*Eileen Rachman & Emilia Jakob*
*EXPERD*
*Character Building Training*

*Dimuat di Kompas, 02 Agustus 2014*

*“Namun, dalam beberapa bulan terakhir, perbedaan pilihan politik seakan
menjadi alasan untuk memisahkan kita. Padahal kita pahami bersama, bukan
saja keragaman dan perbedaan adalah hal yang pasti ada dalam demokrasi,
tapi juga bahwa hubungan-hubungan pada level masyarakat adalah tetap
menjadi fondasi dari Indonesia yang satu.”*

Demikian sepotong isi pidato Bapak Calon Presiden Republik Indonesia
terpilih periode 2014 – 2019 seusai ditetapkan sebagai pemenang oleh Komisi
Pemilihan Umum. Beliau meyakini bahwa kekuatan sebuah negara bukan hanya
terletak pada ketahanan nasionalnya, kekayaan alamnya, atau bahkan kemajuan
teknologinya,  namun yang terutama justru pada manusia – manusia yang ada
di dalamnya. Tentu saja angka penting, tentu saja sistem penting, pun
teknologi penting, namun tanpa manusia – manusia yang kuat sebagai
penunjangnya semua ini akan menjadi *obsolete *dan segera negara kita akan
tertinggal dari negara – negara lain yang menempatkan manusia sebagai aset
terbesarnya. Kita lihat bahwa negara – negara yang dinilai paling
berbahagia dalam *UN World Happiness Report* (Denmark, Norwegia, Swiss,
Belanda, dan Swedia) adalah negara-negara dengan tingkat ekonomi yang
sangat baik dan ternyata yang menempatkan manusia sebagai poros utama
terpenting dengan mengembangkan *worklife balance* dan membangun lingkungan
kerja yang sangat humanistik.

*The Story of Purpose*
Pesta demokrasi kali ini benar-benar berbeda dengan yang pernah kita alami
selama ini. Berapa banyak mereka yang dahulu menyatakan diri golput kali
ini dengan penuh semangat datang ke TPS, bahkan terlibat penuh semenjak
awal kampanye, selama proses pemilihan bahkan sampai ikut memantau dan
mengawal proses penghitungan suara. Sebuah pesta demokrasi yang penuh
keriangan dengan begitu banyak relawan yang benar-benar secara sukarela
bekerja secara sporadis menyumbangkan tenaga, waktu dan keterampilannya
masing-masing untuk mengusung calon pilihannya menuju kemenangan. Jumlah
relawan yang katanya bahkan melebihi kader dari partai koalisi itu sendiri,
terdiri dari petani, nelayan, pedagang, pegawai swasta, seniman hingga
anggota beragam komunitas dan organisasi. Apa yang membuat mereka semua
rela bekerja siang malam, bahkan mungkin melebihi kerasnya mereka
mengerjakan pekerjaan mereka sendiri?  Tidak lain tidak bukan keyakinan
mereka yang membuat mereka percaya bahwa apa yang mereka kerjakan ini
adalah demi sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri, yaitu demi
Indonesia baru yang lebih baik.

Viktor Frankl, seorang ahli psikiatri, mengeluarkan sebuah teori mengenai
makna hidup hasil permenungannya selama menjadi tahanan dalam kamp
Auschwitz. Ia menyatakan bahwa manusia dapat menemukan makna hidupnya
melalui cinta, pekerjaan dan penderitaan. Pekerjaan yang dimaksudkan di
sini adalah situasi  manakala manusia mampu berkarya. Kerja karenanya
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Pekerjaan harus mampu
memberikan manusia otonomi yang cukup untuk menjadi kreatif dan menampilkan
performa terbaiknya. Misalnya, seorang pegawai call center yang bekerja
penuh dengan SOP-SOP yang baku sekalipun, membutuhkan adanya kesempatan
untuk belajar, berkembang dan membantu pelanggan. Hal inilah yang bisa
membuat ia ‘*happy*”.* Sense of purpose* inilah yang digunakan oleh Steve
Jobs ketika ia merekrut John Sculley dari Pepsi untuk bergabung bersamanya
di Apple, “*Do you want to spend the rest of your life selling sugared
water or do you want a chance to change the world?*”.

Tanggung jawab untuk menciptakan* sense of purpose* ini tidak melulu berada
di pundak para pemimpin, namun organisasi secara keseluruhan perlu
mengembangkan blue print yang komprehensif untuk membangunnya. Kita harus
mengomunikasikan visi dan misi organisasi, melatih seluruh insan yang ada
di dalam organisasi untuk bernafas selaras dengan nilai-nilai organisasi.
Tentunya ini semua dimulai dari proses mencari orang-orang yang tepat yang
sesuai dengan nilai – nilai ini. Banyak organisasi berusaha untuk
me-re-engage manusia-manusianya. Industri finansial mendefinisikan ulang
misi dan nilai-nilai organisasinya; perusahaan farmasi mengubah diri dari
perusahaan “obat” ke perusahaan “kesehatan”. Ini adalah sebagian respons
dari keinginan bahwa manusia adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar
dari diri mereka sendiri.  Kita tidak lagi hanya ingin individu – individu
menjadi engaged . Kita ingin mereka sampai “married” di mana lebih jelas
jelas dibutuhkan  komitmen yang lebih  penuh.  Seperti kata pepatah Jawa,
“Urip iku urup”, maka individu-individu sebagai manusia perlu memberikan
manfaat, sekecil apapun kepada sesama, organisasi, perusahaan, bahkan
pemerintah dan negara.

*Manusia adalah “Produk”nya*
Hari – hari saat seorang pemimpin terobsesi terhadap keuntungan material
semata akan segera berakhir. Saatnya kini organisasi menyadari bahwa tugas
seorang pimpinan adalah menginspirasi individu untuk berkontribusi.
Karyawan masa kini tidak lagi menginginkan karir semata, melainkan lebih
kepada mendapatkan “nilai” dari karyanya. Para millenial yang disebut  gen
Y yang begitu menyita perhatian para pemimpin organisasi belakangan ini
dengan segala keunikan mereka menginginkan pekerjaan yang lebih menuntut
kreativitas, lebih mudah, lepas dari beragam aturan yang menurut mereka
tidak perlu, namun juga memberikan makna yang lebih mendalam.

Untuk memahami mereka kita perlu melihat mereka sebagai customer kita
sehingga kita berusaha untuk menggali kebutuhan mereka dan menempatkan
mereka sebagai prioritas utama organisasi. Riset menunjukkan lebih dari 70%
para Gen Y ini ingin menjadi seorang *enterpreneur *dan memiliki perusahaan
mereka sendiri. Mereka melihat kekuatan dari perkembangan teknologi
internet yang demikian cepat dan bahwa tidak selamanya organisasi yang
besar memberikan jaminan stabilitas ekonomi. Jadi,  bilamana kita ingin
memotivasi para Gen Y ini, kita perlu memberikan mereka kesempatan untuk
membangun, berinovasi dan mencipta.

Selain itu, Gen Y percaya dengan adanya keterbukaan dan transparansi di
setiap titik. Kita lihat betapa kuatnya pergerakan anak-anak muda ini
dengan *crowdsourcing*-nya memanfaatkan open data KPU ketika mereka
mengawal penghitungan suara dalam pemilu kemarin.

Belajar dari para milenial alias gen Y ini, kita perlu sadar betapa uniknya
mahluk tertinggi ciptaan Allah ini. Salah salah memang seorang pemimpin
tidak bisa mengendalikan manusia, yang merupakan satu satunya produk
organisasi yang tak lekang dimakan jaman. Kita tidak bisa lagi
“mempertahankan” manusia, kita hanya bisa “menarik” mereka. Kita tidak lagi
bisa “meng-*engage*” mereka, namun kita bisa “menginspirasi dan mendukung”
mereka. Kita tidak lagi hanya “melatih” mereka tapi lebih dari itu kita
harus membuat mereka “mampu belajar” dan “memberikan mereka kesempatan
untuk berkembang”.

Mudah mudahan Bapak Presiden terpilih, yang banyak didukung anak muda,
tetap akan menyadari bahwa terlepas dari  fokus perbaikan pada sektor
finansial, manusia tetap dipentingkan karena manusialah pemainnya sekaligus
produknya.








*EXPERD CONSULTANT Adding value to business results Kemang 89 Building, 3rd
- 4th Floor Jl. Kemang Raya No. 89, Jakarta 12730 Telp. 021-718 0805 Fax.
021-718 3101 *















-- 
*".... I am the KING to my own UNIVERSE that Rule my MIND, BODY and SOUL
!!! ...." *

*- Aga Madjid -*

-- 
-- 
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid+subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com
please visit to www.facebook.com/aga.madjid,
add my Yahoo Messenger at aga.mad...@yahoo.com or
add my twitter @aga_madjid
thanks for joinning this group.

--- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"aga-madjid" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com.
For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke