Marjinalisasi kaum perempuan
Kawin Kontrak di Kawasan Puncak

Iwan Santosa

Thailand sudah mulai "malu" dan tidak lagi mengekspose
keberadaan kompleks Patpong di Bangkok yang menjadi
wisata seks. Sebaliknya, Indonesia yang punya segudang
keindahan justru didorong untuk mengeksploitasi
keberadaan para janda muda di kawasan Puncak sebagai
bagian dari wisata. Ironis!

Saat ini Malaysia dan Singapura kebanjiran wisatawan
keluarga dari Timur Tengah yang membelanjakan dollar.

Tentunya Indonesia yang indah dan tidak memiliki
dugaan terhadap turis Timur Tengah pascaserangan bom
New York 9/11 dapat memanfaatkan peluang ini, tanpa
perlu mengeksploitasi kaum perempuan.

Namun, fakta berbicara lain. Alih-alih kebanjiran
wisatawan baik-baik, yang muncul justru eksploitasi
perempuan yang kini malah mendapat "angin segar"
gurauan salah seorang petinggi negeri ini.

Berdasarkan penelusuran, di jalur Puncak, Jawa Barat,
deretan wartel, money changer, minimarket, restoran
yang menggunakan reklame berbahasa Arab terlihat
berderet selepas simpang Taman Safari Indonesia.

Menjelang tengah malam Ahad lalu, di Minimarket "D"
yang menjual pelbagai produk kelontong dan juga
komoditas asal Timur Tengah didatangi sejumlah pria
Timur Tengah silih berganti.

"Kam tsaman," ujar seorang pria Arab berkulit gelap
dan berbadan tinggi besar kepada kasir seorang Sunda
yang menjawab dalam bahasa Arab. Percakapan antara
kasir dan pelanggan pun berlangsung dalam bahasa Arab.

Seorang gadis muda berpenampilan menarik, bercelana
pendek, berkaus ketat memanggil pria tersebut "Bashir"
seraya menunjuk penganan kecil di rak minimarket. Tak
lama kemudian mereka membayar barang yang dibeli dan
pergi berduaan.

Selanjutnya tiga pria Timur Tengah datang ke
minimarket itu. Ade, seorang penjaga, menjelaskan,
beragam produk Timur Tengah memang sengaja disediakan
di situ untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, terutama
warga asal Timur Tengah yang secara musiman tinggal di
Puncak.

Minyak zaitun, madu Arab, susu kaleng, la’ban atau
yoghurt Arab, hingga roti canai disediakan untuk
perkampungan Arab di Puncak. "Pesan katering Timur
Tengah juga kami layani. Masakan Arabia biasa kami
buat," kata Ade.

Sekaleng minyak zaitun dijual Rp 20.000, sekaleng madu
Arab buatan Riyadh dijual Rp 25.000, dan sebotol susu
asam dijual Rp 12.000. Bisnis itu laris manis hingga
toko buka malam hari.

Minimarket dan ragam bisnis khusus untuk melayani
warga Timur Tengah merupakan imbas praktik "kawin
kontrak". "Waktu diskotek masih buka di daerah ini,
suasana orang Arab hilir mudik lebih ramai lagi Bang,"
kata Ope, warga Cisarua.

"Kawin kontrak"

Kawin kontrak antara perempuan Indonesia dengan pria
Timur Tengah di kawasan Puncak, yang oleh Wakil
Presiden Jusuf Kalla diharapkan mampu melahirkan
bintang sinetron masa depan Indonesia, ternyata tidak
lebih dari sekadar akal-akalan. Saat minta dicarikan
pasangan kawin kontrak, Kompas mendapat tawaran
beragam "sistem" kawin kontrak.

"Ada hitungan sendiri Bang. Nego langsung dengan anak
perempuan yang mau dikawin atau sama ibu asuh. Kami
mengantar saja," kata Maman, seorang perantara.

Alhasil, lepas tengah malam Kompas diantar menemui
serombongan perempuan muda yang umumnya janda. Mereka
berusia belasan hingga 25 tahun dan berdandan seksi.

