PELUKAN KASIH TUHAN
Kategori: Cerita – Allah
"Elia's Stories " 
Ada seorang pengembara yang sangat ingin melihat
pemandangan yang ada di balik suatu gunung yang amat
tinggi. Maka disiapkanlah segala peralatannya dan
berangkatlah ia. Karena begitu beratnya medan yang
harus dia tempuh, segala perbekalan dan
perlengkapannya pun habis. Akan tetapi, karena begitu
besar keinginannya untuk melihat pemandangan yang ada
di balik gunung itu, ia terus melanjutkan perjalannya.
Sampai suatu ketika, ia menjumpai semak belukar yang
sangat lebat dan penuh duri. Tidak ada jalan lain
selain ia harus melewati semak belukar itu. 
 
Pikir pengembara itu "Wah, jika aku harus melewati
semak ini, maka kulitku pasti akan robek dan penuh
luka. Tapi aku harus melanjutkan perjal anan ini. " 
Maka pengembara itupun mengambil ancang-ancang dan ia
menerobos semak itu. 
Ajaib, pengembara itu tidak mengalami luka goresan
sedikitpun. Dengan penuh sukacita, ia kemudian
melanjutkan perjalanan dan berkata dalam hati " Betapa
hebatnya aku. 
Semak belukarpun tak mampu menghalangi aku." 
 
Selama hampir 1 jam lamanya ia berjalan, tampaklah di
hadapannya kerikil-kerikil tajam berserakan. Dan tak
ada jalan lain selain dia harus melewati jalan itu.
Pikir pengembara itu untuk kedua kalinya " Jika aku
melewati kerikil ini, kakiku pasti akan berdarah dan
terluka. 
Tapi aku tetap harus melewatinya. " 
 
Maka dengan segenap tekadnya, pengembara itu berjalan.
Ajaib, ia tak mengalami luka tusukkan kerikil itu
sedikitpun dan tampak kakinya dalam keadaan baik-baik
saja. 
Sekali lagi ia berkata dalam hati : "Betapa hebatnya
aku. Kerikil tajampun tak mampu menghalangi jalanku. "

 
Pengembara itupun kembali melanjutkan perjalanannya.
Saat hampir sampai di puncak gunung itu, ia kembali
menjumpai rintangan. Batu-batu besar dan licin
menghalangi jalannya, dan tak ada jalan lain selain
dia harus melewatinya. Pikir pengembara itu untuk yang
ketiga kalinya : " Jika aku harus mendaki batu-batu
ini, aku pasti akan tergelincir dan tangan serta
kakiku akan patah. Tapi aku ingin sampai di puncak
itu. Aku harus melewatinya." 
 
Maka pengembara itupun mulai mendaki batu itu dan
ia...tergelincir. Aneh, setelah bangkit, pengembara
itu tidak merasakan sakit di tubuhnya dan tak ada
satupun tulangnya yang patah. 
 
"Betapa hebatnya aku. Batu-batu terjal inipun tidak
dapat menghalangi jalanku. " 
 
Maka, iapun melanjutkan perjalanan dan sampailah ia di
puncak gunung itu. Betapa sukacitanya ia melihat
pemandangan yang sungguh indah dan tak pernah ia
melihat yang seindah ini. Akan tetapi, saat pengembara
itu membalikkan badannya, tampaklah di hadapannya
sosok manusia yang penuh luka sedang duduk
memandanginya. 
 
Tubuhnya penuh luka goresan dan kakinya penuh luka
tusukan dan darah. Ia tak dapat menggerakkan seluruh
tubuhnya karena patah dan remuk tulangnya. 
 
Berkatalah pengembara itu dengan penuh iba pada sosok
penuh luka itu : " Mengapa tubuhmu penuh luka seperti
itu? Apakah karena segala rintangan yang ada tadi?
Tidak bisakah engkau sehebat aku karena aku bisa
melewatinya tanpa luka sedikitpun? Siapakah engkau
sebenarnya?" 
 
Jawab sosok penuh luka itu dengan tatapan penuh kasih
: "Aku adalah Tuhanmu. Betapa hatiKu tak mampu menolak
untuk menyertaimu dalam perjalanan ini, mengingat
betapa inginnya engkau melihat keindahan ini.
Ketahuilah, saat engkau harus melewati semak belukar
itu, Aku memelukmu erat supaya tak satupun duri
merobek kulitmu. Saat kau harus melewati kerikil
tajam, maka Aku menggendongmu supaya kakimu tidak
tertusuk. Ketika kau memanjat batu licin dan terjatuh,
Aku menopangmu dari bawah agar tak satupun tulangmu
patah. Ingatkah engkau kembali padaKU? " 
 
Pengembara itupun terduduk dan menangis tersedu-sedu. 
Untuk kedua kalinya, Tuhan harus menumpahkan darahNya
untuk suatu kebahagiaan. 
 
Kadang, kita lupa bahwa Tuhan selalu menyertai &
melindungi kita. 
Kita lebih mudah ingat betapa hebatnya diri kita yang
mampu melampaui segala rintangan tanpa menyadari bahwa
Tuhan bekerja di sana. Dan sekali lagi, Tuhan harus
berkorban untuk keselamatan kita. Maka, seperti Tuhan
yang tak mampu menolak untuk menyertai anakNya,
dapatkah kita juga tak mampu menolak segala kasihNya
dalam perjalanan hidup kita dan membiarkan tanganNya
bekerja dalam hidup kita? 
 
 
Renungan: Panah
 
Sally, seorang gadis muda, mengemukakan pengalamannya
di sebuah sekolah seminari... sebuah pelajaran dari
Dr. Smith, yang terkenal dengan kerumitannya. 
 
Suatu hari Sally masuk ke kelas dan segera menyadari
bahwa akan ada sesuatu yang menyenangkan hari itu. Di
dinding ada satu papan sasaran yang besar, di meja
terletak banyak anak panah. 
 
Dr. Smith meminta setiap murid untuk membuat gambar
orang yang tidak mereka sukai atau orang yang telah
melukai hati mereka; 
 
Kemudian mereka akan diperbolehkan melempar anak panah
pada gambar tersebut.
 
Seorang gadis, teman Sally, menggambar wajah gadis
lain yang telah merebut pacarnya. Yang lain manggambar
wajah adiknya. Sally  menggambar wajah teman lamanya
dengan sangat detail sampai dia tidak lupa menambahkan
jerawatnya. Dia sangat puas setelah melihat semuanya
lengkap. 
 
Seluruh isi kelas kemudian berbaris dan mulai
melemparkan anak panah, diiringi suara tawa riang.
Beberapa di antara mereka melempar anak panah begitu
kuatnya sampai merobek sasaran. 
 
Sally menunggu gilirannya........ kemudian dia kecewa,
karena waktu sudah habis, Dr. Smith meminta semua
murid untuk duduk kembali di kursi masing-masing. 
 
Sambil duduk, Sally memikirkan rasa kecewanya karena
belum memiliki kesempatan untuk melempar. 
 
Dr. Smith mulai melepas sasaran dari dinding. Di balik
sasaran terdapat gambar wajah Yesus...... 
 
Suasana kelas menjadi hening... semua murid menatap
gambar Yesus yang telah hancur; Seluruh wajahNya
berlubang dan sobek bahkan matanya tertembus. 
 
Dr. Smith hanya berkata... " Apa yang kamu lakukan
untuk saudaraKu yang paling hina, kamu melakukannya
untukKu" (Matius 25:40)
 
Tidak ada lagi kata-kata, semua mata berkaca-kaca
menatap wajah Yesus...



PD Immanuel Jakarta 

Note: forwarded message attached.


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Anda menerima pesan ini karena Anda tergabung pada grup Grup Google "Baptist 
Rider Community" grup.
 Untuk mengirim pesan ke grup ini, kirim email ke b_r_c@googlegroups.com
 Untuk keluar dari grup ini, kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
 Untuk pilihan lainnya, lihat grup ini pada http://groups.google.com/group/b_r_c
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
--- Begin Message ---

Note: forwarded message attached.


Want to be your own boss? Learn how on Yahoo! Small Business.
--- Begin Message ---
PELUKAN KASIH TUHAN
Kategori: Cerita – Allah
"Elia's Stories " 
Ada seorang pengembara yang sangat ingin melihat pemandangan yang ada di balik suatu gunung yang amat tinggi. Maka disiapkanlah segala peralatannya dan berangkatlah ia. Karena begitu beratnya medan yang harus dia tempuh, segala perbekalan dan perlengkapannya pun habis. Akan tetapi, karena begitu besar keinginannya untuk melihat pemandangan yang ada di balik gunung itu, ia terus melanjutkan perjalannya. Sampai suatu ketika, ia menjumpai semak belukar yang sangat lebat dan penuh duri. Tidak ada jalan lain selain ia harus melewati semak belukar itu.
 
Pikir pengembara itu "Wah, jika aku harus melewati semak ini, maka kulitku pasti akan robek dan penuh luka. Tapi aku harus melanjutkan perjal anan ini. "
Maka pengembara itupun mengambil ancang-ancang dan ia menerobos semak itu.
Ajaib, pengembara itu tidak mengalami luka goresan sedikitpun. Dengan penuh sukacita, ia kemudian melanjutkan perjalanan dan berkata dalam hati " Betapa hebatnya aku.
Semak belukarpun tak mampu menghalangi aku."
 
Selama hampir 1 jam lamanya ia berjalan, tampaklah di hadapannya kerikil-kerikil tajam berserakan. Dan tak ada jalan lain selain dia harus melewati jalan itu. Pikir pengembara itu untuk kedua kalinya " Jika aku melewati kerikil ini, kakiku pasti akan berdarah dan terluka.
Tapi aku tetap harus melewatinya. "
 
Maka dengan segenap tekadnya, pengembara itu berjalan. Ajaib, ia tak mengalami luka tusukkan kerikil itu sedikitpun dan tampak kakinya dalam keadaan baik-baik saja.
Sekali lagi ia berkata dalam hati : "Betapa hebatnya aku. Kerikil tajampun tak mampu menghalangi jalanku. "
 
Pengembara itupun kembali melanjutkan perjalanannya. Saat hampir sampai di puncak gunung itu, ia kembali menjumpai rintangan. Batu-batu besar dan licin menghalangi jalannya, dan tak ada jalan lain selain dia harus melewatinya. Pikir pengembara itu untuk yang ketiga kalinya : " Jika aku harus mendaki batu-batu ini, aku pasti akan tergelincir dan tangan serta kakiku akan patah. Tapi aku ingin sampai di puncak itu. Aku harus melewatinya."
 
Maka pengembara itupun mulai mendaki batu itu dan ia...tergelincir. Aneh, setelah bangkit, pengembara itu tidak merasakan sakit di tubuhnya dan tak ada satupun tulangnya yang patah.
 
"Betapa hebatnya aku. Batu-batu terjal inipun tidak dapat menghalangi jalanku. "
 
Maka, iapun melanjutkan perjalanan dan sampailah ia di puncak gunung itu. Betapa sukacitanya ia melihat pemandangan yang sungguh indah dan tak pernah ia melihat yang seindah ini. Akan tetapi, saat pengembara itu membalikkan badannya, tampaklah di hadapannya sosok manusia yang penuh luka sedang duduk memandanginya.
 
Tubuhnya penuh luka goresan dan kakinya penuh luka tusukan dan darah. Ia tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya karena patah dan remuk tulangnya.
 
