Notes Arjo Pilang: TAHUN INDIA DI SALON DU LIVRE PARIS Di Porte de Versailles/Hall 1, Paris Selatan, pada tanggal 23-27 Maret 2007 akan diselenggarakan pameran buku internasional tahunan [Salon du Livre], disponsori antara lain oleh France Télévision, Radio-radio: France Culture, France Info, France Inter, Le Syndicat National du Livre, dan Jawatan Kereta Api [SNCF]. Negara-negara yang diangkat sebagai "bintang" di saban kegiatan tahunan ini selalu berganti-ganti. Tahun ini yang ditampilkan sebagai "primadona" adalah India, yang oleh para pakar Perancis diramalkan sebagai kekuatan ketiga dunia, menyusul kebangkitan "raksasa" Republik Rakyat Tiongkok. Dengan ramalan begini, maka kajian terhadap India makin meningkat, antara lain ditunjukkan dengan adanya majalah bulanan khusus berjudul "l'Inde". Dijadikannya India sebagai "primadona" Salon du Livre tahun ini, kukira tidak lepas dari ramalan di atas. Penonjolan India tahun ini, seperti halnya pengangkatan RRT di tahun sebelumnya, kiranya tidak terlepas dari terutama perhitungan politik dan ekonomi Perancis di dalam percaturan dunia. Sejak tanggal 12 Februari 2007 lalu, lebih dari 300 tokobuku di seluruh Perancis memajangkan di rak-rak mereka karya-karya para penulis India atau asal India yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis. Menurut majalah sastra terkemuka Perancis, Le Magazine Littéraire, Paris, [No. 462, Mars 2007], penulis-penulis India yang paling disukai pembaca adalah Sarnath Banerjee [Calcutta], Chetan Bhagat [Une nuit à the call center], Indrajit Hazra [Le jardin des délices terrestres], Vikram Seth [Deux vies], Vikas Swarup [Les fabuleuse aventures d'un Indien], Amartya Sen [Rationalité et liberté en économie]. Untuk menyemaraki diskusi dan seminar pada Salon du Livre ini, Menteri Kebudayaan & Komunikasi dan Kementerian Luar Negeri Perancis, bekerjasama dengan Sahitya Akademi dan Indian Council for Cumtural Relations akan mengundang 30an pengarang India antara lain U.R. Anantamurthy, Rupa Bajwa, Sarnath Banerjee, Shyam Bhajju, , Gopi Chang Narang, Anita Rau Badami, dan lain-lain.... Menyambut kedatangan para pengarang India ini majalah sastra utama Perancis, Le Magazine Littéraire, bulan Maret 2007 telah mengeluarkan nomor khusus tentang India yang menguraikan tradisi sastra India semenjak zaman Mahabarata hingga era Salman Rusdhie serta memperkenalkan tokoh-tokoh menonjol dalam sastra India kekinian, seperti Anita Desai, Narayan, Rohinton Mistry, Tarun Tejpal dan Amitav Gosh. Selain itu, nomor khusus juga menampilkan kesan-kesan para pengarang asing seperti Rudyard Kipling E. M. Forster, Hermann Hesse, Romain Rolland dan penulis-penulis kekinian Perancis sendiri seperti Jean-Claude Perrier, Natalie Levisalles, Lionel Richard. Sebuah antologi sastra India sedang ditangani untuk diterbitkan dalam waktu dekat. Annie Montaut, pengajar bahasa Hindi pada Inalco [Institut Nasional Bahasa-bahasa dan Budaya Timur], Paris menyuguhkan daftar sementara karya-karya India yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dari hampir tiga puluh pengarang. Daftar sementara yang disusun oleh Annie Montaut, memperlihatkan bahwa dari jumlah karya yang diterjemahkan dan diterbitkan di negeri ini, sastra India termasuk salah satu negeri Asia yang paling mendapat tempat di samping Tiongkok, Jepang, Viêt nam, Korea. Sementara Indonesia masih berada di urutan paling belakang. Jumlah karya sastra kita yang diterjemahkan ke bahasa Perancis, tidak melebihi jari dua tangan, sedangkan jumlah pengarang yang diangkat jauh lebih kurang dari itu lagi. Dalam usaha menerobos keadaan ini maka Lembaga Persahabatan Franco-Indonesia dengan sponsor beberapa pihak seperti Kedubes Perancis di Jakarta, Kedubes Kerajaan Belanda di Paris, pada November dua tahun silam telah mengorganisasi Hari Sastra Indonesia di Paris dan November tahun lalu menyelenggarakan seminar sehari tentang sastra Indonesia di Gedung Senat. Hadir dari Indonesia untuk seminar sehari ini antara Ayu Utami dan Seno. Dikabarkan bahwa novel Saman karya Ayu Utami sedang dalam proses penterjemahan dan penerbitan. Dengan keadaan begini, agaknya untuk mendapat tempat sebagai "primadona" dalam Salon du Livre, Indonesia masih perlu kerja keras lagi. Sebatas pengetahuanku, tidak pernah kudapatkan buku-buku Indonesia dan penerbit Indonesia mengisi serta hadir di pameran buku internasional Paris yang dilakukan saban tahun. Yang banyak mengangkat soal Indonesia, termasuk sastranya adalah grup para Indonesianis Perancis yang berhimpun di sekitar majalah ilmiah l'Archipel. Apa lalu yang harus dilakukan? Barangkali pertanyaan inilah yang ditampilkan oleh keadaan demikian.*** Paris, Maret 2007. ------------------------ JJ. Kusni
--------------------------------- Yahoo! Movies - Search movie info and celeb profiles and photos. [Non-text portions of this message have been removed]