus sesuai dengan Al Qur'an dan hadits, jika melenceng dan menyimpang justru akan membuat bingung umat, katanya. Menanggapi hal itu, Rusmiyati masih bersikukuh bahwa petunjuk yang turun kepada dirinya benar dan harus disampaikan kepada umat. Saya belum mendapat jawaban yang melegakan hati saya, kata Rusmiyati yang mengaku telah ditunjuk sebagai Ratu Adil, juru selamat, dan panglima perang wanita melawan tipu daya iblis. Kendati demikian, Rusmiyati mengaku akan menuruti himbauan MUI Kota Madiun untuk mencoba belajar, memperdalam dan memahami lagi Al Qur'an dan hadits. Adapun Falsafah Pancasila obor perdamaian dunia tersebut dijabarkan dalam enam jilid yaitu Falsafah Pancasila buat perdamaian dunia, landasan dasar mencegah kekerasan, mengatasi korupsi, menangani generasi muda yang kurang beruntung, mengatasi zina dan sumber hukum undang-undang anti pornografi. antara/mim [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Bangsa Tunailmu
REPUBLIKA Selasa, 11 September 2007 Bangsa Tunailmu Oleh : Ahmad Syafii Maarif Dalam Pembukaan UUD '45 ditegaskan bahwa di antara tugas pemerintah adalah ''mencerdaskan kehidupan bangsa''. Rumusan semacam ini bukan tanpa latar belakang historis yang sarat dengan kegetiran; ia tidak muncul secara tiba-tiba. Akarnya menjalar jauh dan dalam. Sebagai bangsa bekas jajahan, para perumus UUD kita menyadari betul betapa gelapnya otak bangsa ini jika tingkat buta huruf masih sangat tinggi, yaitu pada tahun 1945 sekitar 90 persen. Tahun 2007, persentasenya, berkat kemerdekaan, memang sudah terbalik, yaitu sekitar 90 persen sudah melek huruf, sekalipun sebagian (besar?) belum tentu tamat SD. Dari sisi ini, betapapun masih rendahnya tingkat kecerdasan rakyat, kita wajib mensyukuri kemerdekaan bangsa ini. Tanpa kemerdekaan, kita tetap saja dalam posisi bangsa budak. Tetapi, fokus perhatian kita kali ini bukan di situ. Yang hendak disoroti adalah kenyataan bahwa tingkat keilmuan bangsa ini secara keseluruhan masih di bawah standar. Dengan kata lain, dibandingkan dengan negara tetangga yang lebih belakangan mendapatkan kemerdekaan, kita jauh kedororan. Ambillah contoh Malaysia yang pada 1950-an dan 1960-an jauh tertinggal oleh Indonesia dan kita mengirim pasukan guru ke sana, sekarang memandang kita dengan sebelah mata. Apalagi dengan berjibunnya TKI/TKW kita mengadu nasib ke sana, negeri jiran ini telah menganggap kita sebagai bangsa dan negara yang tidak serius mengurus dan mengisi kemerdekaan. Kita kehilangan wibawa di depan rakyat negara itu yang sekarang sedang menikmati kemakmurannya, seperti yang sudah disinggung dalam Resonansi sebelum ini. Apa sebenarnya yang terjadi pada tubuh dan jiwa bangsa ini? Mengapa kita masih dalam keadaan stagnasi dalam upaya memajukan bangsa ini agar lebih bermartabat di depan forum dunia? Dalam perspektif perkembangan keilmuan dan teknologi dasar, kita adalah bangsa yang masih tunailmu dan tunateknologi. Penyebab pokoknya tidak lain karena perhatian negara yang diwakili pemerintah selama lebih 60 tahun terhadap dunia pendidikan minim sekali. Kabinet telah jatuh-bangun berulang kali sejak proklamasi, tetapi dunia pendidikan kita tetap saja sebagai kelinci percobaan. Seorang menteri pendidikan biasanya diangkat bukan karena visi dan kemampuannya dalam memajukan pendidikan, tetapi pertimbangan politik kekuasaan jauh lebih dominan. Cara semacam ini merupakan salah satu penyebab utama mengapa politik pendidikan nasional kita seperti kehilangan benang merah, tidak ada kesinambungan antara seorang menteri dengan menteri yang lain dalam berbagai periode. Dengan kenyataan ini dunia pendidikan kita menjadi terombang-ambing oleh kebijakan yang zigzag tanpa visi yang jelas dan itu semua melelahkan kita. Korbannya adalah peserta didik yang tidak mengerti apa-apa mengapa mereka dijadikan ''barang mainan'' puluhan tahun. Akibat jangka panjangnya sangat jelas dan tunggal: Pendidikan kehilangan perpektif masa depan. Ini persoalan yang sangat serius. Sebuah bangsa yang tidak cerdas pasti akan menjadi sasaran obokan pihak lain, tidak peduli apakah jumlah penduduknya besar atau kecil. Beberapa hari yang lalu, dalam penerbangan ke Jakarta, saya kebetulan duduk bersebelahan dengan dekan Fakultas Kedokteran UGM yang sangat prihatin pada kondisi pendidikan di Indonesia. Ujarnya, bagaimana mungkin bangsa ini akan menjadi cerdas manakala tingkat kesejahteraan guru sangat minim, termasuk guru besarnya. Pak dekan ini suami istri adalah profesor, tetapi penghasilan gabungan keduanya berada di bawah pendapatan seorang anggota DPRD tingkat II yang PAD-nya tidak tinggi. Untung saja dekan ini seorang dokter yang masih berpraktik, sehingga ada tambahan penghasilan. Sebuah ironi terlihat di sini: Seorang profesor dengan kualifiasi PhD atau doktor lulusan perguruan tinggi dalam negeri dilecehkan oleh penghasilan seorang politikus kelas kabupaten atau kota yang menjadi anggota DPRD. Anda mau contoh yang lebih konkret tentang ironi ini? Adalah Profesor T Jacob yang punya reputasi dunia dan seorang penulis prolifik, mantan rektor UGM, sekalipun sudah pensiun, masih tinggal di rumah dinas karena tidak mampu membuat rumah untuk keluarga kecilnya. Yang bernasib begini banyak sekali. Manusia tipe Profesor Jacob yang tidak mau bergeser sedikit saja dari posisi seorang ilmuwan harus rela hidup tanpa rumah pribadi sampai usia tuanya. Begitu juga nasib sejarawan almarhum Profesor T Ibrahim Alfian yang telah mewariskan beberapa karya tulis penting untuk bangsa ini, di saat wafatnya kita melayat ke rumah dinasnya di lingkungan kampus UGM. Pendapatannya selama berkarier sebagai ilmuwan yang PNS tidak mampu menolong hari tuanya untuk sekadar punya tempat berteduh. Inilah di antara panorama yang tak sedap dipandang di sebuah bangsa kaya, tetapi tidak menghargai ilmu, bangsa tunailmu. Pertanyaan pungkasannya adalah: Sampai berapa lagi mendung tebal yang
Re: [wanita-muslimah] Re: Muhammad dan Kaum Cerdik Pandai Kristen
Nulis kan tidak sekedar nulis, Pak. Apa juga yang ditulis. Ini juga bukan soal tersinggung apa tidak, tapi soal bebal apa tidak. Itu saja. MZ --- lasykar5 [EMAIL PROTECTED] wrote: Santai saja mas, wong sampeyan yang ribut gini ko malah nanya2 kenapa diributkan dan menebar prasangka. Saya kan hanya nulis mas, sama persis spt Guntur juga nulis. Sekarang anda bisa sedikit simpati kan (gak harus full simpati, apalagi empati) bagaimana perasaan sebagian orang yang tersinggung terhadap Guntur dan tulisannya, sebagaimana perasaan anda sekarang terhadap saya dan tulisan saya ...? Glad to know i can get my message across ... :-) salam, satriyo PS: ini kali terakhir saya juga teruskan japri-nya, maaf for the inconvenience. just making sure my message gets through due to the moderation ... thx. On 9/11/07, Miftah al-Zaman [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau sudah tahu wajar kenapa diributkan dan akhirnya menebar prasangka? Lagipula, siapa sebenarnya yang melarang menggunakan identitas yang dalam hal ini adalah penulisan SAW dan sebagainya itu? Apa dikira bahwa sebenarnya editor Kompas yang kafir Kristen itu yang melarangnya? Ini kan cuma soal penulisan saja. Kalau saya menulis Allah saja, atau ditambahi Allah SWT, atau diperpanjang Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau sekalian Allahu Laa Ilaaha Illah wa al-Hayy al-Qayyum, atau God, the Almighty the Omnipotence, atau apalah lainnya, itu semua tidak mengurangi atau melebihi rasa hormat kita masing-masing. Apa maksud dan tujuan penulisan itu kan kita bisa rasakan ini sebuah puji-pujian, yang biasa saja, atau sebuah cemooh penghinaan. Apa kita ini begitu bodoh sehingga tidak tahu suatu tulisan itu sebenarnya bertujuan apa atau bernada seperti apa. Juga tidak ada urusan dengan identitas. Apanya lagi yang harus dipertegas? Untuk apa pula harus dipertegas? Guntur Romli itu sudah muslim, yang dibahas Nabinya muslim, Allahnya muslim, lalu apalagi? Kalau mau identitas, kenapa tidak sekalian di artikelnya diawali dengan kaligrafi Bismillahirrohmanirrohim, di tepi-tepinya dikasih finyet kaligrafi, di latar belakang ada emboss gambar pohon kurma, kalau perlu ada kata pengantar dari Raja Arab, atau Mullah Omar, sertifikat bebas tidak menghina dari MUI, atau apalagi? Atau disela-sela artikelnya, dikit-dikit ada Subhanallah, Astaghfirullah, Alhamdulillah dsb? Apa tipikal muslim itu dimana-mana begini ya? Merasa Nabinya harus dihormati, maka yang tidak menulis SAW harus dikecam tidak sopan, tidak adab, dan harus nurut untuk selalu menulis SAW, kalau tidak segera dituduh, yaaah ... itu koran kafir Kristen, tamu yang ngelunjak, mau nguasai negeri dst. dst. Merasa bahwa dirinya akan puasa, maka yang lain harus hormat, harus menutup warung atau restorannya, kalau tidak nanti digeruduk dan dikepruki, dst. dst. Kenapa sih soal penulisan begini saja kok diributkan, lalu diolor ke tuduhan bahwa media Kristen ngelunjak, dan orang Kristen mau menguasai negeri ini. NB: Berikutnya tolong tidak usah di-cc ke japri. Langsung saja di forum. Thanks. MZ --- lasykar5 [EMAIL PROTECTED] wrote: Jadi wajar dong ya Bu Mei, dengan dalih 'umum' dan 'khusus', bahwa koran itu bukan forum dakwah, maka jangan tunjukkan identitas muslim, cukup Muhammad, tidak perlu Rasulullah, atau Muhammad SAW atau Nabi Muhammad ... tidak perlu Allah SWT, cukup Tuhan. Lagian Kompas kan memang Koran Kristen ... like it or not. Rahasia 'umum' ... bukan 'khusus' :-) Pantas saja kalo muslim di negeri ini jadi tamu di rumah sendiri, serba salah dengan posisi para tamu yang relatif sangat berkuasa di bidang finansial dan media walau mereka minoritas ... tamu yang diterima dengan sopan sekarang ngelunjak, bertingkah dan malah punya target mengambil alih 'rumah' ... walau tidak mereka akui ... :-) Waa Islama ...! salam, satriyo On 9/8/07, L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote: Nama saya kok disebut-sebut :-) Saya sependapat dengan Pak Miftah, bahwa tulisan di KOMPAS yg notabene suratkabar umum adalah bukan dimaksud sebagai kutbah jum'at, dakwah. Kalo tak salah ingat oleh KOMPAS di muat di rubrik bentara semacam kupasan sastera, buku2 gitulah, bukan di rubrik agama. Untuk hal ini Allah SWT juga sering ditulis sebagai Tuhan saja, meskipun uraiannya menyangkut Islam. Jadi dzikir, shalawatnya didalam hati saja :-) Salam l.meilany - Original Message - *From:* lasykar5 [EMAIL PROTECTED] *To:* Miftah al-Zaman [EMAIL PROTECTED] *Cc:* wanita-muslimah@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] ; L. Meilany[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] *Sent:* Thursday, September 06, 2007 4:42 PM *Subject:* Re: [wanita-muslimah] Re: Muhammad dan Kaum Cerdik Pandai Kristen Nah kalo
[wanita-muslimah] Marhaban Ya Ramadhan
Frens... ﻪﺘﺎﮐﺮﺑﻮﷲﺍﺔﻣﺣﺮﻮ ﻢﮑﻴﻟﻋﻢ ﻼﺴﻟ ﺍ Selamat puasa mudah-mudahan puasanya bisa poldan tidak tergoda sama yang nyuruh kita buka puasa ... Bisa menahan marah bisa menyebarsenyum bisa lebih sabar maafin kalo ada salah 2x kata, kalau sukanyuekin , suka ngeledek semoga bisa berlaku lebih baik lagi tdk tergoda maksiat tidak berantem lagi. ayo tinggalkan semua perbuatan jelek Selamat menyambut Ramadhan. Semoga amal ibadah kita, diterima oleh ALLAH SWT.amiin Fadhli Halim [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Larangan Kampanye di Tempat Ibadah dan Pendidikan
PKS menginginkan agar kampanye di tempat Ibadah (Mesjid, Gereja, Pura, dll) tidak dilarang. Bagaimana? Kinantaka http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=303288 Larangan Kampanye di Tempat Ibadah dan Pendidikan JAKARTA - Larangan kampanye di tempat ibadah dan lembaga pendidikan ditanggapi berbeda oleh FPKS dan FKB. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) menolak larangan itu. Sedangkan Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) justru mendukung. Sikap bertolak belakang dua fraksi itu kemarin tergambar dalam rapat kerja (raker) Pansus RUU Pemilu Legislatif di ruang sidang Komisi II DPR. Ketika itu raker menyoroti draf pasal tentang larangan kampanye di tempat ibadah dan lembaga pendidikan. Cukup penggunaan fasilitas pemerintahan saja yang dilarang, kata anggota FPKS Agus Purnomo. Raker yang agendanya juga untuk mendengarkan pengantar awal daftar inventaris masalah (DIM) tiap-tiap fraksi DPR itu dihadiri sejumlah menteri. Di antaranya, Mendagri Mardiyanto, Menkum HAM Andi Mattalatta, dan Mensesneg Hatta Radjasa. Agus melontarkan dalih bahwa kampanye di tempat ibadah dan lembaga pendidikan justru dapat mendorong pendidikan politik bagi masyarakat. Jadi, dibebaskan saja, tandasnya. Sebelumnya, UU No 12/2003 tentang Pemilu Legislatif pada pasal 74 ayat g mengatur adanya pembatasan itu. Wakil ketua FPKS yang juga anggota pansus Almuzzammil Yusuf menegaskan, usul yang disampaikan fraksinya sangat masuk akal. Itu upaya pencerdasan politik bagi masyarakat, katanya. Karena itu, tandas dia, sudah saatnya kampanye juga bisa dilakukan di tempat ibadah maupun lembaga pendidikan. Menurut Muzzammil, hampir semua masyarakat Indonesia sudah matang dalam politik. Dengan reformasi yang sudah berjalan 10 tahun, saya pikir, sudah sangat siap, yakinnya. Namun, penegasan sikap FPKS tersebut ditolak fraksi lain. Kami tegas menolak, ungkap anggota Pansus RUU Pemilu dari FKB Badriyah Fayumi. Menurut dia, tempat ibadah maupun lembaga pendidikan memiliki keragaman yang harus dihormati. Apalagi, tempat ibadah. Ruang publik itu juga memiliki fungsi sangat strategis sebagai penyatu umat. Jangan ini kemudian dirusak oleh kepentingan politik praktis, tegasnya. Namun, Badriyah mengatakan, kampanye mungkin masih bisa dilakukan di lembaga pendidikan tingkat perguruan tinggi. Itu pun tetap harus bersifat dialogis dan dihadiri sejumlah partai, tandasnya. Menurut dia, masih banyak cara lain jika ingin melakukan pencerdasan politik kepada masyarakat. Senada dengan Badriyah, anggota pansus dari FPDIP Eka Santosa menilai, kedua tempat itu harus steril dari aktivitas politik praktis. Meskipun, lanjut dia, tempat ibadah bisa menjadi ruang aktivitas sosial dan dunia pendidikan. Hanya dari sisi moralitas dan etika. Lebih baik janganlah, katanya.(pri/dyn) [Non-text portions of this message have been removed]