Wa'alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh ...

Saran saya,
Yang pertama,
Hati hati terlebih dulu dalam memberi label kepada seseorang sebagai ahlul
bid'ah. Orang yang berbuat bid'ah belum tentu bisa diberi label ahlul
bid'ah. Saya kira -baik sangka saya- keluarga tsb hanya belum paham saja.
Dengan demikian harus didakwahi dulu. Dalam berdakwah, apalagi kepada orang
tua harus dengan cara yang baik. Termasuk dalam cara berdakwah yang baik
adalah dengan strategi yang baik, tahu mana yang harus didahulukan, dan juga
termasuk cara penyampaian. Kalau orang tuanya memerintahkan untuk memakai
dasi, maka bila kita tidak mau, kita katakan saja, "Kayaknya saya lebih
keren gak pakai dasi, pak.."

Yang kedua,
Harusnya pernikahan itu berjalan bersama dengan birrul walidain. Menikah itu
Sunnah Nabi dan berbuat baik ke orang tua itu juga Sunnah Nabi. Bahkan ciri
yang menonjol dari para Nabi dan Rasul adalah berbuat baik ke kedua orang
tua. Tetapi ketika keinginan anak bersebrangan dengan keinginan orang tua,
maka seorang anak harusnya membuat skala prioritas. Tidak mungkin semua
keinginan anak yang ingin mengikuti Sunnah dituruti oleh orang tua yang
masih belum paham. Apalagi menyangkut cara cara pernikahan. Ya, seorang anak
bisa membuat skala prioritas, misalnya dengan menghilangkan hal hal yang
berbau syirik atau dengan mengurangi bid'ah yang besar besar, dst.
Bertakwalah kepada Allah semampu kalian.

Yang ketiga,
Karena mungkin hubungan keluarga sudah merenggang, maka sepupu Anda tsb
harus memulai inisiatif untuk memperbaiki hubungan tsb. Jangan mengharapkan
orang tua untuk mendatangi sepupu Anda tsb. Tetapi anak muda yang harus
memulai silaturahmi. Dan tidak boleh putus silaturahmi. Sempatkan berkunjung
ke rumah orang tua dan saudara yang lain. Bagaimana pun orang tua jasanya
tidak mungkin bisa dibalas. Harus ada komunikasi antara sepupu Anda dengan
keluarganya. Jadi bisa saling mengerti. Bagaimana mungkin akan ada saling
mengerti kalau dua pihak saling diam dan menjauh ?? Tunjukkan bahwa kalau
sepupu Anda tsb sudah paham agama, maka dia bisa berakhlak dengan lebih baik
ketimbang orang yang tidak paham agama.

Yang keempat,
Jangan lupakan orang tua dari doa kita. Kalau yang ringan ini saja seseorang
tidak mampu dan tidak mau, maka sulit untuk mengharapkan orang tsb untuk
melakukan sesuatu yang lebih berat buat orang tuanya.


Coba kita ingat ayat ini (yang artinya),
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh
bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh
tahun ia berdoa: "Ya Rabb ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Mu yang
telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang orang yang berserah diri."
Mereka itulah orang orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang
telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan kesalahan mereka, bersama
penghuni penghuni Surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan
kepada mereka (QS. Al Ahqaaf : 15 - 16).



Wassalamu'alaikum

Abu Isa Hasan Cilandak
Al Faqir ila Allah


----- Original Message ----- 
  14. Tanya: "sepupu saya salaf sedang dijauhi keluarganya...."
  Posted by: "mohammad fadillah" [EMAIL PROTECTED]   fadhilat_mon
  Mon Apr 2, 2007 10:00 am (PST)
  Assalamu'alaikum,
  Sebelumnya, saya memohon ampun kepada Allah azza wa jalla, apabila tulisan
saya ini berkesan membongkar aib. Tapi, sungguh saya hanya meminta solusi
kepada teman-teman seaqidah. Sepupu saya seorang salaf, akhir-akhir ini ia
seperti di jauhi oleh keluarganya. Sebab beberapa bulan yang lalu ia
menikah, dengan cara yang dianggap "tidak wajar" oleh keluarganya (ahlul
bid'ah tulen). Acara pernikahan tersebut menurut saya sesuai syar'i seperti
tidak ada baca syahadat sebelum akad, tidak ada musik, apalagi ikhtilat.
Calon mempelai istrinyapun tidak berdandan (karena memang keluarganya bukan
ahlul bid'ah). Hal itu mengundang kemarahan (dilampiaskan dengan
bergunjing). Tidak hanya itu, bapaknya sepupu saya menyuruh memakai dasi,
namun ia menolak dengan mengatakan bahwa hal itu kebiasaan orang-orang
salibis. Bapaknya sangat marah, sedih. Bapaknyapun sangat tidak menyukai
istrinya yang berjilbab lebar. Belum lama ini bapaknya meninggal. Celakanya
hal itu disebabkan oleh sepupu saya (na'udzubillah tsumma na'udzubillah).
Kata kufur tersebut diucapkan saudaranya bahkan ibunya!!. Namun,
alhamdulillah keluarga saya tidak demikian (keluarga saya bukanlah ahlul
bid'ah dan dapat mengerti). Sekarang ia pindah rumah, sampai sekarang ia
jarang pulang. kalaupun pulang ia berkunjung ke rumah keluarga saya.
  Bagaimana solusinya dan apa tanggapan teman-teman?

Kirim email ke