Membaca berita pembahasan parlemen Malaysia, saya jadi teringat yang di sebut2
pembahasan kelompok angkatan darat di tahun 67, yang pada ahirnya menelurkan
usulan menggunakan istilah Cina sebagai pengganti istilah Tiongkok/Tionghoa.
Kok ya rasanya memalukan. Negara yang lebih besar, berpenduduk lebih banyak,
yang katanya lebih hebat dikarenakan merebut kemerdekaannya dibandingkan
dengan Malaysia, yang kemerdekaannya diberikan oleh Inggris. Tapi sikap para
pemmimpinnya sedemikian dewasa dalam menyikapi hal yang serupa. Sehingga
menghasilkan kesimpulan yang berbeda laksana langit dan bumi. Betul2 sangat
memprihatinkan.
salam,
PK Lim
ChanCT [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagaimana
jadinya kalau Pemerintah Malaysia justru berkeras menggunakan sebutan INDON, ya?
Itulah, bukti bahwa masalah penyebutan seseorang apalagi satu bangsa dan
negara sepenuhnya adalah hak orang bersangkutan, sepenuhnya adalah hak bangsa
dan negara itu ingin disebut dengan nama apa. Kita sebagai bangsa dan orang
yang beradab, sudah seharusnya menerima dan menghormati permintaan orang,
bangsa dan negara itu ingin dan lebih suka disebut apa.
Jadi, janganlah berkeras menggunakan sebutan Cina pada orang, bangsa dan
negara yang tidak suka dengan sebutan Cina, apapun alasannya. Apalagi tak dapat
disangkal perubahan sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA ditahun 67 itu
didorong oleh politik anti-Tiongkok dan bermaksud melecehkan Tionghoa di
Indodnesia, bagian warga yang tak terpisahkan dari rumpun bangsa Indonesia
sendiri.
Salam,
ChanCT
24/10/07 08:44
Parlemen Malaysia Bahas Kata Indon
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Panggilan Indon bagi WNI di Malaysia mencuat di
Parlemen Malaysia, Selasa malam (23/10), ketika sedang membahas anggaran
kegiatan parlemen negara jiran ini.
Anggota parlemen Sri Aman, Jimmy Donald, mencuatkan isu ini karena Indonesia
merasa terhina dan dipermalukan dengan panggilan Indon, padahal panggilan itu
tidak ada maksud dan prasangka apa pun.
Rakyat Malaysia tidak berniat merendahkan martabat dengan panggilan seperti
itu, katanya sebagai dikutip Berita Harian, Rabu.
Rakyat Malaysia tidak prejudis (berprasangka, buruk red) terhadap warga
Indonesia, kata Jimmy.
Saya diinformasikan bahwa rakyat Indonesia, termasuk pemimpin dan menterinya
sangat sensitif dan tidak suka dipanggil Indon, tambah dia.
Ada tidak usulan anggaran untuk memberi pengertian supaya mereka (Indonesia)
menyadari kita bukan prejudis dan merendah-rendahkan mereka? katanya.
Dr Rahman Ismail, anggota parlemen dari Barisan Nasional untuk wilayah Gombak,
mengatakan perlu adanya anggaran untuk menjelaskan hal itu kepada rakyat
Indonesia terkait panggilan Indon.
Dr Rahman turut mendesak Kerajaan Malaysia untuk segera bertindak membendung
prejudis rakyat Indonesia terhadap Malaysia yang dianggap sebagai sombong.
Tuduh media RI
Rahman menuduh media massa di Indonesia sering melakukan provokasi terhadap
rakyatnya dan menuduh Malaysia tidak akan maju atau tidak bisa memiliki
lapangan terbang KLIA, Sepang, jika tidak ada pekerja Indonesia.
Malaysia sering dikecam dan diputarbelitkan media di Indonesia dengan isu
remeh dan kecil. Jika perkembangan ini tidak dipantau, ini akan mewujudkan
kebencian di kalangan rakyat Indonesia, katanya. Bagaimanapun, hubungan kedua
negara berjiran itu masih baik.
Sehubungan itu, Dr Rahman mengusulkan supaya Parlemen Malaysia turut berusaha
memperkukuhkan hubungan dua negara ini dengan lebih sering mengadakan pertemuan
dengan anggota parlemen Indonesia. (*)
[Non-text portions of this message have been removed]
__
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com
[Non-text portions of this message have been removed]