[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)

2002-11-12 Terurut Topik Doedoeng Z. Arifin
AWW. WCDS.

Pak Johny Saleh dan milisi Yon I/ITB, mohon maaf saya baru membalas
sekarang, bbrp hari y.l. persiapan prajab. Saya juga akan terus melawan
Pak Johny, supaya ilmu-ilmunya keluar dan kita tambah wawasan. Kalau ngga
dilawan kita tidak dapat pencerahan dari beliau.

- Original Message -
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, November 08, 2002 2:40 AM
Subject: [yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh!  New World)


 Penjelasan sepotong dulu, meluruskan info.
 Lainnya menyusul.

Saya menunggu potongan lainnya Pak.


 Buat kita, bangsa Indonesia, mudah sekali memahami ini. Di jaman revolusi
 kemerdekaan banyak sekali pejuang kita yang berani mati. Dan kehebatan
 mereka dikagumi seluruh bangsa ini, tanpa pernah sekalipun disebut apa
 agamanya (dan juga apa sukunya), karena perjuangan kemerdekaan, kafah atau
 tidak kafah, adalah perjuangan kemerdekaan, bukan perjuangan agama.

Memang bagi sebagian orang, bahkan termasuk orang Islam sendiri, ada yang
memandang perjuangan kemerdekaan adalah perjuangan kemerdekaan tok tidak ada
hubungannya dengan agama. Tapi bagi sebagian yang lain (apakah itu Islam dan
mungkin juga kristen atau Hindu), tidak sedikit yang memandangnya sebagai
bagian dari penyempurnaan keberagamaannya.

Bagi umat Islam merebut kemerdekaan, membela dan mempertahankannya adalah
jihad. Kakek saya termasuk salah seorang anggota Hizbulloh pada jaman
perang kemerdekaan dulu, menurut beliau mayoritas (kalau tidak disebut
semuanya) anggota Hizbulloh dan Sabilillah menganggap perang melawan Belanda
adalah jihad, dan itu persoalan agama. Karena menurut mereka cinta tanah
air adalah sebagian dari iman. Hal ini diperkuat oleh pernyataan KH. Wahid
Hasyim (ayahandanya Gus Dur) dalam pidatonya di sidang BPUPKI pada tanggal
13 Juli 1945  (?) bahwa perjuangan berlandaskan agama adalah
sehebat-hebatnya semangat perjuangan, pernyataan ini yang membakar semangat
warga NU untuk bergabung dalam Hizbulloh dan Sabilillah. Dan nyatanya
kekuatan agama inilah yang melahirkan keberanian yang luar biasa dalam
melawan Belanda yang nota bene memiliki persenjataan sangat lengkap, apalagi
mereka baru keluar sebagai pemenang PD II.

Kalau kemudian ada yang mengangap bahwa perjuangan kemerdekaan hanyalah
common sense kemanusiaan, seperti juga yang diyakini oleh Gus Dur dan
pengikutnya yang secara diametral berbeda dengan ayahnya, itulah yang
kemudian dikenal dalam theologi Islam sebagai upaya  memisahkan permasalahan
dunia dari agama atau yang populer disebut sekularisme.


 Dan kalau Doedoeng katakan yang diburu oleh Israel hanya para pejuang
Islam,
 itu jelas ngawur. IDF kalau ngejar orang Palestina nggak pernah lihat KTP
 untuk ngecheck apa agama orang yang diburunya dong! Kalau mau bunuh orang
 Hamas, ya bunuh saja.  Kalau mau bunuh anakbuah George Habash, ya bunuh
 saja. Pokoknya siapa yang mereka anggap pentolan serangan berani mati
 Palestina, ya dieksekusi.
 Ini sama saja dulu Belanda kalau kejar ekstremis republik, nggak
 membedakan apakah dia anggota Hizbullah yang Islam atau anggota KRIS yang
 Kristen atau pasukan Ngurah Rai yang Hindu, ya mereka sikat.

Mungkin saya berlebihan kalau menyebutkan yang diburu tentara Israel itu
hanya pejuang Islam Palestina. Saya hanya ingin menegaskan bahwa saat ini
yang merupakan lawan signifikan dari Israel adalah para pejuang Islam itu.
Karena sebagaimana kita tahu bahwa FPLP saat ini tidak segarang dulu, bahkan
seperti panther. PLO (dengan sayap militernya Fatah) sudah merasa puas
dengan hasil sekarang, bahkan setahu saya Arafat tidak pernah melakukan
konfrontasi bersenjata lagi dengan Israel dalam 5 - 10 tahun terakhir (?).
Oleh karena itu yang menjadi momok Israel adalah Hamas, Jihad Islam dan
kelompok pejuang Islam lainnya, yang tentara Israel tahu bahwa semangat
mereka bukan semata-mata menginginkan kemerdekaan Palestina tapi jauh lebih
besar dibakar oleh semangat jihadnya. Dan itulah yang membuat ketakutan
warga Israel, sehingga selain dihadapi oleh kekerasan senjata, mereka juga
membuat opini bahwa hal itu adalah serangan teroris, selanjutnya kita tahu
sendirilah jalan ceriteranya.



 Kesimpulannya, perjuangan kemerdekaan ya perjuangan kemerdekaan (bagi
orang
 Palestina perjuangan mereka adalah untuk kemerdekaan, bukan rebutan
 wilayah), bukan perjuangan agama.
 Bahwa masing-masing pejuang merasa melakukan hal itu karena ingin kafah,
ya
 boleh-boleh saja. Pejuang yang Islam merasa kafah dalam ke-Islam-annya,
 pejuang yang Kristen tentu ingin kafah juga dalam ke-Kristen-annya.
 Bahkan kita tahu sejumlah signifikan orang Israel Israel sebetulnya pro
 Palestina (kalau tidak ada urusan ini, tak akan terjadi pembunuhan
Yistzhak
 Rabin), tetapi mereka ini simpati pada Palestina bukan karena mau kafah
 dalam ke-Yahudi-annya, tetapi karena merasa kemerdekaan adalah hak segala
 bangsa.

Kalau menurut orang Yahudi mereka simpati karena kemerdekaan adalah hak
segala bangsa, atau mungkin menurut Kristen juga begitu, itu hak

[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)

2002-11-12 Terurut Topik Doedoeng Z. Arifin
AWW. WCDS.

- Original Message -
From: Syafril Hermansyah [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, November 08, 2002 11:29 AM
Subject: [yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh!  New World)


 On Thu, 7 Nov 2002 23:23:40 +0700 Doedoeng Z. Arifin (DZA) wrote:

  Satu hal yang pasti dalam terminologi Islam, umat Musa a.s. dan Isa
  a.s. mereka semuanya adalah muslim bukan Yahudi atau Nasrani seperti
  sekarang ini.

 Ah yg benar ah :-) Bukannya kaum-2x itu yg sering disebut kaum 'pemegang
 kitab'.

Benar! mereka memang pemegang kitab atau tepatnya 'ahli kitab', mereka
disebut demikian karena tidak menegakkan hukum atau isi al kitab mereka
secara kaffah, bahkan sebagian dikurangi dan sebagian lagi ditambah,
sehingga isi al kitabnya menjadi tidak murni lagi sebagaimana diturunkan
pada Musa as atau Isa as.

Mumpung lagi shaum kita lihat Al Quran surat Al Maidah (surat ke lima) ayat
68 (Quran Surat = QS 5/68) dengan terjemahan dari Depag. Dalam ayat tersebut
dikatakan bahwa para ahli kitab itu tidak dipandang beragama sedikitpun
hingga mereka menegakkan Taurat atau Injil atau Al Quran

Kemudian dalam QS 2/111-113 disebutkan klaim Yahudi dan Nasrani bahwa mereka
yang akan masuk sorga dan memiliki pegangan yang benar. Namun Alloh
menyatakan bahwa hanya Islamlah yang akan selamat.

QS 2/130-132 Agama Ibrahim dan keturunannya yaitu Ismail, Ishaq dan Yaqub
(nama lain dari Israel) dst. adalah Islam. Khusus tentang Islamnya Isa as
dapat dilihat pada QS 3/52.
Pernyataan ini diperkuat lagi oleh Alloh swt bahwa agama Ibrahin dan anak
cucunya (termasuk Musa as dan Isa as) adalah Islam, lihat QS 2/140 dan 3/67.
Secara khusus Alloh menyatakan bahwa agama yang diridhoi-Nya adalah Islam
dapat dilihat pada QS 3/19, 83-85 dan 5/3

  Jadi mereduksi perang Arab-Israel sebagai perebutan tanah belaka,
  adalah sebuah upaya mensekularisasikan persoalan,  seakan-akan
  semuanya hanya persoalan dunia dan tidak ada hubungannya
  dengan agama. (dalam sudut pandang Islam kaffah, Islam tidak
  mendikotomikan antara persoalan dunia danagama).

 Eit tunggu dulu, apa itu pengertian sekularisasi yg Anda sampaikan
 disini ?

Sekularisasi adalah proses atau upaya mensekularkan atau memisahkan
permasalah agama dengan masalah dunia, isu terbesarnya pemisahan masalah
agama dengan negara yang dianggap semata-mata persoalan dunia.

Bahkan banyak tokoh organisasi Islam terbesar kita, NU, Gus Dur di
antaranya, yang malahan lebih jauh lagi melihat bahwa selain itu
bukan soal Islam, ternyata JUGA BUKAN soal kolonialisme (karena
mereka melihat nyatanya dulu Palestinalah yang menjajah Israel).
Itu melainkan seratus persen perseteruan antar etnis di Timur
Tengah sana, yang tidak perlu kita campuri.

  Pandangan Gus Dur dan pengikutnya (misalnya JIL) pasti demikian,
  karena pemahaman mereka tentang sekularisasi agama. Buat mereka Islam
  hanya sekedar satpam moral dan 'personal pietesm', tidak ada kaitannya
  dengan negara kecuali itu tadi, penjaga moralitas agar tidak KKN dan
  melanggar hukum. Jadi sangat wajar kalau beliau tidak akan mengaitkan
  perjuangan umat Islam di mana pun sebagai perjuangan agama, paling
  banter beliau akan mengatakan perjuangan masyarakat/warga/bangsa yang
  kebetulan beragama Islam.

 Lalu apakah pandangan itu bertentangan dg Quran ?

Saya tentu tidak dalam kapasitas untuk mengatakan apakah pandangan itu
bertentangan atau tidak. Namun menurut berbagai referensi yang saya baca
bahwa memisahkan persoalan agama dengan negara adalah prinsip yang tertuang
dalam Injil Matius 22/21: Render unto caesar the things which are caesar's
and unto God the thing which are God's, sedangkan dalam Islam tertuang
dalam QS 3/112 hablun min Alloh wa hablun min al nas.
Artinya permasalahan kehidupan umat Islam mengintegrasikan hubungan vertikal
(hablun minalloh) dengan berbagai kaidah dan aturan yang baku dan horizontal
(hablun minanas) dengan berbagai dimensi kemasyarakatan yang dinamis. Karena
integrasi, maka keduanya tidak boleh dipisahkan

  Pandangan ini berbeda, kalaupun tidak disebut berlawanan, dengan
  mereka yang disebut kaffah (fundamentalis), yang senantiasa mengaitkan
  semua persoalan di dunia ini dengan masalah agama. Karena menurut
  sudut pandang mereka tidak satu persoalan pun di dunia ini yang tidak
  ada hubungannya atau tidak berimplikasi pada masalah agama. Jangankan
  persoalan menjaga kehormatan negara, harta, akal, keturunan, dan
  hukum, maaf..kentut pun diurus oleh agama.

 Lalu apakah Islam tidak membolehkan orang lain berbeda pendapat, harus
 mengikuti cara dia ?

Sangat boleh. Islam adalah agama yang sangat demokratis (namun Islam tidak
sama dengan demokrasi). Bagi pemilik Islam yaitu Alloh swt, beriman atau
tidak sama saja QS 17/107. Bahkan untuk memasuki Islam atau tidak pun tidak
ada paksaan, lihat QS 2/256, namun tentunya kalau kita sudah memilih sesuatu
maka kita harus konsisten dan konsekwen dengan pilihan kita tersebut. Jangan
mengambil SIM kalau kita mengemudi

[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)

2002-11-07 Terurut Topik Syafril Hermansyah
On Wed, 6 Nov 2002 01:27:58 +0700 Akhmad Bukhari Saleh (ABS) wrote:

[ analisis yg bagus sekali ]

 Wah, wah, jangan naif dan dangkal dong Sodik, perseteruan
 Israel-Palestina itu samasekali bukan permusuhan antara agama-agama,
 antara agama Islam dengan agama Yahudi. Wong istrinya Yasser Arafat
 itu orang Kristen. Wong orang Arab Libanon yang dibantai Israel itu
 kebanyakan Kristen. Masih ingat nggak beberapa bulan lalu bagaimana
 orang Palestina Kristen dan Islam sama-sama melawan tentara Israel di
 gereja kelahiran Isa Almasih di Betlehem? Memang banyak juga orang
 Arab Islam yang dibantai Israel, tetapi bukan karena mereka Islam
 lantas dibantai, tetapi karena mereka Arab.
 