Berkatalah pengembara itu dengan penuh iba pada sosok penuh luka itu : " Mengapa tubuhmu penuh luka seperti itu? Apakah karena segala rintangan yang ada tadi? Tidak bisakah engkau sehebat aku karena aku bisa melewatinya tanpa luka sedikitpun? Siapakah engkau sebenarnya?"
 
Jawab sosok penuh luka itu dengan tatapan penuh kasih : "Aku adalah Tuhanmu. Betapa hatiKu tak mampu menolak untuk menyertaimu dalam perjalanan ini, mengingat betapa inginnya engkau melihat keindahan ini. Ketahuilah, saat engkau harus melewati semak belukar itu, Aku memelukmu erat supaya tak satupun duri merobek kulitmu. Saat kau harus melewati kerikil tajam, maka Aku menggendongmu supaya kakimu tidak tertusuk. Ketika kau memanjat batu licin dan terjatuh, Aku menopangmu dari bawah agar tak satupun tulangmu patah. Ingatkah engkau kembali padaKU? "
 
Pengembara itupun terduduk dan menangis tersedu-sedu.
Untuk kedua kalinya, Tuhan harus menumpahkan darahNya untuk suatu kebahagiaan.
 
Kadang, kita lupa bahwa Tuhan selalu menyertai & melindungi kita.
Kita lebih mudah ingat betapa hebatnya diri kita yang mampu melampaui segala rintangan tanpa menyadari bahwa Tuhan bekerja di sana. Dan sekali lagi, Tuhan harus berkorban untuk keselamatan kita. Maka, seperti Tuhan yang tak mampu menolak untuk menyertai anakNya, dapatkah kita juga tak mampu menolak segala kasihNya dalam perjalanan hidup kita dan membiarkan tanganNya bekerja dalam hidup kita?
 
 
Renungan: Panah
 
Sally, seorang gadis muda, mengemukakan pengalamannya di sebuah sekolah seminari... sebuah pelajaran dari Dr. Smith, yang terkenal dengan kerumitannya.
 
Suatu hari Sally masuk ke kelas dan segera menyadari bahwa akan ada sesuatu yang menyenangkan hari itu. Di dinding ada satu papan sasaran yang besar, di meja terletak banyak anak panah.
 
Dr. Smith meminta setiap murid untuk membuat gambar orang yang tidak mereka sukai atau orang yang telah melukai hati mereka;
 
Kemudian mereka akan diperbolehkan melempar anak panah pada gambar tersebut.
 
Seorang gadis, teman Sally, menggambar wajah gadis lain yang telah merebut pacarnya. Yang lain manggambar wajah adiknya. Sally  menggambar wajah teman lamanya dengan sangat detail sampai dia tidak lupa menambahkan jerawatnya. Dia sangat puas setelah melihat semuanya lengkap.
 
Seluruh isi kelas kemudian berbaris dan mulai melemparkan anak panah, diiringi suara tawa riang. Beberapa di antara mereka melempar anak panah begitu kuatnya sampai merobek sasaran.
 
Sally menunggu gilirannya........ kemudian dia kecewa, karena waktu sudah habis, Dr. Smith meminta semua murid untuk duduk kembali di kursi masing-masing.
 
Sambil duduk, Sally memikirkan rasa kecewanya karena belum memiliki kesempatan untuk melempar.
 
Dr. Smith mulai melepas sasaran dari dinding. Di balik sasaran terdapat gambar wajah Yesus......
 
Suasana kelas menjadi hening... semua murid menatap gambar Yesus yang telah hancur; Seluruh wajahNya berlubang dan sobek bahkan matanya tertembus.
 
Dr. Smith hanya berkata... " Apa yang kamu lakukan untuk saudaraKu yang paling hina, kamu melakukannya untukKu" (Matius 25:40)
 
Tidak ada lagi kata-kata, semua mata berkaca-kaca menatap wajah Yesus...



PD Immanuel Jakarta
--- End Message ---

--- End Message ---

Kirim email ke