[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)
AWW. WCDS. Pak Johny Saleh dan milisi Yon I/ITB, mohon maaf saya baru membalas sekarang, bbrp hari y.l. persiapan prajab. Saya juga akan terus melawan Pak Johny, supaya ilmu-ilmunya keluar dan kita tambah wawasan. Kalau ngga dilawan kita tidak dapat pencerahan dari beliau. - Original Message - From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, November 08, 2002 2:40 AM Subject: [yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World) Penjelasan sepotong dulu, meluruskan info. Lainnya menyusul. Saya menunggu potongan lainnya Pak. Buat kita, bangsa Indonesia, mudah sekali memahami ini. Di jaman revolusi kemerdekaan banyak sekali pejuang kita yang berani mati. Dan kehebatan mereka dikagumi seluruh bangsa ini, tanpa pernah sekalipun disebut apa agamanya (dan juga apa sukunya), karena perjuangan kemerdekaan, kafah atau tidak kafah, adalah perjuangan kemerdekaan, bukan perjuangan agama. Memang bagi sebagian orang, bahkan termasuk orang Islam sendiri, ada yang memandang perjuangan kemerdekaan adalah perjuangan kemerdekaan tok tidak ada hubungannya dengan agama. Tapi bagi sebagian yang lain (apakah itu Islam dan mungkin juga kristen atau Hindu), tidak sedikit yang memandangnya sebagai bagian dari penyempurnaan keberagamaannya. Bagi umat Islam merebut kemerdekaan, membela dan mempertahankannya adalah jihad. Kakek saya termasuk salah seorang anggota Hizbulloh pada jaman perang kemerdekaan dulu, menurut beliau mayoritas (kalau tidak disebut semuanya) anggota Hizbulloh dan Sabilillah menganggap perang melawan Belanda adalah jihad, dan itu persoalan agama. Karena menurut mereka cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Hal ini diperkuat oleh pernyataan KH. Wahid Hasyim (ayahandanya Gus Dur) dalam pidatonya di sidang BPUPKI pada tanggal 13 Juli 1945 (?) bahwa perjuangan berlandaskan agama adalah sehebat-hebatnya semangat perjuangan, pernyataan ini yang membakar semangat warga NU untuk bergabung dalam Hizbulloh dan Sabilillah. Dan nyatanya kekuatan agama inilah yang melahirkan keberanian yang luar biasa dalam melawan Belanda yang nota bene memiliki persenjataan sangat lengkap, apalagi mereka baru keluar sebagai pemenang PD II. Kalau kemudian ada yang mengangap bahwa perjuangan kemerdekaan hanyalah common sense kemanusiaan, seperti juga yang diyakini oleh Gus Dur dan pengikutnya yang secara diametral berbeda dengan ayahnya, itulah yang kemudian dikenal dalam theologi Islam sebagai upaya memisahkan permasalahan dunia dari agama atau yang populer disebut sekularisme. Dan kalau Doedoeng katakan yang diburu oleh Israel hanya para pejuang Islam, itu jelas ngawur. IDF kalau ngejar orang Palestina nggak pernah lihat KTP untuk ngecheck apa agama orang yang diburunya dong! Kalau mau bunuh orang Hamas, ya bunuh saja. Kalau mau bunuh anakbuah George Habash, ya bunuh saja. Pokoknya siapa yang mereka anggap pentolan serangan berani mati Palestina, ya dieksekusi. Ini sama saja dulu Belanda kalau kejar ekstremis republik, nggak membedakan apakah dia anggota Hizbullah yang Islam atau anggota KRIS yang Kristen atau pasukan Ngurah Rai yang Hindu, ya mereka sikat. Mungkin saya berlebihan kalau menyebutkan yang diburu tentara Israel itu hanya pejuang Islam Palestina. Saya hanya ingin menegaskan bahwa saat ini yang merupakan lawan signifikan dari Israel adalah para pejuang Islam itu. Karena sebagaimana kita tahu bahwa FPLP saat ini tidak segarang dulu, bahkan seperti panther. PLO (dengan sayap militernya Fatah) sudah merasa puas dengan hasil sekarang, bahkan setahu saya Arafat tidak pernah melakukan konfrontasi bersenjata lagi dengan Israel dalam 5 - 10 tahun terakhir (?). Oleh karena itu yang menjadi momok Israel adalah Hamas, Jihad Islam dan kelompok pejuang Islam lainnya, yang tentara Israel tahu bahwa semangat mereka bukan semata-mata menginginkan kemerdekaan Palestina tapi jauh lebih besar dibakar oleh semangat jihadnya. Dan itulah yang membuat ketakutan warga Israel, sehingga selain dihadapi oleh kekerasan senjata, mereka juga membuat opini bahwa hal itu adalah serangan teroris, selanjutnya kita tahu sendirilah jalan ceriteranya. Kesimpulannya, perjuangan kemerdekaan ya perjuangan kemerdekaan (bagi orang Palestina perjuangan mereka adalah untuk kemerdekaan, bukan rebutan wilayah), bukan perjuangan agama. Bahwa masing-masing pejuang merasa melakukan hal itu karena ingin kafah, ya boleh-boleh saja. Pejuang yang Islam merasa kafah dalam ke-Islam-annya, pejuang yang Kristen tentu ingin kafah juga dalam ke-Kristen-annya. Bahkan kita tahu sejumlah signifikan orang Israel Israel sebetulnya pro Palestina (kalau tidak ada urusan ini, tak akan terjadi pembunuhan Yistzhak Rabin), tetapi mereka ini simpati pada Palestina bukan karena mau kafah dalam ke-Yahudi-annya, tetapi karena merasa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Kalau menurut orang Yahudi mereka simpati karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa, atau mungkin menurut Kristen juga begitu, itu hak
[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)
AWW. WCDS. - Original Message - From: Syafril Hermansyah [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, November 08, 2002 11:29 AM Subject: [yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World) On Thu, 7 Nov 2002 23:23:40 +0700 Doedoeng Z. Arifin (DZA) wrote: Satu hal yang pasti dalam terminologi Islam, umat Musa a.s. dan Isa a.s. mereka semuanya adalah muslim bukan Yahudi atau Nasrani seperti sekarang ini. Ah yg benar ah :-) Bukannya kaum-2x itu yg sering disebut kaum 'pemegang kitab'. Benar! mereka memang pemegang kitab atau tepatnya 'ahli kitab', mereka disebut demikian karena tidak menegakkan hukum atau isi al kitab mereka secara kaffah, bahkan sebagian dikurangi dan sebagian lagi ditambah, sehingga isi al kitabnya menjadi tidak murni lagi sebagaimana diturunkan pada Musa as atau Isa as. Mumpung lagi shaum kita lihat Al Quran surat Al Maidah (surat ke lima) ayat 68 (Quran Surat = QS 5/68) dengan terjemahan dari Depag. Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa para ahli kitab itu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga mereka menegakkan Taurat atau Injil atau Al Quran Kemudian dalam QS 2/111-113 disebutkan klaim Yahudi dan Nasrani bahwa mereka yang akan masuk sorga dan memiliki pegangan yang benar. Namun Alloh menyatakan bahwa hanya Islamlah yang akan selamat. QS 2/130-132 Agama Ibrahim dan keturunannya yaitu Ismail, Ishaq dan Yaqub (nama lain dari Israel) dst. adalah Islam. Khusus tentang Islamnya Isa as dapat dilihat pada QS 3/52. Pernyataan ini diperkuat lagi oleh Alloh swt bahwa agama Ibrahin dan anak cucunya (termasuk Musa as dan Isa as) adalah Islam, lihat QS 2/140 dan 3/67. Secara khusus Alloh menyatakan bahwa agama yang diridhoi-Nya adalah Islam dapat dilihat pada QS 3/19, 83-85 dan 5/3 Jadi mereduksi perang Arab-Israel sebagai perebutan tanah belaka, adalah sebuah upaya mensekularisasikan persoalan, seakan-akan semuanya hanya persoalan dunia dan tidak ada hubungannya dengan agama. (dalam sudut pandang Islam kaffah, Islam tidak mendikotomikan antara persoalan dunia danagama). Eit tunggu dulu, apa itu pengertian sekularisasi yg Anda sampaikan disini ? Sekularisasi adalah proses atau upaya mensekularkan atau memisahkan permasalah agama dengan masalah dunia, isu terbesarnya pemisahan masalah agama dengan negara yang dianggap semata-mata persoalan dunia. Bahkan banyak tokoh organisasi Islam terbesar kita, NU, Gus Dur di antaranya, yang malahan lebih jauh lagi melihat bahwa selain itu bukan soal Islam, ternyata JUGA BUKAN soal kolonialisme (karena mereka melihat nyatanya dulu Palestinalah yang menjajah Israel). Itu melainkan seratus persen perseteruan antar etnis di Timur Tengah sana, yang tidak perlu kita campuri. Pandangan Gus Dur dan pengikutnya (misalnya JIL) pasti demikian, karena pemahaman mereka tentang sekularisasi agama. Buat mereka Islam hanya sekedar satpam moral dan 'personal pietesm', tidak ada kaitannya dengan negara kecuali itu tadi, penjaga moralitas agar tidak KKN dan melanggar hukum. Jadi sangat wajar kalau beliau tidak akan mengaitkan perjuangan umat Islam di mana pun sebagai perjuangan agama, paling banter beliau akan mengatakan perjuangan masyarakat/warga/bangsa yang kebetulan beragama Islam. Lalu apakah pandangan itu bertentangan dg Quran ? Saya tentu tidak dalam kapasitas untuk mengatakan apakah pandangan itu bertentangan atau tidak. Namun menurut berbagai referensi yang saya baca bahwa memisahkan persoalan agama dengan negara adalah prinsip yang tertuang dalam Injil Matius 22/21: Render unto caesar the things which are caesar's and unto God the thing which are God's, sedangkan dalam Islam tertuang dalam QS 3/112 hablun min Alloh wa hablun min al nas. Artinya permasalahan kehidupan umat Islam mengintegrasikan hubungan vertikal (hablun minalloh) dengan berbagai kaidah dan aturan yang baku dan horizontal (hablun minanas) dengan berbagai dimensi kemasyarakatan yang dinamis. Karena integrasi, maka keduanya tidak boleh dipisahkan Pandangan ini berbeda, kalaupun tidak disebut berlawanan, dengan mereka yang disebut kaffah (fundamentalis), yang senantiasa mengaitkan semua persoalan di dunia ini dengan masalah agama. Karena menurut sudut pandang mereka tidak satu persoalan pun di dunia ini yang tidak ada hubungannya atau tidak berimplikasi pada masalah agama. Jangankan persoalan menjaga kehormatan negara, harta, akal, keturunan, dan hukum, maaf..kentut pun diurus oleh agama. Lalu apakah Islam tidak membolehkan orang lain berbeda pendapat, harus mengikuti cara dia ? Sangat boleh. Islam adalah agama yang sangat demokratis (namun Islam tidak sama dengan demokrasi). Bagi pemilik Islam yaitu Alloh swt, beriman atau tidak sama saja QS 17/107. Bahkan untuk memasuki Islam atau tidak pun tidak ada paksaan, lihat QS 2/256, namun tentunya kalau kita sudah memilih sesuatu maka kita harus konsisten dan konsekwen dengan pilihan kita tersebut. Jangan mengambil SIM kalau kita mengemudi
[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)
On Wed, 6 Nov 2002 01:27:58 +0700 Akhmad Bukhari Saleh (ABS) wrote: [ analisis yg bagus sekali ] Wah, wah, jangan naif dan dangkal dong Sodik, perseteruan Israel-Palestina itu samasekali bukan permusuhan antara agama-agama, antara agama Islam dengan agama Yahudi. Wong istrinya Yasser Arafat itu orang Kristen. Wong orang Arab Libanon yang dibantai Israel itu kebanyakan Kristen. Masih ingat nggak beberapa bulan lalu bagaimana orang Palestina Kristen dan Islam sama-sama melawan tentara Israel di gereja kelahiran Isa Almasih di Betlehem? Memang banyak juga orang Arab Islam yang dibantai Israel, tetapi bukan karena mereka Islam lantas dibantai, tetapi karena mereka Arab. Itu kan urusan rebutan tanah, antara bani Israel melawan orang Arab, yang sudah berlangsung ribuan tahun, nggak ada hubungannya sama Islam, wong waktu itu agama Islam (yang berkitabkan Al Quran) pun belum lahir. Saya sedang mulai baca karangan Tom Clancy yg terbaru, di situ (the sum of all fears, Puncak Ketakutan), Jack Ryan juga membuat analisis yg mirip, y.i. perang Arab Israel adalah masalah rebutan Betlehem yg mrpkan tempat suci utk Islam, Kristen, Yahudi. Di lain segi, negara-negara Arab pun jelas melawan Israel karena urusan duniawi (tanah wilayah, sumber daya alam minyak), samsekali bukan karena fisabilillah. Kalau perjuangannya demi Islam, fokusnya kan mustinya bagaimana supaya Jeruzalem aman dan nyaman diziarahi penganut semua agama yang menganggap tempat itu suci, termasuk kaum Muslimin. Misalnya dengan mengutamakan upaya mencapai kompromi menjadikan Jeruzalem kota bebas di bawah pengelolaan PBB, tidak lagi di kelola orang Yahudi. Benar. Kenapa banyak orang kita tidak terpikir kesana ya dari jaman dulu? Tapi nyatanya perjuangan orang Arab, baik yang Islam maupun Kristen, kan memunculkan negara Palestina, dan mengakuisisi Jeruzalem menjadi ibukotanya. Jadi jelas urusan tanah wilayahlah yang mereka ributkan. Ngapain kita musti ikut ngurusin, sampai ikut merasa terjajah segala!? Bener juga. Bahkan banyak tokoh organisasi Islam terbesar kita, NU, Gus Dur di antaranya, yang malahan lebih jauh lagi melihat bahwa selain itu bukan soal Islam, ternyata JUGA BUKAN soal kolonialisme (karena mereka melihat nyatanya dulu Palestinalah yang menjajah Israel). Itu melainkan seratus persen perseteruan antar etnis di Timur Tengah sana, yang tidak perlu kita campuri. Bahkan menurut pandangan mereka, kalau Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia, berhubungan baik dengan Israel, justru akan lebih besar manfaatnya bagi kepentingan Islam di tanah suci Jeruzalem, khususnya di Masjidil Aqsa, karena Israel akan lebih mudah memberikan konsesi keIslaman pada Indonesia daripada pada negara Srab. Mereka sampai pada kesimpulan mendingan baikan sama Israel daripada baikan sama Palestina. Kata mereka, apa untungnya mbelain Palestina buat Islam? Ah ya, sekarang jelas untuk saya alasan Gus Dur dulu hari yg mendekati Israel bahkan mau berkunjung kesana. Cuma kok soal dasar pemikiran Gus Dur maupun Tokoh Islam yg lain itu tidak terdengar ya, terus terang baru sekarang ini saya mendengarnya. Buat kita-kita yang selama ini dicekoki pemahaman bahwa yang terjadi di sana itu permusuhan Islam melawan agama lain, pandangan NU itu mbalelo. Tapi kalau dilihat secara nalar, koq ya make sense... Selain NU siapa lagi yg mbalelo Pak ? -- syafril --- Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:yonsatu-moderators;mahawarman.net Unsubscribe: mailto:yonsatu-unsubscribe;mahawarman.net Vacation : mailto:listar;mahawarman.net?BODY=vacation%20yonsatu 1 Mail/day : mailto:listar;mahawarman.net?BODY=set%20yonsatu%20digest
[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)
AWW. Mohon maaf Pak Joni dan Pak Syafril, saya memang harus banyak belajar lagi tapi bukan berarti tidak boleh berkomentar kan? - Original Message - From: Syafril Hermansyah [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 07, 2002 9:25 PM Subject: [yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World) On Wed, 6 Nov 2002 01:27:58 +0700 Akhmad Bukhari Saleh (ABS) wrote: [ analisis yg bagus sekali ] Wah, wah, jangan naif dan dangkal dong Sodik, perseteruan Israel-Palestina itu samasekali bukan permusuhan antara agama-agama, antara agama Islam dengan agama Yahudi. Wong istrinya Yasser Arafat itu orang Kristen. Wong orang Arab Libanon yang dibantai Israel itu kebanyakan Kristen. Masih ingat nggak beberapa bulan lalu bagaimana orang Palestina Kristen dan Islam sama-sama melawan tentara Israel di gereja kelahiran Isa Almasih di Betlehem? Memang banyak juga orang Arab Islam yang dibantai Israel, tetapi bukan karena mereka Islam lantas dibantai, tetapi karena mereka Arab. Itu kan urusan rebutan tanah, antara bani Israel melawan orang Arab, yang sudah berlangsung ribuan tahun, nggak ada hubungannya sama Islam, wong waktu itu agama Islam (yang berkitabkan Al Quran) pun belum lahir. Mulanya perang Arab-Israel mungkin bukan karena masalah agama, namun berikutnya berkembang menjadi masalah agama dan masalah lainnya yang sangat kompleks. Saya katakan mungkin, karena orang-orang Yahudi itu mengklaim bahwa wilayah Israel sekarang dan Palestina adalah wilayah yang dijanjikan oleh Tuhan mereka sebagai tanah mereka ketika dibawa hijrah oleh Musa a.s. dari Mesir, dan itu adalah masalah agama. Memang istri Arafat bukanlah muslim, sehingga bagi kelompok pejuang Palestina yang lain Arafat tidak dianggap sebagai representasi pejuang Islam, Arafat hanyalah seorang nasionalis Palestina yang kebetulan beragama Islam. Oleh karena itu mereka yang melihat perjuangan Arafat dan kawan-kawannya melawan Israel akan menyimpulkan bahwa hal itu bukanlah perjuangan Islam, tapi hanya sekedar perjuangan mewujudkan eksistensi negara Palestina yang sekuler. Hal ini berbeda dengan pejuang Islam lainnya seperti Hamas yang memang tidak di bawah kontrol Arafat. Bahwa banyak warga Palestina non muslim yang meninggal akibat serbuan Israel, hal itu terjadi karena memang peluru tidak pandang bulu. Yang diburu oleh Israel adalah para pejuang Islam yang memiliki keberanian luar biasa, bahkan mereka sanggup melakukan bom syahid, bom bunuh diri menurut istilah barat dan israel, kebetulan mereka bersembunyi di wilayah yang dihuni juga oleh warga Kristen, bahkan bersembunyi di gereja yang tentu saja tempat beribadahnya umat Kristen. Israel kalap, akhirnya dibombardirlah gereja itu. Jadi kalau pun banyak warga kristen meninggal, hal itu bukan tujuan Isreal. Saat ini Arafat dipersalahkan oleh Israel, tidak dalam kapasitas sebagai otak dari serangan para pejuang Islam, karena kalau dianggap otaknya pasti dalam hitungan detik Israel mampu melumpuhkan Arafat dan para pengawalnya. Beliau dipersalahkan karena dipandang tidak mampu mengendalikan para pejuang muslim ini. Israel sangat takut terhadap para pejuang muslim yang dengan gagah berani mengorbankan segalanya, bahkan nyawanya. Hal itu terjadi karena mereka merasa terusik bukan sekedar perasaan nasionalismenya saja tapi sudah menyentuh wilayah transenden. Jadi menurut saya, sangat jelas latar belakang ideologis perjuangan Arafat dan para pejuang muslim melawan Israel. Satu hal yang pasti dalam terminologi Islam, umat Musa a.s. dan Isa a.s. mereka semuanya adalah muslim bukan Yahudi atau Nasrani seperti sekarang ini. Jadi mereduksi perang Arab-Israel sebagai perebutan tanah belaka, adalah sebuah upaya mensekularisasikan persoalan, seakan-akan semuanya hanya persoalan dunia dan tidak ada hubungannya dengan agama. (dalam sudut pandang Islam kaffah, Islam tidak mendikotomikan antara persoalan dunia dan agama). Bahwa dalam faktanya pemerintah negara-negara Arab terkesan berperang karena perebutan tanah dan sumber daya lainnya tidaklah menjadi justifikasi bahwa persoalan itu yang menjadi wacananya. Hal ini harus dilihat secara komprehensif karena ketergantungan pemerintah negara-negara Arab terhadap barat. Tapi lihatlah bahwa banyak warga dari negara-negara Arab ini yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintahnya, Usamah bin Ladin misalnya. Di lain segi, negara-negara Arab pun jelas melawan Israel karena urusan duniawi (tanah wilayah, sumber daya alam minyak), samsekali bukan karena fisabilillah. Kalau perjuangannya demi Islam, fokusnya kan mustinya bagaimana supaya Jeruzalem aman dan nyaman diziarahi penganut semua agama yang menganggap tempat itu suci, termasuk kaum Muslimin. Misalnya dengan mengutamakan upaya mencapai kompromi menjadikan Jeruzalem kota bebas di bawah pengelolaan PBB, tidak lagi di kelola orang Yahudi. Benar. Kenapa banyak orang kita tidak terpikir kesana ya dari jaman dulu? Tapi nyatanya perjuangan orang
[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)
Penjelasan sepotong dulu, meluruskan info. Lainnya menyusul. - Original Message - From: Doedoeng Z. Arifin [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 07, 2002 11:23 PM Subject: [yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World) negara Palestina yang sekuler. Hal ini berbeda dengan pejuang Islam lainnya seperti Hamas yang memang tidak di bawah kontrol Arafat. Bahwa banyak warga Palestina non muslim yang meninggal akibat serbuan Israel, hal itu terjadi karena memang peluru tidak pandang bulu. Yang diburu oleh Israel adalah para pejuang Islam yang memiliki keberanian luar biasa, bahkan mereka sanggup melakukan bom syahid, Sebagai orang Islam, kita memang cenderung terkagum-kagum (dan bangga) pada para martir bom syahid Hamas. Tetapi kalau info kita lengkap, kita tahu bahwa Hamas bukan satu-satunya yang hebat seperti itu. Kelompok FPLP pimpinan George Habash yang Kristen sama berani matinya seperti Hamas. Bedanya mereka muncul lebih dahulu, di saat intel Israel Mossad masih efektif untuk mengejar dan lalu mengeksekusi satu-per-satu pimpinan pejuang underground Palestina (Mungkin Doedoeng tidak mengalami jaman keemasan Mossad. Sekarang, setelah satu generasi kemudian, Mossad payah sekali, sehingga untuk mengejar satu tokoh pejuang Palestina, sebuah resimen lengkap kavaleri/tank IDF harus menghancurkan sebuah kota Palestina). Mudahnya bagi Hamas, mereka sekarang punya basis untuk mashalling serangan bunuh-dirinya di wilayah Palestina, yang diserahkan Israel karena perjanjian Camp David dan perjanjian Oslo, jadi berkat jasa Amerika). Di jaman George Habash, pasukan berani-matinya harus menyusup jauh dari Libanon, bahkan Tunisia. Bagi saya yang hobby kemiliteran, ada lagi satu beda George Habash dengan Hamas yang sangat terasa. Hamas hanya menghancurkan sasaran non-militer, dengan korbannya orang sipil, kebanyakan wanita dan anak-anak. Tetapi tim bunuh-dirinya George Habash beberapa kali mampu menghancurkan sasaran militer. Sehingga secara kemiliteran FPLP jelas lebih efektif daripada Hamas. Sebaliknya secara psy-war Hamas lebih efektif, karena korban wanita dan anak-anak Yahudi itu membuat tentara Israel sangat kalap dan membunuhi juga orang sipil Palestina, yang membuat opini dunia menjadi benci Israel. Namun walau kelihatannya kelompok FPLP lebih hebat dari kelompok Hamas, di antara keluarga bangsa Palestina sendiri tidak ada samasekali perasaan untuk mengatakan siapa yang lebih hebat, apalagi sampai mengatakan kelompok Islam lebih hebat dari kelompok Kristen dan/atau kelompok sekuler, atau sebaliknya. Buat kita, bangsa Indonesia, mudah sekali memahami ini. Di jaman revolusi kemerdekaan banyak sekali pejuang kita yang berani mati. Dan kehebatan mereka dikagumi seluruh bangsa ini, tanpa pernah sekalipun disebut apa agamanya (dan juga apa sukunya), karena perjuangan kemerdekaan, kafah atau tidak kafah, adalah perjuangan kemerdekaan, bukan perjuangan agama. Perihal Hamas tidak di bawah kontrol Arafat, memang ada betulnya, tetapi itu bukan karena Hamas itu Islam dan Arafat itu sekuler. Kelompok George Habash pun berseteru dengan Arafat, bahkan perseteruan kelompok Fatah (Arafat) dengan FPLP (George Habash) sangat lebih berdarah-darah daripada perseteruan Arafat dengan Hamas, tetapi itu pun bukan karena Habash itu Kristen dan Arafat itu Islam. Perseteruan itu biasa dalam suatu gerakan perjuangan yang mana saja. Selalu akan ada gradasi persepsi tentang prioritas perlawanan, cara berjuang, sasaran yang diutamakan, timing kapan keras kapan diplomasi, dan akhirnya ... siapa yang jadi pemimpin setelah kemenangan mulai nampak. Dulu di jaman revolusi kemerdekaan kita juga banyak perseteruan, yang berlnagsung damai maupun yang sampai culik-menculik dan bunuh-membunuh, seperti ada kelompok Tan Malaka, Mayjen Sudarsono, dsb., yang akar masalahnya perbedaan pandangan tentang taktik perjuangan. Akan tetapi, seperti halnya di Indonesia, di mana perseteruan antar kita itu tidak mengurangi efektivitas perjuangan fisik kita melawan Belanda, demikian pula perseteruan Arafat (kelompok Fatah) dengan FPLP (George Habash) dan Hamas, tidak mengurangi efektivitas perjuangan Palestina melawan Israel. Dan kalau Doedoeng katakan yang diburu oleh Israel hanya para pejuang Islam, itu jelas ngawur. IDF kalau ngejar orang Palestina nggak pernah lihat KTP untuk ngecheck apa agama orang yang diburunya dong! Kalau mau bunuh orang Hamas, ya bunuh saja. Kalau mau bunuh anakbuah George Habash, ya bunuh saja. Pokoknya siapa yang mereka anggap pentolan serangan berani mati Palestina, ya dieksekusi. Ini sama saja dulu Belanda kalau kejar ekstremis republik, nggak membedakan apakah dia anggota Hizbullah yang Islam atau anggota KRIS yang Kristen atau pasukan Ngurah Rai yang Hindu, ya mereka sikat. kebetulan mereka bersembunyi di wilayah yang dihuni juga oleh warga Kristen, bahkan bersembunyi di gereja yang tentu saja tempat beribadahnya umat Kristen. Israel kalap, akhirnya dibombardirlah
[yonsatu] Re: Arab vs. Israel (Re: Arab, huh! New World)
On Thu, 7 Nov 2002 23:23:40 +0700 Doedoeng Z. Arifin (DZA) wrote: Satu hal yang pasti dalam terminologi Islam, umat Musa a.s. dan Isa a.s. mereka semuanya adalah muslim bukan Yahudi atau Nasrani seperti sekarang ini. Ah yg benar ah :-) Bukannya kaum-2x itu yg sering disebut kaum 'pemegang kitab'. Jadi mereduksi perang Arab-Israel sebagai perebutan tanah belaka, adalah sebuah upaya mensekularisasikan persoalan, seakan-akan semuanya hanya persoalan dunia dan tidak ada hubungannya dengan agama. (dalam sudut pandang Islam kaffah, Islam tidak mendikotomikan antara persoalan dunia danagama). Eit tunggu dulu, apa itu pengertian sekularisasi yg Anda sampaikan disini ? Bahkan banyak tokoh organisasi Islam terbesar kita, NU, Gus Dur di antaranya, yang malahan lebih jauh lagi melihat bahwa selain itu bukan soal Islam, ternyata JUGA BUKAN soal kolonialisme (karena mereka melihat nyatanya dulu Palestinalah yang menjajah Israel). Itu melainkan seratus persen perseteruan antar etnis di Timur Tengah sana, yang tidak perlu kita campuri. Pandangan Gus Dur dan pengikutnya (misalnya JIL) pasti demikian, karena pemahaman mereka tentang sekularisasi agama. Buat mereka Islam hanya sekedar satpam moral dan 'personal pietesm', tidak ada kaitannya dengan negara kecuali itu tadi, penjaga moralitas agar tidak KKN dan melanggar hukum. Jadi sangat wajar kalau beliau tidak akan mengaitkan perjuangan umat Islam di mana pun sebagai perjuangan agama, paling banter beliau akan mengatakan perjuangan masyarakat/warga/bangsa yang kebetulan beragama Islam. Lalu apakah pandangan itu bertentangan dg Quran ? Pandangan ini berbeda, kalaupun tidak disebut berlawanan, dengan mereka yang disebut kaffah (fundamentalis), yang senantiasa mengaitkan semua persoalan di dunia ini dengan masalah agama. Karena menurut sudut pandang mereka tidak satu persoalan pun di dunia ini yang tidak ada hubungannya atau tidak berimplikasi pada masalah agama. Jangankan persoalan menjaga kehormatan negara, harta, akal, keturunan, dan hukum, maaf..kentut pun diurus oleh agama. Lalu apakah Islam tidak membolehkan orang lain berbeda pendapat, harus mengikuti cara dia ? Sekuler atau kaffah semuanya memang pendekatan seorang muslim untuk mengamalkan Islam, banyak varian di antara keduanya. Masalah mana yang benar, tentu bukan urusan kita, tapi siapapun berhak untuk menyatakan bahwa keyakinanannyalah yang benar dan mempromosikannya kepada yang lain selama tidak dengan cara kekerasan dan intimidasi. Siapa tahu pendekatan sekuler yang diyakini Gus Dur yang benar, tapi tidak tertutup kemungkinan pandangan kaffahlah (fundamentalis) yang lebih benar. Tapi apapun namanya Islam hanyalah Islam, sekuler ataupun fundamentalis hanyalah sebutan yang kita ada-adakan saja. Saya kok tergelitik dg kata-2x sekuler yg bolak balik Anda sampaikan. Dulu saat akhir-2x kuliah di Bandung, saya dipinjami teman buku yg judulnya Islam dan Sekularisme, yg ngarang ulama dari Singapore (lupa namanya, kalau tidak salah ingat terbitan Salman). Menurut beliau ini, Islam tidak mengenal Sekularisme, karena semua mazhab punya 1 pegangan y.i. Quran. Jika Ijtihad atau qias atau interprestasi apapun yg Anda lakukan bertentangan dg Al Quran, pasti batal. Yg ada dan banyak terjadi di Islam justru Bidah (melebih-lebihkan) dan taqlid (ikut saja apa yg dikatakan Kiai, Imam tanpa berpikir). 2 hal tsb banyak perannya dalam kemunduran Islam. -- syafril --- Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:yonsatu-moderators;mahawarman.net Unsubscribe: mailto:yonsatu-unsubscribe;mahawarman.net Vacation : mailto:listar;mahawarman.net?BODY=vacation%20yonsatu 1 Mail/day : mailto:listar;mahawarman.net?BODY=set%20yonsatu%20digest