*Eileen Rachman & Sylvina Savitri*
*EXPERD*
*Character Building Training*

*Dimuat di Kompas, 15 Maret 2014*

Hampir setiap hari, apalagi menjelang momen besar seperti pemilu sekarang
ini, kita disuguhi perbedaan pendapat dan kepentingan antar berbagai pihak.
Bahkan dalam partai yang sama sekalipun, kita melihat bagaimana pimpinan
partai menghadapi “jagoan-jagoannya” yang tidak cocok satu sama lain. Dalam
situasi menghadapi perbedaan dan oposisi inilah kita bisa melihat
kematangan pemimpin diuji. Pimpinan partai dihadapkan pada tantangan untuk
mendamaikan dan memastikan bahwa tidak ada di antara kedua jagoannya yang
mundur. Kondisi yang sama juga kita saksikan  nanti, ketika pemimpin
negara, perlu bersikap ‘*fair*’ terhadap semua partai politik, yang berbeda
misi dan paham.  Dalam perusahaan pun, kerap kita melihat kebijaksanaan
seorang pemimpin diuji, apakah ia bisa menghandel dua atau lebih pihak
dengan perbedaan pendapat dan kepentingan, dengan tetap menjaga pencapaian
targetnya, bahkan visi dan misinya.

Kita sesungguhnya tahu bahwa dalam banyak hal, oposisi bisa dimanfaatkan
sebagai “*second opinion*” atau juga pemberi pandangan lain. Pemimpin yang
bijaksana, jelas akan bisa mengintegrasikan kepentingan golongannya dan
oposisinya, untuk menghasilkan keputusan dan pertimbangan yang lebih kaya.
Namun, mengapa banyak orang yang tidak menyukai konflik atau oposisi? Kita
bisa melihat, beberapa individu menganggap oposisi dan perbedaan sebagai
suatu “*disaster*”. Jangankan berpikir untuk berkawan atau memelihara
oposannya, kerap kita melihat satu pihak “melibas” pihak-pihak yang tampak
tak sejalan. Orang seperti ini, oleh seorang ahli dikatakan sebagai orang
yang berpikir sangat tradisional alias “kuno”, lebih kuno daripada abad ke
17. Pada masa sebelum Renaissance,kita mengenal seorang pemikir bernama
Medici. Ia justru mengumpulkan pemikir-pemikir dari berbagai bidang ilmu,
dengan pandangan yang berbeda-beda, agar dapat menemukan berbagai solusi
tajam atas permasalahan yang kompleks yang sudah menjadi masalah klasik. 60
tahun yang lalu, F. Scott Fitzgerald, sudah pernah menulis bahwa individu
yang bisa berpegang pada dua ide bertentangan, mempertahankan, bahkan
menahan ketegangan dari konfliknya,  dan kemudian menjalankan fungsinya
dengan efektif, adalah orang yang betul-betul inteligen.

*Pertentangan yang Menguntungkan*
Lihatlah posisi jempol kita. Kita bisa menyadari bahwa posisi kedua jempol
tersebut berseberangan. Justru dengan adanya “pertentangan” ini, kita bisa
melakukan banyak hal. Kita bisa mengangkat benda berat, merajut, juga
melakukan hal-hal motorik halus, seperti pembedahan laparoskopi. Dari tubuh
kita sendiri, begitu banyak contoh betapa posisi, fungsi dan peran yang
“berlawanan”, misalnya otak kiri dan otak kanan, bila dioptimalkan akan
memungkinkan kita melakukan analisis secara kreatif, sehingga solusi yang
dihasilkan bisa lebih memuaskan. Bayangkan betapa ruginya bila kita tidak
mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan tentang hidup untuk memanfaatkan 2
hal yang bertentangan ini. Bila kita tidak terbiasa melakukan tek-tok
antara 2 ide yang berbeda, kita jelas akan kehilangan kesempatan mendapat
ide baru. Ini sering terjadi pada kita, bukan?