 Itu kan urusan rebutan tanah, antara bani Israel melawan orang Arab,
 yang sudah berlangsung ribuan tahun, nggak ada hubungannya sama Islam,
 wong waktu itu agama Islam (yang berkitabkan Al Quran) pun belum
 lahir.

Saya sedang mulai baca karangan Tom Clancy yg terbaru, di situ (the sum
of all fears, Puncak Ketakutan), Jack Ryan juga membuat analisis yg
mirip, y.i. perang Arab Israel adalah masalah rebutan Betlehem yg mrpkan
tempat suci utk Islam, Kristen, Yahudi.
 
 Di lain segi, negara-negara Arab pun jelas melawan Israel karena
 urusan duniawi (tanah wilayah, sumber daya alam minyak), samsekali
 bukan karena fisabilillah. Kalau perjuangannya demi Islam, fokusnya
 kan mustinya bagaimana supaya Jeruzalem aman dan nyaman diziarahi
 penganut semua agama yang menganggap tempat itu suci, termasuk kaum
 Muslimin. Misalnya dengan mengutamakan upaya mencapai kompromi
 menjadikan Jeruzalem kota bebas di bawah pengelolaan PBB, tidak lagi
 di kelola orang Yahudi. 

Benar. 
Kenapa banyak orang kita tidak terpikir kesana ya dari jaman dulu?

 Tapi  nyatanya perjuangan orang Arab, baik yang Islam maupun Kristen,
 kan memunculkan negara Palestina, dan mengakuisisi Jeruzalem menjadi
 ibukotanya. Jadi jelas urusan tanah wilayahlah yang mereka ributkan.
 Ngapain kita musti ikut ngurusin, sampai ikut merasa terjajah segala!?

Bener juga.

 
 Bahkan banyak tokoh organisasi Islam terbesar kita, NU, Gus Dur di
 antaranya, yang malahan lebih jauh lagi melihat bahwa selain itu bukan
 soal Islam, ternyata JUGA BUKAN soal kolonialisme (karena mereka
 melihat nyatanya dulu Palestinalah yang menjajah Israel). Itu
 melainkan seratus persen perseteruan antar etnis di Timur Tengah sana,
 yang tidak perlu kita campuri.
 
 Bahkan menurut pandangan mereka, kalau Indonesia sebagai negara Islam
 terbesar di dunia, berhubungan baik dengan Israel, justru akan lebih
 besar manfaatnya bagi kepentingan Islam di tanah suci Jeruzalem,
 khususnya di Masjidil Aqsa, karena Israel akan lebih mudah memberikan
 konsesi keIslaman pada Indonesia daripada pada negara Srab. Mereka
 sampai pada kesimpulan mendingan baikan sama Israel daripada baikan
 sama Palestina. Kata mereka, apa untungnya mbelain Palestina buat
 Islam?

Ah ya, sekarang jelas untuk saya alasan Gus Dur dulu hari yg mendekati
Israel bahkan mau berkunjung kesana. 
Cuma kok soal dasar pemikiran Gus Dur maupun Tokoh Islam yg lain itu
tidak terdengar ya, terus terang baru sekarang ini saya mendengarnya.
 
 Buat kita-kita yang selama ini dicekoki pemahaman bahwa yang terjadi
 di sana itu permusuhan Islam melawan agama lain, pandangan NU itu
 mbalelo. Tapi kalau dilihat secara nalar, koq ya make sense...

Selain NU siapa lagi yg mbalelo Pak ?

-- 
syafril
---
Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED]

--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:yonsatu-moderators;mahawarman.net
Unsubscribe: mailto:yonsatu-unsubscribe;mahawarman.net
Vacation   : mailto:listar;mahawarman.net?BODY=vacation%20yonsatu
1 Mail/day : mailto:listar;mahawarman.net?BODY=set%20yonsatu%20digest




[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)

2002-11-07 Terurut Topik Doedoeng Z. Arifin
AWW.

Mohon maaf Pak Joni dan Pak Syafril, saya memang harus banyak belajar lagi
tapi bukan berarti tidak boleh berkomentar kan?

- Original Message -
From: Syafril Hermansyah [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, November 07, 2002 9:25 PM
Subject: [yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh!  New World)


 On Wed, 6 Nov 2002 01:27:58 +0700 Akhmad Bukhari Saleh (ABS) wrote:

 [ analisis yg bagus sekali ]

  Wah, wah, jangan naif dan dangkal dong Sodik, perseteruan
  Israel-Palestina itu samasekali bukan permusuhan antara agama-agama,
  antara agama Islam dengan agama Yahudi. Wong istrinya Yasser Arafat
  itu orang Kristen. Wong orang Arab Libanon yang dibantai Israel itu
  kebanyakan Kristen. Masih ingat nggak beberapa bulan lalu bagaimana
  orang Palestina Kristen dan Islam sama-sama melawan tentara Israel di
  gereja kelahiran Isa Almasih di Betlehem? Memang banyak juga orang
  Arab Islam yang dibantai Israel, tetapi bukan karena mereka Islam
  lantas dibantai, tetapi karena mereka Arab.
 
  Itu kan urusan rebutan tanah, antara bani Israel melawan orang Arab,
  yang sudah berlangsung ribuan tahun, nggak ada hubungannya sama Islam,
  wong waktu itu agama Islam (yang berkitabkan Al Quran) pun belum
  lahir.

Mulanya perang Arab-Israel mungkin bukan karena masalah agama, namun
berikutnya berkembang menjadi masalah agama dan masalah lainnya yang sangat
kompleks. Saya katakan mungkin, karena orang-orang Yahudi itu mengklaim
bahwa wilayah Israel sekarang dan Palestina adalah wilayah yang dijanjikan
oleh Tuhan mereka sebagai tanah mereka ketika dibawa hijrah oleh Musa a.s.
dari Mesir, dan itu adalah masalah agama.

Memang istri Arafat bukanlah muslim, sehingga bagi kelompok pejuang
Palestina yang lain Arafat tidak dianggap sebagai representasi pejuang
Islam, Arafat hanyalah seorang nasionalis Palestina yang kebetulan beragama
Islam. Oleh karena itu mereka yang melihat perjuangan Arafat dan
kawan-kawannya melawan Israel akan menyimpulkan bahwa hal itu bukanlah
perjuangan Islam, tapi hanya sekedar perjuangan mewujudkan eksistensi
negara Palestina yang sekuler. Hal ini berbeda dengan pejuang Islam lainnya
seperti Hamas yang memang tidak di bawah kontrol Arafat.

Bahwa banyak warga Palestina non muslim yang meninggal akibat serbuan
Israel, hal itu terjadi karena memang peluru tidak pandang bulu. Yang diburu
oleh Israel adalah para pejuang Islam yang memiliki keberanian luar biasa,
bahkan mereka sanggup melakukan bom syahid, bom bunuh diri menurut istilah
barat dan israel, kebetulan mereka bersembunyi di wilayah yang dihuni juga
oleh warga Kristen, bahkan bersembunyi di gereja yang tentu saja tempat
beribadahnya umat Kristen. Israel kalap, akhirnya dibombardirlah gereja itu.
Jadi kalau pun banyak warga kristen meninggal, hal itu bukan tujuan Isreal.

Saat ini Arafat dipersalahkan oleh Israel, tidak dalam kapasitas sebagai
otak dari serangan para pejuang Islam, karena kalau dianggap otaknya pasti
dalam hitungan detik Israel mampu melumpuhkan Arafat dan para pengawalnya.
Beliau dipersalahkan karena dipandang tidak mampu mengendalikan para pejuang
muslim ini. Israel sangat takut terhadap para pejuang muslim yang dengan
gagah berani mengorbankan segalanya, bahkan nyawanya. Hal itu terjadi karena
mereka merasa terusik bukan sekedar perasaan nasionalismenya saja tapi sudah
menyentuh wilayah transenden. Jadi menurut saya, sangat jelas latar belakang
ideologis perjuangan Arafat dan para pejuang muslim melawan Israel.

Satu hal yang pasti dalam terminologi Islam, umat Musa a.s. dan Isa a.s.
mereka semuanya adalah muslim bukan Yahudi atau Nasrani seperti sekarang
ini. Jadi mereduksi perang Arab-Israel sebagai perebutan tanah belaka,
adalah sebuah upaya mensekularisasikan persoalan, seakan-akan semuanya hanya
persoalan dunia dan tidak ada hubungannya dengan agama. (dalam sudut pandang
Islam kaffah, Islam tidak mendikotomikan antara persoalan dunia dan
agama).

Bahwa dalam faktanya pemerintah negara-negara Arab terkesan berperang karena
perebutan tanah dan sumber daya lainnya tidaklah menjadi justifikasi bahwa
persoalan itu yang menjadi wacananya. Hal ini harus dilihat secara
komprehensif karena ketergantungan pemerintah negara-negara Arab terhadap
barat. Tapi lihatlah bahwa banyak warga dari negara-negara Arab ini yang
tidak sejalan dengan kebijakan pemerintahnya, Usamah bin Ladin misalnya.


  Di lain segi, negara-negara Arab pun jelas melawan Israel karena
  urusan duniawi (tanah wilayah, sumber daya alam minyak), samsekali
  bukan karena fisabilillah. Kalau perjuangannya demi Islam, fokusnya
  kan mustinya bagaimana supaya Jeruzalem aman dan nyaman diziarahi
  penganut semua agama yang menganggap tempat itu suci, termasuk kaum
  Muslimin. Misalnya dengan mengutamakan upaya mencapai kompromi
  menjadikan Jeruzalem kota bebas di bawah pengelolaan PBB, tidak lagi
  di kelola orang Yahudi.

 Benar.
 Kenapa banyak orang kita tidak terpikir kesana ya dari jaman dulu?

  Tapi  nyatanya perjuangan orang

[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)

2002-11-07 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Penjelasan sepotong dulu, meluruskan info.
Lainnya menyusul.

- Original Message -
From: Doedoeng Z. Arifin [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, November 07, 2002 11:23 PM
Subject: [yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh!  New World)


 negara Palestina yang sekuler. Hal ini berbeda dengan
 pejuang Islam lainnya seperti Hamas yang memang
 tidak di bawah kontrol Arafat.
 Bahwa banyak warga Palestina non muslim yang
 meninggal akibat serbuan Israel, hal itu terjadi karena
 memang peluru tidak pandang bulu. Yang diburu
 oleh Israel adalah para pejuang Islam yang memiliki
 keberanian luar biasa, bahkan mereka sanggup
 melakukan bom syahid,

Sebagai orang Islam, kita memang cenderung terkagum-kagum (dan bangga) pada
para martir bom syahid Hamas. Tetapi kalau info kita lengkap, kita tahu
bahwa Hamas bukan satu-satunya yang hebat seperti itu. Kelompok FPLP
pimpinan George Habash yang Kristen sama berani matinya seperti Hamas.

Bedanya mereka muncul lebih dahulu, di saat intel Israel Mossad masih
efektif untuk mengejar dan lalu mengeksekusi satu-per-satu pimpinan pejuang
underground Palestina (Mungkin Doedoeng tidak mengalami jaman keemasan
Mossad. Sekarang, setelah satu generasi kemudian, Mossad payah sekali,
sehingga untuk mengejar satu tokoh pejuang Palestina, sebuah resimen lengkap
kavaleri/tank IDF harus menghancurkan sebuah kota Palestina).

Mudahnya bagi Hamas, mereka sekarang punya basis untuk mashalling serangan
bunuh-dirinya di wilayah Palestina, yang diserahkan Israel karena perjanjian
Camp David dan perjanjian Oslo, jadi berkat jasa Amerika). Di jaman George
Habash, pasukan berani-matinya harus menyusup jauh dari Libanon, bahkan
Tunisia.

Bagi saya yang hobby kemiliteran, ada lagi satu beda George Habash dengan
Hamas yang sangat terasa. Hamas hanya menghancurkan sasaran non-militer,
dengan korbannya orang sipil, kebanyakan wanita dan anak-anak. Tetapi tim
bunuh-dirinya George Habash beberapa kali mampu menghancurkan sasaran
militer.
Sehingga secara kemiliteran FPLP jelas lebih efektif daripada Hamas.
Sebaliknya secara psy-war Hamas lebih efektif, karena korban wanita dan
anak-anak Yahudi itu membuat tentara Israel sangat kalap dan membunuhi juga
orang sipil Palestina, yang membuat opini dunia menjadi benci Israel.

Namun walau kelihatannya kelompok FPLP lebih hebat dari kelompok Hamas, di
antara keluarga bangsa Palestina sendiri tidak ada samasekali perasaan untuk
mengatakan siapa yang lebih hebat, apalagi sampai mengatakan kelompok Islam
lebih hebat dari kelompok Kristen dan/atau kelompok sekuler,  atau
sebaliknya.
Buat kita, bangsa Indonesia, mudah sekali memahami ini. Di jaman revolusi
kemerdekaan banyak sekali pejuang kita yang berani mati. Dan kehebatan
mereka dikagumi seluruh bangsa ini, tanpa pernah sekalipun disebut apa
agamanya (dan juga apa sukunya), karena perjuangan kemerdekaan, kafah atau
tidak kafah, adalah perjuangan kemerdekaan, bukan perjuangan agama.

Perihal Hamas tidak di bawah kontrol Arafat, memang ada betulnya, tetapi itu
bukan karena Hamas itu Islam dan Arafat itu sekuler. Kelompok George Habash
pun berseteru dengan Arafat, bahkan perseteruan kelompok Fatah (Arafat)
dengan FPLP (George Habash) sangat lebih berdarah-darah daripada perseteruan
Arafat dengan Hamas, tetapi itu pun bukan karena Habash itu Kristen dan
Arafat itu Islam.
Perseteruan itu biasa dalam suatu gerakan perjuangan yang mana saja. Selalu
akan ada gradasi persepsi tentang prioritas perlawanan, cara berjuang,
sasaran yang diutamakan, timing kapan keras kapan diplomasi, dan akhirnya
... siapa yang jadi pemimpin setelah kemenangan mulai nampak.
Dulu di jaman revolusi kemerdekaan kita juga banyak perseteruan, yang
berlnagsung damai maupun yang sampai culik-menculik dan bunuh-membunuh,
seperti ada kelompok Tan Malaka, Mayjen Sudarsono, dsb., yang akar
masalahnya perbedaan pandangan tentang taktik perjuangan.
Akan tetapi, seperti halnya di Indonesia, di mana perseteruan antar kita itu
tidak mengurangi efektivitas perjuangan fisik kita melawan Belanda, demikian
pula perseteruan Arafat (kelompok Fatah) dengan FPLP (George Habash) dan
Hamas, tidak mengurangi efektivitas perjuangan Palestina melawan Israel.

Dan kalau Doedoeng katakan yang diburu oleh Israel hanya para pejuang Islam,
itu jelas ngawur. IDF kalau ngejar orang Palestina nggak pernah lihat KTP
untuk ngecheck apa agama orang yang diburunya dong! Kalau mau bunuh orang
Hamas, ya bunuh saja.  Kalau mau bunuh anakbuah George Habash, ya bunuh
saja. Pokoknya siapa yang mereka anggap pentolan serangan berani mati
Palestina, ya dieksekusi.
Ini sama saja dulu Belanda kalau kejar ekstremis republik, nggak
membedakan apakah dia anggota Hizbullah yang Islam atau anggota KRIS yang
Kristen atau pasukan Ngurah Rai yang Hindu, ya mereka sikat.


 kebetulan mereka bersembunyi di wilayah yang dihuni
 juga oleh warga Kristen, bahkan bersembunyi di gereja
 yang tentu saja tempat beribadahnya umat Kristen.
 Israel kalap, akhirnya dibombardirlah

[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)

2002-11-07 Terurut Topik Syafril Hermansyah
On Thu, 7 Nov 2002 23:23:40 +0700 Doedoeng Z. Arifin (DZA) wrote:

 Satu hal yang pasti dalam terminologi Islam, umat Musa a.s. dan Isa
 a.s. mereka semuanya adalah muslim bukan Yahudi atau Nasrani seperti
 sekarang ini. 

Ah yg benar ah :-) Bukannya kaum-2x itu yg sering disebut kaum 'pemegang
kitab'.

 Jadi mereduksi perang Arab-Israel sebagai perebutan tanah belaka,
 adalah sebuah upaya mensekularisasikan persoalan,  seakan-akan
 semuanya hanya persoalan dunia dan tidak ada hubungannya
 dengan agama. (dalam sudut pandang Islam kaffah, Islam tidak
 mendikotomikan antara persoalan dunia danagama).

Eit tunggu dulu, apa itu pengertian sekularisasi yg Anda sampaikan
disini ?

   Bahkan banyak tokoh organisasi Islam terbesar kita, NU, Gus Dur di
   antaranya, yang malahan lebih jauh lagi melihat bahwa selain itu
   bukan soal Islam, ternyata JUGA BUKAN soal kolonialisme (karena
   mereka melihat nyatanya dulu Palestinalah yang menjajah Israel).
   Itu melainkan seratus persen perseteruan antar etnis di Timur
   Tengah sana, yang tidak perlu kita campuri.
 
 Pandangan Gus Dur dan pengikutnya (misalnya JIL) pasti demikian,
 karena pemahaman mereka tentang sekularisasi agama. Buat mereka Islam
 hanya sekedar satpam moral dan 'personal pietesm', tidak ada kaitannya
 dengan negara kecuali itu tadi, penjaga moralitas agar tidak KKN dan
 melanggar hukum. Jadi sangat wajar kalau beliau tidak akan mengaitkan
 perjuangan umat Islam di mana pun sebagai perjuangan agama, paling
 banter beliau akan mengatakan perjuangan masyarakat/warga/bangsa yang
 kebetulan beragama Islam.

Lalu apakah pandangan itu bertentangan dg Quran ?
 
 Pandangan ini berbeda, kalaupun tidak disebut berlawanan, dengan
 mereka yang disebut kaffah (fundamentalis), yang senantiasa mengaitkan
 semua persoalan di dunia ini dengan masalah agama. Karena menurut
 sudut pandang mereka tidak satu persoalan pun di dunia ini yang tidak
 ada hubungannya atau tidak berimplikasi pada masalah agama. Jangankan
 persoalan menjaga kehormatan negara, harta, akal, keturunan, dan
 hukum, maaf..kentut pun diurus oleh agama.

Lalu apakah Islam tidak membolehkan orang lain berbeda pendapat, harus
mengikuti cara dia ?
 
 Sekuler atau kaffah semuanya memang pendekatan seorang muslim untuk
 mengamalkan Islam, banyak varian di antara keduanya. Masalah mana yang
 benar, tentu bukan urusan kita, tapi siapapun berhak untuk menyatakan
 bahwa keyakinanannyalah yang benar dan mempromosikannya kepada yang
 lain selama tidak dengan cara kekerasan dan intimidasi. Siapa tahu
 pendekatan sekuler yang diyakini Gus Dur yang benar, tapi tidak
 tertutup kemungkinan pandangan kaffahlah (fundamentalis) yang lebih
 benar. Tapi apapun namanya Islam hanyalah Islam, sekuler ataupun
 fundamentalis hanyalah sebutan yang kita ada-adakan saja.

Saya kok tergelitik dg kata-2x sekuler yg bolak balik Anda sampaikan.
Dulu saat akhir-2x kuliah di Bandung, saya dipinjami teman buku yg
judulnya Islam dan Sekularisme, yg ngarang ulama dari Singapore (lupa
namanya, kalau tidak salah ingat terbitan Salman). 

Menurut beliau ini, Islam tidak mengenal Sekularisme, karena semua
mazhab punya 1 pegangan y.i. Quran. Jika Ijtihad atau qias atau
interprestasi apapun yg Anda lakukan bertentangan dg Al Quran, pasti
batal. Yg ada dan banyak terjadi di Islam justru Bidah
(melebih-lebihkan) dan taqlid (ikut saja apa yg dikatakan Kiai, Imam
tanpa berpikir). 2 hal tsb banyak perannya dalam kemunduran Islam.

-- 
syafril
---
Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED]


--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:yonsatu-moderators;mahawarman.net
Unsubscribe: mailto:yonsatu-unsubscribe;mahawarman.net
Vacation   : mailto:listar;mahawarman.net?BODY=vacation%20yonsatu
1 Mail/day : mailto:listar;mahawarman.net?BODY=set%20yonsatu%20digest