Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

2008-04-07 Terurut Topik L.Meilany
Nimbrung :
Menurut saya, pendapat Prof Musdah itu sebagai pendapat yg menyangkut 
kemanusiaan.
Kalo menyangkut agama terutama Islam memang ada aturannya.
Menikah dengan lain jenis. Tapi kalo dia nggak beragama, gimana?
Ada kisah di majalah wanita seorang isteri ngadu ke rubrik psikologi.
Suaminya punya kekasih, tapi kekasih itu ternyata laki2 teman sekerja, padahal 
mereka aktif di 
masjid. Lantas gimana solusinya?
Ada yg ngadu punya kalelainan seksual suka ngintip, suka menyakiti pasangannya 
sebelum bersebadan, suka sama binatang,
suka sama mayat dll.

Nggak ada gitu ortu yg senang anaknya 'gak normal'.
Tapi kalo memang ia gak normal gimana?

Saya dulu pernah baca majalah prisma yg sekarang sudah almarhum.
Ada penelitian bahwa pesantren, asrama/dormitory justru melahirkan perilaku 
hombreng, lesbi.
Mereka yg tidur berdesakan sesama jenis, mandi bareng2 bertahun-tahun bikin 
orientasi seksualnya menjadi menyimpang.

Ada dulu teman kantor yg ortunya punya kolega orang barat.
Si bule ini komentar, aneh ya sesama laki2 islam indonesia itu kok suka saling 
cipika cipiki, kayak hombreng.
Lantas kaum perempuan suka berbisik2-bisik diantara mereka, berpegangan tangan, 
rangkulan mesra, kok kayak lesbi.
:-))

Dulu ada tetangga teman orang kaya, anaknya kleptomania.
Suka ngutil, nyolong, ngambil yg bukan haknya tanpa rasa bersalah.
Ketika teman2nya datang ke rumahnya dikamarnya ada sebuah kotak yg penuh dengan 
hasil jarahan disekolah.
Dari penghapus, rautan, penggaris, pensil gambar.
Waktu kesupermarket ia selalu diawasi oleh pramusiwinya [ padahal dah SMP] 
karena suka ngambil permen, kue2 kering
tapi nggak ngaku ngambil...
Ortunya yg sering ketiban malu.Padahal mereka keluarga terpandang, agamis. 
Anaknya yg klepto juga rajin solat.

Begitu juga orang yg korupsi, korupsi itu kan berdosa. 
Tapi banyak juga yg korupsi terus beramal, bikin  masjid, menyumbang anak 
yatim. Penampilannya juga islami.

Salam, 
l.meilany


  - Original Message - 
  From: Mia 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, April 05, 2008 12:52 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual


  M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian
   bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi
   generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih
   dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah
   menulis dibawah ini... 

  MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian 
  menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi 
  manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama 
  mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama 
  yaitu indikator kesalehan.

  M Alya:  Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk
  berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon 
  loh..canda he..

  MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih 
  banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya 
  sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke 
  ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga.

  M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat
   NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala
   pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan
   RI-israel di JKT.
   Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU
   Fatayat.
   
   Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS
   byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk
   sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh
   mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling
   doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng
   sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm
   satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2
   dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup
   cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di
   amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt
   diindonesia aja back to basic ... 
   
   curhat ajamaaf kalau salah...

  MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta 
  maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination 
  karena itu merasa bersalah dan minta maaf.

  salam
  Mia



   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

2008-04-07 Terurut Topik Rye Woo
Kalo mpok meii tipee yang mana yaaa... yang ga normalkah??? hehehe...
  Smogaaa ajee Mpok meii tipe yang normal alias ga hombrenxxx, solehah dan 
calon ahli surga aminn...

L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Nimbrung :
Menurut saya, pendapat Prof Musdah itu sebagai pendapat yg menyangkut 
kemanusiaan.
Kalo menyangkut agama terutama Islam memang ada aturannya.
Menikah dengan lain jenis. Tapi kalo dia nggak beragama, gimana?
Ada kisah di majalah wanita seorang isteri ngadu ke rubrik psikologi.
Suaminya punya kekasih, tapi kekasih itu ternyata laki2 teman sekerja, padahal 
mereka aktif di 
masjid. Lantas gimana solusinya?
Ada yg ngadu punya kalelainan seksual suka ngintip, suka menyakiti pasangannya 
sebelum bersebadan, suka sama binatang,
suka sama mayat dll.

Nggak ada gitu ortu yg senang anaknya 'gak normal'.
Tapi kalo memang ia gak normal gimana?

Saya dulu pernah baca majalah prisma yg sekarang sudah almarhum.
Ada penelitian bahwa pesantren, asrama/dormitory justru melahirkan perilaku 
hombreng, lesbi.
Mereka yg tidur berdesakan sesama jenis, mandi bareng2 bertahun-tahun bikin 
orientasi seksualnya menjadi menyimpang.

Ada dulu teman kantor yg ortunya punya kolega orang barat.
Si bule ini komentar, aneh ya sesama laki2 islam indonesia itu kok suka saling 
cipika cipiki, kayak hombreng.
Lantas kaum perempuan suka berbisik2-bisik diantara mereka, berpegangan tangan, 
rangkulan mesra, kok kayak lesbi.
:-))

Dulu ada tetangga teman orang kaya, anaknya kleptomania.
Suka ngutil, nyolong, ngambil yg bukan haknya tanpa rasa bersalah.
Ketika teman2nya datang ke rumahnya dikamarnya ada sebuah kotak yg penuh dengan 
hasil jarahan disekolah.
Dari penghapus, rautan, penggaris, pensil gambar.
Waktu kesupermarket ia selalu diawasi oleh pramusiwinya [ padahal dah SMP] 
karena suka ngambil permen, kue2 kering
tapi nggak ngaku ngambil...
Ortunya yg sering ketiban malu.Padahal mereka keluarga terpandang, agamis. 
Anaknya yg klepto juga rajin solat.

Begitu juga orang yg korupsi, korupsi itu kan berdosa. 
Tapi banyak juga yg korupsi terus beramal, bikin masjid, menyumbang anak yatim. 
Penampilannya juga islami.

Salam, 
l.meilany

- Original Message - 
From: Mia 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Saturday, April 05, 2008 12:52 PM
Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian
 bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi
 generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih
 dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah
 menulis dibawah ini... 

MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian 
menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi 
manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama 
mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama 
yaitu indikator kesalehan.

M Alya:  Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk
berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon 
loh..canda he..

MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih 
banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya 
sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke 
ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga.

M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat
 NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala
 pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan
 RI-israel di JKT.
 Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU
 Fatayat.
 
 Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS
 byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk
 sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh
 mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling
 doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng
 sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm
 satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2
 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup
 cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di
 amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt
 diindonesia aja back to basic ... 
 
 curhat ajamaaf kalau salah...

MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta 
maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination 
karena itu merasa bersalah dan minta maaf.

salam
Mia

[Non-text portions of this message have been removed]



   

   
-
You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total 
Access, No Cost.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�

2008-04-06 Terurut Topik Muhammad Aly
kok balik nanya.. sy khan nanya..?

--- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Menurut Pak Aly gimana?
 
 salam
 Mia
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly
 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level
  playing yang sama' 
  dengan indikator kesalehan, maka semua manusia
 wajib
  berlaku dalam 
  irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga
 integritas,
  nggak mencuri, 
  dll - bukan begitu?
  
  Mbak Mia, kalau hak asasi menghormati spt itu sich
  semua tau.., tapi apakah perkawinannya juga Mbak
 Mia 
  Musdah menyetujui.. ?
  
  
  
  --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini,
 kalau
   Musdah 
   menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang
 baik?
   Atau mohon di-
   sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan
   terbuka untuk kita 
   semua.
   
   Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level
   playing yang sama' 
   dengan indikator kesalehan, maka semua manusia
 wajib
   berlaku dalam 
   irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga
   integritas, nggak mencuri, 
   dll - bukan begitu?
   
   salam
   Mia
   
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad
 Aly
   
   assalamualaikum_hello@ wrote:
   
MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik
 itu
juga bagus

Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ?
Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..?

mksh ya..


   
   
   
  
  
  


_
 ___
  You rock. That's why Blockbuster's offering you
 one month of 
 Blockbuster Total Access, No Cost.  
  http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com
 
 
 
 



  

You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total 
Access, No Cost.  
http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com


Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�

2008-04-06 Terurut Topik Rye Woo
Menurut ayee, Gayong/Lesbong yang baik adalah  yang mau bertobat  berusaha 
merubah kebiasaannya menjadi baik dan normal... bukan malah dipupuk  d empani..
  Kan Al'quran juga jelas mencantumkan bahwa manusia itu di ciptakan 
berpasang2, laki2 dan perempuan...

Muhammad Aly [EMAIL PROTECTED] wrote:
  MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu
juga bagus

Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ?
Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..?

mksh ya..

--- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda
 mengupas kajian
  bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi
  generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya
 lebih
  dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah
  menulis dibawah ini... 
 
 MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu
 bagus. mengupas kajian 
 menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya
 bagaimana menjadi 
 manusia yang bermanfaat. Sebagian ulama mengupas
 ini, sebagian ulama 
 mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam
 level yang sama 
 yaitu indikator kesalehan.
 
 M Alya:  Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn
 lebih byk
 berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf
 cuma guyon 
 loh..canda he..
 
 MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi
 karena lebih 
 banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi
 pmerintah dan budayanya 
 sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa
 dari ujung ke 
 ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh
 sebagian kita juga.
 
 M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di
 organisasi Fatayat
  NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi
 ala
  pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka
 hubungan
  RI-israel di JKT.
  Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2
 NU
  Fatayat.
  
  Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di
 AS
  byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk
  sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga
 jatuh
  mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma
 eling
  doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng
  sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya
 dlm
  satu mbl mati semua ulama maroko setelah
 terguling2
  dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup
  cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral
 di
  amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt
  diindonesia aja back to basic ... 
  
  curhat ajamaaf kalau salah...
 
 MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang
 curhat lalu minta 
 maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character
 assasination 
 karena itu merasa bersalah dan minta maaf.
 
 salam
 Mia
 
 
 
 
 
 
 
 

__
You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total 
Access, No Cost. 
http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com


   

   
-
You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total 
Access, No Cost.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-05 Terurut Topik Ari Condro

 MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta 
 maaf karena salah. Bapak lagi melakukan character assasination 
 karena itu merasa bersalah dan minta maaf.
 
 salam
 Mia

___


Naruhnya terlalu bawah, jgn jgn orangnya lupa baca.  Saya post ulang biar lebih 
mudah masuk di hati.


Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network


===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

2008-04-05 Terurut Topik Tana Doang
 Alkitab Indonesia (LAI) 
Inilah berkat yang diberikan Musa, abdi Allah itu, kepada orang Israel sebelum 
ia mati. Berkatalah ia: TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari 
Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah 
puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api 
yang menyala
Ada manipulasi di sini:
1. he shined dimanipulasi oleh LAI  menjadi Ia tampak bersinar, he huruf kecil 
menunjuk kepada manusia dimanipulasi menjadi Ia huruf besar menunjuk kepada 
Tuhan
2. mount Paran dikaburkan oleh LAI  menjadi pegunungan Paran, mount (puncak) 
dikaburkan menjadi pegunungan (puncak-puncak yang memanjang)
3. Angka ten thousands dikaburkan oleh LAI menjadi puluhan ribu (bisa 10.000, 
bisa 20.000, bisa 30.000 dst)
4. a fiery law  diplintir oleh LAI menjadi api yang menyala.


+


  - Original Message - 
  From: ma_suryawan 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, April 04, 2008 9:41 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual


  La Tando alias MQ (cucunya HMNA) kok ngambil referensi dari Bible ng tidak 
shahih?

  Aneh juga, padahal sebelumnya sibuk mempersoalkan endapat orang yg berbeda, 
bahwa hanya yang shahih yang bisa dijadikan dalil. Kok jadi standar ganda?

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tana Doang 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:

  lasykar5 menulis
   soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat 
memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal yang ada 
adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak ummi.apa bisa 
pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke ummat menjadi sebuah 
dissenting opinion?
   -
  La Tando:
  sebutir pasir di antara pantai berpasir, tidak bisa disebut dissenting 
opinion. Bahwa Nabi Muhammad SAW itu buta huruf, bahkan disebutkan juga dalam 
Bible (Perjanjian Lama)
  Yesaya 29:12 dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat 
membaca dengan mengatakan: Baiklah baca ini, maka ia akan menjawab: Aku 
tidak dapat membaca. 
  Ini sesuai dengan Shahih Bukhari:
  Fa Jaahu lMalaku fa Qaala Iqra' Qaala Maa Ana biQaariy(Rawahu Bukhaariy). 
artinya: Malaikat (Jibril) datang kepadanya (Nabi) lalu 
  katanya: Bacalah Berkata (Nabi): Aku tidak pandai membaca.  (diriwayatkan 
oleh Bukhari)

  Yesaya 29:12 di atas itu adalah nubuatan mengenai kedatangan seorang Nabi 
yang tidak dapat membaca, yaitu Nabi Muhammad SAW.
   +++

   
   - Original Message - 
   From: lasykar5 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Friday, April 04, 2008 5:18 PM
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta 
  Halalkan Homoseksual
   
   
   [1] soal usia Aisyah ra, jika Wikan sudah pernah baca (entah masih ingat 
atau tidak argumen yang dipaparkan) mengapa masih keukeuh/ngotot dengan riwayat 
yang bermasalah itu, yang lalu jadi alat pihak 'lawan' untuk menuduh Rasul 
pedofil. aneh juga, di saat hal-hal yang jelas dipermasalahkan, hal yang 
'masalah' malah dipandang 'ok'.

  [2] soal usia Khadiah ra, yang ada bukan perdebatan, Wikan, tapi perbedaan 
dari segi periwayatan hadis, tapi tidak sampai bermasalah spt usia nikah Aisyah 
ra. sejauh ini tidak ada debat yang terjadi soal ini di kalangan ulama 
(manapun). kec Wikan ada datanya. Jadi malah jelas di sini, usia tidak terlalu 
dipermasalahkan dalam Islam (baca=wahyu Allah) kec untuk kisah ash-habul kahfi 
dan seorang beriman yang ditidurkan Allah selama 100 th.

  [3] ah, soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat 
memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion.  padahal yang ada 
adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak ummi. apa bisa 
pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke ummat menjadi sebuah 
dissenting opinion?
  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

2008-04-05 Terurut Topik Erwin Deguchi
Bismillahirrahmanirrahim.
Diskusi sudah menyimpang jsuh dari topik bahasan.
Dan ada lagi dari si Ambon yang aneh. bilang anak orang timur tengah 
yang tak mau di kawin kan adakalanya di bunuh.
Wah sumber anda dari mana ini?
Kayaknya berkomentar tanpa dasar deh.

Salam
Erwin Deguchi


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mengawinkan anak dibawah umur itu saya kira karena tradisi setempat, 
lalu dicampur aduk dengan agama. 
 
 Pada pihak lain juga karena kemiskinan.
 
 Sebahagian orang Timur Tengah yang berdiam di dunia Barat, waktu 
liburan sekolah orang tua  mengajak anak perempuannya  pergi berlibur 
ke negeri asal mereka, sewaktu berlibur dikawinkan dan tidak kembali 
ke sekolah. Ada yang lolos, dan memberitakan masalahnya. Tetapi mereka 
ini yang tidak setuju dengan keinginan orang tua, adakalanya dibunuh.  
 




Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�

2008-04-05 Terurut Topik Muhammad Aly
MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu
juga bagus

Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ?
Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..?

mksh ya..


--- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda
 mengupas kajian
  bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi
  generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya
 lebih
  dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah
  menulis dibawah ini... 
 
 MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu
 bagus. mengupas kajian 
 menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya
 bagaimana menjadi 
 manusia yang bermanfaat.  Sebagian ulama mengupas
 ini, sebagian ulama 
 mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam
 level yang sama 
 yaitu indikator kesalehan.
 
 M Alya:  Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn
 lebih byk
 berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf
 cuma guyon 
 loh..canda he..
 
 MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi
 karena lebih 
 banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi
 pmerintah dan budayanya 
 sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa
 dari ujung ke 
 ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh
 sebagian kita juga.
 
 M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di
 organisasi Fatayat
  NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi
 ala
  pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka
 hubungan
  RI-israel di JKT.
  Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2
 NU
  Fatayat.
  
  Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di
 AS
  byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk
  sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga
 jatuh
  mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma
 eling
  doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng
  sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya
 dlm
  satu mbl mati semua ulama maroko setelah
 terguling2
  dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup
  cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral
 di
  amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt
  diindonesia aja back to basic ...  
  
  curhat ajamaaf kalau salah...
 
 MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang
 curhat lalu minta 
 maaf karena salah.  Bapak lagi melakukan character
 assasination 
 karena itu merasa bersalah dan minta maaf.
 
 salam
 Mia
 
 
 
 
 
 
 
 



  

You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total 
Access, No Cost.  
http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com


[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-05 Terurut Topik Mia
Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau Musdah 
menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik? Atau mohon di-
sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan terbuka untuk kita 
semua.

Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' 
dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam 
irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, 
dll - bukan begitu?

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu
 juga bagus
 
 Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ?
 Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..?
 
 mksh ya..
 
 




Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-05 Terurut Topik Ari Condro

Mungkin dikaitkan dengan integritas sebagai warga yang baik.  Punya npwp dan 
rajin bayar serta lapor pajak :)

Jangan kayak salah satu teman kita yang kesepian di tengah padang pasir, 
meracau tidak jelas di milis untuk mengusir sepi, dan merasa disia siakan oleh 
kehidupan.  Ujungnya semua orang di indonesia disalahkan, doi sendiri merasa 
jadi malaikat, tapi tetap mangkir dari kewajiban perpajakan :)



Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mia [EMAIL PROTECTED]

Date: Sat, 05 Apr 2008 23:36:18 
To:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd:  Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”


Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau Musdah 
 menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik? Atau mohon di-
 sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan terbuka untuk kita 
 semua.
 
 Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level playing yang sama' 
 dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib berlaku dalam 
 irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas, nggak mencuri, 
 dll - bukan begitu?
 
 salam
 Mia
 
 --- In wanita-muslimah@ mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
yahoogroups.com, Muhammad Aly 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu
  juga bagus
  
  Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ?
  Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..?
  
  mksh ya..
  
  
 



===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�

2008-04-05 Terurut Topik Muhammad Aly
Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level
playing yang sama' 
dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib
berlaku dalam 
irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas,
nggak mencuri, 
dll - bukan begitu?

Mbak Mia, kalau hak asasi menghormati spt itu sich
semua tau.., tapi apakah perkawinannya juga Mbak Mia 
Musdah menyetujui.. ?



--- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau
 Musdah 
 menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik?
 Atau mohon di-
 sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan
 terbuka untuk kita 
 semua.
 
 Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level
 playing yang sama' 
 dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib
 berlaku dalam 
 irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga
 integritas, nggak mencuri, 
 dll - bukan begitu?
 
 salam
 Mia
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly
 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu
  juga bagus
  
  Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ?
  Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..?
  
  mksh ya..
  
  
 
 
 



  

You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total 
Access, No Cost.  
http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com


[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-05 Terurut Topik Mia
Menurut Pak Aly gimana?

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level
 playing yang sama' 
 dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib
 berlaku dalam 
 irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas,
 nggak mencuri, 
 dll - bukan begitu?
 
 Mbak Mia, kalau hak asasi menghormati spt itu sich
 semua tau.., tapi apakah perkawinannya juga Mbak Mia 
 Musdah menyetujui.. ?
 
 
 
 --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau
  Musdah 
  menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik?
  Atau mohon di-
  sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan
  terbuka untuk kita 
  semua.
  
  Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level
  playing yang sama' 
  dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib
  berlaku dalam 
  irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga
  integritas, nggak mencuri, 
  dll - bukan begitu?
  
  salam
  Mia
  
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly
  
  assalamualaikum_hello@ wrote:
  
   MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu
   juga bagus
   
   Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ?
   Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..?
   
   mksh ya..
   
   
  
  
  
 
 
 
   
_
___
 You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of 
Blockbuster Total Access, No Cost.  
 http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com





[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-05 Terurut Topik Mia
Menurut Pak Aly gimana?

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level
 playing yang sama' 
 dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib
 berlaku dalam 
 irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga integritas,
 nggak mencuri, 
 dll - bukan begitu?
 
 Mbak Mia, kalau hak asasi menghormati spt itu sich
 semua tau.., tapi apakah perkawinannya juga Mbak Mia 
 Musdah menyetujui.. ?
 
 
 
 --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Apakah Pak Aly membaca di artikel A. Husaini, kalau
  Musdah 
  menjabarkan juga bagaimana menjadi gay yang baik?
  Atau mohon di-
  sharing pendapat Pak Aly sendiri, ini pertanyaan
  terbuka untuk kita 
  semua.
  
  Bagi saya, ketika bilang kita berada 'pada level
  playing yang sama' 
  dengan indikator kesalehan, maka semua manusia wajib
  berlaku dalam 
  irisan yang sama, misalnya jujur, menjaga
  integritas, nggak mencuri, 
  dll - bukan begitu?
  
  salam
  Mia
  
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly
  
  assalamualaikum_hello@ wrote:
  
   MIA: ... mengupas kajian menjadi gay yang baik itu
   juga bagus
   
   Jadi gay yg baik itu bgmn bu Mia.. ?
   Sekalian Jadi Lesbi yg baik itu bgmn bu Mia..?
   
   mksh ya..
   
   
  
  
  
 
 
 
   
_
___
 You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of 
Blockbuster Total Access, No Cost.  
 http://tc.deals.yahoo.com/tc/blockbuster/text5.com





Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-04 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
Mbak Mia mau konfirm
apa benar pedofil itu adalah kriminal? kriminal menurut siapa?
karena ada dalam budaya sebagian masyarakat islam yang malah
menyarankan pernikahan seorang anak wanita di bawah umur dengan laki2
karena dianggap sesuai dengan sunnah Nabi. buat masyarakat tersebut
itu adalah tindakan terhormat dan tidak tercela, apalagi kriminal.

salam,
--
wikan

2008/4/3 Mia [EMAIL PROTECTED]:
   Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar
   Musda Muliah ini:
   Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan
   adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah
   sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun
   orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan
  beragama
   dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, Tidak
   ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan
   Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt
  ditulis
   oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no
   difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God,
   people are valued based on their piety
   maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia
  memandang
   siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci
  Allah
   pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata
   Allah (dalam KitabNYA)?
   silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang
  menyimpang
   (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec
   buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu
   homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity,
   yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual
  lainnya
   harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia -
  -
   tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau
   mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan
   khalaf. itu saja ... :-)

  Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex
  seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!). Lagi, dalam
  pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level
  playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi
  baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi
  penilainya.


Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-04 Terurut Topik lasykar5
Wikan,
apapun namanya, tradisi, kebiasaan, local wisdom, tapi jika berpijak salah
pada suatu yang dianggap sunnah, jatuhnya ya salah juga. soal riwayat yang
menceritakan mudanya usia Aisyah saat dinikahi Rasul sudah ada yang
membuktikan bahwa riwayat ini secara matan tidak diterima. saya bisa japti
file nya jika mau. Jadi yang benar, Aisyah dinikahi Rasul antara usia 16-18
th, bukan usia 'sekolah dasar', walau konon praktek itu lazim di kalangan
kafir Arab kala itu.
contoh lain adalah praktek mirip di kalangan Syiah khumainiyah di Iran,
setidaknya di masa Khumaini masih hidup krn dipraktekkan sendiri oleh
Khumaini atas orang-tua yang bangga anaknya yang di bawah umum dinikahi
mut'ah oleh Khumaini. cmiiw
sesuatu yang JELAS salah, walau dipraktekan oleh umat manusia sedunia ya
tetap salah ...
salam,
satriyo



2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED]:

   Mbak Mia mau konfirm
 apa benar pedofil itu adalah kriminal? kriminal menurut siapa?
 karena ada dalam budaya sebagian masyarakat islam yang malah
 menyarankan pernikahan seorang anak wanita di bawah umur dengan laki2
 karena dianggap sesuai dengan sunnah Nabi. buat masyarakat tersebut
 itu adalah tindakan terhormat dan tidak tercela, apalagi kriminal.

 salam,
 --
 wikan

 2008/4/3 Mia [EMAIL PROTECTED] aldiy%40yahoo.com:

   Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar
   Musda Muliah ini:
   Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan
   adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah
   sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun
   orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan
  beragama
   dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, Tidak
   ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan
   Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt
  ditulis
   oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no
   difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God,
   people are valued based on their piety
   maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia
  memandang
   siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci
  Allah
   pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata
   Allah (dalam KitabNYA)?
   silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang
  menyimpang
   (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec
   buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu
   homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity,
   yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual
  lainnya
   harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia -
  -
   tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau
   mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan
   khalaf. itu saja ... :-)
 
  Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex
  seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!). Lagi, dalam
  pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level
  playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi
  baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi
  penilainya.

 




-- 
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-04 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
Mas Satriyo,
Anda bisa nanya ke ulama2 ... justru yang lebih terkenal adalah
riwayat Aisha yang dinikahi pada umur 6 tahun dan hidup bersama
Rasulullah setelah berumur 9. pendapat bahwa Aisyah berumur 16-18
tahun adalah dissenting opinion.

Di sisi lain, pernikahan dengan gadis di bawah umur juga merupakan hal
yang biasa di kalangan orang Arab dari dulu sampai sekarang dan tidak
pernah dilarang oleh Nabi maupun Al Quran. Jadi bagaimana Anda bisa
menganggap bahwa hal tersebut adalah hal yang buruk/kriminal?

salam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com

2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED]:

 Wikan,
  apapun namanya, tradisi, kebiasaan, local wisdom, tapi jika berpijak salah
  pada suatu yang dianggap sunnah, jatuhnya ya salah juga. soal riwayat yang
  menceritakan mudanya usia Aisyah saat dinikahi Rasul sudah ada yang
  membuktikan bahwa riwayat ini secara matan tidak diterima. saya bisa japti
  file nya jika mau. Jadi yang benar, Aisyah dinikahi Rasul antara usia 16-18
  th, bukan usia 'sekolah dasar', walau konon praktek itu lazim di kalangan
  kafir Arab kala itu.
  contoh lain adalah praktek mirip di kalangan Syiah khumainiyah di Iran,
  setidaknya di masa Khumaini masih hidup krn dipraktekkan sendiri oleh
  Khumaini atas orang-tua yang bangga anaknya yang di bawah umum dinikahi
  mut'ah oleh Khumaini. cmiiw
  sesuatu yang JELAS salah, walau dipraktekan oleh umat manusia sedunia ya
  tetap salah ...


Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-04 Terurut Topik lasykar5
Hehehe ... tumben sekarang yakin 'ulama2' itu pada bener. :-)
Makanya kan saya tawarkan japri untuk tahu isi artikel yang meluruskan opini
salah kaprah.
Dissenting opinion? Ini maksudnya apa? Tahu dari mana bahwa pendapat logis
dan ilmiah ini adalah dissenting opinion? Kata ulama? Ulama mana? Be
fair-lah. Kok kesannya Wikan tidak peduli apakah memang Rasul 'ko begitu'
menikahi anak kecil?
Nah, ini lagi, kayaknya Wikan tidak cermat membaca postingan saya, ...
cappee deehhh ...
Terserah lah, anda sudah cukup matang buat berdiskusi dengan matang pula,
tidak asal dissenting saja ...
dissenting
keriting
pusing
kepelanting!

salam,
satriyo

2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED]:

   Mas Satriyo,
 Anda bisa nanya ke ulama2 ... justru yang lebih terkenal adalah
 riwayat Aisha yang dinikahi pada umur 6 tahun dan hidup bersama
 Rasulullah setelah berumur 9. pendapat bahwa Aisyah berumur 16-18
 tahun adalah dissenting opinion.

 Di sisi lain, pernikahan dengan gadis di bawah umur juga merupakan hal
 yang biasa di kalangan orang Arab dari dulu sampai sekarang dan tidak
 pernah dilarang oleh Nabi maupun Al Quran. Jadi bagaimana Anda bisa
 menganggap bahwa hal tersebut adalah hal yang buruk/kriminal?

 salam,
 --
 wikan
 http://wikan.multiply.com

 2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED] efikoe%40gmail.com:
 
  Wikan,
  apapun namanya, tradisi, kebiasaan, local wisdom, tapi jika berpijak
 salah
  pada suatu yang dianggap sunnah, jatuhnya ya salah juga. soal riwayat
 yang
  menceritakan mudanya usia Aisyah saat dinikahi Rasul sudah ada yang
  membuktikan bahwa riwayat ini secara matan tidak diterima. saya bisa
 japti
  file nya jika mau. Jadi yang benar, Aisyah dinikahi Rasul antara usia
 16-18
  th, bukan usia 'sekolah dasar', walau konon praktek itu lazim di
 kalangan
  kafir Arab kala itu.
  contoh lain adalah praktek mirip di kalangan Syiah khumainiyah di Iran,
  setidaknya di masa Khumaini masih hidup krn dipraktekkan sendiri oleh
  Khumaini atas orang-tua yang bangga anaknya yang di bawah umum dinikahi
  mut'ah oleh Khumaini. cmiiw
  sesuatu yang JELAS salah, walau dipraktekan oleh umat manusia sedunia ya
  tetap salah ...

 




-- 
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-04 Terurut Topik lasykar5
[1] soal usia Aisyah ra, jika Wikan sudah pernah baca (entah masih ingat
atau tidak argumen yang dipaparkan) mengapa masih keukeuh/ngotot dengan
riwayat yang bermasalah itu, yang lalu jadi alat pihak 'lawan' untuk menuduh
Rasul pedofil. aneh juga, di saat hal-hal yang jelas dipermasalahkan, hal
yang 'masalah' malah dipandang 'ok'.

[2] soal usia Khadiah ra, yang ada bukan perdebatan, Wikan, tapi perbedaan
dari segi periwayatan hadis, tapi tidak sampai bermasalah spt usia nikah
Aisyah ra. sejauh ini tidak ada debat yang terjadi soal ini di kalangan
ulama (manapun). kec Wikan ada datanya. Jadi malah jelas di sini, usia tidak
terlalu dipermasalahkan dalam Islam (baca=wahyu Allah) kec untuk kisah
ash-habul kahfi dan seorang beriman yang ditidurkan Allah selama 100 th.

[3] ah, soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat
memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal yang
ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak ummi.
apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke ummat
menjadi sebuah dissenting opinion?

[4] di arab masa Rasul ada pedofil? jangan-jangan ini khayalan Wikan saja.

salam,
satriyo

2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED]:

   silakan saja ditanyakan ke ulama2 mas ...
 dari dulu saya dapat ceritanya dari guru agama saya selalu aisha
 dinikahi umur 6 tahun dan 9 tahun kumpul dengan nabi dalam satu rumah.
 soal pendapat yang menyatakan aisha menikah umur 16-18 tahun, saya
 juga pernah baca, jadi terima kasih atas tawaran artikelnya.

 dalam dunia islam, kayaknya soal umur ini memang banyak yang jadi
 perdebatan.
 jangankan soal umur aisha, umur khadija aja banyak yang memperdebatkan
 bahwasanya khadija tidak berumur 40 saat menikah dengan nabi, tapi
 lebih muda dari itu.
 ada juga soal umur abubakar apakah lebih tua atau lebih muda daripada
 nabi muhammad.
 menurut saya, ini semua karena pencatatan jaman itu yang belum akurat,
 sehingga orang tidak bisa menduga secara persis umur orang.
 bukankah kalender islam baru dimulai pada jaman umar jadi khalifah?

 oh ya, saya juga pernah baca soal apakah nabi muhammad ummi (tidak
 bisa baca tulis) atau bukan. kebanyakan/jumhur ulama mengakui bahwa
 nabi adalah ummi, tapi ada dissenting opinion bahwa nabi tidak ummi.

 kembali ke soal pedofil. apa nabi pernah melarang praktek pedofil di
 arab saat itu? apakah pedofil suatu yang buruk dan salah? jangan2 itu
 hanya anggapan Mas Satriyo saja.

 salam,
 --
 wikan

 2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED] efikoe%40gmail.com:
 
  Hehehe ... tumben sekarang yakin 'ulama2' itu pada bener. :-)
  Makanya kan saya tawarkan japri untuk tahu isi artikel yang meluruskan
  opini
  salah kaprah.
  Dissenting opinion? Ini maksudnya apa? Tahu dari mana bahwa pendapat
 logis
  dan ilmiah ini adalah dissenting opinion? Kata ulama? Ulama mana? Be
  fair-lah. Kok kesannya Wikan tidak peduli apakah memang Rasul 'ko
 begitu'
  menikahi anak kecil?
  Nah, ini lagi, kayaknya Wikan tidak cermat membaca postingan saya, ...
  cappee deehhh ...
  Terserah lah, anda sudah cukup matang buat berdiskusi dengan matang
 pula,
  tidak asal dissenting saja ...
  dissenting
  keriting
  pusing
  kepelanting!

 




-- 
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-04 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
silakan saja ditanyakan ke ulama2 mas ...
dari dulu saya dapat ceritanya dari guru agama saya selalu aisha
dinikahi umur 6 tahun dan 9 tahun kumpul dengan nabi dalam satu rumah.
soal pendapat yang menyatakan aisha menikah umur 16-18 tahun, saya
juga pernah baca, jadi terima kasih atas tawaran artikelnya.

dalam dunia islam, kayaknya soal umur ini memang banyak yang jadi perdebatan.
jangankan soal umur aisha, umur khadija aja banyak yang memperdebatkan
bahwasanya khadija tidak berumur 40 saat menikah dengan nabi, tapi
lebih muda dari itu.
ada juga soal umur abubakar apakah lebih tua atau lebih muda daripada
nabi muhammad.
menurut saya, ini semua karena pencatatan jaman itu yang belum akurat,
sehingga orang tidak bisa menduga secara persis umur orang.
bukankah kalender islam baru dimulai pada jaman umar jadi khalifah?

oh ya, saya juga pernah baca soal apakah nabi muhammad ummi (tidak
bisa baca tulis) atau bukan. kebanyakan/jumhur ulama mengakui bahwa
nabi adalah ummi, tapi ada dissenting opinion bahwa nabi tidak ummi.

kembali ke soal pedofil. apa nabi pernah melarang praktek pedofil di
arab saat itu? apakah pedofil suatu yang buruk dan salah? jangan2 itu
hanya anggapan Mas Satriyo saja.

salam,
--
wikan

2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED]:

 Hehehe ... tumben sekarang yakin 'ulama2' itu pada bener. :-)
  Makanya kan saya tawarkan japri untuk tahu isi artikel yang meluruskan
 opini
  salah kaprah.
  Dissenting opinion? Ini maksudnya apa? Tahu dari mana bahwa pendapat logis
  dan ilmiah ini adalah dissenting opinion? Kata ulama? Ulama mana? Be
  fair-lah. Kok kesannya Wikan tidak peduli apakah memang Rasul 'ko begitu'
  menikahi anak kecil?
  Nah, ini lagi, kayaknya Wikan tidak cermat membaca postingan saya, ...
  cappee deehhh ...
  Terserah lah, anda sudah cukup matang buat berdiskusi dengan matang pula,
  tidak asal dissenting saja ...
  dissenting
  keriting
  pusing
  kepelanting!


Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-04 Terurut Topik lasykar5
Sayang tanggapan saya untuk thread 'dissenting' ini berakhir di posting
babeh ari ganteng condro dengan dissenting opinionnya bahwa saat Rasul nikah
dengan Aisyah di Madinah, Khadijah masih hidup!
(edhan -- baca 'edhyan' spt cinta laura -- tenan!)

Sila lihat ...

salam,
satriyo

2008/4/4 Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED]:

   pedofil itu kan suatu istilah mas, di mana seorang dewasa menyukai
 anak2/orang di bawah umur
 menyukai di sini tidak hanya berarti senang atau sayang, tapi punya
 makna secara seksualitas

 dalam budaya arab beduin di masa lalu hingga masa sekarang, budaya
 menikahkan anak2 masih tidak dihapuskan ...
 bagi orang2 barat, ini bermasalah ... karena menganggap pernikahan
 anak2 yang masih sangat muda ini merupakan bagian dari pedofilia yang
 dianggap orang barat sebagai suatu yang salah, suatu yang buruk ...

 sekarang soal nabi, apakah beliau pedofilia dalam term yang diterapkan
 oleh orang barat tersebut?
 sebagai orang islam kita bisa menjelaskan bahwa tradisi pernikahan
 anak2, merupakan hal yang wajar dalam masyarakat arab, bukan hal yang
 buruk seperti dianggap orang barat
 dan di sini anak2 tersebut mempunyai usia kematangan yang lebih dini
 ketimbang orang di barat, sehingga mereka lebih dewasa
 di samping itu, pernikahan adalah suatu hal yang terhormat, bukan
 cuman dijadikan pelampiasan seksual seperti halnya pedofil di barat,
 oleh karena itu term pedofil tidak pas diterapkan pada nabi saw.

 salam,
 --
 wikan

 2008/4/4 lasykar5 [EMAIL PROTECTED] efikoe%40gmail.com:
 
 
 
 
 
 
  [1] soal usia Aisyah ra, jika Wikan sudah pernah baca (entah masih ingat
  atau tidak argumen yang dipaparkan) mengapa masih keukeuh/ngotot dengan
  riwayat yang bermasalah itu, yang lalu jadi alat pihak 'lawan' untuk
  menuduh
  Rasul pedofil. aneh juga, di saat hal-hal yang jelas dipermasalahkan,
 hal
  yang 'masalah' malah dipandang 'ok'.
 
  [2] soal usia Khadiah ra, yang ada bukan perdebatan, Wikan, tapi
 perbedaan
  dari segi periwayatan hadis, tapi tidak sampai bermasalah spt usia nikah
  Aisyah ra. sejauh ini tidak ada debat yang terjadi soal ini di kalangan
  ulama (manapun). kec Wikan ada datanya. Jadi malah jelas di sini, usia
  tidak
  terlalu dipermasalahkan dalam Islam (baca=wahyu Allah) kec untuk kisah
  ash-habul kahfi dan seorang beriman yang ditidurkan Allah selama 100 th.
 
  [3] ah, soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan
 terlihat
  memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal
 yang
  ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu tidak
 ummi.
  apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar ke
 ummat
  menjadi sebuah dissenting opinion?
 
  [4] di arab masa Rasul ada pedofil? jangan-jangan ini khayalan Wikan
 saja.

 




-- 
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

2008-04-04 Terurut Topik ma_suryawan
La Tando alias MQ (cucunya HMNA) kok ngambil referensi dari Bible 
yang tidak shahih?

Aneh juga, padahal sebelumnya sibuk mempersoalkan pendapat orang yg 
berbeda, bahwa hanya yang shahih yang bisa dijadikan dalil. Kok jadi 
standar ganda?


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tana Doang 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 lasykar5 menulis
 soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat 
memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal 
yang ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu 
tidak ummi.apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk 
dilempar ke ummat menjadi sebuah dissenting opinion?
 -
 La Tando:
 sebutir pasir di antara pantai berpasir, tidak bisa disebut 
dissenting opinion. Bahwa Nabi Muhammad SAW itu buta huruf, bahkan 
disebutkan juga dalam Bible (Perjanjian Lama)
 Yesaya 29:12  dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang 
tidak dapat membaca dengan mengatakan: Baiklah baca ini, maka ia 
akan menjawab: Aku tidak dapat membaca. 
 Ini sesuai dengan Shahih Bukhari:
 Fa Jaahu lMalaku fa Qaala Iqra' Qaala Maa Ana biQaariy(Rawahu 
Bukhaariy).
 Artinya: Malaikat (Jibril) datang kepadanya (Nabi) lalu 
katanya: Bacalah Berkata (Nabi): Aku tidak pandai membaca. 
(diriwayatkan oleh Bukhari)
 
 Yesaya 29:12  di atas itu adalah nubuatan mengenai kedatangan 
seorang Nabi yang tidak dapat membaca, yaitu Nabi Muhammad SAW.
 +++
 
 
 
   - Original Message - 
   From: lasykar5 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Friday, April 04, 2008 5:18 PM
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta 
Halalkan Homoseksual
 
 
   [1] soal usia Aisyah ra, jika Wikan sudah pernah baca (entah 
masih ingat
   atau tidak argumen yang dipaparkan) mengapa masih keukeuh/ngotot 
dengan
   riwayat yang bermasalah itu, yang lalu jadi alat pihak 'lawan' 
untuk menuduh
   Rasul pedofil. aneh juga, di saat hal-hal yang jelas 
dipermasalahkan, hal
   yang 'masalah' malah dipandang 'ok'.
 
   [2] soal usia Khadiah ra, yang ada bukan perdebatan, Wikan, tapi 
perbedaan
   dari segi periwayatan hadis, tapi tidak sampai bermasalah spt 
usia nikah
   Aisyah ra. sejauh ini tidak ada debat yang terjadi soal ini di 
kalangan
   ulama (manapun). kec Wikan ada datanya. Jadi malah jelas di 
sini, usia tidak
   terlalu dipermasalahkan dalam Islam (baca=wahyu Allah) kec untuk 
kisah
   ash-habul kahfi dan seorang beriman yang ditidurkan Allah selama 
100 th.
 
   [3] ah, soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan 
terlihat
   memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. 
padahal yang
   ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu 
tidak ummi.
   apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk dilempar 
ke ummat
   menjadi sebuah dissenting opinion?
   . 

 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

2008-04-04 Terurut Topik Tana Doang
) adalah Muhammad SAW. Dalam Habakkuk, 
praise from Mount Paran adalah Muhammad SAW, karena secara harfiah Muhammad 
berarti praise (HMD dlm bhs Arab dan Yahudi). Terang Tuhan yang terbit atas 
bani Kedar yang dalam kegelapan adalah Muhammad SAW, karena beliau adalah 
satu-satunya Nabi melalui siapa bangsa Arab menerima wahyu di masa kegelapan 
jahiliyah. 

Dan tak lebih dari setahun setelah hijrah, anak cucu keturunan Kedar yaitu 
pasukan dari Makkah berjumpa dengan pasukan mujahidin Muhajirin dan Anshar dari 
Madinah dalam Perang Badar. Maka tumbanglah kemuliaan Bani Kedar, yaitu kafir 
Quraisy penduduk Makkah, kalah telak dalam Perang Badar. Muhammad SAW 
mensucikan kembali itu Glorious House, Rumah Keagungan Tuhan, BaituLlah di 
Makkah dengan membersihkannya dari patung-patung berhala. Setiap sekeping 
berhala tumbang, RasuluLlah SAW mengucapkan ayat:
-- WQL JAa ALhQ WZHQ ALBAThL AN ALBARhL KAN ZHWQA (S ISRAa, 17:81), dibaca: 
waqul ja-al haqqu wazahaqal ba-thilu innal ba-thila ka-na zahu-qan. 
-- Katakanlah telah datang kebenaran dan telah lenyap yang batil, sesungguhnya 
kebatilan itu niscaya lenyap. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 11 Desember 2005
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2005/12/706-sepuluh-ribu-dari-faran.html
-
(*)
Dalam ilmu balaghah bahasa-bahasa Semit (Hebrew dan Arab) fi'il madhiy (past 
tense) dipakai untuk waktu yang telah lalu dan untuk waktu yang akan datang 
yang pasti akan terjadi, sehingga dalam nubuwatan dipakai past tense.

(**)
Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) 
Inilah berkat yang diberikan Musa, abdi Allah itu, kepada orang Israel sebelum 
ia mati. Berkatalah ia: TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari 
Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah 
puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api 
yang menyala
Ada manipulasi di sini:
1. he shined dimanipulasi oleh LAI  menjadi Ia tampak bersinar, he huruf kecil 
menunjuk kepada manusia dimanipulasi menjadi Ia huruf besar menunjuk kepada 
Tuhan
2. mount Paran dikaburkan oleh LAI  menjadi pegunungan Paran, mount (puncak) 
dikaburkan menjadi pegunungan (puncak-puncak yang memanjang)
3. Angka ten thousands dikaburkan oleh LAI menjadi puluhan ribu (bisa 10.000, 
bisa 20.000, bisa 30.000 dst)
4. a fiery law  diplintir oleh LAI menjadi api yang menyala.


+


  - Original Message - 
  From: ma_suryawan 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, April 04, 2008 9:41 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual


  La Tando alias MQ (cucunya HMNA) kok ngambil referensi dari Bible 
  yang tidak shahih?

  Aneh juga, padahal sebelumnya sibuk mempersoalkan pendapat orang yg 
  berbeda, bahwa hanya yang shahih yang bisa dijadikan dalil. Kok jadi 
  standar ganda?

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tana Doang 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   lasykar5 menulis
   soal Nabi ummi kan sudah jelas itu. malah sekarang Wikan terlihat 
  memunculkan ini untuk menunjukkan adanya dissenting opinion. padahal 
  yang ada adalah pendapat seorang muslim yang yakin bahwa Rasul itu 
  tidak ummi.apa bisa pendapat seorang saja dianggap sudah pas untuk 
  dilempar ke ummat menjadi sebuah dissenting opinion?
   -
   La Tando:
   sebutir pasir di antara pantai berpasir, tidak bisa disebut 
  dissenting opinion. Bahwa Nabi Muhammad SAW itu buta huruf, bahkan 
  disebutkan juga dalam Bible (Perjanjian Lama)
   Yesaya 29:12 dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang 
  tidak dapat membaca dengan mengatakan: Baiklah baca ini, maka ia 
  akan menjawab: Aku tidak dapat membaca. 
   Ini sesuai dengan Shahih Bukhari:
   Fa Jaahu lMalaku fa Qaala Iqra' Qaala Maa Ana biQaariy(Rawahu 
  Bukhaariy).
   Artinya: Malaikat (Jibril) datang kepadanya (Nabi) lalu 
  katanya: Bacalah Berkata (Nabi): Aku tidak pandai membaca. 
  (diriwayatkan oleh Bukhari)
   
   Yesaya 29:12 di atas itu adalah nubuatan mengenai kedatangan 
  seorang Nabi yang tidak dapat membaca, yaitu Nabi Muhammad SAW.
   +++
   
   
   
   - Original Message - 
   From: lasykar5 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Friday, April 04, 2008 5:18 PM
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta 
  Halalkan Homoseksual
   
   
   [1] soal usia Aisyah ra, jika Wikan sudah pernah baca (entah 
  masih ingat
   atau tidak argumen yang dipaparkan) mengapa masih keukeuh/ngotot 
  dengan
   riwayat yang bermasalah itu, yang lalu jadi alat pihak 'lawan' 
  untuk menuduh
   Rasul pedofil. aneh juga, di saat hal-hal yang jelas 
  dipermasalahkan, hal
   yang 'masalah' malah dipandang 'ok'.
   
   [2] soal usia Khadiah ra, yang ada bukan perdebatan, Wikan, tapi 
  perbedaan
   dari segi periwayatan hadis, tapi tidak sampai

[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-04 Terurut Topik Mia
Pak Wikan, pedophil dalam pembicaraan thread ini adalah dalam konteks 
yang merupakan kelainan seksual seperti yang disebutkan Pak Satriyo, 
saya kutip:
...yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan 
seksuallainnya
harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia -
..

Betul, di masyarakat modern Barat sekarang berhubungan seks dengan 
anak usia di bawah umur bisa masuk kategorikriminal pedophil.  
Mungkin ini nggak ketat diberlakukan di masyarakat Asia, sehingga 
kita suka baca di koran tertangkapnya kasus2 pedophile orang2 Barat 
di Asia.

Dan saya setuju dengan penjelasan Pak Wikan di bawah tentang tuduhan 
tersebut kepada nabi Muhammad.

Fundamentalis sekular menuduh nabi demikian, karena usia Aisha yang 9 
tahunan. O,ya di bukunya Karen Armstrong usia Aisha waktu dinikahkan 
memang segitulah, wong waktu sesudah nikah langsung balik lagi main 
boneka dg temen2nya.

Sedangkan fundamentalis Islam berusaha menghadirkan 'sunnah nabi' 
yang begitu itu secara harafiah lepas dari konteks, seperti Pak Wikan 
bilang di bawah.  Fundamentalis yang lain 'girang' menemukan riwayat 
bahwa usia Aisha nggak segitu kok, tapi lebih tua - ini mendinganlah.

Sesama fundamentalisemang nggak mau ngalah..:-) padahal sing 
waras ngalah...nggak pada waras sih.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mbak Mia mau konfirm
 apa benar pedofil itu adalah kriminal? kriminal menurut siapa?
 karena ada dalam budaya sebagian masyarakat islam yang malah
 menyarankan pernikahan seorang anak wanita di bawah umur dengan 
laki2
 karena dianggap sesuai dengan sunnah Nabi. buat masyarakat tersebut
 itu adalah tindakan terhormat dan tidak tercela, apalagi kriminal.
 
 salam,
 --
 wikan

pedofil itu kan suatu istilah mas, di mana seorang dewasa menyukai
anak2/orang di bawah umur
menyukai di sini tidak hanya berarti senang atau sayang, tapi punya
makna secara seksualitas

dalam budaya arab beduin di masa lalu hingga masa sekarang, budaya
menikahkan anak2 masih tidak dihapuskan ...
bagi orang2 barat, ini bermasalah ... karena menganggap pernikahan
anak2 yang masih sangat muda ini merupakan bagian dari pedofilia yang
dianggap orang barat sebagai suatu yang salah, suatu yang buruk ...

sekarang soal nabi, apakah beliau pedofilia dalam term yang diterapkan
oleh orang barat tersebut?
sebagai orang islam kita bisa menjelaskan bahwa tradisi pernikahan
anak2, merupakan hal yang wajar dalam masyarakat arab, bukan hal yang
buruk seperti dianggap orang barat
dan di sini anak2 tersebut mempunyai usia kematangan yang lebih dini
ketimbang orang di barat, sehingga mereka lebih dewasa
di samping itu, pernikahan adalah suatu hal yang terhormat, bukan
cuman dijadikan pelampiasan seksual seperti halnya pedofil di barat,
oleh karena itu term pedofil tidak pas diterapkan pada nabi saw.

salam,
--
wikan

 
 2008/4/3 Mia [EMAIL PROTECTED]:
Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas 
komentar
Musda Muliah ini:
Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah 
Tuhan
adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, 
adalah
sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau 
pun
orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan
   beragama
dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) 
ini, Tidak
ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam 
pandangan
Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt
   ditulis
oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no
difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of 
God,
people are valued based on their piety
maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia
   memandang
siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci
   Allah
pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau 
kata
Allah (dalam KitabNYA)?
silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang
   menyimpang
(dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, 
kec
buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) 
entah itu
homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on 
humanity,
yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual
   lainnya
harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda 
Mulia -
   -
tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau
mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama 
salaf dan
khalaf. itu saja ... :-)
 
   Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex
   seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!). Lagi, 
dalam
   pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level
   playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi
   baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi
   penilainya.





[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-04 Terurut Topik Mia
M Aly: menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian
 bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi
 generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih
 dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah
 menulis dibawah ini... 

MIA: mengupas kajian menjadi ibu yang baik itu bagus. mengupas kajian 
menjadi gay yang baik itu juga bagus, intinya bagaimana menjadi 
manusia yang bermanfaat.  Sebagian ulama mengupas ini, sebagian ulama 
mengupas itu, nggak papa kan, selama masih dalam level yang sama 
yaitu indikator kesalehan.

M Alya:  Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk
berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma guyon 
loh..canda he..

MIA: Budaya Arab serba salah yah? Dituduh jadi lesbi karena lebih 
banyak berkecimpung dengan sesama jenis, tapi pmerintah dan budayanya 
sendiri memisahkan perempuan laki2 sedemikian rupa dari ujung ke 
ujung, atas ke bawah, dan lagi dicontoh oleh sebagian kita juga.

M Aly: Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat
 NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala
 pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan
 RI-israel di JKT.
 Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU
 Fatayat.
 
 Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS
 byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk
 sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh
 mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling
 doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng
 sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm
 satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2
 dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup
 cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di
 amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt
 diindonesia aja back to basic ...  
 
 curhat ajamaaf kalau salah...

MIA: Pak Aly nggak lagi curhat, kok ada orang yang curhat lalu minta 
maaf karena salah.  Bapak lagi melakukan character assasination 
karena itu merasa bersalah dan minta maaf.

salam
Mia









[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-03 Terurut Topik Mia
 Bu Mia, 
 Lho, memang setiap kita pasti melakukan peer-grouping. Itu kan yang 
 saya sampaikan sebelumnya? Jadi saya tidak menyatakan saya tidak 
 melakukannya juga, krn ini keniscayaan belaka. Kan sesuai dengan 
 petuah Rasul soal mencari teman/berteman kan? 

Lho, dalam rentetan postingan ini saja, yang melakukan peer grouping 
itu Bapak sendiri - dalam konteks suuzon.
 
 Soal pendapat saya tentang pernyataan Musda Mulia, saya masih belum 
 mengerti benar maksudnya. Artinya saya belum sejauh menanggapi 
 langsung komentarnya spt ibu tanyakan ini Jadi apa pendapat Pak 
 Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu Musdah sambil 
menyitir 
 ayat: bahwa manusia (mayoritas dan minoritas) itu berada pada level 
 playing yang sama pada sisi kemanusiaannya berdasarkan indikator 
 kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat cinta? karena saya 
tidak 
 tahu persis apakah memang maksud Musda Mulia ini spt yang ibu 
 tanyakan.

Saya punya pemahaman begitu setelah baca artikel Pak A Husaini yang 
lebih lengkap ketimbang koran sepotong-potong.

 
 Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar 
 Musda Muliah ini:
 Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan 
 adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah 
 sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun 
 orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan 
beragama 
 dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, Tidak 
 ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan 
 Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt 
ditulis 
 oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no 
 difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, 
 people are valued based on their piety
 maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia 
memandang 
 siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci 
Allah 
 pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata 
 Allah (dalam KitabNYA)? 
 silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang 
menyimpang 
 (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec 
 buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu 
 homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity, 
 yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual 
lainnya 
 harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia -
- 
 tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau 
 mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan 
 khalaf. itu saja ... :-)

Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex 
seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!).  Lagi, dalam 
pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level 
playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi 
baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi 
penilainya.

Waduh sodara2, ini terakhir postingan saya untuk Pak Satriyo dalam 
thread ini sebelum diskusinya keleleran, yang tentu saja saya berikan 
blio kesempatan terakhir untuk posting lagi kalo mau.

Bu Musdah lagi menyitir ayat, atau menuliskan lagi ayat-ayat, tapi 
dibilang Satriyo berperan jadi juru bicara Tuhan.  Menurut beritanya, 
ulama HTI dan MUI diundang dan diminta bicara utk saling 
mendengarkan, tapi dianggap Satriyo itu membunuh karakter para ulama 
salaf dan khalaf.  Gimana sih...capek deh.

salam
Mia

 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
 
  Pak Satriyo,
  dari postingan2 saya terdahulu 'ulama' di sini saya refer ke 
  A.Husaini dan Musdah M., maksudnya akademisi islamologi, gitu.  
 Saya 
  mendapat gambaran diskusi gay lebih lengkap baca tulisan 
akademisi 
  A.Husaini, ketimbang baca koran.  Tapi saya juga mengkritisi 
  akademisi A.Husaini yang melancarkan character assasination 
kepada 
  akademisi lainnya. 
  
  Satriyo: sudah ada peer-grouping.. dan kemudian: ..Musda Mulia 
  adalah ulama yang sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal...
  
  Pak Satriyo sedang melakukan peer-grouping.
  
  Satriyo:..Justru pemikiran mereka jelas sekali ... rancunya 
  juga: ..Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah tiap 
  kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis 
 Rasulullah..
  
  Ini contoh character assasination dan khusnuzzon, pak Satriyo 
  menggiringnya ke situ tanpa memperhatikan substansi yang ingin 
  dikemukakan bu Musdah.
  
  Jadi apa pendapat Pak Satriyo tentang substansi yang dikemukakan 
bu 
  Musdah sambil menyitir ayat:  bahwa manusia (mayoritas dan 
 minoritas) 
  itu berada pada level playing yang sama pada sisi kemanusiaannya 
  berdasarkan indikator kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat 
  cinta?
  
  Dan bukankah bu Musdah memang sedang 'menuliskan kembali ayat-
ayat' 
  seperti yang dipesankan Karen Armstrong, sebetulnya lebih dari 
  sekedar menyitir ayat?
  
  salam
  Mia
 





[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-03 Terurut Topik rsa
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Bu Mia, 
  Lho, memang setiap kita pasti melakukan peer-grouping. Itu kan 
yang 
  saya sampaikan sebelumnya? Jadi saya tidak menyatakan saya tidak 
  melakukannya juga, krn ini keniscayaan belaka. Kan sesuai dengan 
  petuah Rasul soal mencari teman/berteman kan? 
 
 Lho, dalam rentetan postingan ini saja, yang melakukan peer 
grouping 
 itu Bapak sendiri - dalam konteks suuzon.
Nah itu kan menurut ibu, tapi menurut saya semua juga begitu, which 
means you are to, like it or not. Dan konteksnya tentu positif. 
Sebagai proses fitrah (cmiiw) pg itu kan natural dan tidak bisa 
intrinsik good or bad ... yang good atau bad peer-groupnya bukan peer-
groupingnya ... :-)
  
...
  Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas 
komentar 
  Musda Muliah ini:
  Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah 
Tuhan 
  adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, 
adalah 
  sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau 
pun 
  orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan 
 beragama 
  dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) 
ini, Tidak 
  ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan 
  Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt 
 ditulis 
  oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no 
  difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, 
  people are valued based on their piety
  maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia 
 memandang 
  siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci 
 Allah 
  pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata 
  Allah (dalam KitabNYA)? 
  silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang 
 menyimpang 
  (dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec 
  buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah 
itu 
  homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity, 
  yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual 
 lainnya 
  harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda 
Mulia -
 - 
  tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau 
  mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf 
dan 
  khalaf. itu saja ... :-)
 
 Bu Musdah kan bicara tentang orientasi gay, bukannya kelainan sex 
 seperti pedofil (ini kriminal, bukan kesalehan donks!).  Lagi, 
dalam 
 pengertian saya bu Musdah bilang ayat itu dipahami sebagai level 
 playing field kemanusiaan termasuk minoritas gay, yang punya sisi 
 baik dan buruk, makanya amal perbuatannya sendiri yang jadi 
 penilainya.
 
 Waduh sodara2, ini terakhir postingan saya untuk Pak Satriyo dalam 
 thread ini sebelum diskusinya keleleran, yang tentu saja saya 
berikan 
 blio kesempatan terakhir untuk posting lagi kalo mau.
 
 Bu Musdah lagi menyitir ayat, atau menuliskan lagi ayat-ayat, tapi 
 dibilang Satriyo berperan jadi juru bicara Tuhan.  Menurut 
beritanya, 
 ulama HTI dan MUI diundang dan diminta bicara utk saling 
 mendengarkan, tapi dianggap Satriyo itu membunuh karakter para 
ulama 
 salaf dan khalaf.  Gimana sih...capek deh.
 
terserah ibu mau spt apa, dan maaf jika kali ini saya masih bikin 
ibu capek deh. 
Ko nampaknya ibu mencampur adukkan antara laporan ucapan musdah mulia 
mengikuti sebuah acara dari NGO dengan laporan TJP yang mengutip 
perkataan musdah mulia? Saya tidak menyatakan bahwa musdah mulia 
membunuh karakter peserta acara, dari HTI dan MUI. Baca lagi deh bu. 
Justru saya berupaya meluruskan tuduhan ibu pada saya (dan seharusnya 
ini bikin saya 'capek deh') yang ibu anggap sudah melakukan 
pembunuhan karakter. 
Ibu menganggap saya bikin diskusi ini keleleran? Please deh ...! :-)
Kalo saya tidak salah, saat saya atau siapa saja di milis ini ada 
yang menyitir ayat, muncul pernyataan untuk tidak jadi jubir Tuhan 
dan semacamnya. Bukankah saya hanya memberikan respon yang sama 
kepada musdah mulia yang seenaknya mengutip ayat?
silakan baca postingan saya dari surat pembaca tjp ... bukan hanya 
saya yang bingung dengan kerancuan berpikir musdah mulia dalam 
menafsirkan ayat Allah itu ...!
Soal orientasi gay, bagian mana musdah mulia membatasi hanya pada ini 
saja? Orientasi saja, tanpa ekspresi tentu beda. justru masalahnya 
musdah mulia menentang sikap ulama yang dia cap sempit/picik yang 
mencap homoseksual itu haram.
Buat saya, orientasi seks menyimpang itu tetap bahaya. mengapa? dari 
sekadar orientasi, pasti ada followup ke ekspresi. kalo sudah 
demikian mau apa?
saya kira saya juga tidak akan berpanjang kata soal ini dengan ibu 
mia atau siapapun yang sepaham.
saya sekadar menunjukkan betapa ngaco dan ngawurnya musdah muliah 
dalam [1] menafsirkan ayat dan [2] menghina para ulama dengan 
pendapat mereka yang dia cap picik.
jika dua hal ini tidak mengganggu anda, silakan saja

salam,
satriyo



Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�

2008-04-03 Terurut Topik Muhammad Aly
menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian
bgmn menjadi ibu/istru yg sholehah, bgmn menjadi
generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih
dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah
menulis dibawah ini... 

main/upstream - downstream...  kalau ulama kecil salah
mengajak umat tentu byk umat yg dirugikan keluar rule
qurani... ibarat air susu/juice se teko dicelupi
cicak/kecoa.. mendingan sy buang tuh susu/juice tsb ..
daripada dikasih ke org2 lain yg tdk ngerti...

Apa karena sudah byk lesbi  gay diinonesia jadi perlu
dilindungi hak2nya dan disyahkan perkawinannya oleh
negara/Depag???.. spt dulu ribut2 pembagian kondom
untuk safe sex karena byk kucing garong jajan he3...

lesbi bisa kok disembuhkan memang perlu waktu
dipisahkan.. demikian Gay.. kalau Gay ngeri ih... ada
yg lemah lembuh dan well-educated ternyata gay!..
disuruh nginep kl ada mangsa bujangan dirumahnya
diiming2 ini-itu..akhirnya dipaksa jadi pacar.. kalau
kalah galak berabe.. apalagi kalau lagi butuh ekonomi
bisa kecebur dunia gay.. demikian juga sama saja dunia
lesbi..
Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk
berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma
guyon loh..canda he..

Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat
NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala
pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan
RI-israel di JKT.
Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU
Fatayat.

Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS
byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk
sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh
mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling
doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng
sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm
satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2
dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup
cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di
amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt
diindonesia aja back to basic ...  

curhat ajamaaf kalau salah...

  


Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah
 kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang
ibu
 mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn menjadi
 istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja
atau
 perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan
 lebih mantep buat bu musda.. 
--- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Aly, sebagian orang bergerak di mainstream,
 sebagian (kecil) lagi 
 di irisan-irisan atau frontier.  Nah, bu Musdah
 adalah salah satu 
 ulama yang ada di frontier - yang tentu saja
 kelompok di mainstream 
 belum tentu mengerti wawasan yang ada di ufuk sana.
 
 In any case, kita kudu menghargai semangat ini kalau
 itu untuk 
 kebaikan. Apakah bu Musdah mengajarkan keburukan?
 kan nggak, blio 
 mengajak kita untuk berada pada level playing field
 yang sama dalam 
 kemanusiaan yang dilandaskan pada kesalehan.  Lalu
 disitirnya ayat 
 untuk mengkonfirmasikan pendapatnya itu. Bukannya
 begitu?
 
 Ketika kita membahas ini sebaiknya menerapkan
 prasangka baik 
 (khusnuzzon) pada ulama2 ini sebagai agent of change
 (khalifah), 
 bukannya character assasination, seperti yang
 ditulis Pak A Husaini 
 dan Pak Aly sendiri.  Bu Musdah kan track recordnya
 jelas.
 
 salam
 Mia
 
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly
 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Mbak Mia,
  Bingung yah dengan Prof Dr. Musdah..
  Bu Musdah byk bergerak di lembaga demokrasi
  perempuan.. smp2 minta jatah kursi lebih byk di
 DPR
  untuk perempuan...
  Skrng byk ngupas ayat yg gak di mengerti secara
  luas... 
  Mungkin bu musdah sama dengan budayawan Nur wahid
 ..
  susah dipahami masyarakat umum.. mungkin juga
 menuju
  gaya Gus Dur he3... kdng susah ditebak... maaf sy
 baru
  sekali ikut ceramahnya bu musdah.. 
  
  Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah
  kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang
 ibu
  mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn
 menjadi
  istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja
 atau
  perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan
  lebih mantep buat bu musda.. 
  
  
  Al-Quran, hadist cukuplah kita kembali sebagai
 rujukan
  apalagi bu Mia lebih tau bahasan tafsir dan punya
  referensi bukan prof DR yang terkadang masih ada
  emotional atau keluar rule...  anjlok deh kereta
 dari
  rel he3 nanti menhub lagi yg disalahin he3...
  
  slm,
  ali
  --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi
 banyak
   tahu tentang 
   berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan
   kalo baca koran kan 
   sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan
   beberapa baris, 
   lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas.
   Sedangkan A. Husaini 
   biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya
   lebih panjang lebar, 
   maklum basisnya akademis.
   
   Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine
 dengan
   mengatakan 
   misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah
   perjalanan intelektual 
   Prof. Musdah 

Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�

2008-04-03 Terurut Topik Muhammad Aly
menurut saya akan lebih baik bu musda mengupas kajian
bgmn menjadi ibu/istri yg sholehah, bgmn menjadi
generasi muda muslimah yg toyyibah..dan isinya lebih
dimengerti oleh masyarakat umum... apa saya salah
menulis dibawah ini... 

main/upstream - downstream...  kalau ulama kecil salah
mengajak umat tentu byk umat yg dirugikan keluar rule
qurani... ibarat air susu/juice se teko dicelupi
cicak/kecoa.. mendingan sy buang tuh susu/juice tsb ..
daripada dikasih ke org2 lain yg tdk ngerti...

Apa karena sudah byk lesbi  gay diindonesia jadi
perlu dilindungi hak2nya dan disyahkan perkawinannya
oleh negara/Depag???.. spt dulu ribut2 pembagian
kondom untuk safe sex karena byk kucing garong jajan
he3...

lesbi bisa kok disembuhkan memang perlu waktu
dipisahkan.. demikian Gay.. kalau Gay ngeri ih... ada
yg lemah lembuh dan well-educated ternyata gay!..
disuruh nginep kl ada mangsa bujangan dirumahnya
diiming2 ini-itu..akhirnya dipaksa jadi pacar.. kalau
kalah galak berabe.. apalagi kalau lagi butuh ekonomi
bisa kecebur dunia gay.. demikian juga sama saja dunia
lesbi..
Jgn2 ada master/doktoral lesbi he3 krn lebih byk
berkecimpung dengan sesama jenisnya he3.maaf cuma
guyon loh..canda he..

Yg saya tau dulu bu musda aktif di organisasi Fatayat
NU..(Warga NU muslimah).. apa sdh terkontaminasi ala
pemikiran barat... spt gus dur nyaris membuka hubungan
RI-israel di JKT.
Coba nanti pulang april ini sy tanyakan ke temen2 NU
Fatayat.

Karena byk sarjana UIN ngambil master/doktoral di AS
byk alumnusnya keluar jalur rel qurani... termasuk
sepupu sy sarjana master USA asl UIN.. kalau ga jatuh
mobilnya dari tebing maroko waduh sholatnya cuma eling
doang.. kebanyakan filsafat ala barat he3... lgsng
sujud deh saat itu..dan sholat.. karena teman2nya dlm
satu mbl mati semua ulama maroko setelah terguling2
dari ketinggian tebing sedangkan sepupu saya hidup
cuma luka dikit... skrng gak mau nerusin doktoral di
amrik.. kapok katanya...mendingan ngaji alami spt
diindonesia aja back to basic ...  

curhat ajamaaf kalau salah...

  

Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah
 kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang
ibu
 mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn menjadi
 istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja
atau
 perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan
 lebih mantep buat bu musda.. 




--- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Aly, sebagian orang bergerak di mainstream,
 sebagian (kecil) lagi 
 di irisan-irisan atau frontier.  Nah, bu Musdah
 adalah salah satu 
 ulama yang ada di frontier - yang tentu saja
 kelompok di mainstream 
 belum tentu mengerti wawasan yang ada di ufuk sana.
 
 In any case, kita kudu menghargai semangat ini kalau
 itu untuk 
 kebaikan. Apakah bu Musdah mengajarkan keburukan?
 kan nggak, blio 
 mengajak kita untuk berada pada level playing field
 yang sama dalam 
 kemanusiaan yang dilandaskan pada kesalehan.  Lalu
 disitirnya ayat 
 untuk mengkonfirmasikan pendapatnya itu. Bukannya
 begitu?
 
 Ketika kita membahas ini sebaiknya menerapkan
 prasangka baik 
 (khusnuzzon) pada ulama2 ini sebagai agent of change
 (khalifah), 
 bukannya character assasination, seperti yang
 ditulis Pak A Husaini 
 dan Pak Aly sendiri.  Bu Musdah kan track recordnya
 jelas.
 
 salam
 Mia
 
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly
 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Mbak Mia,
  Bingung yah dengan Prof Dr. Musdah..
  Bu Musdah byk bergerak di lembaga demokrasi
  perempuan.. smp2 minta jatah kursi lebih byk di
 DPR
  untuk perempuan...
  Skrng byk ngupas ayat yg gak di mengerti secara
  luas... 
  Mungkin bu musdah sama dengan budayawan Nur wahid
 ..
  susah dipahami masyarakat umum.. mungkin juga
 menuju
  gaya Gus Dur he3... kdng susah ditebak... maaf sy
 baru
  sekali ikut ceramahnya bu musdah.. 
  
  Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah
  kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang
 ibu
  mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn
 menjadi
  istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja
 atau
  perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan
  lebih mantep buat bu musda.. 
  
  
  Al-Quran, hadist cukuplah kita kembali sebagai
 rujukan
  apalagi bu Mia lebih tau bahasan tafsir dan punya
  referensi bukan prof DR yang terkadang masih ada
  emotional atau keluar rule...  anjlok deh kereta
 dari
  rel he3 nanti menhub lagi yg disalahin he3...
  
  slm,
  ali
  --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi
 banyak
   tahu tentang 
   berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan
   kalo baca koran kan 
   sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan
   beberapa baris, 
   lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas.
   Sedangkan A. Husaini 
   biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya
   lebih panjang lebar, 
   maklum basisnya akademis.
   
   Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine
 dengan
   mengatakan 
   misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah
   perjalanan intelektual 
   Prof. 

[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-02 Terurut Topik Mia
Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak tahu tentang 
berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan kalo baca koran kan 
sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan beberapa baris, 
lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas. Sedangkan A. Husaini 
biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya lebih panjang lebar, 
maklum basisnya akademis.

Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan mengatakan 
misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah perjalanan intelektual 
Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu heran. Sejak awal, 
cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri mengubah-ubah 
hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang dan cara hidup 
Barat..  Masak akademisi bilang ke intelektual lain 'kacau dan 
seenaknya..cara hidup barat'...dsb.

Kalau saya meliatnya Bu Musdah itu ulama yang berani banget (kalo 
bukan nekat).  Mungkin ini bentuk amal nyata dari yang ditulis Karen 
Armstrong dalam Great Transformation bahwa ummat mesti menuliskan 
lagi ayat-ayat sucinya... untuk membentuk visi baru mencairkan sifat 
kekerasan kita yang inheren dalam kitab-kitab suci kita.

Lepas dari benar-salan, setuju atau tidak, kita mesti mendukung dan 
mendapat inspirasi dari keberanian ulama-ulama seperti ini, yang lain 
misalnya Amina Wadud dengan imam perempuan, dan jangan lupa banyak 
ulama2 kita dulu sudah menihilkan hukum rajam, qishas, perbudakan 
dll.  Tinggal diterusin saja kerja dan semangatnya.  

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:

 --- In ... wrote:
 
 *Professor UIN berpendapat, katanya Islam mengakui homoseksualitas. 
 Dulu ia pernah mendapat puja-puji Amerika. **Baca Catatan Akhir 
 Pekan [CAP] Adian Husaini ke-230*
 
 Oleh: *Adian Husaini*
 Harian *The Jakarta Post*, edisi Jumat (28/3/2008) pada halaman 
 mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam *'recognizes 
 homosexuality' *(Islam mengakui homoseksualitas). Mengutip pendapat 
 dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di UIN Jakarta, koran 
 berbahasa Inggris itu menulis bahwa homoseksual dan homoseksualitas 
 adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam 
 Islam. (*Homosexuals and homosexuality are natural and created by 
 God, thus permissible within Islam*).
 
 Menurut Musdah, para sarjana Muslim moderat berpendapat, bahwa 
tidak 
 ada alasan untuk menolak homoseksual. Dan bahwasanya pengecaman 
 terhadap homoseksual atau homoseksualitas oleh kalangan ulama aurus 
 utama dan kalangan Muslim lainnya hanyalah didasarkan pada 
penafsiran 
 sempit terhadap ajaran Islam. Tepatnya, ditulis oleh Koran ini: 
 *Moderate Muslim scholars said there were no reasons to reject 
 homosexuals under Islam, and that the condemnation of homosexuals 
and 
 homosexuality by mainstream ulema and many other Muslims was based 
on 
 narrow-minded interpretations of Islamic teachings.*
 
 Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan 
 adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah 
 sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun 
 orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan 
beragama 
 dari ICRP (*Indonesia Conference of Religions and Peace*) 
ini, Tidak 
 ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan 
 Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (*There is 
no 
 difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, 
 people are valued based on their piety*).
 
 Demikian pendapat guru besar UIN Jakarta ini dalam diskusi yang
 diselenggarakan suatu organisasi bernama *Arus Pelangi*, di 
 Jakarta, Kamis (27/3/2008).
 
 Menurut Musdah Mulia, intisari ajaran Islam adalah memanusiakan 
 manusia dan menghormati kedaulatannya. Lebih jauh ia katakan, bahwa 
 homoseksualitas adalah berasal dari Tuhan, dan karena itu harus 
 diakui sebagai hal yang alamiah.
 
 *The Jakarta Post *juga mengutip pendapat seorang pembicara bernama
 Nurofiah, yang menyatakan, bahwa pandangan dominan dalam masyarakat 
 Islam tentang heterogenitas adalah sebuah konstruksi sosial, 
 sehingga berakibat pada pelarangan homoseksualitas oleh kaum 
 mayoritas. Ini sama dengan kasus bias gender akibat dominasi 
budaya 
 patriarki. Karena itu, katanya, akan berbeda jika yang berkuasa 
 adalah kaum homoseks. Lebih tepatnya, dikutip ucapan aktivis gender 
 ini: *Like gender bias or patriarchy, heterogeneity bias is 
socially 
 constructed. It would be totally different if the ruling group was 
 homosexuals.*
 
 Diskusi tentang homoseksual itu pun menghadirkan pembicara dari 
 Majelis Ulama Indonesia dan Hizbut Tahrir Indonesia. Kedua 
organisasi 
 ini, oleh *The Jakarta Post*, sudah dicap sebagai kelompok Muslim 
 konservatif. Ditulis oleh Koran ini: *Condemnation of 
homosexuality 
 was voiced by two conservative Muslim groups, the Indonesian Ulema 
 Council (MUI) and Hizbut Thahir **Indonesia** (HTI).*
 
 Amir Syarifuddin, pengurus MUI, menyatakan bahwa praktik 

[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-02 Terurut Topik Mia
Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak tahu tentang 
berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan kalo baca koran kan 
sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan beberapa baris, 
lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas. Sedangkan A. Husaini 
biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya lebih panjang lebar, 
maklum basisnya akademis.

Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan mengatakan 
misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah perjalanan intelektual 
Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu heran. Sejak awal, 
cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri mengubah-ubah 
hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang dan cara hidup 
Barat..  Masak akademisi bilang ke intelektual lain 'kacau dan 
seenaknya..cara hidup barat'...dsb.

Kalau saya meliatnya Bu Musdah itu ulama yang berani banget (kalo 
bukan nekat).  Mungkin ini bentuk amal nyata dari yang ditulis Karen 
Armstrong dalam Great Transformation bahwa ummat mesti menuliskan 
lagi ayat-ayat sucinya... untuk membentuk visi baru mencairkan sifat 
kekerasan kita yang inheren dalam kitab-kitab suci kita.

Lepas dari benar-salan, setuju atau tidak, kita mesti mendukung dan 
mendapat inspirasi dari keberanian ulama-ulama seperti ini, yang lain 
misalnya Amina Wadud dengan imam perempuan, dan jangan lupa banyak 
ulama2 kita dulu sudah menihilkan hukum rajam, qishas, perbudakan 
dll.  Tinggal diterusin saja kerja dan semangatnya.  

salam
Mia


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:

 --- In ... wrote:
 
 *Professor UIN berpendapat, katanya Islam mengakui homoseksualitas. 
 Dulu ia pernah mendapat puja-puji Amerika. **Baca Catatan Akhir 
 Pekan [CAP] Adian Husaini ke-230*
 
 Oleh: *Adian Husaini*
 Harian *The Jakarta Post*, edisi Jumat (28/3/2008) pada halaman 
 mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam *'recognizes 
 homosexuality' *(Islam mengakui homoseksualitas). Mengutip pendapat 
 dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di UIN Jakarta, koran 
 berbahasa Inggris itu menulis bahwa homoseksual dan homoseksualitas 
 adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam 
 Islam. (*Homosexuals and homosexuality are natural and created by 
 God, thus permissible within Islam*).
 
 Menurut Musdah, para sarjana Muslim moderat berpendapat, bahwa 
tidak 
 ada alasan untuk menolak homoseksual. Dan bahwasanya pengecaman 
 terhadap homoseksual atau homoseksualitas oleh kalangan ulama aurus 
 utama dan kalangan Muslim lainnya hanyalah didasarkan pada 
penafsiran 
 sempit terhadap ajaran Islam. Tepatnya, ditulis oleh Koran ini: 
 *Moderate Muslim scholars said there were no reasons to reject 
 homosexuals under Islam, and that the condemnation of homosexuals 
and 
 homosexuality by mainstream ulema and many other Muslims was based 
on 
 narrow-minded interpretations of Islamic teachings.*
 
 Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan 
 adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah 
 sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun 
 orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan 
beragama 
 dari ICRP (*Indonesia Conference of Religions and Peace*) 
ini, Tidak 
 ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan 
 Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (*There is 
no 
 difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, 
 people are valued based on their piety*).
 
 Demikian pendapat guru besar UIN Jakarta ini dalam diskusi yang
 diselenggarakan suatu organisasi bernama *Arus Pelangi*, di 
 Jakarta, Kamis (27/3/2008).
 
 Menurut Musdah Mulia, intisari ajaran Islam adalah memanusiakan 
 manusia dan menghormati kedaulatannya. Lebih jauh ia katakan, bahwa 
 homoseksualitas adalah berasal dari Tuhan, dan karena itu harus 
 diakui sebagai hal yang alamiah.
 
 *The Jakarta Post *juga mengutip pendapat seorang pembicara bernama
 Nurofiah, yang menyatakan, bahwa pandangan dominan dalam masyarakat 
 Islam tentang heterogenitas adalah sebuah konstruksi sosial, 
 sehingga berakibat pada pelarangan homoseksualitas oleh kaum 
 mayoritas. Ini sama dengan kasus bias gender akibat dominasi 
budaya 
 patriarki. Karena itu, katanya, akan berbeda jika yang berkuasa 
 adalah kaum homoseks. Lebih tepatnya, dikutip ucapan aktivis gender 
 ini: *Like gender bias or patriarchy, heterogeneity bias is 
socially 
 constructed. It would be totally different if the ruling group was 
 homosexuals.*
 
 Diskusi tentang homoseksual itu pun menghadirkan pembicara dari 
 Majelis Ulama Indonesia dan Hizbut Tahrir Indonesia. Kedua 
organisasi 
 ini, oleh *The Jakarta Post*, sudah dicap sebagai kelompok Muslim 
 konservatif. Ditulis oleh Koran ini: *Condemnation of 
homosexuality 
 was voiced by two conservative Muslim groups, the Indonesian Ulema 
 Council (MUI) and Hizbut Thahir **Indonesia** (HTI).*
 
 Amir Syarifuddin, pengurus MUI, menyatakan bahwa praktik 

Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual�

2008-04-02 Terurut Topik Muhammad Aly
Mbak Mia,
Bingung yah dengan Prof Dr. Musdah..
Bu Musdah byk bergerak di lembaga demokrasi
perempuan.. smp2 minta jatah kursi lebih byk di DPR
untuk perempuan...
Skrng byk ngupas ayat yg gak di mengerti secara
luas... 
Mungkin bu musdah sama dengan budayawan Nur wahid ..
susah dipahami masyarakat umum.. mungkin juga menuju
gaya Gus Dur he3... kdng susah ditebak... maaf sy baru
sekali ikut ceramahnya bu musdah.. 

Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah
kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang ibu
mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn menjadi
istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja atau
perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan
lebih mantep buat bu musda.. 


Al-Quran, hadist cukuplah kita kembali sebagai rujukan
apalagi bu Mia lebih tau bahasan tafsir dan punya
referensi bukan prof DR yang terkadang masih ada
emotional atau keluar rule...  anjlok deh kereta dari
rel he3 nanti menhub lagi yg disalahin he3...

slm,
ali
--- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak
 tahu tentang 
 berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan
 kalo baca koran kan 
 sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan
 beberapa baris, 
 lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas.
 Sedangkan A. Husaini 
 biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya
 lebih panjang lebar, 
 maklum basisnya akademis.
 
 Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan
 mengatakan 
 misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah
 perjalanan intelektual 
 Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu
 heran. Sejak awal, 
 cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri
 mengubah-ubah 
 hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang
 dan cara hidup 
 Barat..  Masak akademisi bilang ke intelektual lain
 'kacau dan 
 seenaknya..cara hidup barat'...dsb.
 
 Kalau saya meliatnya Bu Musdah itu ulama yang berani
 banget (kalo 
 bukan nekat).  Mungkin ini bentuk amal nyata dari
 yang ditulis Karen 
 Armstrong dalam Great Transformation bahwa ummat
 mesti menuliskan 
 lagi ayat-ayat sucinya... untuk membentuk visi baru
 mencairkan sifat 
 kekerasan kita yang inheren dalam kitab-kitab suci
 kita.
 
 Lepas dari benar-salan, setuju atau tidak, kita
 mesti mendukung dan 
 mendapat inspirasi dari keberanian ulama-ulama
 seperti ini, yang lain 
 misalnya Amina Wadud dengan imam perempuan, dan
 jangan lupa banyak 
 ulama2 kita dulu sudah menihilkan hukum rajam,
 qishas, perbudakan 
 dll.  Tinggal diterusin saja kerja dan semangatnya. 
 
 
 salam
 Mia
 
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  --- In ... wrote:
  
  *Professor UIN berpendapat, katanya Islam mengakui
 homoseksualitas. 
  Dulu ia pernah mendapat puja-puji Amerika.
 **Baca Catatan Akhir 
  Pekan [CAP] Adian Husaini ke-230*
  
  Oleh: *Adian Husaini*
  Harian *The Jakarta Post*, edisi Jumat (28/3/2008)
 pada halaman 
  mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam
 *'recognizes 
  homosexuality' *(Islam mengakui homoseksualitas).
 Mengutip pendapat 
  dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di
 UIN Jakarta, koran 
  berbahasa Inggris itu menulis bahwa homoseksual
 dan homoseksualitas 
  adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu
 dihalalkan dalam 
  Islam. (*Homosexuals and homosexuality are natural
 and created by 
  God, thus permissible within Islam*).
  
  Menurut Musdah, para sarjana Muslim moderat
 berpendapat, bahwa 
 tidak 
  ada alasan untuk menolak homoseksual. Dan
 bahwasanya pengecaman 
  terhadap homoseksual atau homoseksualitas oleh
 kalangan ulama aurus 
  utama dan kalangan Muslim lainnya hanyalah
 didasarkan pada 
 penafsiran 
  sempit terhadap ajaran Islam. Tepatnya, ditulis
 oleh Koran ini: 
  *Moderate Muslim scholars said there were no
 reasons to reject 
  homosexuals under Islam, and that the condemnation
 of homosexuals 
 and 
  homosexuality by mainstream ulema and many other
 Muslims was based 
 on 
  narrow-minded interpretations of Islamic
 teachings.*
  
  Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah
 satu berkah Tuhan 
  adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki
 atau wanita, adalah 
  sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi
 social atau pun 
  orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan
 kebebasan 
 beragama 
  dari ICRP (*Indonesia Conference of Religions and
 Peace*) 
 ini, Tidak 
  ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian.
 Dalam pandangan 
  Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan
 ketaatannya. (*There is 
 no 
  difference between lesbians and nonlesbians. In
 the eyes of God, 
  people are valued based on their piety*).
  
  Demikian pendapat guru besar UIN Jakarta ini dalam
 diskusi yang
  diselenggarakan suatu organisasi bernama *Arus
 Pelangi*, di 
  Jakarta, Kamis (27/3/2008).
  
  Menurut Musdah Mulia, intisari ajaran Islam adalah
 memanusiakan 
  manusia dan menghormati kedaulatannya. Lebih jauh
 ia katakan, bahwa 
  homoseksualitas adalah berasal dari Tuhan, dan
 

[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual

2008-04-02 Terurut Topik Floradianti Pamungkas
 

Ahli Fikih: Musdah Bukan Ulama

Oleh : Redaksi 02 Apr 2008 - 3:00 pm 

 

 

Siti Musdah Mulia adalah aktifis Gender yg berinduk pada liberalisme barat

Ahmad Zein An Najah, doktor bidang Fikih lulusan Al Azhar Mesir mengatakan,
Siti Musdah Mulia bukan ulama, jadi pernyataanya tak perlu diikuti 

 

Dr. Ahmad Zein An Najah, doktor dalam bidang Fikih lulusan Universitas Al
Azhar Mesir, mengatakan, bahwa Musdah Mulia bukanlah seorang ulama, sehingga
perkataannya tidak perlu dijadikan panutan. Pernyataan pengurus DDII pusat
disampaikan setelah membaca pernyataan aktivis liberal itu dalam sebuah
Koran berbahasa Inggris terbitan Jakarta yang mengatakan, Islam mengakui
adanya homoseksualitas.

 

Sebagaimana diketahui, Harian The Jakarta Post, edisi Jumat (28/3) pada
halaman mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam 'recognizes
homosexuality' (Islam mengakui homoseksualitas). 

 

Dengan mengutip pendapat dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di UIN
Jakarta, koran berbahasa Inggris itu menulis bahwa homoseksual dan
homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu
dihalalkan dalam Islam. (Homosexuals and homosexuality are natural and
created by God, thus permissible within Islam).

 

 

Menurut Zein, Siti Musdah Mulia bukanlah seorang ulama. Karenanya,
pernyataanya tak perlu diikuti. Sebab menurut Zein, seorang ulama adalah
orang yang berilmu, dan takut kepada Allah Ta'ala, serta berbicara menurut
kaidah ilmiah. Sedang Siti Musdah Mulia tidak seperti itu,  ujarnya kepada
hidayatullah.com.

 

Meski demikian, dampak pernyataanya yang mengatakan homoseksual diakui dalam
Islam itu sangat berbahaya. Karena masyarakat tahunya ia adalah seorang guru
besar di universitas Islam terkenal. Sehingga pernyataanya seolah-olah
memberi legitimasi pada perilaku menyimpang dan sangat dilarang oleh
Al-Quran itu, katanya.

 

Orang-orang awam mungkin menganggap Musdah Mulia itu ulama. Apalagi dengan
titel professor dan doktor yang terkesan di mata orang-orang awam adalah
orang yang pinter. Dia pakai jilbab dan ia juga menyitir ayat Al-Quran,
tambahnya.

 

Pria asal Klaten ini menambahkan, dalam urusan hukum, Islam dikenal tak
pernah main-main. Apalagi untuk melakukan istimbat (kesimpulan) hukum.
Menurut Zein An Najah, syaratnya seseorang melakukan pengambilam hukum
sangat ketat dan amat banyak. Diantaranya, ia harus menguasai bahasa Arab,
menguasai ushul fikh, juga mengetahui ijma' ulama. Dan masih ada
syarat-syarat lainnya. Tapi menurutnya, hal itu tak dimiliki oleh seorang
Musdah Mulia. 

 

Indikasinya, dia terlalu gegabah di dalam menetapkan hukum. Tidak
menggunakan metodologi yang telah ditetapkan para ulama. Dia menetapkan
hukum berdasarkan apa yang ada di akalnya, tambahnya.

 

Karenanya, Zein An Najah menganjurkan, idealnya kelompok-kelompok Islam tak
menghadiri undangan-undangan semacam itu alias menolak. Sebab selain acara
seperti itu mengandung subhat juga banyak mudharatnya. Bahkan kalau perlu,
katanya, membubarkan acaranya.

 

Karena sudah jelas homoseks dan lesbian haram, semua ulama sudah sepakat,
tidak ada khilaf dalam hal ini. Ini sama halnya dengan mendiskusikan zina,
haram atau tidak, katanya.

 

Musdah Mulia sebelumnya menyampaikan pernyataan tentang homoseksual itu
dalam sebuah diskusi di Jakarta hari Kamis, 27 Maret 2008 lalu yang dihadiri
para pelaku lesbian, gay (homoseksual) dan waria (LGBT) di bawah naungan NGO
pembela kelompok lesbian dan gay, Arus Pelangi.
[thoriq/www.hidayatullah.com]

 

 

Posted by: Mia [EMAIL PROTECTED]   aldiy 

Wed Apr 2, 2008 5:34 am (PDT) 

Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak tahu tentang 

berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan kalo baca koran kan 

sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan beberapa baris, 

lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas. Sedangkan A. Husaini 

biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya lebih panjang lebar, 

maklum basisnya akademis.

 

Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan mengatakan 

misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah perjalanan intelektual 

Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu heran. Sejak awal, 

cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri mengubah-ubah 

hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang dan cara hidup 

Barat.. Masak akademisi bilang ke intelektual lain 'kacau dan 

seenaknya..cara hidup barat'...dsb.

 

Kalau saya meliatnya Bu Musdah itu ulama yang berani banget (kalo 

bukan nekat). Mungkin ini bentuk amal nyata dari yang ditulis Karen 

Armstrong dalam Great Transformation bahwa ummat mesti menuliskan 

lagi ayat-ayat sucinya... untuk membentuk visi baru mencairkan sifat 

kekerasan kita yang inheren dalam kitab-kitab suci kita.

 

Lepas dari benar-salan, setuju atau tidak, kita mesti mendukung dan 

mendapat inspirasi dari keberanian ulama-ulama seperti ini, yang lain 

misalnya Amina Wadud dengan imam perempuan, dan jangan lupa banyak 

ulama2 kita dulu sudah menihilkan hukum rajam, 

[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-02 Terurut Topik Mia
Pak Aly, sebagian orang bergerak di mainstream, sebagian (kecil) lagi 
di irisan-irisan atau frontier.  Nah, bu Musdah adalah salah satu 
ulama yang ada di frontier - yang tentu saja kelompok di mainstream 
belum tentu mengerti wawasan yang ada di ufuk sana.

In any case, kita kudu menghargai semangat ini kalau itu untuk 
kebaikan. Apakah bu Musdah mengajarkan keburukan? kan nggak, blio 
mengajak kita untuk berada pada level playing field yang sama dalam 
kemanusiaan yang dilandaskan pada kesalehan.  Lalu disitirnya ayat 
untuk mengkonfirmasikan pendapatnya itu. Bukannya begitu?

Ketika kita membahas ini sebaiknya menerapkan prasangka baik 
(khusnuzzon) pada ulama2 ini sebagai agent of change (khalifah), 
bukannya character assasination, seperti yang ditulis Pak A Husaini 
dan Pak Aly sendiri.  Bu Musdah kan track recordnya jelas.

salam
Mia


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mbak Mia,
 Bingung yah dengan Prof Dr. Musdah..
 Bu Musdah byk bergerak di lembaga demokrasi
 perempuan.. smp2 minta jatah kursi lebih byk di DPR
 untuk perempuan...
 Skrng byk ngupas ayat yg gak di mengerti secara
 luas... 
 Mungkin bu musdah sama dengan budayawan Nur wahid ..
 susah dipahami masyarakat umum.. mungkin juga menuju
 gaya Gus Dur he3... kdng susah ditebak... maaf sy baru
 sekali ikut ceramahnya bu musdah.. 
 
 Padahal kalau bu musdah lebih byk mengupas masalah
 kehidupan Pendidikan anak perempuan, bgmn seorang ibu
 mendidik anak2 di rumah dengan islami, bgmn menjadi
 istri yg baik buat suami...baik perempuan pekerja atau
 perempuan usahawan atau perempuan ibu RT saja akan
 lebih mantep buat bu musda.. 
 
 
 Al-Quran, hadist cukuplah kita kembali sebagai rujukan
 apalagi bu Mia lebih tau bahasan tafsir dan punya
 referensi bukan prof DR yang terkadang masih ada
 emotional atau keluar rule...  anjlok deh kereta dari
 rel he3 nanti menhub lagi yg disalahin he3...
 
 slm,
 ali
 --- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Baca artikel A. Husaini saya suka karena jadi banyak
  tahu tentang 
  berita/topik yang lagi dievaluasinya, karena kan
  kalo baca koran kan 
  sepotong-potong, kadang cuman headline doang dan
  beberapa baris, 
  lagian kadang koran ngutipnya suka nggak jelas.
  Sedangkan A. Husaini 
  biasanya mendeskripsikan yang lagi dievaluasinya
  lebih panjang lebar, 
  maklum basisnya akademis.
  
  Tapi tulisannya sendiri blio sering undermine dengan
  mengatakan 
  misalnya sbb: Namun, jika kita ikuti kisah
  perjalanan intelektual 
  Prof. Musdah Mulia, kita sebenarnya tidak terlalu
  heran. Sejak awal, 
  cara berpikirnya sudah kacau. Dia seenaknya sendiri
  mengubah-ubah 
  hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang
  dan cara hidup 
  Barat..  Masak akademisi bilang ke intelektual lain
  'kacau dan 
  seenaknya..cara hidup barat'...dsb.
  
  Kalau saya meliatnya Bu Musdah itu ulama yang berani
  banget (kalo 
  bukan nekat).  Mungkin ini bentuk amal nyata dari
  yang ditulis Karen 
  Armstrong dalam Great Transformation bahwa ummat
  mesti menuliskan 
  lagi ayat-ayat sucinya... untuk membentuk visi baru
  mencairkan sifat 
  kekerasan kita yang inheren dalam kitab-kitab suci
  kita.
  
  Lepas dari benar-salan, setuju atau tidak, kita
  mesti mendukung dan 
  mendapat inspirasi dari keberanian ulama-ulama
  seperti ini, yang lain 
  misalnya Amina Wadud dengan imam perempuan, dan
  jangan lupa banyak 
  ulama2 kita dulu sudah menihilkan hukum rajam,
  qishas, perbudakan 
  dll.  Tinggal diterusin saja kerja dan semangatnya. 
  
  
  salam
  Mia




[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-02 Terurut Topik rsa
Pak Aly,
Di mata bu Mia, Musda Mulia adalah sosok ulama. Dan ini saya kira hak 
bu Mia atau siapapun untuk memberi label apapun buat orang yang visi 
dan misinya memang dianggap apresiatif dan kondusif. Jadi sampai 
kapanpun, opini macam pak Adian Husaini dari kalangan intelektual 
muslim, atau dari siapapun yang mewakili strata manapun, tidak akan 
bisa nyambung dalam konteks kategorisasi Musdah Mulia ini karena 
sudah ada peer-grouping, atau asosiasi diri yang terlibat. Jadi 
biarlah masing-masing dengan pendapatnya, selama bisa saling 
menghargai saja, minimal simpati kalo bisa malah empati.

Bu Mia,
lepas dari konstruk sosial soal adanya mainstream atau tidak, apa 
yang dilalukan oleh Musda Mulia ini jelas setataran dengan awak JIL 
yaitu mencoba mengklaim kebenaran menggunakan logika dan mind-set 
subjektif (at least subjektif buat para oposannya) sambil di saat 
yang sama meyakinkan 'kesalahan' dan 'kekeliruan' para ulama salaf 
dan khalaf atas hal-hal tertentu yang didukungnya. Musda Mulia kan 
mulai muncul namanya setelah berhasil menelurkan CLDKHI tempo hari 
bersama 'team' nya itu. 'Keuntungan' Musda Mulia adalah dia memilih 
duduk di sisi ring yang memang punya kapasitas dan kapabilitas kuat 
dari segi dana dan media, sehingga proyeksi 
keulamaan/intelektualitasnya jadi sangat teramplifikasi berlipat-
ganda dibanding, misalnya, ibu Aisyah Girindra atau ulama wanita 
seperti beliau yang bersebrangan.
Buat saya, Musda Mulia memang bukan ulama dalam konteks 'standar-
normal' yang menghargai tradisi islam. Musda Mulia adalah ulama yang 
sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal, dkk (saya kira bisa 
dilihat list-nya di buku karangan Budi Handrianto 50 Tokoh JIL itu) 
dalam konteks liberalisasi (pemikiran) islam. Tidak lebih.
Bukannya tidak ada yang bisa mengerti pemikiran Musda Muliah, 
sebagaimana juga bukannya tidak ada yang bisa mengerti pemikiran awak 
JIL atau siapa saja yang sepemahaman. Justru pemikiran mereka jelas 
sekali ... rancunya. Hanya saja, mereka menggunakan paradigma 'baru' 
yaitu pendekatan yang rasional dan terkesan logis sehingga buat 
sementara kalangan muslim yang tidak paham ada apa dibalik paradigma 
ini, tentu akan terkesima dan apresiatif sekali.
Dan yang menarik menurut saya, klaim keulamaan Musda Muliah (dan 
rekan2 'seperjuangan' dia) bukan berasal dari ummat (atau menurut 
terma ibu 'mainstream') tapi dari sesama penggiat liberalisasi islam 
yang lalu disosialisasikan sehingga muncuk kesan bahwa keulamaan ini 
memang sewajarnya ia sandang. Dan memang ummat masih cukup 'polos' 
untuk tidak dikatakan 'bodoh' untuk bisa melihat beyond gelar dan 
titel, termasuk afiliasi institusi. Jadi wajar saja para penggiat 
liberalisasi islam ini masih memandang perlu penyandangan gelar, 
titel dan afiliasi institusi ini, semata hingga agenda mereka 
untuk 'memegang' posisi strategis di negeri ini pasca Orba tercapai, 
layaknya status menteri agama di masa S. Harto sebagai alat penguasa 
anti-islam berinteraksi dan memaksakan kemauannya pada ummat.
Saya akui, Muslimah Progresif-nya Musda Mulia memang bagus dari segi 
untaian kata, tapi tetap saja rancu. Kebathilan yang indah tidak akan 
membuatnya menjadi Kebenaran. Malah Kebenaran bisa disalahgunakan 
untuk Kebathilan. Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah tiap 
kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis Rasulullah, 
sebagaimana Moqsith melakukannya dalam desertasinya? Intelektual 
tidak mutlak benar. Tidak sedikit karya yang diklaim ilmiah tapi 
miskin scientific accoutability, semata hanya bermain data dan 
referensi saja.
At the end of the day, niat lah yang akan eventually mengungkapkan 
fakta sesungguhnya ... di dunia ini atau jelas di akhirat nanti.

salam,
satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Aly, sebagian orang bergerak di mainstream, sebagian (kecil) 
lagi 
 di irisan-irisan atau frontier.  Nah, bu Musdah adalah salah satu 
 ulama yang ada di frontier - yang tentu saja kelompok di mainstream 
 belum tentu mengerti wawasan yang ada di ufuk sana.
 
 In any case, kita kudu menghargai semangat ini kalau itu untuk 
 kebaikan. Apakah bu Musdah mengajarkan keburukan? kan nggak, blio 
 mengajak kita untuk berada pada level playing field yang sama dalam 
 kemanusiaan yang dilandaskan pada kesalehan.  Lalu disitirnya ayat 
 untuk mengkonfirmasikan pendapatnya itu. Bukannya begitu?
 
 Ketika kita membahas ini sebaiknya menerapkan prasangka baik 
 (khusnuzzon) pada ulama2 ini sebagai agent of change (khalifah), 
 bukannya character assasination, seperti yang ditulis Pak A Husaini 
 dan Pak Aly sendiri.  Bu Musdah kan track recordnya jelas.
 
 salam
 Mia
 
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly 
 assalamualaikum_hello@ wrote:
 
  Mbak Mia,
  Bingung yah dengan Prof Dr. Musdah..
  Bu Musdah byk bergerak di lembaga demokrasi
  perempuan.. smp2 minta jatah kursi lebih byk di DPR
  untuk perempuan...
  Skrng byk ngupas ayat yg gak di mengerti secara
  

[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-02 Terurut Topik Mia
Pak Satriyo,
dari postingan2 saya terdahulu 'ulama' di sini saya refer ke 
A.Husaini dan Musdah M., maksudnya akademisi islamologi, gitu.  Saya 
mendapat gambaran diskusi gay lebih lengkap baca tulisan akademisi 
A.Husaini, ketimbang baca koran.  Tapi saya juga mengkritisi 
akademisi A.Husaini yang melancarkan character assasination kepada 
akademisi lainnya. 

Satriyo: sudah ada peer-grouping.. dan kemudian: ..Musda Mulia 
adalah ulama yang sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal...

Pak Satriyo sedang melakukan peer-grouping.

Satriyo:..Justru pemikiran mereka jelas sekali ... rancunya 
juga: ..Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah tiap 
kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis Rasulullah..

Ini contoh character assasination dan khusnuzzon, pak Satriyo 
menggiringnya ke situ tanpa memperhatikan substansi yang ingin 
dikemukakan bu Musdah.

Jadi apa pendapat Pak Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu 
Musdah sambil menyitir ayat:  bahwa manusia (mayoritas dan minoritas) 
itu berada pada level playing yang sama pada sisi kemanusiaannya 
berdasarkan indikator kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat 
cinta?

Dan bukankah bu Musdah memang sedang 'menuliskan kembali ayat-ayat' 
seperti yang dipesankan Karen Armstrong, sebetulnya lebih dari 
sekedar menyitir ayat?

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Aly,
 Di mata bu Mia, Musda Mulia adalah sosok ulama. Dan ini saya kira 
hak 
 bu Mia atau siapapun untuk memberi label apapun buat orang yang 
visi 
 dan misinya memang dianggap apresiatif dan kondusif. Jadi sampai 
 kapanpun, opini macam pak Adian Husaini dari kalangan intelektual 
 muslim, atau dari siapapun yang mewakili strata manapun, tidak akan 
 bisa nyambung dalam konteks kategorisasi Musdah Mulia ini karena 
 sudah ada peer-grouping, atau asosiasi diri yang terlibat. Jadi 
 biarlah masing-masing dengan pendapatnya, selama bisa saling 
 menghargai saja, minimal simpati kalo bisa malah empati.
 
 Bu Mia,
 lepas dari konstruk sosial soal adanya mainstream atau tidak, apa 
 yang dilalukan oleh Musda Mulia ini jelas setataran dengan awak JIL 
 yaitu mencoba mengklaim kebenaran menggunakan logika dan mind-set 
 subjektif (at least subjektif buat para oposannya) sambil di saat 
 yang sama meyakinkan 'kesalahan' dan 'kekeliruan' para ulama salaf 
 dan khalaf atas hal-hal tertentu yang didukungnya. Musda Mulia kan 
 mulai muncul namanya setelah berhasil menelurkan CLDKHI tempo hari 
 bersama 'team' nya itu. 'Keuntungan' Musda Mulia adalah dia memilih 
 duduk di sisi ring yang memang punya kapasitas dan kapabilitas kuat 
 dari segi dana dan media, sehingga proyeksi 
 keulamaan/intelektualitasnya jadi sangat teramplifikasi berlipat-
 ganda dibanding, misalnya, ibu Aisyah Girindra atau ulama wanita 
 seperti beliau yang bersebrangan.
 Buat saya, Musda Mulia memang bukan ulama dalam konteks 'standar-
 normal' yang menghargai tradisi islam. Musda Mulia adalah ulama 
yang 
 sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal, dkk (saya kira bisa 
 dilihat list-nya di buku karangan Budi Handrianto 50 Tokoh JIL 
itu) 
 dalam konteks liberalisasi (pemikiran) islam. Tidak lebih.
 Bukannya tidak ada yang bisa mengerti pemikiran Musda Muliah, 
 sebagaimana juga bukannya tidak ada yang bisa mengerti pemikiran 
awak 
 JIL atau siapa saja yang sepemahaman. Justru pemikiran mereka jelas 
 sekali ... rancunya. Hanya saja, mereka menggunakan 
paradigma 'baru' 
 yaitu pendekatan yang rasional dan terkesan logis sehingga buat 
 sementara kalangan muslim yang tidak paham ada apa dibalik 
paradigma 
 ini, tentu akan terkesima dan apresiatif sekali.
 Dan yang menarik menurut saya, klaim keulamaan Musda Muliah (dan 
 rekan2 'seperjuangan' dia) bukan berasal dari ummat (atau menurut 
 terma ibu 'mainstream') tapi dari sesama penggiat liberalisasi 
islam 
 yang lalu disosialisasikan sehingga muncuk kesan bahwa keulamaan 
ini 
 memang sewajarnya ia sandang. Dan memang ummat masih cukup 'polos' 
 untuk tidak dikatakan 'bodoh' untuk bisa melihat beyond gelar dan 
 titel, termasuk afiliasi institusi. Jadi wajar saja para penggiat 
 liberalisasi islam ini masih memandang perlu penyandangan gelar, 
 titel dan afiliasi institusi ini, semata hingga agenda mereka 
 untuk 'memegang' posisi strategis di negeri ini pasca Orba 
tercapai, 
 layaknya status menteri agama di masa S. Harto sebagai alat 
penguasa 
 anti-islam berinteraksi dan memaksakan kemauannya pada ummat.
 Saya akui, Muslimah Progresif-nya Musda Mulia memang bagus dari 
segi 
 untaian kata, tapi tetap saja rancu. Kebathilan yang indah tidak 
akan 
 membuatnya menjadi Kebenaran. Malah Kebenaran bisa disalahgunakan 
 untuk Kebathilan. Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah 
tiap 
 kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis Rasulullah, 
 sebagaimana Moqsith melakukannya dalam desertasinya? Intelektual 
 tidak mutlak benar. Tidak sedikit karya yang diklaim ilmiah tapi 
 miskin scientific 

[wanita-muslimah] Re: Fwd: Prof UIN Jakarta Halalkan Homoseksual”

2008-04-02 Terurut Topik rsa
Bu Mia,

Lho, memang setiap kita pasti melakukan peer-grouping. Itu kan yang 
saya sampaikan sebelumnya? Jadi saya tidak menyatakan saya tidak 
melakukannya juga, krn ini keniscayaan belaka. Kan sesuai dengan 
petuah Rasul soal mencari teman/berteman kan? 

Soal character assassination, apa maksud ibu sama dengan husnuzhan 
(berbaik sangka) atau su-uzhan (berburuk sangka)? Sejauh saya pahami, 
character assassination itu lebih menjelekkan pribadi/karakter 
orangnya dan bukan pada pola fikir atau opininya. Jadi apa yang saya 
atau siapapun lakukan selama itu mengkritik atau menanggapi opininya 
atau cara berpikirnya, tentu ini bukan pembunuhan karakter. 

Soal pendapat saya tentang pernyataan Musda Mulia, saya masih belum 
mengerti benar maksudnya. Artinya saya belum sejauh menanggapi 
langsung komentarnya spt ibu tanyakan ini Jadi apa pendapat Pak 
Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu Musdah sambil menyitir 
ayat: bahwa manusia (mayoritas dan minoritas) itu berada pada level 
playing yang sama pada sisi kemanusiaannya berdasarkan indikator 
kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat cinta? karena saya tidak 
tahu persis apakah memang maksud Musda Mulia ini spt yang ibu 
tanyakan.

Tapi jika maksud ibu adalah menanyakan pendapat saya atas komentar 
Musda Muliah ini:
Mengutip QS 49 ayat 3, Musdah menyatakan, salah satu berkah Tuhan 
adalah bahwasanya semua manusia, baik laki-laki atau wanita, adalah 
sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan, posisi social atau pun 
orientasi seksual. Karena itu, aktivis liberal dan kebebasan beragama 
dari ICRP (Indonesia Conference of Religions and Peace) ini, Tidak 
ada perbedaan antara lesbian dengan non-lesbian. Dalam pandangan 
Tuhan, manusia dihargai hanya berdasarkan ketaatannya. (spt ditulis 
oleh Adian Husaini) atau teks aslinya dari TJP, There is no 
difference between lesbians and nonlesbians. In the eyes of God, 
people are valued based on their piety
maka saya hanya bisa bilang, kacau sekali cara Musda Mulia memandang 
siapa itu orang bertaqwa. apakah orang yang perilakunya dibenci Allah 
pantas disebut taqwa? apakah taqwa itu kata Musda Mulia atau kata 
Allah (dalam KitabNYA)? 
silakan saja Musda Muliah ingin berempati pada mereka yang menyimpang 
(dan ini jelas ada dalam Kitabullah spt diurai Adian Husaini, kec 
buat 'ulama' liberal yang sempit pandangannya ... hehehe) entah itu 
homo, atau apa saja -- dan kalo mau jujur hanya base on humanity, 
yang namanya pedofil, sex addict, atau semua kelainan seksual lainnya 
harus masuk dalam kotak yang sama dengan kaum homo-nya Musda Mulia -- 
tapi tidak usahlah berperan jadi juru bicara Tuhan, atau 
mengatasnamakan Islam sambil membunuh karakter para ulama salaf dan 
khalaf. itu saja ... :-)

salam,
satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Satriyo,
 dari postingan2 saya terdahulu 'ulama' di sini saya refer ke 
 A.Husaini dan Musdah M., maksudnya akademisi islamologi, gitu.  
Saya 
 mendapat gambaran diskusi gay lebih lengkap baca tulisan akademisi 
 A.Husaini, ketimbang baca koran.  Tapi saya juga mengkritisi 
 akademisi A.Husaini yang melancarkan character assasination kepada 
 akademisi lainnya. 
 
 Satriyo: sudah ada peer-grouping.. dan kemudian: ..Musda Mulia 
 adalah ulama yang sebanding dengan Ulil, Moqsith, Zainun Kamal...
 
 Pak Satriyo sedang melakukan peer-grouping.
 
 Satriyo:..Justru pemikiran mereka jelas sekali ... rancunya 
 juga: ..Bukankah ini yang dilakukan oleh Musda Muliah tiap 
 kali ia bersembunyi di balik ayat-ayat Allah atau Hadis 
Rasulullah..
 
 Ini contoh character assasination dan khusnuzzon, pak Satriyo 
 menggiringnya ke situ tanpa memperhatikan substansi yang ingin 
 dikemukakan bu Musdah.
 
 Jadi apa pendapat Pak Satriyo tentang substansi yang dikemukakan bu 
 Musdah sambil menyitir ayat:  bahwa manusia (mayoritas dan 
minoritas) 
 itu berada pada level playing yang sama pada sisi kemanusiaannya 
 berdasarkan indikator kesalehan? Apa ini namanya bukan ayat-ayat 
 cinta?
 
 Dan bukankah bu Musdah memang sedang 'menuliskan kembali ayat-ayat' 
 seperti yang dipesankan Karen Armstrong, sebetulnya lebih dari 
 sekedar menyitir ayat?
 
 salam
 Mia