Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola?
Nggak seru koq Pak Aly. Saya hanya heran kalau melihat komentar Pak Aly yang suka tidak nyambung. Rupanya Pak Aly itu teknisi sehingga isinya kalimat instruksi belaka, dan bukan bahasan atau diskusi. Dari awal sudah saya komentari dengan kalimat Saya sih setuju dengan pandangan Pak Ali bahwa perihal gaji itu dirundingkan antara suami-istri. Mohon Pak Aly membaca dengan cermat. Yang saya tertawakan adalah CARA PAK ALY MENGAMBIL KESIMPULAN. Pak Aly menyimpulkan kalau memberikan gaji sepenuhnya kepada istri, pak Aly menjadi repot. Nah, menjadi repot kalau memberikan gaji sepenuhnya kepada istri itulah yang mengundang saya untuk menanggapi! Sekarang perhatikan pernyataan Pak Aly berikut: Jd laki2 dong yg ngatur sbg Ketua RT he3...dan lebih bebas.. lebih mandiri...lebih nikmat lah he3... Coba baca kembali pernyataan sampeyan itu. Apa itu bukan pernyataan arogan alias sombong? Sampeyan menganggap lebih nikmat daripada yang tidak punya kebijakan seperti sampeyan. Apa bedanya dengan pernyataan orang musyrik Quraisy yang merasa lebih nikmat karena bangga memiliki banyak anak dan harta daripada banyak pengikut Kanjeng Nabi Muhammad saw yang miskin pada waktu itu? Monggo membaca tanggapan dan memberikan tanggapan dengan hati-hati. Wassalam, chodjim - Original Message - From: Muhammad Aly To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, March 06, 2007 12:45 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola? P Chodim, makin seru ya.. cara pandangan sy beda dengan P Chodim...walau semua dlm rundingan suami-istri. mungkin masing2 sdh ada jalannya ... bgmn enaknya saja. di keluarga sy yg kerja jd sy yg ngatur keuangan dsbgnya, alhamdulillah setiap pulang krj dari dulu msh cium tangan sy he3... istri sy tahu berapa income sy setiap bulannya dan tahu pengeluarannya... tp sy yg ngatur semuanya.. Jd laki2 dong yg ngatur sbg Ketua RT he3...dan lebih bebas.. lebih mandiri...lebih nikmat lah he3... alhamdulillah istri sy betul2 sekeratis yg baik sekali. sy juga selalu mengisi tabungannya setiap bulan. Sy lihat byk teman2 sekerja gaji belum turun dah nanyain slip gaji para bininya... byk suami takut dengan istri.. sy pernah lihat GM istrinya saat mengendarai mbl baru berapa meter dari rumahnya tiba2 parkir sebentar keluarlah si bos GM sy ini dari mblnya .. alamaa. takut ama bini.. sy pura2 gak tau aja padahal ngelihat lg bertengkar.. padahal GM itu sgt wibawa dikantor.. dirumah spt tahu he3...maaf kdng saya singgung temen2 spt demikian ; selipin aja extra money ya di kaos kaki atau di kantor kalau bininya galak he3 itulah dunia. okey2 saja P Chodim bgmn baiknya... slm, --- Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Aly, Saya sih setuju dengan pandangan Pak Ali bahwa perihal gaji itu dirundingkan antara suami-istri. Cuma, saya ketawa ketika melihat cara Pak Aly mengambil kesimpulan bilamana gaji diserahkan 100% kepada istri. Sekali lagi, saya tidak menertawakan Pak Aly tapi tertawa terhadap caranya Pak Aly dalam mengambil kesimpulan. Coba kita perhatikan kesimpulan berikut: kalau sy minta ke istri apalagi ada teman/sdr/ortu wah gak bebas... kalau gaji dikasih semua ke istri pas ada kebutuhan beli rokok tambahan/traktir teman, infaq spontan, reunian jd report.. nanti lama2 bisa diselipin di kantor atau di kaos kaki kalau pulang kerja hi3 Pertanyaan saya: (1) Mengapa tidak bebas kalau gaji diserahkan kepada istri sepenuhnya, bukankah istri dalam bahasa Jawa itu disebut garwa, yang dimaknai sebagai sigaring nyawa atau belahan jiwa? (2) Mengapa kebingungan kalau mau beli rokok, traktir teman dan lain sebagainya bilamana gaji diserahkan semuanya kepada istri? Uraian saya: (1) Meski gaji diserahkan seluruhnya kepada istri, kalau itu dibangun atas hubungan garwa, masing-masing disebut bojo (suami/istri), ya kita akan merasa bebas tak ada perasaan ditindas atau menindas. Hubungan setara. Suami merupakan pakaian bagi istri, dan istri merupakan pakaian bagi suami. Masing-masing pihak saling memakai. Bukankah begitu yang dituturkan dalam Alquran? Lha, kalau tidak bebas itu artinya belum setara, karena masih ada yang perlu disembunyikan dari pihak lain. :) (2) Kita tak perlu bingung kalau beli rokok atau menaktrir rekan bisnis. Bukankah dalam hubungan kesetaraan suami/istri itu ada saling kepercayaan. Cara pemecahannya, ini berdasarkan yang kami (suami/istri) praktikkan. Istri sebagai mentri dalam negeri yang merangkap bendara rumahtangga, hahaha... Dia terima seluruh penghasilan saya. Dari hasil administrasinya, dia memberitahu bahwa sekian rupiah dimasukkan dalam tabungan atas nama suami (saya). Nah, dari buku tabungan itulah saya bisa menarik via ATM untuk keperluan saya misalnya membeli buku-buku, disk, menaktrir teman karena lama tak bersuo
Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola?
P Chodim, sy sdh bilang ; okey2 saja P Chodim bgmn baiknya... sy memang tekhnisi atau buruh ... alhamdulillah sy sdh bisa ambil KPR rumah ke 2.. ; juga mbl sdn 2.. walau kredit...semua dari kerja teknisi/buruh yg halal. sy istri bahagia . happy2 aja... Smg P Chodim kel jg bahagia selalu. slm chat, ali --- Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Nggak seru koq Pak Aly. Saya hanya heran kalau melihat komentar Pak Aly yang suka tidak nyambung. Rupanya Pak Aly itu teknisi sehingga isinya kalimat instruksi belaka, dan bukan bahasan atau diskusi. Dari awal sudah saya komentari dengan kalimat Saya sih setuju dengan pandangan Pak Ali bahwa perihal gaji itu dirundingkan antara suami-istri. Mohon Pak Aly membaca dengan cermat. Yang saya tertawakan adalah CARA PAK ALY MENGAMBIL KESIMPULAN. Pak Aly menyimpulkan kalau memberikan gaji sepenuhnya kepada istri, pak Aly menjadi repot. Nah, menjadi repot kalau memberikan gaji sepenuhnya kepada istri itulah yang mengundang saya untuk menanggapi! Sekarang perhatikan pernyataan Pak Aly berikut: Jd laki2 dong yg ngatur sbg Ketua RT he3...dan lebih bebas.. lebih mandiri...lebih nikmat lah he3... Coba baca kembali pernyataan sampeyan itu. Apa itu bukan pernyataan arogan alias sombong? Sampeyan menganggap lebih nikmat daripada yang tidak punya kebijakan seperti sampeyan. Apa bedanya dengan pernyataan orang musyrik Quraisy yang merasa lebih nikmat karena bangga memiliki banyak anak dan harta daripada banyak pengikut Kanjeng Nabi Muhammad saw yang miskin pada waktu itu? Monggo membaca tanggapan dan memberikan tanggapan dengan hati-hati. Wassalam, chodjim - Original Message - From: Muhammad Aly To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, March 06, 2007 12:45 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola? P Chodim, makin seru ya.. cara pandangan sy beda dengan P Chodim...walau semua dlm rundingan suami-istri. mungkin masing2 sdh ada jalannya ... bgmn enaknya saja. di keluarga sy yg kerja jd sy yg ngatur keuangan dsbgnya, alhamdulillah setiap pulang krj dari dulu msh cium tangan sy he3... istri sy tahu berapa income sy setiap bulannya dan tahu pengeluarannya... tp sy yg ngatur semuanya.. Jd laki2 dong yg ngatur sbg Ketua RT he3...dan lebih bebas.. lebih mandiri...lebih nikmat lah he3... alhamdulillah istri sy betul2 sekeratis yg baik sekali. sy juga selalu mengisi tabungannya setiap bulan. Sy lihat byk teman2 sekerja gaji belum turun dah nanyain slip gaji para bininya... byk suami takut dengan istri.. sy pernah lihat GM istrinya saat mengendarai mbl baru berapa meter dari rumahnya tiba2 parkir sebentar keluarlah si bos GM sy ini dari mblnya .. alamaa. takut ama bini.. sy pura2 gak tau aja padahal ngelihat lg bertengkar.. padahal GM itu sgt wibawa dikantor.. dirumah spt tahu he3...maaf kdng saya singgung temen2 spt demikian ; selipin aja extra money ya di kaos kaki atau di kantor kalau bininya galak he3 itulah dunia. okey2 saja P Chodim bgmn baiknya... slm, --- Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Aly, Saya sih setuju dengan pandangan Pak Ali bahwa perihal gaji itu dirundingkan antara suami-istri. Cuma, saya ketawa ketika melihat cara Pak Aly mengambil kesimpulan bilamana gaji diserahkan 100% kepada istri. Sekali lagi, saya tidak menertawakan Pak Aly tapi tertawa terhadap caranya Pak Aly dalam mengambil kesimpulan. Coba kita perhatikan kesimpulan berikut: kalau sy minta ke istri apalagi ada teman/sdr/ortu wah gak bebas... kalau gaji dikasih semua ke istri pas ada kebutuhan beli rokok tambahan/traktir teman, infaq spontan, reunian jd report.. nanti lama2 bisa diselipin di kantor atau di kaos kaki kalau pulang kerja hi3 Pertanyaan saya: (1) Mengapa tidak bebas kalau gaji diserahkan kepada istri sepenuhnya, bukankah istri dalam bahasa Jawa itu disebut garwa, yang dimaknai sebagai sigaring nyawa atau belahan jiwa? (2) Mengapa kebingungan kalau mau beli rokok, traktir teman dan lain sebagainya bilamana gaji diserahkan semuanya kepada istri? Uraian saya: (1) Meski gaji diserahkan seluruhnya kepada istri, kalau itu dibangun atas hubungan garwa, masing-masing disebut bojo (suami/istri), ya kita akan merasa bebas tak ada perasaan ditindas atau menindas. Hubungan setara. Suami merupakan pakaian bagi istri, dan istri merupakan pakaian bagi suami. Masing-masing pihak saling memakai. Bukankah begitu yang dituturkan dalam Alquran? Lha, kalau tidak bebas itu artinya belum setara, karena masih ada yang perlu disembunyikan dari pihak lain. :) (2) Kita tak perlu bingung kalau beli rokok atau menaktrir rekan bisnis. Bukankah dalam hubungan kesetaraan suami/istri itu ada saling
RE: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola?
Rasanya memang setiap pasangan punya cara sendiri-sendiri. Tapi, menurut saya, memang sebaiknya sih pembukuan terbuka. Supaya tidak ada saling curiga. Walaupun, saya rasa tidak ada keharusan bahwa suami harus memberitahukan keseluruhan penghasilan dia atau memberikan keseluruhan penghasilan dia kepada isteri. CMIIW. Kalau kami, kami sudah punya pos-pos dengan anggarannya setiap bulan, yang sudah kami bicarakan di awal. Ada pos-pos tertentu yang saya urusin sehari-harinya, yaitu untuk urusan dapur dan rumah tangga. Untuk keperluan ini, suami langsung transfer ke rekening saya, jadi saya yang kelola. Untuk pos-pos lain, seperti bayar listrik, telpon, hp, uang sekolah anak, ngasih ke ortu/saudara/dll, suami yang transfer langsung via ATM (tidak lewat saya lagi). Untuk kartu kredit, biaya kantor bayar masing-masing. Kalau penggunaan untuk non kantor, ya suami yang bayar..he..he.. Kalau ada pengeluaran extra, di luar pos, dia selalu lapor ke saya..he..he.. padahal saya ngga minta dilaporin lho.. Cuma, memang dia berprinsip, lebih suka terbuka. Kalau pendapatan saya, suami ngga pernah tanya-tanya sih.. Tapi saya suka kasih tau ke dia juga. Tapi dia memberi kebebasan kepada saya untuk menggunakan untuk apa saja. Meskipun demikian, kalau dipakai untuk pengeluaran yang agak mahal, saya juga merundingkan dulu sama suami.. tapi keputusan ada di saya. Wass, -Ning From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Achmad Chodjim Sent: Saturday, March 03, 2007 8:40 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola? Pak Aly, Saya sih setuju dengan pandangan Pak Ali bahwa perihal gaji itu dirundingkan antara suami-istri. Cuma, saya ketawa ketika melihat cara Pak Aly mengambil kesimpulan bilamana gaji diserahkan 100% kepada istri. Sekali lagi, saya tidak menertawakan Pak Aly tapi tertawa terhadap caranya Pak Aly dalam mengambil kesimpulan. Coba kita perhatikan kesimpulan berikut: kalau sy minta ke istri apalagi ada teman/sdr/ortu wah gak bebas... kalau gaji dikasih semua ke istri pas ada kebutuhan beli rokok tambahan/traktir teman, infaq spontan, reunian jd report.. nanti lama2 bisa diselipin di kantor atau di kaos kaki kalau pulang kerja hi3 Pertanyaan saya: (1) Mengapa tidak bebas kalau gaji diserahkan kepada istri sepenuhnya, bukankah istri dalam bahasa Jawa itu disebut garwa, yang dimaknai sebagai sigaring nyawa atau belahan jiwa? (2) Mengapa kebingungan kalau mau beli rokok, traktir teman dan lain sebagainya bilamana gaji diserahkan semuanya kepada istri? Uraian saya: (1) Meski gaji diserahkan seluruhnya kepada istri, kalau itu dibangun atas hubungan garwa, masing-masing disebut bojo (suami/istri), ya kita akan merasa bebas tak ada perasaan ditindas atau menindas. Hubungan setara. Suami merupakan pakaian bagi istri, dan istri merupakan pakaian bagi suami. Masing-masing pihak saling memakai. Bukankah begitu yang dituturkan dalam Alquran? Lha, kalau tidak bebas itu artinya belum setara, karena masih ada yang perlu disembunyikan dari pihak lain. :) (2) Kita tak perlu bingung kalau beli rokok atau menaktrir rekan bisnis. Bukankah dalam hubungan kesetaraan suami/istri itu ada saling kepercayaan. Cara pemecahannya, ini berdasarkan yang kami (suami/istri) praktikkan. Istri sebagai mentri dalam negeri yang merangkap bendara rumahtangga, hahaha... Dia terima seluruh penghasilan saya. Dari hasil administrasinya, dia memberitahu bahwa sekian rupiah dimasukkan dalam tabungan atas nama suami (saya). Nah, dari buku tabungan itulah saya bisa menarik via ATM untuk keperluan saya misalnya membeli buku-buku, disk, menaktrir teman karena lama tak bersuo padahal ingin mengobrol-ngobrol, etc. etc. Laporan pembukuan terbuka buat suami/istri. Kan beres...! Dengan cara demikian, tidur pun nyenyak nggak takut ngelindur yang nggak-nggak, gak mikirkan lagi apa yang kita gunakan sebelumnya.. Mengapa? Karena, kita tidak takut dicurigai apa-apa. Dan, apa yang saya sampaikan ini tidak bisa disimpulkan bahwa yang manci atau menjatah istrinya berarti senantiasa ada kecurigaan dari pihak istri. Tidak demikian, lantaran hubungan suami-istri itu relasi kepercayaan, relasi belahan jiwa! Wassalam, chodjim - Original Message - From: Muhammad Aly To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Thursday, March 01, 2007 12:40 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola? Mbak Aisha, ya dirundingkan saja dengan kedua belah pihak (suami-istri) mana yg lebih baik... khan waktu pacaran sebelum nikah gak pernah dismpan di calon istri uangnya khan..? Jd ya sy bebas saja naruh uang di mobil, di atas TV/komputer, dilemari.. pin atm aja bini gak mau tau ... padahal sdh pernah sy ksh tau tp egp aja he3... yg penting anak sehari2, anak sekolah, shopping, ortunya dll kehidupan. kalau sy minta ke istri apalagi
Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola?
P Chodim, makin seru ya.. cara pandangan sy beda dengan P Chodim...walau semua dlm rundingan suami-istri. mungkin masing2 sdh ada jalannya ... bgmn enaknya saja. di keluarga sy yg kerja jd sy yg ngatur keuangan dsbgnya, alhamdulillah setiap pulang krj dari dulu msh cium tangan sy he3... istri sy tahu berapa income sy setiap bulannya dan tahu pengeluarannya... tp sy yg ngatur semuanya.. Jd laki2 dong yg ngatur sbg Ketua RT he3...dan lebih bebas.. lebih mandiri...lebih nikmat lah he3... alhamdulillah istri sy betul2 sekeratis yg baik sekali. sy juga selalu mengisi tabungannya setiap bulan. Sy lihat byk teman2 sekerja gaji belum turun dah nanyain slip gaji para bininya... byk suami takut dengan istri.. sy pernah lihat GM istrinya saat mengendarai mbl baru berapa meter dari rumahnya tiba2 parkir sebentar keluarlah si bos GM sy ini dari mblnya .. alamaa. takut ama bini.. sy pura2 gak tau aja padahal ngelihat lg bertengkar.. padahal GM itu sgt wibawa dikantor.. dirumah spt tahu he3...maaf kdng saya singgung temen2 spt demikian ; selipin aja extra money ya di kaos kaki atau di kantor kalau bininya galak he3 itulah dunia. okey2 saja P Chodim bgmn baiknya... slm, --- Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Aly, Saya sih setuju dengan pandangan Pak Ali bahwa perihal gaji itu dirundingkan antara suami-istri. Cuma, saya ketawa ketika melihat cara Pak Aly mengambil kesimpulan bilamana gaji diserahkan 100% kepada istri. Sekali lagi, saya tidak menertawakan Pak Aly tapi tertawa terhadap caranya Pak Aly dalam mengambil kesimpulan. Coba kita perhatikan kesimpulan berikut: kalau sy minta ke istri apalagi ada teman/sdr/ortu wah gak bebas... kalau gaji dikasih semua ke istri pas ada kebutuhan beli rokok tambahan/traktir teman, infaq spontan, reunian jd report.. nanti lama2 bisa diselipin di kantor atau di kaos kaki kalau pulang kerja hi3 Pertanyaan saya: (1) Mengapa tidak bebas kalau gaji diserahkan kepada istri sepenuhnya, bukankah istri dalam bahasa Jawa itu disebut garwa, yang dimaknai sebagai sigaring nyawa atau belahan jiwa? (2) Mengapa kebingungan kalau mau beli rokok, traktir teman dan lain sebagainya bilamana gaji diserahkan semuanya kepada istri? Uraian saya: (1) Meski gaji diserahkan seluruhnya kepada istri, kalau itu dibangun atas hubungan garwa, masing-masing disebut bojo (suami/istri), ya kita akan merasa bebas tak ada perasaan ditindas atau menindas. Hubungan setara. Suami merupakan pakaian bagi istri, dan istri merupakan pakaian bagi suami. Masing-masing pihak saling memakai. Bukankah begitu yang dituturkan dalam Alquran? Lha, kalau tidak bebas itu artinya belum setara, karena masih ada yang perlu disembunyikan dari pihak lain. :) (2) Kita tak perlu bingung kalau beli rokok atau menaktrir rekan bisnis. Bukankah dalam hubungan kesetaraan suami/istri itu ada saling kepercayaan. Cara pemecahannya, ini berdasarkan yang kami (suami/istri) praktikkan. Istri sebagai mentri dalam negeri yang merangkap bendara rumahtangga, hahaha... Dia terima seluruh penghasilan saya. Dari hasil administrasinya, dia memberitahu bahwa sekian rupiah dimasukkan dalam tabungan atas nama suami (saya). Nah, dari buku tabungan itulah saya bisa menarik via ATM untuk keperluan saya misalnya membeli buku-buku, disk, menaktrir teman karena lama tak bersuo padahal ingin mengobrol-ngobrol, etc. etc. Laporan pembukuan terbuka buat suami/istri. Kan beres...! Dengan cara demikian, tidur pun nyenyak nggak takut ngelindur yang nggak-nggak, gak mikirkan lagi apa yang kita gunakan sebelumnya.. Mengapa? Karena, kita tidak takut dicurigai apa-apa. Dan, apa yang saya sampaikan ini tidak bisa disimpulkan bahwa yang manci atau menjatah istrinya berarti senantiasa ada kecurigaan dari pihak istri. Tidak demikian, lantaran hubungan suami-istri itu relasi kepercayaan, relasi belahan jiwa! Wassalam, chodjim - Original Message - From: Muhammad Aly To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, March 01, 2007 12:40 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola? Mbak Aisha, ya dirundingkan saja dengan kedua belah pihak (suami-istri) mana yg lebih baik... khan waktu pacaran sebelum nikah gak pernah dismpan di calon istri uangnya khan..? Jd ya sy bebas saja naruh uang di mobil, di atas TV/komputer, dilemari.. pin atm aja bini gak mau tau ... padahal sdh pernah sy ksh tau tp egp aja he3... yg penting anak sehari2, anak sekolah, shopping, ortunya dll kehidupan. kalau sy minta ke istri apalagi ada teman/sdr/ortu wah gak bebas... kalau gaji dikasih semua ke istri pas ada kebutuhan beli rokok tambahan/traktir teman, infaq spontan, reunian jd report.. nanti lama2 bisa diselipin di kantor atau di kaos kaki kalau pulang kerja hi3 yg jelas istri keluarga dijamin sehari2nya.. makan nasi goreng sama2.. makan nasi dengan ikan asin juga sama
Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola?
Pak Aly, Saya sih setuju dengan pandangan Pak Ali bahwa perihal gaji itu dirundingkan antara suami-istri. Cuma, saya ketawa ketika melihat cara Pak Aly mengambil kesimpulan bilamana gaji diserahkan 100% kepada istri. Sekali lagi, saya tidak menertawakan Pak Aly tapi tertawa terhadap caranya Pak Aly dalam mengambil kesimpulan. Coba kita perhatikan kesimpulan berikut: kalau sy minta ke istri apalagi ada teman/sdr/ortu wah gak bebas... kalau gaji dikasih semua ke istri pas ada kebutuhan beli rokok tambahan/traktir teman, infaq spontan, reunian jd report.. nanti lama2 bisa diselipin di kantor atau di kaos kaki kalau pulang kerja hi3 Pertanyaan saya: (1) Mengapa tidak bebas kalau gaji diserahkan kepada istri sepenuhnya, bukankah istri dalam bahasa Jawa itu disebut garwa, yang dimaknai sebagai sigaring nyawa atau belahan jiwa? (2) Mengapa kebingungan kalau mau beli rokok, traktir teman dan lain sebagainya bilamana gaji diserahkan semuanya kepada istri? Uraian saya: (1) Meski gaji diserahkan seluruhnya kepada istri, kalau itu dibangun atas hubungan garwa, masing-masing disebut bojo (suami/istri), ya kita akan merasa bebas tak ada perasaan ditindas atau menindas. Hubungan setara. Suami merupakan pakaian bagi istri, dan istri merupakan pakaian bagi suami. Masing-masing pihak saling memakai. Bukankah begitu yang dituturkan dalam Alquran? Lha, kalau tidak bebas itu artinya belum setara, karena masih ada yang perlu disembunyikan dari pihak lain. :) (2) Kita tak perlu bingung kalau beli rokok atau menaktrir rekan bisnis. Bukankah dalam hubungan kesetaraan suami/istri itu ada saling kepercayaan. Cara pemecahannya, ini berdasarkan yang kami (suami/istri) praktikkan. Istri sebagai mentri dalam negeri yang merangkap bendara rumahtangga, hahaha... Dia terima seluruh penghasilan saya. Dari hasil administrasinya, dia memberitahu bahwa sekian rupiah dimasukkan dalam tabungan atas nama suami (saya). Nah, dari buku tabungan itulah saya bisa menarik via ATM untuk keperluan saya misalnya membeli buku-buku, disk, menaktrir teman karena lama tak bersuo padahal ingin mengobrol-ngobrol, etc. etc. Laporan pembukuan terbuka buat suami/istri. Kan beres...! Dengan cara demikian, tidur pun nyenyak nggak takut ngelindur yang nggak-nggak, gak mikirkan lagi apa yang kita gunakan sebelumnya.. Mengapa? Karena, kita tidak takut dicurigai apa-apa. Dan, apa yang saya sampaikan ini tidak bisa disimpulkan bahwa yang manci atau menjatah istrinya berarti senantiasa ada kecurigaan dari pihak istri. Tidak demikian, lantaran hubungan suami-istri itu relasi kepercayaan, relasi belahan jiwa! Wassalam, chodjim - Original Message - From: Muhammad Aly To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, March 01, 2007 12:40 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola? Mbak Aisha, ya dirundingkan saja dengan kedua belah pihak (suami-istri) mana yg lebih baik... khan waktu pacaran sebelum nikah gak pernah dismpan di calon istri uangnya khan..? Jd ya sy bebas saja naruh uang di mobil, di atas TV/komputer, dilemari.. pin atm aja bini gak mau tau ... padahal sdh pernah sy ksh tau tp egp aja he3... yg penting anak sehari2, anak sekolah, shopping, ortunya dll kehidupan. kalau sy minta ke istri apalagi ada teman/sdr/ortu wah gak bebas... kalau gaji dikasih semua ke istri pas ada kebutuhan beli rokok tambahan/traktir teman, infaq spontan, reunian jd report.. nanti lama2 bisa diselipin di kantor atau di kaos kaki kalau pulang kerja hi3 yg jelas istri keluarga dijamin sehari2nya.. makan nasi goreng sama2.. makan nasi dengan ikan asin juga sama...naik, naik ojek okey.. naik bus okey, bw mbl bareng atau sendiri2 juga okey2 aja...saling percaya. --- Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Menarik percakapan pak Ali dan dokter Donnie ini:) Sebenarnya dalam Islam itu, apa ada petunjuk atau contoh yang menjelaskan siapa yang mengelola gaji suami? Apa seperti gaya ustadz Chodjim yang memberikan semua gajinya ke istri- artinya istri yang mengelola semua penghasilan suaminya, atau seperti pak Ali yang merasa sudah istimewa memberikan 5 juta untuk istrinya dan 2/3 gajinya dikelola sendiri? Diyakini bahwa pencari nafkah itu suami, lalu apakah nafkah itu semuanya diberikan ke istri atau hanya sebagian saja? Apakah istri berhak tahu semua penghasilan suaminya? salam Aisha - From : M. Aly P Donnie, sebaiknya kalau gaji jgn dikasihkan semua ke istri.. nanto kebiasaan sst.. gue lihat dompet suami gue he3... dan nanti kalau terbiasa ngambil gak ssst lagi.. tapi Pak sy ambil uang di dompet kebanyakan nanti habis he3 sy gaya org kampung aja sy.. dari gaji mulai kwn 500rb thn 96 semaunya sy aja ngasih yg penting tanggung jawab penuh dengan istri keluarga ; beli beras dari manggul, beli beras pake ojek dstnya.. yah khan byk yg ditanggung kredit
Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola?
Mbak Aisha, ya dirundingkan saja dengan kedua belah pihak (suami-istri) mana yg lebih baik... khan waktu pacaran sebelum nikah gak pernah dismpan di calon istri uangnya khan..? Jd ya sy bebas saja naruh uang di mobil, di atas TV/komputer, dilemari.. pin atm aja bini gak mau tau ... padahal sdh pernah sy ksh tau tp egp aja he3... yg penting anak sehari2, anak sekolah, shopping, ortunya dll kehidupan. kalau sy minta ke istri apalagi ada teman/sdr/ortu wah gak bebas... kalau gaji dikasih semua ke istri pas ada kebutuhan beli rokok tambahan/traktir teman, infaq spontan, reunian jd report.. nanti lama2 bisa diselipin di kantor atau di kaos kaki kalau pulang kerja hi3 yg jelas istri keluarga dijamin sehari2nya.. makan nasi goreng sama2.. makan nasi dengan ikan asin juga sama...naik, naik ojek okey.. naik bus okey, bw mbl bareng atau sendiri2 juga okey2 aja...saling percaya. --- Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Menarik percakapan pak Ali dan dokter Donnie ini:) Sebenarnya dalam Islam itu, apa ada petunjuk atau contoh yang menjelaskan siapa yang mengelola gaji suami? Apa seperti gaya ustadz Chodjim yang memberikan semua gajinya ke istri- artinya istri yang mengelola semua penghasilan suaminya, atau seperti pak Ali yang merasa sudah istimewa memberikan 5 juta untuk istrinya dan 2/3 gajinya dikelola sendiri? Diyakini bahwa pencari nafkah itu suami, lalu apakah nafkah itu semuanya diberikan ke istri atau hanya sebagian saja? Apakah istri berhak tahu semua penghasilan suaminya? salam Aisha - From : M. Aly P Donnie, sebaiknya kalau gaji jgn dikasihkan semua ke istri.. nanto kebiasaan sst.. gue lihat dompet suami gue he3... dan nanti kalau terbiasa ngambil gak ssst lagi.. tapi Pak sy ambil uang di dompet kebanyakan nanti habis he3 sy gaya org kampung aja sy.. dari gaji mulai kwn 500rb thn 96 semaunya sy aja ngasih yg penting tanggung jawab penuh dengan istri keluarga ; beli beras dari manggul, beli beras pake ojek dstnya.. yah khan byk yg ditanggung kredit ini-itu dan tanggungan my single parent - ibuku alhamdulillah 1jt tiap bulan sy kirim... jd 5jt bwt istri sdh ckp istimewa. slm, buruh --- Donnie wrote: Pak Aly, kalau gajinya sebulan emang bener 15 juta kok yang dikasihkan istri cuman 5 juta?? padahal pak Chojim meneladani dengan memberikan seluruh gajinya ketika istri memang di minta untuk bekerja dalam sektor domestik? just curious :D regards, Donnie [Non-text portions of this message have been removed] The fish are biting. Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing. http://searchmarketing.yahoo.com/arp/sponsoredsearch_v2.php