Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Nimbrung : Menurut saya, pendapat Prof Musdah itu sebagai pendapat yg menyangkut kemanusiaan. Kalo menyangkut agama terutama Islam memang ada aturannya. Menikah dengan lain jenis. Tapi kalo dia nggak beragama, gimana? Ada kisah di majalah wanita seorang isteri ngadu ke rubrik psikologi. Suaminya punya kekasih, tapi kekasih itu ternyata laki2 teman sekerja, padahal mereka aktif di masjid. Lantas gimana solusinya? Ada yg ngadu punya kalelainan seksual suka ngintip, suka menyakiti pasangannya sebelum bersebadan, suka sama binatang, suka sama mayat dll. Nggak ada gitu ortu yg senang anaknya 'gak normal'. Tapi kalo memang ia gak normal gimana? Saya dulu pernah baca majalah prisma yg sekarang sudah almarhum. Ada penelitian bahwa pesantren, asrama/dormitory justru melahirkan perilaku hombreng, lesbi. Mereka yg tidur berdesakan sesama jenis, mandi bareng2 bertahun-tahun bikin orientasi seksualnya menjadi menyimpang. Ada dulu teman kantor yg ortunya punya kolega orang barat. Si bule ini komentar, aneh ya sesama laki2 islam indonesia itu kok suka saling cipika cipiki, kayak hombreng. Lantas kaum perempuan suka berbisik2-bisik diantara mereka, berpegangan tangan, rangkulan mesra, kok kayak lesbi. :-)) Dulu ada tetangga teman orang kaya, anaknya kleptomania. Suka ngutil, nyolong, ngambil yg bukan haknya tanpa rasa bersalah. Ketika teman2nya datang ke rumahnya dikamarnya ada sebuah kotak yg penuh dengan hasil jarahan disekolah. Dari penghapus, rautan, penggaris, pensil gambar. Waktu kesupermarket ia selalu diawasi oleh pramusiwinya [ padahal dah SMP] karena suka ngambil permen, kue2 kering tapi nggak ngaku ngambil... Ortunya yg sering ketiban malu.Padahal mereka keluarga terpandang, agamis. Anaknya yg klepto juga rajin solat. Begitu juga orang yg korupsi, korupsi itu kan berdosa. Tapi banyak juga yg korupsi terus beramal, bikin masjid, menyumbang anak yatim. Penampilannya juga islami. Salam, l.meilany - Original Message - From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, April 05, 2008 12:52 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah menulis dibawah ini... MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama yaitu indikator kesalehan. M Alya: Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon loh..canda he.. MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga. M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan RI-israel di JKT. Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU Fatayat. Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt diindonesia aja back to basic ... curhat ajamaaf kalau salah... MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination karena itu merasa bersalah dan minta maaf. salam Mia [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Kalo mpok meii tipee yang mana yaaa... yang ga normalkah??? hehehe... Smogaaa ajee Mpok meii tipe yang normal alias ga hombrenxxx, solehah dan calon ahli surga aminn... L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote: Nimbrung : Menurut saya, pendapat Prof Musdah itu sebagai pendapat yg menyangkut kemanusiaan. Kalo menyangkut agama terutama Islam memang ada aturannya. Menikah dengan lain jenis. Tapi kalo dia nggak beragama, gimana? Ada kisah di majalah wanita seorang isteri ngadu ke rubrik psikologi. Suaminya punya kekasih, tapi kekasih itu ternyata laki2 teman sekerja, padahal mereka aktif di masjid. Lantas gimana solusinya? Ada yg ngadu punya kalelainan seksual suka ngintip, suka menyakiti pasangannya sebelum bersebadan, suka sama binatang, suka sama mayat dll. Nggak ada gitu ortu yg senang anaknya 'gak normal'. Tapi kalo memang ia gak normal gimana? Saya dulu pernah baca majalah prisma yg sekarang sudah almarhum. Ada penelitian bahwa pesantren, asrama/dormitory justru melahirkan perilaku hombreng, lesbi. Mereka yg tidur berdesakan sesama jenis, mandi bareng2 bertahun-tahun bikin orientasi seksualnya menjadi menyimpang. Ada dulu teman kantor yg ortunya punya kolega orang barat. Si bule ini komentar, aneh ya sesama laki2 islam indonesia itu kok suka saling cipika cipiki, kayak hombreng. Lantas kaum perempuan suka berbisik2-bisik diantara mereka, berpegangan tangan, rangkulan mesra, kok kayak lesbi. :-)) Dulu ada tetangga teman orang kaya, anaknya kleptomania. Suka ngutil, nyolong, ngambil yg bukan haknya tanpa rasa bersalah. Ketika teman2nya datang ke rumahnya dikamarnya ada sebuah kotak yg penuh dengan hasil jarahan disekolah. Dari penghapus, rautan, penggaris, pensil gambar. Waktu kesupermarket ia selalu diawasi oleh pramusiwinya [ padahal dah SMP] karena suka ngambil permen, kue2 kering tapi nggak ngaku ngambil... Ortunya yg sering ketiban malu.Padahal mereka keluarga terpandang, agamis. Anaknya yg klepto juga rajin solat. Begitu juga orang yg korupsi, korupsi itu kan berdosa. Tapi banyak juga yg korupsi terus beramal, bikin masjid, menyumbang anak yatim. Penampilannya juga islami. Salam, l.meilany - Original Message - From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, April 05, 2008 12:52 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah menulis dibawah ini... MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama yaitu indikator kesalehan. M Alya: Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon loh..canda he.. MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga. M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan RI-israel di JKT. Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU Fatayat. Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt diindonesia aja back to basic ... curhat ajamaaf kalau salah... MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination karena itu merasa bersalah dan minta maaf. salam Mia [Non-text portions of this message have been removed] - You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�
kok balik nanya.. sy khan nanya..? --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Menurut Pak Aly gimana? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, dll - bukan begitu? Mbak Mia, kalau hak asasi menghormati spt itu sich semua tau.., tapi apakah perkawinannya juga Mbak Mia Musdah menyetujui.. ? --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau Musdah menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik? Atau mohon di- sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan terbuka untuk kita semua. Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, dll - bukan begitu? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly assalamualaikum_hello@ wrote: MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ? Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..? mksh ya.. _ ___ You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�
Menurut ayee, Gayong/Lesbong yang baik adalah yang mau bertobat berusaha merubah kebiasaannya menjadi baik dan normal... bukan malah dipupuk d empani.. Kan Al'quran juga jelas mencantumkan bahwa manusia itu di ciptakan berpasang2, laki2 dan perempuan... Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote: MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ? Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..? mksh ya.. --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah menulis dibawah ini... MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama yaitu indikator kesalehan. M Alya: Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon loh..canda he.. MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga. M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan RI-israel di JKT. Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU Fatayat. Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt diindonesia aja back to basic ... curhat ajamaaf kalau salah... MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination karena itu merasa bersalah dan minta maaf. salam Mia __ You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com - You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”
MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination karena itu merasa bersalah dan minta maaf. salam Mia ___ Naruhnya terlalu bawah, jgn jgn orangnya lupa baca. Saya post ulang biar lebih mudah masuk di hati. Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Alkitab Indonesia (LAI) Inilah berkat yang diberikan Musa, abdi Allah itu, kepada orang Israel sebelum ia mati. Berkatalah ia: TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala Ada manipulasi di sini: 1. he shined dimanipulasi oleh LAI menjadi Ia tampak bersinar, he huruf kecil menunjuk kepada manusia dimanipulasi menjadi Ia huruf besar menunjuk kepada Tuhan 2. mount Paran dikaburkan oleh LAI menjadi pegunungan Paran, mount (puncak) dikaburkan menjadi pegunungan (puncak-puncak yang memanjang) 3. Angka ten thousands dikaburkan oleh LAI menjadi puluhan ribu (bisa 10.000, bisa 20.000, bisa 30.000 dst) 4. a fiery law diplintir oleh LAI menjadi api yang menyala. + - Original Message - From: ma_suryawan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, April 04, 2008 9:41 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual La Tando alias MQ (cucunya HMNA) kok ngambil referensi dari Bible ng tidak shahih? Aneh juga, padahal sebelumnya sibuk mempersoalkan endapat orang yg berbeda, bahwa hanya yang shahih yang bisa dijadikan dalil. Kok jadi standar ganda? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tana Doang [EMAIL PROTECTED] wrote: lasykar5 menulis soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal yang ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak ummi.apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke ummat menjadi sebuah dissenting opinion? - La Tando: sebutir pasir di antara pantai berpasir, tidak bisa disebut dissenting opinion. Bahwa Nabi Muhammad SAW itu buta huruf, bahkan disebutkan juga dalam Bible (Perjanjian Lama) Yesaya 29:12 dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: Baiklah baca ini, maka ia akan menjawab: Aku tidak dapat membaca. Ini sesuai dengan Shahih Bukhari: Fa Jaahu lMalaku fa Qaala Iqra' Qaala Maa Ana biQaariy(Rawahu Bukhaariy). artinya: Malaikat (Jibril) datang kepadanya (Nabi) lalu katanya: Bacalah Berkata (Nabi): Aku tidak pandai membaca. (diriwayatkan oleh Bukhari) Yesaya 29:12 di atas itu adalah nubuatan mengenai kedatangan seorang Nabi yang tidak dapat membaca, yaitu Nabi Muhammad SAW. +++ - Original Message - From: lasykar5 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, April 04, 2008 5:18 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual [1] soal usia Aisyah ra, jika Wikan sudah pernah baca (entah masih ingat atau tidak argumen yang dipaparkan) mengapa masih keukeuh/ngotot dengan riwayat yang bermasalah itu, yang lalu jadi alat pihak 'lawan' untuk menuduh Rasul pedofil. aneh juga, di saat hal-hal yang jelas dipermasalahkan, hal yang 'masalah' malah dipandang 'ok'. [2] soal usia Khadiah ra, yang ada bukan perdebatan, Wikan, tapi perbedaan dari segi periwayatan hadis, tapi tidak sampai bermasalah spt usia nikah Aisyah ra. sejauh ini tidak ada debat yang terjadi soal ini di kalangan ulama (manapun). kec Wikan ada datanya. Jadi malah jelas di sini, usia tidak terlalu dipermasalahkan dalam Islam (baca=wahyu Allah) kec untuk kisah ash-habul kahfi dan seorang beriman yang ditidurkan Allah selama 100 th. [3] ah, soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal yang ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak ummi. apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke ummat menjadi sebuah dissenting opinion? . [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Bismillahirrahmanirrahim. Diskusi sudah menyimpang jsuh dari topik bahasan. Dan ada lagi dari si Ambon yang aneh. bilang anak orang timur tengah yang tak mau di kawin kan adakalanya di bunuh. Wah sumber anda dari mana ini? Kayaknya berkomentar tanpa dasar deh. Salam Erwin Deguchi --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: Mengawinkan anak dibawah umur itu saya kira karena tradisi setempat, lalu dicampur aduk dengan agama. Pada pihak lain juga karena kemiskinan. Sebahagian orang Timur Tengah yang berdiam di dunia Barat, waktu liburan sekolah orang tua mengajak anak perempuannya pergi berlibur ke negeri asal mereka, sewaktu berlibur dikawinkan dan tidak kembali ke sekolah. Ada yang lolos, dan memberitakan masalahnya. Tetapi mereka ini yang tidak setuju dengan keinginan orang tua, adakalanya dibunuh.
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�
MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ? Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..? mksh ya.. --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah menulis dibawah ini... MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama yaitu indikator kesalehan. M Alya: Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon loh..canda he.. MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga. M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan RI-israel di JKT. Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU Fatayat. Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt diindonesia aja back to basic ... curhat ajamaaf kalau salah... MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination karena itu merasa bersalah dan minta maaf. salam Mia You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau Musdah menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik? Atau mohon di- sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan terbuka untuk kita semua. Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, dll - bukan begitu? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote: MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ? Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..? mksh ya..
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”
Mungkin dikaitkan dengan integritas sebagai warga yang baik. Punya npwp dan rajin bayar serta lapor pajak :) Jangan kayak salah satu teman kita yang kesepian di tengah padang pasir, meracau tidak jelas di milis untuk mengusir sepi, dan merasa disia siakan oleh kehidupan. Ujungnya semua orang di indonesia disalahkan, doi sendiri merasa jadi malaikat, tapi tetap mangkir dari kewajiban perpajakan :) Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mia [EMAIL PROTECTED] Date: Sat, 05 Apr 2008 23:36:18 To:wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual” Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau Musdah menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik? Atau mohon di- sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan terbuka untuk kita semua. Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, dll - bukan begitu? salam Mia --- In wanita-muslimah@ mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com yahoogroups.com, Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote: MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ? Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..? mksh ya.. === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�
Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, dll - bukan begitu? Mbak Mia, kalau hak asasi menghormati spt itu sich semua tau.., tapi apakah perkawinannya juga Mbak Mia Musdah menyetujui.. ? --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau Musdah menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik? Atau mohon di- sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan terbuka untuk kita semua. Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, dll - bukan begitu? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote: MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ? Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..? mksh ya.. You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Menurut Pak Aly gimana? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, dll - bukan begitu? Mbak Mia, kalau hak asasi menghormati spt itu sich semua tau.., tapi apakah perkawinannya juga Mbak Mia Musdah menyetujui.. ? --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau Musdah menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik? Atau mohon di- sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan terbuka untuk kita semua. Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, dll - bukan begitu? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly assalamualaikum_hello@ wrote: MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ? Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..? mksh ya.. _ ___ You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Menurut Pak Aly gimana? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, dll - bukan begitu? Mbak Mia, kalau hak asasi menghormati spt itu sich semua tau.., tapi apakah perkawinannya juga Mbak Mia Musdah menyetujui.. ? --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau Musdah menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik? Atau mohon di- sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan terbuka untuk kita semua. Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, dll - bukan begitu? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly assalamualaikum_hello@ wrote: MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ? Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..? mksh ya.. _ ___ You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”
Mbak Mia mau konfirm apa benar pedofil itu adalah kriminal? kriminal menurut siapa? karena ada dalam budaya sebagian masyarakat islam yang malah menyarankan pernikahan seorang anak wanita di bawah umur dengan laki2 karena dianggap sesuai dengan sunnah Nabi. buat masyarakat tersebut itu adalah tindakan terhormat dan tidak tercela, apalagi kriminal. salam, -- wikan 2008/4/3 Mia [EMAIL PROTECTED]: Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar Musda Muliah ini: Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt ditulis oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia memandang siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci Allah pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata Allah (dalam KitabNYA)? silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang menyimpang (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity, yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual lainnya harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia - - tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan khalaf. itu saja ... :-) Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!). Lagi, dalam pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi penilainya.
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”
Wikan, apapun namanya, tradisi, kebiasaan, local wisdom, tapi jika berpijak salah pada suatu yang dianggap sunnah, jatuhnya ya salah juga. soal riwayat yang menceritakan mudanya usia Aisyah saat dinikahi Rasul sudah ada yang membuktikan bahwa riwayat ini secara matan tidak diterima. saya bisa japti file nya jika mau. Jadi yang benar, Aisyah dinikahi Rasul antara usia 16-18 th, bukan usia 'sekolah dasar', walau konon praktek itu lazim di kalangan kafir Arab kala itu. contoh lain adalah praktek mirip di kalangan Syiah khumainiyah di Iran, setidaknya di masa Khumaini masih hidup krn dipraktekkan sendiri oleh Khumaini atas orang-tua yang bangga anaknya yang di bawah umum dinikahi mut'ah oleh Khumaini. cmiiw sesuatu yang JELAS salah, walau dipraktekan oleh umat manusia sedunia ya tetap salah ... salam, satriyo 2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED]: Mbak Mia mau konfirm apa benar pedofil itu adalah kriminal? kriminal menurut siapa? karena ada dalam budaya sebagian masyarakat islam yang malah menyarankan pernikahan seorang anak wanita di bawah umur dengan laki2 karena dianggap sesuai dengan sunnah Nabi. buat masyarakat tersebut itu adalah tindakan terhormat dan tidak tercela, apalagi kriminal. salam, -- wikan 2008/4/3 Mia [EMAIL PROTECTED] aldiy%40yahoo.com: Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar Musda Muliah ini: Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt ditulis oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia memandang siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci Allah pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata Allah (dalam KitabNYA)? silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang menyimpang (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity, yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual lainnya harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia - - tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan khalaf. itu saja ... :-) Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!). Lagi, dalam pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi penilainya. -- Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”
Mas Satriyo, Anda bisa nanya ke ulama2 ... justru yang lebih terkenal adalah riwayat Aisha yang dinikahi pada umur 6 tahun dan hidup bersama Rasulullah setelah berumur 9. pendapat bahwa Aisyah berumur 16-18 tahun adalah dissenting opinion. Di sisi lain, pernikahan dengan gadis di bawah umur juga merupakan hal yang biasa di kalangan orang Arab dari dulu sampai sekarang dan tidak pernah dilarang oleh Nabi maupun Al Quran. Jadi bagaimana Anda bisa menganggap bahwa hal tersebut adalah hal yang buruk/kriminal? salam, -- wikan http://wikan.multiply.com 2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED]: Wikan, apapun namanya, tradisi, kebiasaan, local wisdom, tapi jika berpijak salah pada suatu yang dianggap sunnah, jatuhnya ya salah juga. soal riwayat yang menceritakan mudanya usia Aisyah saat dinikahi Rasul sudah ada yang membuktikan bahwa riwayat ini secara matan tidak diterima. saya bisa japti file nya jika mau. Jadi yang benar, Aisyah dinikahi Rasul antara usia 16-18 th, bukan usia 'sekolah dasar', walau konon praktek itu lazim di kalangan kafir Arab kala itu. contoh lain adalah praktek mirip di kalangan Syiah khumainiyah di Iran, setidaknya di masa Khumaini masih hidup krn dipraktekkan sendiri oleh Khumaini atas orang-tua yang bangga anaknya yang di bawah umum dinikahi mut'ah oleh Khumaini. cmiiw sesuatu yang JELAS salah, walau dipraktekan oleh umat manusia sedunia ya tetap salah ...
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”
Hehehe ... tumben sekarang yakin 'ulama2' itu pada bener. :-) Makanya kan saya tawarkan japri untuk tahu isi artikel yang meluruskan opini salah kaprah. Dissenting opinion? Ini maksudnya apa? Tahu dari mana bahwa pendapat logis dan ilmiah ini adalah dissenting opinion? Kata ulama? Ulama mana? Be fair-lah. Kok kesannya Wikan tidak peduli apakah memang Rasul 'ko begitu' menikahi anak kecil? Nah, ini lagi, kayaknya Wikan tidak cermat membaca postingan saya, ... cappee deehhh ... Terserah lah, anda sudah cukup matang buat berdiskusi dengan matang pula, tidak asal dissenting saja ... dissenting keriting pusing kepelanting! salam, satriyo 2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED]: Mas Satriyo, Anda bisa nanya ke ulama2 ... justru yang lebih terkenal adalah riwayat Aisha yang dinikahi pada umur 6 tahun dan hidup bersama Rasulullah setelah berumur 9. pendapat bahwa Aisyah berumur 16-18 tahun adalah dissenting opinion. Di sisi lain, pernikahan dengan gadis di bawah umur juga merupakan hal yang biasa di kalangan orang Arab dari dulu sampai sekarang dan tidak pernah dilarang oleh Nabi maupun Al Quran. Jadi bagaimana Anda bisa menganggap bahwa hal tersebut adalah hal yang buruk/kriminal? salam, -- wikan http://wikan.multiply.com 2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED] efikoe%40gmail.com: Wikan, apapun namanya, tradisi, kebiasaan, local wisdom, tapi jika berpijak salah pada suatu yang dianggap sunnah, jatuhnya ya salah juga. soal riwayat yang menceritakan mudanya usia Aisyah saat dinikahi Rasul sudah ada yang membuktikan bahwa riwayat ini secara matan tidak diterima. saya bisa japti file nya jika mau. Jadi yang benar, Aisyah dinikahi Rasul antara usia 16-18 th, bukan usia 'sekolah dasar', walau konon praktek itu lazim di kalangan kafir Arab kala itu. contoh lain adalah praktek mirip di kalangan Syiah khumainiyah di Iran, setidaknya di masa Khumaini masih hidup krn dipraktekkan sendiri oleh Khumaini atas orang-tua yang bangga anaknya yang di bawah umum dinikahi mut'ah oleh Khumaini. cmiiw sesuatu yang JELAS salah, walau dipraktekan oleh umat manusia sedunia ya tetap salah ... -- Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”
[1] soal usia Aisyah ra, jika Wikan sudah pernah baca (entah masih ingat atau tidak argumen yang dipaparkan) mengapa masih keukeuh/ngotot dengan riwayat yang bermasalah itu, yang lalu jadi alat pihak 'lawan' untuk menuduh Rasul pedofil. aneh juga, di saat hal-hal yang jelas dipermasalahkan, hal yang 'masalah' malah dipandang 'ok'. [2] soal usia Khadiah ra, yang ada bukan perdebatan, Wikan, tapi perbedaan dari segi periwayatan hadis, tapi tidak sampai bermasalah spt usia nikah Aisyah ra. sejauh ini tidak ada debat yang terjadi soal ini di kalangan ulama (manapun). kec Wikan ada datanya. Jadi malah jelas di sini, usia tidak terlalu dipermasalahkan dalam Islam (baca=wahyu Allah) kec untuk kisah ash-habul kahfi dan seorang beriman yang ditidurkan Allah selama 100 th. [3] ah, soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal yang ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak ummi. apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke ummat menjadi sebuah dissenting opinion? [4] di arab masa Rasul ada pedofil? jangan-jangan ini khayalan Wikan saja. salam, satriyo 2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED]: silakan saja ditanyakan ke ulama2 mas ... dari dulu saya dapat ceritanya dari guru agama saya selalu aisha dinikahi umur 6 tahun dan 9 tahun kumpul dengan nabi dalam satu rumah. soal pendapat yang menyatakan aisha menikah umur 16-18 tahun, saya juga pernah baca, jadi terima kasih atas tawaran artikelnya. dalam dunia islam, kayaknya soal umur ini memang banyak yang jadi perdebatan. jangankan soal umur aisha, umur khadija aja banyak yang memperdebatkan bahwasanya khadija tidak berumur 40 saat menikah dengan nabi, tapi lebih muda dari itu. ada juga soal umur abubakar apakah lebih tua atau lebih muda daripada nabi muhammad. menurut saya, ini semua karena pencatatan jaman itu yang belum akurat, sehingga orang tidak bisa menduga secara persis umur orang. bukankah kalender islam baru dimulai pada jaman umar jadi khalifah? oh ya, saya juga pernah baca soal apakah nabi muhammad ummi (tidak bisa baca tulis) atau bukan. kebanyakan/jumhur ulama mengakui bahwa nabi adalah ummi, tapi ada dissenting opinion bahwa nabi tidak ummi. kembali ke soal pedofil. apa nabi pernah melarang praktek pedofil di arab saat itu? apakah pedofil suatu yang buruk dan salah? jangan2 itu hanya anggapan Mas Satriyo saja. salam, -- wikan 2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED] efikoe%40gmail.com: Hehehe ... tumben sekarang yakin 'ulama2' itu pada bener. :-) Makanya kan saya tawarkan japri untuk tahu isi artikel yang meluruskan opini salah kaprah. Dissenting opinion? Ini maksudnya apa? Tahu dari mana bahwa pendapat logis dan ilmiah ini adalah dissenting opinion? Kata ulama? Ulama mana? Be fair-lah. Kok kesannya Wikan tidak peduli apakah memang Rasul 'ko begitu' menikahi anak kecil? Nah, ini lagi, kayaknya Wikan tidak cermat membaca postingan saya, ... cappee deehhh ... Terserah lah, anda sudah cukup matang buat berdiskusi dengan matang pula, tidak asal dissenting saja ... dissenting keriting pusing kepelanting! -- Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”
silakan saja ditanyakan ke ulama2 mas ... dari dulu saya dapat ceritanya dari guru agama saya selalu aisha dinikahi umur 6 tahun dan 9 tahun kumpul dengan nabi dalam satu rumah. soal pendapat yang menyatakan aisha menikah umur 16-18 tahun, saya juga pernah baca, jadi terima kasih atas tawaran artikelnya. dalam dunia islam, kayaknya soal umur ini memang banyak yang jadi perdebatan. jangankan soal umur aisha, umur khadija aja banyak yang memperdebatkan bahwasanya khadija tidak berumur 40 saat menikah dengan nabi, tapi lebih muda dari itu. ada juga soal umur abubakar apakah lebih tua atau lebih muda daripada nabi muhammad. menurut saya, ini semua karena pencatatan jaman itu yang belum akurat, sehingga orang tidak bisa menduga secara persis umur orang. bukankah kalender islam baru dimulai pada jaman umar jadi khalifah? oh ya, saya juga pernah baca soal apakah nabi muhammad ummi (tidak bisa baca tulis) atau bukan. kebanyakan/jumhur ulama mengakui bahwa nabi adalah ummi, tapi ada dissenting opinion bahwa nabi tidak ummi. kembali ke soal pedofil. apa nabi pernah melarang praktek pedofil di arab saat itu? apakah pedofil suatu yang buruk dan salah? jangan2 itu hanya anggapan Mas Satriyo saja. salam, -- wikan 2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED]: Hehehe ... tumben sekarang yakin 'ulama2' itu pada bener. :-) Makanya kan saya tawarkan japri untuk tahu isi artikel yang meluruskan opini salah kaprah. Dissenting opinion? Ini maksudnya apa? Tahu dari mana bahwa pendapat logis dan ilmiah ini adalah dissenting opinion? Kata ulama? Ulama mana? Be fair-lah. Kok kesannya Wikan tidak peduli apakah memang Rasul 'ko begitu' menikahi anak kecil? Nah, ini lagi, kayaknya Wikan tidak cermat membaca postingan saya, ... cappee deehhh ... Terserah lah, anda sudah cukup matang buat berdiskusi dengan matang pula, tidak asal dissenting saja ... dissenting keriting pusing kepelanting!
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”
Sayang tanggapan saya untuk thread 'dissenting' ini berakhir di posting babeh ari ganteng condro dengan dissenting opinionnya bahwa saat Rasul nikah dengan Aisyah di Madinah, Khadijah masih hidup! (edhan -- baca 'edhyan' spt cinta laura -- tenan!) Sila lihat ... salam, satriyo 2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED]: pedofil itu kan suatu istilah mas, di mana seorang dewasa menyukai anak2/orang di bawah umur menyukai di sini tidak hanya berarti senang atau sayang, tapi punya makna secara seksualitas dalam budaya arab beduin di masa lalu hingga masa sekarang, budaya menikahkan anak2 masih tidak dihapuskan ... bagi orang2 barat, ini bermasalah ... karena menganggap pernikahan anak2 yang masih sangat muda ini merupakan bagian dari pedofilia yang dianggap orang barat sebagai suatu yang salah, suatu yang buruk ... sekarang soal nabi, apakah beliau pedofilia dalam term yang diterapkan oleh orang barat tersebut? sebagai orang islam kita bisa menjelaskan bahwa tradisi pernikahan anak2, merupakan hal yang wajar dalam masyarakat arab, bukan hal yang buruk seperti dianggap orang barat dan di sini anak2 tersebut mempunyai usia kematangan yang lebih dini ketimbang orang di barat, sehingga mereka lebih dewasa di samping itu, pernikahan adalah suatu hal yang terhormat, bukan cuman dijadikan pelampiasan seksual seperti halnya pedofil di barat, oleh karena itu term pedofil tidak pas diterapkan pada nabi saw. salam, -- wikan 2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED] efikoe%40gmail.com: [1] soal usia Aisyah ra, jika Wikan sudah pernah baca (entah masih ingat atau tidak argumen yang dipaparkan) mengapa masih keukeuh/ngotot dengan riwayat yang bermasalah itu, yang lalu jadi alat pihak 'lawan' untuk menuduh Rasul pedofil. aneh juga, di saat hal-hal yang jelas dipermasalahkan, hal yang 'masalah' malah dipandang 'ok'. [2] soal usia Khadiah ra, yang ada bukan perdebatan, Wikan, tapi perbedaan dari segi periwayatan hadis, tapi tidak sampai bermasalah spt usia nikah Aisyah ra. sejauh ini tidak ada debat yang terjadi soal ini di kalangan ulama (manapun). kec Wikan ada datanya. Jadi malah jelas di sini, usia tidak terlalu dipermasalahkan dalam Islam (baca=wahyu Allah) kec untuk kisah ash-habul kahfi dan seorang beriman yang ditidurkan Allah selama 100 th. [3] ah, soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal yang ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak ummi. apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke ummat menjadi sebuah dissenting opinion? [4] di arab masa Rasul ada pedofil? jangan-jangan ini khayalan Wikan saja. -- Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
La Tando alias MQ (cucunya HMNA) kok ngambil referensi dari Bible yang tidak shahih? Aneh juga, padahal sebelumnya sibuk mempersoalkan pendapat orang yg berbeda, bahwa hanya yang shahih yang bisa dijadikan dalil. Kok jadi standar ganda? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tana Doang [EMAIL PROTECTED] wrote: lasykar5 menulis soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal yang ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak ummi.apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke ummat menjadi sebuah dissenting opinion? - La Tando: sebutir pasir di antara pantai berpasir, tidak bisa disebut dissenting opinion. Bahwa Nabi Muhammad SAW itu buta huruf, bahkan disebutkan juga dalam Bible (Perjanjian Lama) Yesaya 29:12 dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: Baiklah baca ini, maka ia akan menjawab: Aku tidak dapat membaca. Ini sesuai dengan Shahih Bukhari: Fa Jaahu lMalaku fa Qaala Iqra' Qaala Maa Ana biQaariy(Rawahu Bukhaariy). Artinya: Malaikat (Jibril) datang kepadanya (Nabi) lalu katanya: Bacalah Berkata (Nabi): Aku tidak pandai membaca. (diriwayatkan oleh Bukhari) Yesaya 29:12 di atas itu adalah nubuatan mengenai kedatangan seorang Nabi yang tidak dapat membaca, yaitu Nabi Muhammad SAW. +++ - Original Message - From: lasykar5 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, April 04, 2008 5:18 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual [1] soal usia Aisyah ra, jika Wikan sudah pernah baca (entah masih ingat atau tidak argumen yang dipaparkan) mengapa masih keukeuh/ngotot dengan riwayat yang bermasalah itu, yang lalu jadi alat pihak 'lawan' untuk menuduh Rasul pedofil. aneh juga, di saat hal-hal yang jelas dipermasalahkan, hal yang 'masalah' malah dipandang 'ok'. [2] soal usia Khadiah ra, yang ada bukan perdebatan, Wikan, tapi perbedaan dari segi periwayatan hadis, tapi tidak sampai bermasalah spt usia nikah Aisyah ra. sejauh ini tidak ada debat yang terjadi soal ini di kalangan ulama (manapun). kec Wikan ada datanya. Jadi malah jelas di sini, usia tidak terlalu dipermasalahkan dalam Islam (baca=wahyu Allah) kec untuk kisah ash-habul kahfi dan seorang beriman yang ditidurkan Allah selama 100 th. [3] ah, soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal yang ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak ummi. apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke ummat menjadi sebuah dissenting opinion? . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
) adalah Muhammad SAW. Dalam Habakkuk, praise from Mount Paran adalah Muhammad SAW, karena secara harfiah Muhammad berarti praise (HMD dlm bhs Arab dan Yahudi). Terang Tuhan yang terbit atas bani Kedar yang dalam kegelapan adalah Muhammad SAW, karena beliau adalah satu-satunya Nabi melalui siapa bangsa Arab menerima wahyu di masa kegelapan jahiliyah. Dan tak lebih dari setahun setelah hijrah, anak cucu keturunan Kedar yaitu pasukan dari Makkah berjumpa dengan pasukan mujahidin Muhajirin dan Anshar dari Madinah dalam Perang Badar. Maka tumbanglah kemuliaan Bani Kedar, yaitu kafir Quraisy penduduk Makkah, kalah telak dalam Perang Badar. Muhammad SAW mensucikan kembali itu Glorious House, Rumah Keagungan Tuhan, BaituLlah di Makkah dengan membersihkannya dari patung-patung berhala. Setiap sekeping berhala tumbang, RasuluLlah SAW mengucapkan ayat: -- WQL JAa ALhQ WZHQ ALBAThL AN ALBARhL KAN ZHWQA (S ISRAa, 17:81), dibaca: waqul ja-al haqqu wazahaqal ba-thilu innal ba-thila ka-na zahu-qan. -- Katakanlah telah datang kebenaran dan telah lenyap yang batil, sesungguhnya kebatilan itu niscaya lenyap. WaLlahu a'lamu bisshawab. *** Makassar, 11 Desember 2005 [H.Muh.Nur Abdurrahman] http://waii-hmna.blogspot.com/2005/12/706-sepuluh-ribu-dari-faran.html - (*) Dalam ilmu balaghah bahasa-bahasa Semit (Hebrew dan Arab) fi'il madhiy (past tense) dipakai untuk waktu yang telah lalu dan untuk waktu yang akan datang yang pasti akan terjadi, sehingga dalam nubuwatan dipakai past tense. (**) Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) Inilah berkat yang diberikan Musa, abdi Allah itu, kepada orang Israel sebelum ia mati. Berkatalah ia: TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala Ada manipulasi di sini: 1. he shined dimanipulasi oleh LAI menjadi Ia tampak bersinar, he huruf kecil menunjuk kepada manusia dimanipulasi menjadi Ia huruf besar menunjuk kepada Tuhan 2. mount Paran dikaburkan oleh LAI menjadi pegunungan Paran, mount (puncak) dikaburkan menjadi pegunungan (puncak-puncak yang memanjang) 3. Angka ten thousands dikaburkan oleh LAI menjadi puluhan ribu (bisa 10.000, bisa 20.000, bisa 30.000 dst) 4. a fiery law diplintir oleh LAI menjadi api yang menyala. + - Original Message - From: ma_suryawan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, April 04, 2008 9:41 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual La Tando alias MQ (cucunya HMNA) kok ngambil referensi dari Bible yang tidak shahih? Aneh juga, padahal sebelumnya sibuk mempersoalkan pendapat orang yg berbeda, bahwa hanya yang shahih yang bisa dijadikan dalil. Kok jadi standar ganda? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tana Doang [EMAIL PROTECTED] wrote: lasykar5 menulis soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal yang ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak ummi.apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke ummat menjadi sebuah dissenting opinion? - La Tando: sebutir pasir di antara pantai berpasir, tidak bisa disebut dissenting opinion. Bahwa Nabi Muhammad SAW itu buta huruf, bahkan disebutkan juga dalam Bible (Perjanjian Lama) Yesaya 29:12 dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: Baiklah baca ini, maka ia akan menjawab: Aku tidak dapat membaca. Ini sesuai dengan Shahih Bukhari: Fa Jaahu lMalaku fa Qaala Iqra' Qaala Maa Ana biQaariy(Rawahu Bukhaariy). Artinya: Malaikat (Jibril) datang kepadanya (Nabi) lalu katanya: Bacalah Berkata (Nabi): Aku tidak pandai membaca. (diriwayatkan oleh Bukhari) Yesaya 29:12 di atas itu adalah nubuatan mengenai kedatangan seorang Nabi yang tidak dapat membaca, yaitu Nabi Muhammad SAW. +++ - Original Message - From: lasykar5 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, April 04, 2008 5:18 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual [1] soal usia Aisyah ra, jika Wikan sudah pernah baca (entah masih ingat atau tidak argumen yang dipaparkan) mengapa masih keukeuh/ngotot dengan riwayat yang bermasalah itu, yang lalu jadi alat pihak 'lawan' untuk menuduh Rasul pedofil. aneh juga, di saat hal-hal yang jelas dipermasalahkan, hal yang 'masalah' malah dipandang 'ok'. [2] soal usia Khadiah ra, yang ada bukan perdebatan, Wikan, tapi perbedaan dari segi periwayatan hadis, tapi tidak sampai
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Pak Wikan, pedophil dalam pembicaraan thread ini adalah dalam konteks yang merupakan kelainan seksual seperti yang disebutkan Pak Satriyo, saya kutip: ...yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksuallainnya harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia - .. Betul, di masyarakat modern Barat sekarang berhubungan seks dengan anak usia di bawah umur bisa masuk kategorikriminal pedophil. Mungkin ini nggak ketat diberlakukan di masyarakat Asia, sehingga kita suka baca di koran tertangkapnya kasus2 pedophile orang2 Barat di Asia. Dan saya setuju dengan penjelasan Pak Wikan di bawah tentang tuduhan tersebut kepada nabi Muhammad. Fundamentalis sekular menuduh nabi demikian, karena usia Aisha yang 9 tahunan. O,ya di bukunya Karen Armstrong usia Aisha waktu dinikahkan memang segitulah, wong waktu sesudah nikah langsung balik lagi main boneka dg temen2nya. Sedangkan fundamentalis Islam berusaha menghadirkan 'sunnah nabi' yang begitu itu secara harafiah lepas dari konteks, seperti Pak Wikan bilang di bawah. Fundamentalis yang lain 'girang' menemukan riwayat bahwa usia Aisha nggak segitu kok, tapi lebih tua - ini mendinganlah. Sesama fundamentalisemang nggak mau ngalah..:-) padahal sing waras ngalah...nggak pada waras sih. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: Mbak Mia mau konfirm apa benar pedofil itu adalah kriminal? kriminal menurut siapa? karena ada dalam budaya sebagian masyarakat islam yang malah menyarankan pernikahan seorang anak wanita di bawah umur dengan laki2 karena dianggap sesuai dengan sunnah Nabi. buat masyarakat tersebut itu adalah tindakan terhormat dan tidak tercela, apalagi kriminal. salam, -- wikan pedofil itu kan suatu istilah mas, di mana seorang dewasa menyukai anak2/orang di bawah umur menyukai di sini tidak hanya berarti senang atau sayang, tapi punya makna secara seksualitas dalam budaya arab beduin di masa lalu hingga masa sekarang, budaya menikahkan anak2 masih tidak dihapuskan ... bagi orang2 barat, ini bermasalah ... karena menganggap pernikahan anak2 yang masih sangat muda ini merupakan bagian dari pedofilia yang dianggap orang barat sebagai suatu yang salah, suatu yang buruk ... sekarang soal nabi, apakah beliau pedofilia dalam term yang diterapkan oleh orang barat tersebut? sebagai orang islam kita bisa menjelaskan bahwa tradisi pernikahan anak2, merupakan hal yang wajar dalam masyarakat arab, bukan hal yang buruk seperti dianggap orang barat dan di sini anak2 tersebut mempunyai usia kematangan yang lebih dini ketimbang orang di barat, sehingga mereka lebih dewasa di samping itu, pernikahan adalah suatu hal yang terhormat, bukan cuman dijadikan pelampiasan seksual seperti halnya pedofil di barat, oleh karena itu term pedofil tidak pas diterapkan pada nabi saw. salam, -- wikan 2008/4/3 Mia [EMAIL PROTECTED]: Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar Musda Muliah ini: Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt ditulis oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia memandang siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci Allah pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata Allah (dalam KitabNYA)? silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang menyimpang (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity, yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual lainnya harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia - - tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan khalaf. itu saja ... :-) Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!). Lagi, dalam pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi penilainya.
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah menulis dibawah ini... MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama yaitu indikator kesalehan. M Alya: Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon loh..canda he.. MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga. M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan RI-israel di JKT. Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU Fatayat. Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt diindonesia aja back to basic ... curhat ajamaaf kalau salah... MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination karena itu merasa bersalah dan minta maaf. salam Mia
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Bu Mia, Lho, memang setiap kita pasti melakukan peer-grouping. Itu kan yang saya sampaikan sebelumnya? Jadi saya tidak menyatakan saya tidak melakukannya juga, krn ini keniscayaan belaka. Kan sesuai dengan petuah Rasul soal mencari teman/berteman kan? Lho, dalam rentetan postingan ini saja, yang melakukan peer grouping itu Bapak sendiri - dalam konteks suuzon. Soal pendapat saya tentang pernyataan Musda Mulia, saya masih belum mengerti benar maksudnya. Artinya saya belum sejauh menanggapi langsung komentarnya spt ibu tanyakan ini Jadi apa pendapat Pak Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu Musdah sambil menyitir ayat: bahwa manusia (mayoritas dan minoritas) itu berada pada level playing yang sama pada sisi kemanusiaannya berdasarkan indikator kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat cinta? karena saya tidak tahu persis apakah memang maksud Musda Mulia ini spt yang ibu tanyakan. Saya punya pemahaman begitu setelah baca artikel Pak A Husaini yang lebih lengkap ketimbang koran sepotong-potong. Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar Musda Muliah ini: Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt ditulis oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia memandang siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci Allah pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata Allah (dalam KitabNYA)? silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang menyimpang (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity, yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual lainnya harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia - - tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan khalaf. itu saja ... :-) Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!). Lagi, dalam pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi penilainya. Waduh sodara2, ini terakhir postingan saya untuk Pak Satriyo dalam thread ini sebelum diskusinya keleleran, yang tentu saja saya berikan blio kesempatan terakhir untuk posting lagi kalo mau. Bu Musdah lagi menyitir ayat, atau menuliskan lagi ayat-ayat, tapi dibilang Satriyo berperan jadi juru bicara Tuhan. Menurut beritanya, ulama HTI dan MUI diundang dan diminta bicara utk saling mendengarkan, tapi dianggap Satriyo itu membunuh karakter para ulama salaf dan khalaf. Gimana sih...capek deh. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Pak Satriyo, dari postingan2 saya terdahulu 'ulama' di sini saya refer ke A.Husaini dan Musdah M., maksudnya akademisi islamologi, gitu. Saya mendapat gambaran diskusi gay lebih lengkap baca tulisan akademisi A.Husaini, ketimbang baca koran. Tapi saya juga mengkritisi akademisi A.Husaini yang melancarkan character assasination kepada akademisi lainnya. Satriyo: sudah ada peer-grouping.. dan kemudian: ..Musda Mulia adalah ulama yang sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal... Pak Satriyo sedang melakukan peer-grouping. Satriyo:..Justru pemikiran mereka jelas sekali ... rancunya juga: ..Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah tiap kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis Rasulullah.. Ini contoh character assasination dan khusnuzzon, pak Satriyo menggiringnya ke situ tanpa memperhatikan substansi yang ingin dikemukakan bu Musdah. Jadi apa pendapat Pak Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu Musdah sambil menyitir ayat: bahwa manusia (mayoritas dan minoritas) itu berada pada level playing yang sama pada sisi kemanusiaannya berdasarkan indikator kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat cinta? Dan bukankah bu Musdah memang sedang 'menuliskan kembali ayat- ayat' seperti yang dipesankan Karen Armstrong, sebetulnya lebih dari sekedar menyitir ayat? salam Mia
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Bu Mia, Lho, memang setiap kita pasti melakukan peer-grouping. Itu kan yang saya sampaikan sebelumnya? Jadi saya tidak menyatakan saya tidak melakukannya juga, krn ini keniscayaan belaka. Kan sesuai dengan petuah Rasul soal mencari teman/berteman kan? Lho, dalam rentetan postingan ini saja, yang melakukan peer grouping itu Bapak sendiri - dalam konteks suuzon. Nah itu kan menurut ibu, tapi menurut saya semua juga begitu, which means you are to, like it or not. Dan konteksnya tentu positif. Sebagai proses fitrah (cmiiw) pg itu kan natural dan tidak bisa intrinsik good or bad ... yang good atau bad peer-groupnya bukan peer- groupingnya ... :-) ... Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar Musda Muliah ini: Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt ditulis oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia memandang siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci Allah pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata Allah (dalam KitabNYA)? silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang menyimpang (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity, yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual lainnya harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia - - tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan khalaf. itu saja ... :-) Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!). Lagi, dalam pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi penilainya. Waduh sodara2, ini terakhir postingan saya untuk Pak Satriyo dalam thread ini sebelum diskusinya keleleran, yang tentu saja saya berikan blio kesempatan terakhir untuk posting lagi kalo mau. Bu Musdah lagi menyitir ayat, atau menuliskan lagi ayat-ayat, tapi dibilang Satriyo berperan jadi juru bicara Tuhan. Menurut beritanya, ulama HTI dan MUI diundang dan diminta bicara utk saling mendengarkan, tapi dianggap Satriyo itu membunuh karakter para ulama salaf dan khalaf. Gimana sih...capek deh. terserah ibu mau spt apa, dan maaf jika kali ini saya masih bikin ibu capek deh. Ko nampaknya ibu mencampur adukkan antara laporan ucapan musdah mulia mengikuti sebuah acara dari NGO dengan laporan TJP yang mengutip perkataan musdah mulia? Saya tidak menyatakan bahwa musdah mulia membunuh karakter peserta acara, dari HTI dan MUI. Baca lagi deh bu. Justru saya berupaya meluruskan tuduhan ibu pada saya (dan seharusnya ini bikin saya 'capek deh') yang ibu anggap sudah melakukan pembunuhan karakter. Ibu menganggap saya bikin diskusi ini keleleran? Please deh ...! :-) Kalo saya tidak salah, saat saya atau siapa saja di milis ini ada yang menyitir ayat, muncul pernyataan untuk tidak jadi jubir Tuhan dan semacamnya. Bukankah saya hanya memberikan respon yang sama kepada musdah mulia yang seenaknya mengutip ayat? silakan baca postingan saya dari surat pembaca tjp ... bukan hanya saya yang bingung dengan kerancuan berpikir musdah mulia dalam menafsirkan ayat Allah itu ...! Soal orientasi gay, bagian mana musdah mulia membatasi hanya pada ini saja? Orientasi saja, tanpa ekspresi tentu beda. justru masalahnya musdah mulia menentang sikap ulama yang dia cap sempit/picik yang mencap homoseksual itu haram. Buat saya, orientasi seks menyimpang itu tetap bahaya. mengapa? dari sekadar orientasi, pasti ada followup ke ekspresi. kalo sudah demikian mau apa? saya kira saya juga tidak akan berpanjang kata soal ini dengan ibu mia atau siapapun yang sepaham. saya sekadar menunjukkan betapa ngaco dan ngawurnya musdah muliah dalam [1] menafsirkan ayat dan [2] menghina para ulama dengan pendapat mereka yang dia cap picik. jika dua hal ini tidak mengganggu anda, silakan saja salam, satriyo
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�
menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian bgmn menjadi ibu/istru yg sholehah, bgmn menjadi generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah menulis dibawah ini... main/upstream - downstream... kalau ulama kecil salah mengajak umat tentu byk umat yg dirugikan keluar rule qurani... ibarat air susu/juice se teko dicelupi cicak/kecoa.. mendingan sy buang tuh susu/juice tsb .. daripada dikasih ke org2 lain yg tdk ngerti... Apa karena sudah byk lesbi gay diinonesia jadi perlu dilindungi hak2nya dan disyahkan perkawinannya oleh negara/Depag???.. spt dulu ribut2 pembagian kondom untuk safe sex karena byk kucing garong jajan he3... lesbi bisa kok disembuhkan memang perlu waktu dipisahkan.. demikian Gay.. kalau Gay ngeri ih... ada yg lemah lembuh dan well-educated ternyata gay!.. disuruh nginep kl ada mangsa bujangan dirumahnya diiming2 ini-itu..akhirnya dipaksa jadi pacar.. kalau kalah galak berabe.. apalagi kalau lagi butuh ekonomi bisa kecebur dunia gay.. demikian juga sama saja dunia lesbi.. Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon loh..canda he.. Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan RI-israel di JKT. Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU Fatayat. Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt diindonesia aja back to basic ... curhat ajamaaf kalau salah... Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang ibu mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn menjadi istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja atau perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan lebih mantep buat bu musda.. --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Aly, sebagian orang bergerak di mainstream, sebagian (kecil) lagi di irisan-irisan atau frontier. Nah, bu Musdah adalah salah satu ulama yang ada di frontier - yang tentu saja kelompok di mainstream belum tentu mengerti wawasan yang ada di ufuk sana. In any case, kita kudu menghargai semangat ini kalau itu untuk kebaikan. Apakah bu Musdah mengajarkan keburukan? kan nggak, blio mengajak kita untuk berada pada level playing field yang sama dalam kemanusiaan yang dilandaskan pada kesalehan. Lalu disitirnya ayat untuk mengkonfirmasikan pendapatnya itu. Bukannya begitu? Ketika kita membahas ini sebaiknya menerapkan prasangka baik (khusnuzzon) pada ulama2 ini sebagai agent of change (khalifah), bukannya character assasination, seperti yang ditulis Pak A Husaini dan Pak Aly sendiri. Bu Musdah kan track recordnya jelas. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote: Mbak Mia, Bingung yah dengan Prof Dr. Musdah.. Bu Musdah byk bergerak di lembaga demokrasi perempuan.. smp2 minta jatah kursi lebih byk di DPR untuk perempuan... Skrng byk ngupas ayat yg gak di mengerti secara luas... Mungkin bu musdah sama dengan budayawan Nur wahid .. susah dipahami masyarakat umum.. mungkin juga menuju gaya Gus Dur he3... kdng susah ditebak... maaf sy baru sekali ikut ceramahnya bu musdah.. Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang ibu mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn menjadi istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja atau perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan lebih mantep buat bu musda.. Al-Quran, hadist cukuplah kita kembali sebagai rujukan apalagi bu Mia lebih tau bahasan tafsir dan punya referensi bukan prof DR yang terkadang masih ada emotional atau keluar rule... anjlok deh kereta dari rel he3 nanti menhub lagi yg disalahin he3... slm, ali --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak tahu tentang berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan kalo baca koran kan sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan beberapa baris, lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas. Sedangkan A. Husaini biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya lebih panjang lebar, maklum basisnya akademis. Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan mengatakan misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah perjalanan intelektual Prof. Musdah
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�
menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah menulis dibawah ini... main/upstream - downstream... kalau ulama kecil salah mengajak umat tentu byk umat yg dirugikan keluar rule qurani... ibarat air susu/juice se teko dicelupi cicak/kecoa.. mendingan sy buang tuh susu/juice tsb .. daripada dikasih ke org2 lain yg tdk ngerti... Apa karena sudah byk lesbi gay diindonesia jadi perlu dilindungi hak2nya dan disyahkan perkawinannya oleh negara/Depag???.. spt dulu ribut2 pembagian kondom untuk safe sex karena byk kucing garong jajan he3... lesbi bisa kok disembuhkan memang perlu waktu dipisahkan.. demikian Gay.. kalau Gay ngeri ih... ada yg lemah lembuh dan well-educated ternyata gay!.. disuruh nginep kl ada mangsa bujangan dirumahnya diiming2 ini-itu..akhirnya dipaksa jadi pacar.. kalau kalah galak berabe.. apalagi kalau lagi butuh ekonomi bisa kecebur dunia gay.. demikian juga sama saja dunia lesbi.. Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon loh..canda he.. Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan RI-israel di JKT. Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU Fatayat. Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt diindonesia aja back to basic ... curhat ajamaaf kalau salah... Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang ibu mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn menjadi istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja atau perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan lebih mantep buat bu musda.. --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Aly, sebagian orang bergerak di mainstream, sebagian (kecil) lagi di irisan-irisan atau frontier. Nah, bu Musdah adalah salah satu ulama yang ada di frontier - yang tentu saja kelompok di mainstream belum tentu mengerti wawasan yang ada di ufuk sana. In any case, kita kudu menghargai semangat ini kalau itu untuk kebaikan. Apakah bu Musdah mengajarkan keburukan? kan nggak, blio mengajak kita untuk berada pada level playing field yang sama dalam kemanusiaan yang dilandaskan pada kesalehan. Lalu disitirnya ayat untuk mengkonfirmasikan pendapatnya itu. Bukannya begitu? Ketika kita membahas ini sebaiknya menerapkan prasangka baik (khusnuzzon) pada ulama2 ini sebagai agent of change (khalifah), bukannya character assasination, seperti yang ditulis Pak A Husaini dan Pak Aly sendiri. Bu Musdah kan track recordnya jelas. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote: Mbak Mia, Bingung yah dengan Prof Dr. Musdah.. Bu Musdah byk bergerak di lembaga demokrasi perempuan.. smp2 minta jatah kursi lebih byk di DPR untuk perempuan... Skrng byk ngupas ayat yg gak di mengerti secara luas... Mungkin bu musdah sama dengan budayawan Nur wahid .. susah dipahami masyarakat umum.. mungkin juga menuju gaya Gus Dur he3... kdng susah ditebak... maaf sy baru sekali ikut ceramahnya bu musdah.. Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang ibu mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn menjadi istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja atau perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan lebih mantep buat bu musda.. Al-Quran, hadist cukuplah kita kembali sebagai rujukan apalagi bu Mia lebih tau bahasan tafsir dan punya referensi bukan prof DR yang terkadang masih ada emotional atau keluar rule... anjlok deh kereta dari rel he3 nanti menhub lagi yg disalahin he3... slm, ali --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak tahu tentang berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan kalo baca koran kan sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan beberapa baris, lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas. Sedangkan A. Husaini biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya lebih panjang lebar, maklum basisnya akademis. Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan mengatakan misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah perjalanan intelektual Prof.
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak tahu tentang berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan kalo baca koran kan sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan beberapa baris, lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas. Sedangkan A. Husaini biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya lebih panjang lebar, maklum basisnya akademis. Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan mengatakan misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah perjalanan intelektual Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu heran. Sejak awal, cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri mengubah-ubah hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang dan cara hidup Barat.. Masak akademisi bilang ke intelektual lain 'kacau dan seenaknya..cara hidup barat'...dsb. Kalau saya meliatnya Bu Musdah itu ulama yang berani banget (kalo bukan nekat). Mungkin ini bentuk amal nyata dari yang ditulis Karen Armstrong dalam Great Transformation bahwa ummat mesti menuliskan lagi ayat-ayat sucinya... untuk membentuk visi baru mencairkan sifat kekerasan kita yang inheren dalam kitab-kitab suci kita. Lepas dari benar-salan, setuju atau tidak, kita mesti mendukung dan mendapat inspirasi dari keberanian ulama-ulama seperti ini, yang lain misalnya Amina Wadud dengan imam perempuan, dan jangan lupa banyak ulama2 kita dulu sudah menihilkan hukum rajam, qishas, perbudakan dll. Tinggal diterusin saja kerja dan semangatnya. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In ... wrote: *Professor UIN berpendapat, katanya Islam mengakui homoseksualitas. Dulu ia pernah mendapat puja-puji Amerika. **Baca Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-230* Oleh: *Adian Husaini* Harian *The Jakarta Post*, edisi Jumat (28/3/2008) pada halaman mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam *'recognizes homosexuality' *(Islam mengakui homoseksualitas). Mengutip pendapat dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di UIN Jakarta, koran berbahasa Inggris itu menulis bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam. (*Homosexuals and homosexuality are natural and created by God, thus permissible within Islam*). Menurut Musdah, para sarjana Muslim moderat berpendapat, bahwa tidak ada alasan untuk menolak homoseksual. Dan bahwasanya pengecaman terhadap homoseksual atau homoseksualitas oleh kalangan ulama aurus utama dan kalangan Muslim lainnya hanyalah didasarkan pada penafsiran sempit terhadap ajaran Islam. Tepatnya, ditulis oleh Koran ini: *Moderate Muslim scholars said there were no reasons to reject homosexuals under Islam, and that the condemnation of homosexuals and homosexuality by mainstream ulema and many other Muslims was based on narrow-minded interpretations of Islamic teachings.* Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (*Indonesia Conference of Religions and Peace*) ini, Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (*There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety*). Demikian pendapat guru besar UIN Jakarta ini dalam diskusi yang diselenggarakan suatu organisasi bernama *Arus Pelangi*, di Jakarta, Kamis (27/3/2008). Menurut Musdah Mulia, intisari ajaran Islam adalah memanusiakan manusia dan menghormati kedaulatannya. Lebih jauh ia katakan, bahwa homoseksualitas adalah berasal dari Tuhan, dan karena itu harus diakui sebagai hal yang alamiah. *The Jakarta Post *juga mengutip pendapat seorang pembicara bernama Nurofiah, yang menyatakan, bahwa pandangan dominan dalam masyarakat Islam tentang heterogenitas adalah sebuah konstruksi sosial, sehingga berakibat pada pelarangan homoseksualitas oleh kaum mayoritas. Ini sama dengan kasus bias gender akibat dominasi budaya patriarki. Karena itu, katanya, akan berbeda jika yang berkuasa adalah kaum homoseks. Lebih tepatnya, dikutip ucapan aktivis gender ini: *Like gender bias or patriarchy, heterogeneity bias is socially constructed. It would be totally different if the ruling group was homosexuals.* Diskusi tentang homoseksual itu pun menghadirkan pembicara dari Majelis Ulama Indonesia dan Hizbut Tahrir Indonesia. Kedua organisasi ini, oleh *The Jakarta Post*, sudah dicap sebagai kelompok Muslim konservatif. Ditulis oleh Koran ini: *Condemnation of homosexuality was voiced by two conservative Muslim groups, the Indonesian Ulema Council (MUI) and Hizbut Thahir **Indonesia** (HTI).* Amir Syarifuddin, pengurus MUI, menyatakan bahwa praktik
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak tahu tentang berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan kalo baca koran kan sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan beberapa baris, lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas. Sedangkan A. Husaini biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya lebih panjang lebar, maklum basisnya akademis. Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan mengatakan misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah perjalanan intelektual Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu heran. Sejak awal, cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri mengubah-ubah hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang dan cara hidup Barat.. Masak akademisi bilang ke intelektual lain 'kacau dan seenaknya..cara hidup barat'...dsb. Kalau saya meliatnya Bu Musdah itu ulama yang berani banget (kalo bukan nekat). Mungkin ini bentuk amal nyata dari yang ditulis Karen Armstrong dalam Great Transformation bahwa ummat mesti menuliskan lagi ayat-ayat sucinya... untuk membentuk visi baru mencairkan sifat kekerasan kita yang inheren dalam kitab-kitab suci kita. Lepas dari benar-salan, setuju atau tidak, kita mesti mendukung dan mendapat inspirasi dari keberanian ulama-ulama seperti ini, yang lain misalnya Amina Wadud dengan imam perempuan, dan jangan lupa banyak ulama2 kita dulu sudah menihilkan hukum rajam, qishas, perbudakan dll. Tinggal diterusin saja kerja dan semangatnya. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In ... wrote: *Professor UIN berpendapat, katanya Islam mengakui homoseksualitas. Dulu ia pernah mendapat puja-puji Amerika. **Baca Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-230* Oleh: *Adian Husaini* Harian *The Jakarta Post*, edisi Jumat (28/3/2008) pada halaman mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam *'recognizes homosexuality' *(Islam mengakui homoseksualitas). Mengutip pendapat dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di UIN Jakarta, koran berbahasa Inggris itu menulis bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam. (*Homosexuals and homosexuality are natural and created by God, thus permissible within Islam*). Menurut Musdah, para sarjana Muslim moderat berpendapat, bahwa tidak ada alasan untuk menolak homoseksual. Dan bahwasanya pengecaman terhadap homoseksual atau homoseksualitas oleh kalangan ulama aurus utama dan kalangan Muslim lainnya hanyalah didasarkan pada penafsiran sempit terhadap ajaran Islam. Tepatnya, ditulis oleh Koran ini: *Moderate Muslim scholars said there were no reasons to reject homosexuals under Islam, and that the condemnation of homosexuals and homosexuality by mainstream ulema and many other Muslims was based on narrow-minded interpretations of Islamic teachings.* Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (*Indonesia Conference of Religions and Peace*) ini, Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (*There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety*). Demikian pendapat guru besar UIN Jakarta ini dalam diskusi yang diselenggarakan suatu organisasi bernama *Arus Pelangi*, di Jakarta, Kamis (27/3/2008). Menurut Musdah Mulia, intisari ajaran Islam adalah memanusiakan manusia dan menghormati kedaulatannya. Lebih jauh ia katakan, bahwa homoseksualitas adalah berasal dari Tuhan, dan karena itu harus diakui sebagai hal yang alamiah. *The Jakarta Post *juga mengutip pendapat seorang pembicara bernama Nurofiah, yang menyatakan, bahwa pandangan dominan dalam masyarakat Islam tentang heterogenitas adalah sebuah konstruksi sosial, sehingga berakibat pada pelarangan homoseksualitas oleh kaum mayoritas. Ini sama dengan kasus bias gender akibat dominasi budaya patriarki. Karena itu, katanya, akan berbeda jika yang berkuasa adalah kaum homoseks. Lebih tepatnya, dikutip ucapan aktivis gender ini: *Like gender bias or patriarchy, heterogeneity bias is socially constructed. It would be totally different if the ruling group was homosexuals.* Diskusi tentang homoseksual itu pun menghadirkan pembicara dari Majelis Ulama Indonesia dan Hizbut Tahrir Indonesia. Kedua organisasi ini, oleh *The Jakarta Post*, sudah dicap sebagai kelompok Muslim konservatif. Ditulis oleh Koran ini: *Condemnation of homosexuality was voiced by two conservative Muslim groups, the Indonesian Ulema Council (MUI) and Hizbut Thahir **Indonesia** (HTI).* Amir Syarifuddin, pengurus MUI, menyatakan bahwa praktik
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�
Mbak Mia, Bingung yah dengan Prof Dr. Musdah.. Bu Musdah byk bergerak di lembaga demokrasi perempuan.. smp2 minta jatah kursi lebih byk di DPR untuk perempuan... Skrng byk ngupas ayat yg gak di mengerti secara luas... Mungkin bu musdah sama dengan budayawan Nur wahid .. susah dipahami masyarakat umum.. mungkin juga menuju gaya Gus Dur he3... kdng susah ditebak... maaf sy baru sekali ikut ceramahnya bu musdah.. Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang ibu mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn menjadi istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja atau perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan lebih mantep buat bu musda.. Al-Quran, hadist cukuplah kita kembali sebagai rujukan apalagi bu Mia lebih tau bahasan tafsir dan punya referensi bukan prof DR yang terkadang masih ada emotional atau keluar rule... anjlok deh kereta dari rel he3 nanti menhub lagi yg disalahin he3... slm, ali --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak tahu tentang berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan kalo baca koran kan sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan beberapa baris, lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas. Sedangkan A. Husaini biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya lebih panjang lebar, maklum basisnya akademis. Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan mengatakan misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah perjalanan intelektual Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu heran. Sejak awal, cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri mengubah-ubah hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang dan cara hidup Barat.. Masak akademisi bilang ke intelektual lain 'kacau dan seenaknya..cara hidup barat'...dsb. Kalau saya meliatnya Bu Musdah itu ulama yang berani banget (kalo bukan nekat). Mungkin ini bentuk amal nyata dari yang ditulis Karen Armstrong dalam Great Transformation bahwa ummat mesti menuliskan lagi ayat-ayat sucinya... untuk membentuk visi baru mencairkan sifat kekerasan kita yang inheren dalam kitab-kitab suci kita. Lepas dari benar-salan, setuju atau tidak, kita mesti mendukung dan mendapat inspirasi dari keberanian ulama-ulama seperti ini, yang lain misalnya Amina Wadud dengan imam perempuan, dan jangan lupa banyak ulama2 kita dulu sudah menihilkan hukum rajam, qishas, perbudakan dll. Tinggal diterusin saja kerja dan semangatnya. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In ... wrote: *Professor UIN berpendapat, katanya Islam mengakui homoseksualitas. Dulu ia pernah mendapat puja-puji Amerika. **Baca Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-230* Oleh: *Adian Husaini* Harian *The Jakarta Post*, edisi Jumat (28/3/2008) pada halaman mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam *'recognizes homosexuality' *(Islam mengakui homoseksualitas). Mengutip pendapat dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di UIN Jakarta, koran berbahasa Inggris itu menulis bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam. (*Homosexuals and homosexuality are natural and created by God, thus permissible within Islam*). Menurut Musdah, para sarjana Muslim moderat berpendapat, bahwa tidak ada alasan untuk menolak homoseksual. Dan bahwasanya pengecaman terhadap homoseksual atau homoseksualitas oleh kalangan ulama aurus utama dan kalangan Muslim lainnya hanyalah didasarkan pada penafsiran sempit terhadap ajaran Islam. Tepatnya, ditulis oleh Koran ini: *Moderate Muslim scholars said there were no reasons to reject homosexuals under Islam, and that the condemnation of homosexuals and homosexuality by mainstream ulema and many other Muslims was based on narrow-minded interpretations of Islamic teachings.* Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (*Indonesia Conference of Religions and Peace*) ini, Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (*There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety*). Demikian pendapat guru besar UIN Jakarta ini dalam diskusi yang diselenggarakan suatu organisasi bernama *Arus Pelangi*, di Jakarta, Kamis (27/3/2008). Menurut Musdah Mulia, intisari ajaran Islam adalah memanusiakan manusia dan menghormati kedaulatannya. Lebih jauh ia katakan, bahwa homoseksualitas adalah berasal dari Tuhan, dan
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Ahli Fikih: Musdah Bukan Ulama Oleh : Redaksi 02 Apr 2008 - 3:00 pm Siti Musdah Mulia adalah aktifis Gender yg berinduk pada liberalisme barat Ahmad Zein An Najah, doktor bidang Fikih lulusan Al Azhar Mesir mengatakan, Siti Musdah Mulia bukan ulama, jadi pernyataanya tak perlu diikuti Dr. Ahmad Zein An Najah, doktor dalam bidang Fikih lulusan Universitas Al Azhar Mesir, mengatakan, bahwa Musdah Mulia bukanlah seorang ulama, sehingga perkataannya tidak perlu dijadikan panutan. Pernyataan pengurus DDII pusat disampaikan setelah membaca pernyataan aktivis liberal itu dalam sebuah Koran berbahasa Inggris terbitan Jakarta yang mengatakan, Islam mengakui adanya homoseksualitas. Sebagaimana diketahui, Harian The Jakarta Post, edisi Jumat (28/3) pada halaman mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam 'recognizes homosexuality' (Islam mengakui homoseksualitas). Dengan mengutip pendapat dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di UIN Jakarta, koran berbahasa Inggris itu menulis bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam. (Homosexuals and homosexuality are natural and created by God, thus permissible within Islam). Menurut Zein, Siti Musdah Mulia bukanlah seorang ulama. Karenanya, pernyataanya tak perlu diikuti. Sebab menurut Zein, seorang ulama adalah orang yang berilmu, dan takut kepada Allah Ta'ala, serta berbicara menurut kaidah ilmiah. Sedang Siti Musdah Mulia tidak seperti itu, ujarnya kepada hidayatullah.com. Meski demikian, dampak pernyataanya yang mengatakan homoseksual diakui dalam Islam itu sangat berbahaya. Karena masyarakat tahunya ia adalah seorang guru besar di universitas Islam terkenal. Sehingga pernyataanya seolah-olah memberi legitimasi pada perilaku menyimpang dan sangat dilarang oleh Al-Quran itu, katanya. Orang-orang awam mungkin menganggap Musdah Mulia itu ulama. Apalagi dengan titel professor dan doktor yang terkesan di mata orang-orang awam adalah orang yang pinter. Dia pakai jilbab dan ia juga menyitir ayat Al-Quran, tambahnya. Pria asal Klaten ini menambahkan, dalam urusan hukum, Islam dikenal tak pernah main-main. Apalagi untuk melakukan istimbat (kesimpulan) hukum. Menurut Zein An Najah, syaratnya seseorang melakukan pengambilam hukum sangat ketat dan amat banyak. Diantaranya, ia harus menguasai bahasa Arab, menguasai ushul fikh, juga mengetahui ijma' ulama. Dan masih ada syarat-syarat lainnya. Tapi menurutnya, hal itu tak dimiliki oleh seorang Musdah Mulia. Indikasinya, dia terlalu gegabah di dalam menetapkan hukum. Tidak menggunakan metodologi yang telah ditetapkan para ulama. Dia menetapkan hukum berdasarkan apa yang ada di akalnya, tambahnya. Karenanya, Zein An Najah menganjurkan, idealnya kelompok-kelompok Islam tak menghadiri undangan-undangan semacam itu alias menolak. Sebab selain acara seperti itu mengandung subhat juga banyak mudharatnya. Bahkan kalau perlu, katanya, membubarkan acaranya. Karena sudah jelas homoseks dan lesbian haram, semua ulama sudah sepakat, tidak ada khilaf dalam hal ini. Ini sama halnya dengan mendiskusikan zina, haram atau tidak, katanya. Musdah Mulia sebelumnya menyampaikan pernyataan tentang homoseksual itu dalam sebuah diskusi di Jakarta hari Kamis, 27 Maret 2008 lalu yang dihadiri para pelaku lesbian, gay (homoseksual) dan waria (LGBT) di bawah naungan NGO pembela kelompok lesbian dan gay, Arus Pelangi. [thoriq/www.hidayatullah.com] Posted by: Mia [EMAIL PROTECTED] aldiy Wed Apr 2, 2008 5:34 am (PDT) Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak tahu tentang berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan kalo baca koran kan sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan beberapa baris, lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas. Sedangkan A. Husaini biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya lebih panjang lebar, maklum basisnya akademis. Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan mengatakan misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah perjalanan intelektual Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu heran. Sejak awal, cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri mengubah-ubah hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang dan cara hidup Barat.. Masak akademisi bilang ke intelektual lain 'kacau dan seenaknya..cara hidup barat'...dsb. Kalau saya meliatnya Bu Musdah itu ulama yang berani banget (kalo bukan nekat). Mungkin ini bentuk amal nyata dari yang ditulis Karen Armstrong dalam Great Transformation bahwa ummat mesti menuliskan lagi ayat-ayat sucinya... untuk membentuk visi baru mencairkan sifat kekerasan kita yang inheren dalam kitab-kitab suci kita. Lepas dari benar-salan, setuju atau tidak, kita mesti mendukung dan mendapat inspirasi dari keberanian ulama-ulama seperti ini, yang lain misalnya Amina Wadud dengan imam perempuan, dan jangan lupa banyak ulama2 kita dulu sudah menihilkan hukum rajam,
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Pak Aly, sebagian orang bergerak di mainstream, sebagian (kecil) lagi di irisan-irisan atau frontier. Nah, bu Musdah adalah salah satu ulama yang ada di frontier - yang tentu saja kelompok di mainstream belum tentu mengerti wawasan yang ada di ufuk sana. In any case, kita kudu menghargai semangat ini kalau itu untuk kebaikan. Apakah bu Musdah mengajarkan keburukan? kan nggak, blio mengajak kita untuk berada pada level playing field yang sama dalam kemanusiaan yang dilandaskan pada kesalehan. Lalu disitirnya ayat untuk mengkonfirmasikan pendapatnya itu. Bukannya begitu? Ketika kita membahas ini sebaiknya menerapkan prasangka baik (khusnuzzon) pada ulama2 ini sebagai agent of change (khalifah), bukannya character assasination, seperti yang ditulis Pak A Husaini dan Pak Aly sendiri. Bu Musdah kan track recordnya jelas. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote: Mbak Mia, Bingung yah dengan Prof Dr. Musdah.. Bu Musdah byk bergerak di lembaga demokrasi perempuan.. smp2 minta jatah kursi lebih byk di DPR untuk perempuan... Skrng byk ngupas ayat yg gak di mengerti secara luas... Mungkin bu musdah sama dengan budayawan Nur wahid .. susah dipahami masyarakat umum.. mungkin juga menuju gaya Gus Dur he3... kdng susah ditebak... maaf sy baru sekali ikut ceramahnya bu musdah.. Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang ibu mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn menjadi istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja atau perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan lebih mantep buat bu musda.. Al-Quran, hadist cukuplah kita kembali sebagai rujukan apalagi bu Mia lebih tau bahasan tafsir dan punya referensi bukan prof DR yang terkadang masih ada emotional atau keluar rule... anjlok deh kereta dari rel he3 nanti menhub lagi yg disalahin he3... slm, ali --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak tahu tentang berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan kalo baca koran kan sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan beberapa baris, lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas. Sedangkan A. Husaini biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya lebih panjang lebar, maklum basisnya akademis. Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan mengatakan misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah perjalanan intelektual Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu heran. Sejak awal, cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri mengubah-ubah hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang dan cara hidup Barat.. Masak akademisi bilang ke intelektual lain 'kacau dan seenaknya..cara hidup barat'...dsb. Kalau saya meliatnya Bu Musdah itu ulama yang berani banget (kalo bukan nekat). Mungkin ini bentuk amal nyata dari yang ditulis Karen Armstrong dalam Great Transformation bahwa ummat mesti menuliskan lagi ayat-ayat sucinya... untuk membentuk visi baru mencairkan sifat kekerasan kita yang inheren dalam kitab-kitab suci kita. Lepas dari benar-salan, setuju atau tidak, kita mesti mendukung dan mendapat inspirasi dari keberanian ulama-ulama seperti ini, yang lain misalnya Amina Wadud dengan imam perempuan, dan jangan lupa banyak ulama2 kita dulu sudah menihilkan hukum rajam, qishas, perbudakan dll. Tinggal diterusin saja kerja dan semangatnya. salam Mia
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Pak Aly, Di mata bu Mia, Musda Mulia adalah sosok ulama. Dan ini saya kira hak bu Mia atau siapapun untuk memberi label apapun buat orang yang visi dan misinya memang dianggap apresiatif dan kondusif. Jadi sampai kapanpun, opini macam pak Adian Husaini dari kalangan intelektual muslim, atau dari siapapun yang mewakili strata manapun, tidak akan bisa nyambung dalam konteks kategorisasi Musdah Mulia ini karena sudah ada peer-grouping, atau asosiasi diri yang terlibat. Jadi biarlah masing-masing dengan pendapatnya, selama bisa saling menghargai saja, minimal simpati kalo bisa malah empati. Bu Mia, lepas dari konstruk sosial soal adanya mainstream atau tidak, apa yang dilalukan oleh Musda Mulia ini jelas setataran dengan awak JIL yaitu mencoba mengklaim kebenaran menggunakan logika dan mind-set subjektif (at least subjektif buat para oposannya) sambil di saat yang sama meyakinkan 'kesalahan' dan 'kekeliruan' para ulama salaf dan khalaf atas hal-hal tertentu yang didukungnya. Musda Mulia kan mulai muncul namanya setelah berhasil menelurkan CLDKHI tempo hari bersama 'team' nya itu. 'Keuntungan' Musda Mulia adalah dia memilih duduk di sisi ring yang memang punya kapasitas dan kapabilitas kuat dari segi dana dan media, sehingga proyeksi keulamaan/intelektualitasnya jadi sangat teramplifikasi berlipat- ganda dibanding, misalnya, ibu Aisyah Girindra atau ulama wanita seperti beliau yang bersebrangan. Buat saya, Musda Mulia memang bukan ulama dalam konteks 'standar- normal' yang menghargai tradisi islam. Musda Mulia adalah ulama yang sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal, dkk (saya kira bisa dilihat list-nya di buku karangan Budi Handrianto 50 Tokoh JIL itu) dalam konteks liberalisasi (pemikiran) islam. Tidak lebih. Bukannya tidak ada yang bisa mengerti pemikiran Musda Muliah, sebagaimana juga bukannya tidak ada yang bisa mengerti pemikiran awak JIL atau siapa saja yang sepemahaman. Justru pemikiran mereka jelas sekali ... rancunya. Hanya saja, mereka menggunakan paradigma 'baru' yaitu pendekatan yang rasional dan terkesan logis sehingga buat sementara kalangan muslim yang tidak paham ada apa dibalik paradigma ini, tentu akan terkesima dan apresiatif sekali. Dan yang menarik menurut saya, klaim keulamaan Musda Muliah (dan rekan2 'seperjuangan' dia) bukan berasal dari ummat (atau menurut terma ibu 'mainstream') tapi dari sesama penggiat liberalisasi islam yang lalu disosialisasikan sehingga muncuk kesan bahwa keulamaan ini memang sewajarnya ia sandang. Dan memang ummat masih cukup 'polos' untuk tidak dikatakan 'bodoh' untuk bisa melihat beyond gelar dan titel, termasuk afiliasi institusi. Jadi wajar saja para penggiat liberalisasi islam ini masih memandang perlu penyandangan gelar, titel dan afiliasi institusi ini, semata hingga agenda mereka untuk 'memegang' posisi strategis di negeri ini pasca Orba tercapai, layaknya status menteri agama di masa S. Harto sebagai alat penguasa anti-islam berinteraksi dan memaksakan kemauannya pada ummat. Saya akui, Muslimah Progresif-nya Musda Mulia memang bagus dari segi untaian kata, tapi tetap saja rancu. Kebathilan yang indah tidak akan membuatnya menjadi Kebenaran. Malah Kebenaran bisa disalahgunakan untuk Kebathilan. Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah tiap kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis Rasulullah, sebagaimana Moqsith melakukannya dalam desertasinya? Intelektual tidak mutlak benar. Tidak sedikit karya yang diklaim ilmiah tapi miskin scientific accoutability, semata hanya bermain data dan referensi saja. At the end of the day, niat lah yang akan eventually mengungkapkan fakta sesungguhnya ... di dunia ini atau jelas di akhirat nanti. salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Aly, sebagian orang bergerak di mainstream, sebagian (kecil) lagi di irisan-irisan atau frontier. Nah, bu Musdah adalah salah satu ulama yang ada di frontier - yang tentu saja kelompok di mainstream belum tentu mengerti wawasan yang ada di ufuk sana. In any case, kita kudu menghargai semangat ini kalau itu untuk kebaikan. Apakah bu Musdah mengajarkan keburukan? kan nggak, blio mengajak kita untuk berada pada level playing field yang sama dalam kemanusiaan yang dilandaskan pada kesalehan. Lalu disitirnya ayat untuk mengkonfirmasikan pendapatnya itu. Bukannya begitu? Ketika kita membahas ini sebaiknya menerapkan prasangka baik (khusnuzzon) pada ulama2 ini sebagai agent of change (khalifah), bukannya character assasination, seperti yang ditulis Pak A Husaini dan Pak Aly sendiri. Bu Musdah kan track recordnya jelas. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly assalamualaikum_hello@ wrote: Mbak Mia, Bingung yah dengan Prof Dr. Musdah.. Bu Musdah byk bergerak di lembaga demokrasi perempuan.. smp2 minta jatah kursi lebih byk di DPR untuk perempuan... Skrng byk ngupas ayat yg gak di mengerti secara
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Pak Satriyo, dari postingan2 saya terdahulu 'ulama' di sini saya refer ke A.Husaini dan Musdah M., maksudnya akademisi islamologi, gitu. Saya mendapat gambaran diskusi gay lebih lengkap baca tulisan akademisi A.Husaini, ketimbang baca koran. Tapi saya juga mengkritisi akademisi A.Husaini yang melancarkan character assasination kepada akademisi lainnya. Satriyo: sudah ada peer-grouping.. dan kemudian: ..Musda Mulia adalah ulama yang sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal... Pak Satriyo sedang melakukan peer-grouping. Satriyo:..Justru pemikiran mereka jelas sekali ... rancunya juga: ..Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah tiap kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis Rasulullah.. Ini contoh character assasination dan khusnuzzon, pak Satriyo menggiringnya ke situ tanpa memperhatikan substansi yang ingin dikemukakan bu Musdah. Jadi apa pendapat Pak Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu Musdah sambil menyitir ayat: bahwa manusia (mayoritas dan minoritas) itu berada pada level playing yang sama pada sisi kemanusiaannya berdasarkan indikator kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat cinta? Dan bukankah bu Musdah memang sedang 'menuliskan kembali ayat-ayat' seperti yang dipesankan Karen Armstrong, sebetulnya lebih dari sekedar menyitir ayat? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Aly, Di mata bu Mia, Musda Mulia adalah sosok ulama. Dan ini saya kira hak bu Mia atau siapapun untuk memberi label apapun buat orang yang visi dan misinya memang dianggap apresiatif dan kondusif. Jadi sampai kapanpun, opini macam pak Adian Husaini dari kalangan intelektual muslim, atau dari siapapun yang mewakili strata manapun, tidak akan bisa nyambung dalam konteks kategorisasi Musdah Mulia ini karena sudah ada peer-grouping, atau asosiasi diri yang terlibat. Jadi biarlah masing-masing dengan pendapatnya, selama bisa saling menghargai saja, minimal simpati kalo bisa malah empati. Bu Mia, lepas dari konstruk sosial soal adanya mainstream atau tidak, apa yang dilalukan oleh Musda Mulia ini jelas setataran dengan awak JIL yaitu mencoba mengklaim kebenaran menggunakan logika dan mind-set subjektif (at least subjektif buat para oposannya) sambil di saat yang sama meyakinkan 'kesalahan' dan 'kekeliruan' para ulama salaf dan khalaf atas hal-hal tertentu yang didukungnya. Musda Mulia kan mulai muncul namanya setelah berhasil menelurkan CLDKHI tempo hari bersama 'team' nya itu. 'Keuntungan' Musda Mulia adalah dia memilih duduk di sisi ring yang memang punya kapasitas dan kapabilitas kuat dari segi dana dan media, sehingga proyeksi keulamaan/intelektualitasnya jadi sangat teramplifikasi berlipat- ganda dibanding, misalnya, ibu Aisyah Girindra atau ulama wanita seperti beliau yang bersebrangan. Buat saya, Musda Mulia memang bukan ulama dalam konteks 'standar- normal' yang menghargai tradisi islam. Musda Mulia adalah ulama yang sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal, dkk (saya kira bisa dilihat list-nya di buku karangan Budi Handrianto 50 Tokoh JIL itu) dalam konteks liberalisasi (pemikiran) islam. Tidak lebih. Bukannya tidak ada yang bisa mengerti pemikiran Musda Muliah, sebagaimana juga bukannya tidak ada yang bisa mengerti pemikiran awak JIL atau siapa saja yang sepemahaman. Justru pemikiran mereka jelas sekali ... rancunya. Hanya saja, mereka menggunakan paradigma 'baru' yaitu pendekatan yang rasional dan terkesan logis sehingga buat sementara kalangan muslim yang tidak paham ada apa dibalik paradigma ini, tentu akan terkesima dan apresiatif sekali. Dan yang menarik menurut saya, klaim keulamaan Musda Muliah (dan rekan2 'seperjuangan' dia) bukan berasal dari ummat (atau menurut terma ibu 'mainstream') tapi dari sesama penggiat liberalisasi islam yang lalu disosialisasikan sehingga muncuk kesan bahwa keulamaan ini memang sewajarnya ia sandang. Dan memang ummat masih cukup 'polos' untuk tidak dikatakan 'bodoh' untuk bisa melihat beyond gelar dan titel, termasuk afiliasi institusi. Jadi wajar saja para penggiat liberalisasi islam ini masih memandang perlu penyandangan gelar, titel dan afiliasi institusi ini, semata hingga agenda mereka untuk 'memegang' posisi strategis di negeri ini pasca Orba tercapai, layaknya status menteri agama di masa S. Harto sebagai alat penguasa anti-islam berinteraksi dan memaksakan kemauannya pada ummat. Saya akui, Muslimah Progresif-nya Musda Mulia memang bagus dari segi untaian kata, tapi tetap saja rancu. Kebathilan yang indah tidak akan membuatnya menjadi Kebenaran. Malah Kebenaran bisa disalahgunakan untuk Kebathilan. Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah tiap kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis Rasulullah, sebagaimana Moqsith melakukannya dalam desertasinya? Intelektual tidak mutlak benar. Tidak sedikit karya yang diklaim ilmiah tapi miskin scientific
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual
Bu Mia, Lho, memang setiap kita pasti melakukan peer-grouping. Itu kan yang saya sampaikan sebelumnya? Jadi saya tidak menyatakan saya tidak melakukannya juga, krn ini keniscayaan belaka. Kan sesuai dengan petuah Rasul soal mencari teman/berteman kan? Soal character assassination, apa maksud ibu sama dengan husnuzhan (berbaik sangka) atau su-uzhan (berburuk sangka)? Sejauh saya pahami, character assassination itu lebih menjelekkan pribadi/karakter orangnya dan bukan pada pola fikir atau opininya. Jadi apa yang saya atau siapapun lakukan selama itu mengkritik atau menanggapi opininya atau cara berpikirnya, tentu ini bukan pembunuhan karakter. Soal pendapat saya tentang pernyataan Musda Mulia, saya masih belum mengerti benar maksudnya. Artinya saya belum sejauh menanggapi langsung komentarnya spt ibu tanyakan ini Jadi apa pendapat Pak Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu Musdah sambil menyitir ayat: bahwa manusia (mayoritas dan minoritas) itu berada pada level playing yang sama pada sisi kemanusiaannya berdasarkan indikator kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat cinta? karena saya tidak tahu persis apakah memang maksud Musda Mulia ini spt yang ibu tanyakan. Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar Musda Muliah ini: Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, Tidak ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt ditulis oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, people are valued based on their piety maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia memandang siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci Allah pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata Allah (dalam KitabNYA)? silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang menyimpang (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity, yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual lainnya harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia -- tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan khalaf. itu saja ... :-) salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Satriyo, dari postingan2 saya terdahulu 'ulama' di sini saya refer ke A.Husaini dan Musdah M., maksudnya akademisi islamologi, gitu. Saya mendapat gambaran diskusi gay lebih lengkap baca tulisan akademisi A.Husaini, ketimbang baca koran. Tapi saya juga mengkritisi akademisi A.Husaini yang melancarkan character assasination kepada akademisi lainnya. Satriyo: sudah ada peer-grouping.. dan kemudian: ..Musda Mulia adalah ulama yang sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal... Pak Satriyo sedang melakukan peer-grouping. Satriyo:..Justru pemikiran mereka jelas sekali ... rancunya juga: ..Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah tiap kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis Rasulullah.. Ini contoh character assasination dan khusnuzzon, pak Satriyo menggiringnya ke situ tanpa memperhatikan substansi yang ingin dikemukakan bu Musdah. Jadi apa pendapat Pak Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu Musdah sambil menyitir ayat: bahwa manusia (mayoritas dan minoritas) itu berada pada level playing yang sama pada sisi kemanusiaannya berdasarkan indikator kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat cinta? Dan bukankah bu Musdah memang sedang 'menuliskan kembali ayat-ayat' seperti yang dipesankan Karen Armstrong, sebetulnya lebih dari sekedar menyitir ayat? salam Mia