Syafril Hermansyah writes:
On Mon, 14 Jul 2003 10:52:01 +0700 Koni Nusetyo Ekantono (KNE) wrote:
Ini saya lagi hot lain dengan temen sejawat di IPTN / PTDI, ngobrol
sama Prof. O. Diran , malah bingung tuh.
Ini lagi ngomongin soal PT DI yg merumahkan semua karyawannya ya ?
[...]
Saat produk dilempar ke pasar, ternyata kurang/tidak diminati, shg
terjadilah penumpukan di gudang, singkat cerita cash flow perusahaan
terganggu.
Dalam kondisi yg sangat parah itu, Matsushita mengalihkan semua karyawan
pabrik (yg praktis tdk bekerja, krn tdk ada lagi raw material) menjadi
Salesman. Mereka mendatangi semua dealer, reseller, toko penjual produk
Matsushita dan bertindak selaku SPG (Sales Promotion Girl/Guy) di
outlet-2x tsb.
Dari hasil interaksi dg end user, orang-2x Matsushita menjadi tahu apa
sebenarnya yg dimaui pasar. Mereka kembali ke pabrik dan memperbaiki
produknya, menarik kembali produknya yg ada di outlet utk diperbaiki dan
mengembalikannya ke pasardan produknya laku keras.
---
[...]
Di perusahaan itu semua karyawan hanya mendapatkan uang transport saja,
uang makan hanya diberikan jika mereka pergi ke lapangan dan gaji hanya
dibagikan jika mereka bisa *menjual* produk.
Jika mereka bisa menjual produk, maka komisinya relatif besar, tp jika
tidak menjual apa-2x maka merekapun tidak mendapat apa-2x.
Dg demikian, jika Sales tidak menjual sesuatu (tidak ada penghasilan
untuk perusahaan) maka Perusahan juga tidak keluar banyak dana. Jika
sales menjual banyak, maka perusahaan dg senang hati mengeluarkan komisi
besar untuk salesnya (toh dia juga dpt income besar dari penjualan
produk ke pelanggan).
--
Syafril, aku dulu juga menginginkan teman-teman eks sekerja-ku itu, agar
mempunyai jiwa enterpreneurship, minimal menghargai keinginan customernya.
Selama 3.5 tahun aku jadi customer support sendirian. [Pengganti saya, di
pos : customer support, katanya, lebih dari 5 orang].
Terus terang, dulu, hal itu yang nyaris tidak ada di dalam etos
teman-teman-ku tersebut. Aku jadi sedih, lalu, yah, daripada aku dianggap
menghalangi, aku lalu mengundurkan diri. Aku sendiri berharap untuk
teman-teman di PT DI itu mau berubah, mengikuti perubahan tuntutan
lingkungan, agar PT DI sebagai sumber nafkah mereka bisa survive.
Aku setuju dengan pendapat, bahwa bisa [kompeten] saja tidak cukup. Perlu
ditambah kapasitas dari kompetensi itu. Perlu ditambah lagi orientasi
pemenuhan kebutuhan pelanggan, agar produk PT DI, yang notabene merupakan
hasil karya teman-teman tersebut, bisa dihargai.
Perkara kapasitas, aku salut [plus sebel] pada para sopir angkot maupun bis
kota. Dengan ongkos satuan yang murah, gara-gara ngejar setoran, mereka
terpaksa bilang : Itu sebelah kiri satu lagi, sebelah kanan masih bisa
dua lagi. Geser dong. Ayooo, masih kosong.
--
Catatan: untuk milis ini, ku coba mengubah kata saya menjadi aku.
Katanya, saya itu ungkapan formal. Sedangkan aku untuk diucapkan di
antara teman-teman. {Intisari bulan ini). Tapi ketika tulisan di atas
ku-baca lagi, kok rasanya lucu, ya :-?
wassalam,
--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]