St, seorang janda muda asal Sukabumi yang beberapa
kali "dikontrak", menyatakan siap kawin kontrak kalau
harga cocok. "Saya pernah nemani orang Arab selama dua
minggu. Lumayan, sehari dikasih Rp 500.000 yang dibagi
untuk mami dan abang yang ngurus. Tinggal hitung aja
biaya nikah dan berapa kali sebulan mau datang ke
sini. Paling minim Rp 10 juta sebulan saya mau. Itu
pun paling saya terima separuh saja karena harus bagi
dengan mami dan para abang," ujar St.

Kalau mau lebih ekonomis, St menawarkan seorang rekan
yang freelance, tidak memakai jasa mami dan pengurus
lain. Untuk jalur langsung ini cukup menafkahi Rp 5
juta-Rp 6 juta per bulan. Surat-surat pun bisa
disiapkan, seperti akta nikah. Penghulu dan saksi
disiapkan "mami" sebagai penyelenggara.

Seorang rekan St yang bernama Yl juga menyatakan siap
kawin kontrak asal harga cocok. Semua diterima satu
paket termasuk untuk menikahkan di bawah tangan.

Sekitar 5 kilometer dari tempat St ke arah Cipanas,
sekelompok tukang ojek juga menawarkan jasa
mempertemukan dua tokoh pengatur kawin kontrak.

"Bisa diatur Bang. Pokoknya, sah seperti orang menikah
resmi. Yang bersangkutan mengatur semua proses nikah
dari saksi dan penghulu satu paket. Tinggal berunding
dulu biar sama enak," kata Amin, seorang pengojek.

Ope mengaku, sejumlah tetangganya juga terlibat dalam
praktik kawin kontrak. Tetapi dia sungkan
bertanya-tanya karena itu dianggap urusan pribadi.

Ada juga beberapa kisah yang berakhir happy ending,
yakni si perempuan diboyong ke Arab Saudi lalu
dinikahi secara resmi. Tetapi semua ini berawal dari
praktik kawin kontrak yang sangat merugikan dan
menjatuhkan martabat perempuan.

Setidaknya, jika melahirkan anak hasil kawin kontrak,
si anak tidak akan tahu siapa ayahnya. Apalagi jika si
bayi dibuang karena sang ibu tak sanggup merawat bayi,
nasib anak akan semakin nelangsa.

Dari sisi Undang-Undang Perkawinan dan Undang-Undang
Kewarganegaraan, praktik ini merupakan pelanggaran
hukum. Sesuai dengan peraturan, perkawinan ditujukan
untuk membentuk keluarga yang kekal.

Adapun dari sisi kewarganegaraan, anak yang dilahirkan
dari orangtua yang "kawin kontrak" bisa terancam
stateless atau kehilangan kewarganegaraan. Lebih
sengsara lagi karena mereka tidak dapat menuntut si
ayah yang kembali ke negeri asal untuk menafkahi
mereka.

Tanpa jaminan masa depan, tentu anak-anak ini sulit
menjadi aktor ataupun aktris andal seperti yang pernah
dikatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Alih-alih
menjadi aktor, mereka bisa kembali terjerat dalam
lingkaran setan yang membelenggu ibu mereka, yakni
kemiskinan dan praktik kawin kontrak.

Persoalan ini berawal dari marjinalisasi masyarakat
petani di Indonesia. Ketika lahan menyusut, jumlah
penduduk bertambah, korban pertama adalah perempuan
dan anak-anak. Industrialisasi yang gagal semasa Orde
Baru hanya mewariskan harga mati, yaitu cepat kaya dan
hidup enak bagi generasi muda saat ini. Alhasil kawin
kontrak pun menjadi salah satu solusi bagi mereka.

Padahal, saat ini banyak rombongan turis dari Timur
Tengah datang untuk wisata bersama keluarga di
Malaysia dan Singapura. Indonesia yang memiliki ragam
kelebihan dibandingkan dengan kedua negeri jiran itu
tentu dapat memanfaatkan peluang ini. Kondisi ini
menjadikan nama Puncak, Jawa Barat, dan Indonesia
seperti citra Batam di mata warga Singapura, yakni
prostitusi.

Orang Singapura selalu memandang miring setiap pria
negerinya yang seorang diri atau berombongan sesama
pria bepergian ke Batam, pasalnya mereka dianggap
sekadar melepas nafsu birahi di Batam. 

Sumber:
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0607/17/metro/2786778.htm


=====
Situs: http://www.urang-sunda.or.id/
[Pupuh17, Wawacan, Roesdi Misnem, Al-Quran, Koropak]

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/
http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda


[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke