[wanita-muslimah] Satu lagi, ibu membunuh anak anaknya [dulu kasus bandung sekarang kasus malang]
1. Gile bener nih, rumahnya ndak jauh dari rumah eyang di Malang. :( Dan hampir tiap subhuh dan maghrib lewat dekat situ kalo ke musholla di waktu kuliah dulu. 2. Tadi diskusi ama mbak Sisca di Bali, katanya suaminya punya selingkuhan di Bali situ. Apa benar penyebab sebenarnya si selingkuhan atau benar benar kejadiannya karena masalah ekonomi ? salam, Ari Condro ps : wikan, bisa cariin link di multiplyku gak, yg dulu itu diskusi panjang lebar ttg kasus ibu Anik di Bandung ... ??? === SUARA PEMBARUAN DAILY _ Sayang, 'Sorry' Aku Sudah Bunuh Anak-anak Sebagian barang bukti berupa surat-surat yang berisi pesan, petunjuk yang dibuat Junania Mercy tentang pengurusan surat-surat kematiannya, pakaian saat dikremasi, pembelian peti mati hingga siapa yang akan menerima abu jenazahnya. Semua ditulis di tiga lembar kertas dan satu sampul surat. [Pembaruan/Aries Sudiono] Tragedi Taman Sakura, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, yang merenggut lima nyawa telah berlalu. Namun, makna tragis dari kepergian Nyonya Junania Mercy (36), beserta empat buah hatinya, Athenia Lathenia (11), Prinsessa Ladova (9), Hendrison (7), dan Gabriela Al Cein (1,5), sulit dilupakan. Mercy yang di masa belasan tahun silam hidup dalam keluarga yang relatif cukup kaya di Kota Batu, yang waktu itu masih berbentuk Kecamatan, bagian dari wilayah Kabupaten Malang. Sebagai keluarga mampu, orangtua Mercy yang memiliki mobil Jeep Army dan motor gede (moge) Harley Davidson (HD) buatan AS seringkali meminta bantuan Hendri Suwarno (43) untuk memperbaikinya. Pada suatu saat, ketika ia diajak orang tuanya mampir ke rumah kontrakan Henri Suwarno di Jalan Lebaksari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, untuk perbaikan mobil Jeepnya, perhatian gadis berkulit kuning langsat sedemikian cepat merekam aktivitas lelaki bujangan itu. Ketika dalam perjalanan pulang, di dalam benaknya terbayang, di rumah kontrakannya yang hanya berukuran 10 m x 16 m tersebut, Hendri harus bisa tidur lelap di antara penuh sesak aneka onderdil moge-moge. Satu hal yang kemudian mendorong Mercy menjadikan Hendri sebagai lelaki pilihan hatinya adalah ketelatenan lelaki bertubuh ceking itu dalam merangkai satu-persatu onderdil motor atau mobil. Ketelatenan dan kesabaran Hendri yang beragama Kristen inilah yang kemudian menarik Junania Mercy yang beragama Katholik untuk tetap menjadikannya sebagai suami tercinta di awal tahun 90-an. Awal kehidupan rumah tangga Hendri-Junania ditandai dengan kepindahan mereka ke rumah kontrakan baru yang lebih luas di Jalan Junggo. Selektif Banyak klub-klub moge Surabaya yang hendak melewati Malang, ada saja yang menyempatkan diri singgah dan berbagi ceritera atas kemajuan klub masing-masing di bengkel Hendri. Di sini, puncak kesuksesan karier Hendri yang mengandalkan hasil dari otak-atik moge, memberikan puncak kesuksesan ekonomi keluarganya. Anak pertama perempuan berwajah sangat cantik, Athenia Lathenia alias Tony (11), puteri kedua bak puteri salju, Prinsessa Ladova alias Dodo (9), puteri ketiga yang lucu Hendrison alias Henson (7), dan Gabriela Al Cein atau Billy (1,5), satu-satunya anak laki-laki mereka. Namun sayang, sejak kelahiran anak ketiga, Junania Mercy tidak mau melihat kenyataan, bahwa masa-masa sukses yang diraih suaminya mengalami kemunduran. Ini ditandai dengan kepindahan mereka dari rumah kontrakan terdahulu ke rumah kontrakan baru, Jalan Taman Sakura 12, Lowokwaru, Kota Malang. Junania Mercy yang sudah terlanjur terobsesi mempersiapkan ketiga puterinya yang cantik-cantik, masuk sekolah dasar berstandar internasional, Charis National Academy (CNA). Beberapa tetangganya mengaku, Bu Mercy khawatir anak-anaknya kelak bodoh seperti dirinya, sehingga perlu lembaga pendidikan berkualitas terbaik sehingga anak-anaknya kelak mampu memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai. Hendri si yatim sejak 1995 itu merasa tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup isteri dan anak-anaknya, kemudian ia mencoba mengadu nasib di Surabaya. Dari Surabaya, ia sempat pula ke Kalimantan, namun akhirnya balik lagi ke Surabaya sebagai mekanik bengkel Moge di Jalan Kutai. Saya memang yang memasok sebagian kebutuhan hidup dan sekolah anak serta cucu-cucu saya, aku Nyonya Susie (63) ibunda kandung Junania Mercy. Sejak kepergian Hendri ke Surabaya untuk mencari nafkah itulah, kondisi kejiwaan Junania goyah, akibat harus membiayai lagi pengobatan penyakit ginjal salah seorang anaknya. Hendri jarang pulang ke Malang dengan alasan untuk menghemat biaya. Namun satu dua kali dalam sepekan lelaki itu menyempatkan diri untuk menelepon isteri dan anak-anaknya. Karena himpitan ekonomi dan tekanan jiwa yang berkepanjangan pada akhirnya membuat Junania Mercy berencana membunuh keempat anaknya dan dirinya sendiri. Mercy menyiapkan ratusan kapsul yang berisi serbuk racun ikan jenis potas dan tiga gelas plastik. Selain itu Mercy juga menulis surat wasiat yang terdiri dari
[wanita-muslimah] Satu lagi, ibu membunuh anak anaknya [dulu kasus bandung sekarang kasus malang]
1. Gile bener nih, rumahnya ndak jauh dari rumah eyang di Malang. :( Dan hampir tiap subhuh dan maghrib lewat dekat situ kalo ke musholla di waktu kuliah dulu. 2. Tadi diskusi ama mbak Sisca di Bali, katanya suaminya punya selingkuhan di Bali situ. Apa benar penyebab sebenarnya si selingkuhan atau benar benar kejadiannya karena masalah ekonomi ? salam, Ari Condro ps : wikan, bisa cariin link di multiplyku gak, yg dulu itu diskusi panjang lebar ttg kasus ibu Anik di Bandung ... ??? === SUARA PEMBARUAN DAILY _ Sayang, 'Sorry' Aku Sudah Bunuh Anak-anak Sebagian barang bukti berupa surat-surat yang berisi pesan, petunjuk yang dibuat Junania Mercy tentang pengurusan surat-surat kematiannya, pakaian saat dikremasi, pembelian peti mati hingga siapa yang akan menerima abu jenazahnya. Semua ditulis di tiga lembar kertas dan satu sampul surat. [Pembaruan/Aries Sudiono] Tragedi Taman Sakura, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, yang merenggut lima nyawa telah berlalu. Namun, makna tragis dari kepergian Nyonya Junania Mercy (36), beserta empat buah hatinya, Athenia Lathenia (11), Prinsessa Ladova (9), Hendrison (7), dan Gabriela Al Cein (1,5), sulit dilupakan. Mercy yang di masa belasan tahun silam hidup dalam keluarga yang relatif cukup kaya di Kota Batu, yang waktu itu masih berbentuk Kecamatan, bagian dari wilayah Kabupaten Malang. Sebagai keluarga mampu, orangtua Mercy yang memiliki mobil Jeep Army dan motor gede (moge) Harley Davidson (HD) buatan AS seringkali meminta bantuan Hendri Suwarno (43) untuk memperbaikinya. Pada suatu saat, ketika ia diajak orang tuanya mampir ke rumah kontrakan Henri Suwarno di Jalan Lebaksari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, untuk perbaikan mobil Jeepnya, perhatian gadis berkulit kuning langsat sedemikian cepat merekam aktivitas lelaki bujangan itu. Ketika dalam perjalanan pulang, di dalam benaknya terbayang, di rumah kontrakannya yang hanya berukuran 10 m x 16 m tersebut, Hendri harus bisa tidur lelap di antara penuh sesak aneka onderdil moge-moge. Satu hal yang kemudian mendorong Mercy menjadikan Hendri sebagai lelaki pilihan hatinya adalah ketelatenan lelaki bertubuh ceking itu dalam merangkai satu-persatu onderdil motor atau mobil. Ketelatenan dan kesabaran Hendri yang beragama Kristen inilah yang kemudian menarik Junania Mercy yang beragama Katholik untuk tetap menjadikannya sebagai suami tercinta di awal tahun 90-an. Awal kehidupan rumah tangga Hendri-Junania ditandai dengan kepindahan mereka ke rumah kontrakan baru yang lebih luas di Jalan Junggo. Selektif Banyak klub-klub moge Surabaya yang hendak melewati Malang, ada saja yang menyempatkan diri singgah dan berbagi ceritera atas kemajuan klub masing-masing di bengkel Hendri. Di sini, puncak kesuksesan karier Hendri yang mengandalkan hasil dari otak-atik moge, memberikan puncak kesuksesan ekonomi keluarganya. Anak pertama perempuan berwajah sangat cantik, Athenia Lathenia alias Tony (11), puteri kedua bak puteri salju, Prinsessa Ladova alias Dodo (9), puteri ketiga yang lucu Hendrison alias Henson (7), dan Gabriela Al Cein atau Billy (1,5), satu-satunya anak laki-laki mereka. Namun sayang, sejak kelahiran anak ketiga, Junania Mercy tidak mau melihat kenyataan, bahwa masa-masa sukses yang diraih suaminya mengalami kemunduran. Ini ditandai dengan kepindahan mereka dari rumah kontrakan terdahulu ke rumah kontrakan baru, Jalan Taman Sakura 12, Lowokwaru, Kota Malang. Junania Mercy yang sudah terlanjur terobsesi mempersiapkan ketiga puterinya yang cantik-cantik, masuk sekolah dasar berstandar internasional, Charis National Academy (CNA). Beberapa tetangganya mengaku, Bu Mercy khawatir anak-anaknya kelak bodoh seperti dirinya, sehingga perlu lembaga pendidikan berkualitas terbaik sehingga anak-anaknya kelak mampu memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai. Hendri si yatim sejak 1995 itu merasa tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup isteri dan anak-anaknya, kemudian ia mencoba mengadu nasib di Surabaya. Dari Surabaya, ia sempat pula ke Kalimantan, namun akhirnya balik lagi ke Surabaya sebagai mekanik bengkel Moge di Jalan Kutai. Saya memang yang memasok sebagian kebutuhan hidup dan sekolah anak serta cucu-cucu saya, aku Nyonya Susie (63) ibunda kandung Junania Mercy. Sejak kepergian Hendri ke Surabaya untuk mencari nafkah itulah, kondisi kejiwaan Junania goyah, akibat harus membiayai lagi pengobatan penyakit ginjal salah seorang anaknya. Hendri jarang pulang ke Malang dengan alasan untuk menghemat biaya. Namun satu dua kali dalam sepekan lelaki itu menyempatkan diri untuk menelepon isteri dan anak-anaknya. Karena himpitan ekonomi dan tekanan jiwa yang berkepanjangan pada akhirnya membuat Junania Mercy berencana membunuh keempat anaknya dan dirinya sendiri. Mercy menyiapkan ratusan kapsul yang berisi serbuk racun ikan jenis potas dan tiga gelas plastik. Selain itu Mercy juga menulis surat wasiat yang terdiri dari