Kita tentu merasa kagum bila melihat tindakan seorang eksekutif yang
mengambil keputusan yang ‘pas’ dan simpel, namun bisa tepat menyelesaikan
masalah kompleks yang ada. Kita bisa melihat bahwa sebetulnya ia melakukan
proses pikir yang mendalam dan terus-menerus. Sebaliknya, ada eksekutif
yang terbiasa sekedar meminta laporan, usulan dan masukan anak buahnya,
lalu meneruskan lagi pada atasannya, hampir-hampir tidak lagi mengolah
pemikirannya lagi. Praktik ini memang sah-sah saja, namun berakibat pada
cara pikir bersangkutan, yang akhirnya jadi sangat kaku dan simpel. Bila
kita terbiasa berpikir dikotomis: “salah atau benar”, tanpa mendalami
adanya hal-hal positif yang dimiliki berbagai sisi, maka kesempatan kita
untuk berpikir ‘out of the box’ pun hilang. Namun, mengapa banyak orang
tetap saja menggunakan pola pikir linier dan konvesional? Ternyata,
berpikir kompleks membuat adrenalin berproduksi lebih keras, sehingga juga
memicu stres. Kebanyakan orang menghindari hal-hal ambigu dan kompleks,
memilih hal-hal yang simpel dan terang, karena tidak kuat menahan
ketegangannya. Itu sebabnya, individu yang terbiasa berpikir mendalam, akan
lebih terlatih menghadapi stres. Sebaliknya, individu yang terbiasa
berpikir linier dan konvensional cenderung lebih rentan dalam menghadapi
stress.

*“Integrative thinking” *
Dari wawancara dengan 50 CEO, seorang ahli manajemen  menemukan bahwa semua
pimpinan itu berpikir mendalam, berpikir kompleks. Salah seorang CEO muda
yang sukses, Bob Young, ‘founder’ dan mantan pemilik Red Hat, perusahaan
software yang sukses, bahkan berhasil mencampur logika perusahaan yang kaku
seperti Microsoft dengan pemikiran ‘open source’ dari Linux. Dengan
berpikir terintegrasi, ia malah bisa menawarkan jasa-jasa yang memanfatkan
linux secara gratis, namun menjual berbagai aplikasi, yang menyerupai jasa
Microsoft. Young mengatakan:”We must resist our natural leaning toward
simplicity and certainty”. Jangan berpikir memilih salah satu dari opsi
yang ada, namun selalulah berpikir “ini dan itu”, mengabungkan,
mengintegrasikan. Mungkin, hal ini jugalah yang bisa kita temukan pada
pimpinan BUMN yang sukses seperti Ignasius Jonan atau Tommy Sutomo.
Beliau-beliau inilah yang tampak selalu mengeluarkan solusi praktis, namun
dibaliknya tidak berhenti berpikir. Dalam berpolitik, bila pemikiran
pemimpin selalu satu sisi dan tidak terintegrasi, maka jelas-jelas
negaralah yang dirugikan. Kita pun, sebagai professional, harus senantiasa
melatih berpikir terus-menerus dan mendalam, agar senantiasa bisa memberi
nilai tambah yang bisa kita berikan untuk kebaikan organisasi dan
masyarakat.








*EXPERD CONSULTANT Adding value to business results Kemang 89 Building, 3rd
- 4th Floor Jl. Kemang Raya No. 89, Jakarta 12730 Telp. 021-718 0805 Fax.
021-718 3101 *

*http://www.experd.com <http://www.experd.com/>*

*http://jobs.experd.com <http://www.experd.com/>*

















-- 
*".... I am the KING to my own UNIVERSE that Rule my MIND, BODY and SOUL
!!! ...." *

*- Aga Madjid -*

-- 
-- 
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid+subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com
please visit to www.facebook.com/aga.madjid,
add my Yahoo Messenger at aga.mad...@yahoo.com or
add my twitter @aga_madjid
thanks for joinning this group.

--- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"aga-madjid" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com.
For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke