=================================================  
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun Spirit, Demokrasi, 
           Nasionalisme, Kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism Democration & Pruralism Indonesia Quotient] 
MEMPERINGATI 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL   
MERAYAKAN 80 TAHUN SUMPAH PEMUDA   
  
Musik 
Slank dan Diplomasi Kebudayaan 
  
  




KOMPAS/ARBAIN RAMBEY / Kompas Images 
Vokalis Kaka(kiri) dan gitaris Abdee pada konser Slank di kediaman Dubes AS di 
Indonesia Cameron Hume, Selasa (25/11). 





 
Kamis, 27 November 2008 | 03:00 WIB 
Oleh : DAHONO FITRIANTO 
Sebuah poster besar bergambar bendera Amerika Serikat dipasang di jalan masuk 
menuju rumah besar itu. Di depan bendera stars and stripes terdapat tulisan 
besar-besar ”Welcome Home Slank”. Lho, Slank sudah menjadi warga negara Amerika 
Serikat? 
Tentu saja tidak! Poster itu dipasang di Jakarta, kampung halaman Slank. Cuma 
pemasangnya memang orang Amerika asli, yakni Cameron R Hume, Duta Besar AS 
untuk RI. Selasa (25/11) malam, Pak Dubes menggelar pesta selamat datang bagi 
Slank di rumah dinasnya di kawasan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. 
”Kami merasa bangga bisa menyambut Slank yang baru saja menyelesaikan tur di 
Amerika Serikat,” ujar Hume. 
Band asal Gang Potlot, Jakarta Selatan, itu memang baru saja pulang dari AS. 
Setelah meluncurkan album Anthem for The Broken Hearted di sana (album pertama 
Slank yang dirilis untuk pasar Amerika), Slank menggelar tur promo di 15 kota 
di sembilan negara bagian AS pada periode 22 Oktober-22 November lalu. ”Ini 
kali ketiga kami tampil di Amerika, tetapi yang pertama untuk sebuah tur 
promo,” kata Bimbim, penabuh drum dan motor Slank. 
Khalayak Slank 
Di halaman rumah dinas Dubes AS yang asri itu, Slank memainkan lagu-lagu 
populernya, seperti ”Ku Tak Bisah”, ”Seperti Para Koruptor”, ”Orkes Sakit 
Hati”, hingga ”Gosip Jalanan”, yang pernah membuat anggota DPR sakit hati 
beneran. Jika biasanya Slank memainkan musiknya untuk para Slankers, rakyat 
jelata di stadion-stadion terbuka di seluruh pelosok Nusantara, malam itu Slank 
bermain di hadapan para undangan VIP. 
Selain Dubes Hume dan para staf kedutaan (putri dubes, Ivy Hume, bahkan ikut 
naik panggung, meminta foto bersama Slank), terlihat para tamu, mulai dari 
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar, pengusaha Peter F Gontha dan 
Usman Sapta, hingga beberapa selebriti, seperti penyanyi Iwan Fals, Oppie 
Andaresta, dan aktris Rieke Dyah Pitaloka. 
Puluhan mahasiswa Universitas Paramadina dan Universitas Islam Negeri Syarif 
Hidayatullah memadati bagian depan panggung. ”Mahasiswa yang mengikuti mata 
kuliah wajib Antikorupsi diundang untuk hadir di sini,” ujar Bobby (25), 
mahasiswa Jurusan Falsafah dan Agama Universitas Paramadina. 
Slank memang memiliki khalayak yang sangat luas. Seperti pernah diakui Bimbim, 
anggota Slankers berasal dari seluruh kalangan di masyarakat, mulai dari 
pelajar, mahasiswa, pekerja, penganggur, sampai tentara dan pejabat. 
Maret lalu, KPK pimpinan Antasari Azhar menggandeng Slank untuk meneriakkan 
semangat antikorupsi kepada seluruh rakyat. ”Saya hadir di sini atas undangan 
Pak Dubes, FBI, dan Slank. Saya ingin mengingatkan, tanggal 9 Desember nanti 
adalah Hari Antikorupsi Sedunia. Saya mengajak seluruh pejabat negara dan 
penegak hukum untuk memberantas korupsi secara serentak di 10 kota besar di 
Indonesia,” ujar Antasari di atas panggung sesaat sebelum Slank tampil pada 
Selasa malam itu. 
Menjadi contoh 
Kepedulian Slank terhadap isu-isu sosial, politik, dan kemanusiaan, seperti 
korupsi, itu juga yang menarik perhatian Duta Besar Cameron R Hume. Menurut 
dia, Slank memberi contoh peran yang bisa dimainkan setiap warga negara untuk 
turut berpartisipasi dalam menyelesaikan berbagai masalah bangsa. 
”Mereka adalah sekelompok musisi muda yang sangat bangga menjadi orang 
Indonesia dan sangat peduli terhadap berbagai masalah sosial yang terjadi di 
negerinya. Mereka adalah contoh yang sangat baik bagaimana warga negara biasa 
bisa peduli terhadap masalah-masalah publik dan mendorong orang lain untuk 
menyadari masalah itu dan bersama-sama mencari jalan keluarnya,” papar Hume. 
Kepergian Slank ke Amerika Serikat pun dipandang Hume memiliki arti kultural 
yang sangat penting dalam mempererat hubungan kedua negara. ”Kebudayaan menjadi 
hal yang sangat penting untuk dibagi dan menjadi jembatan komunikasi kedua 
bangsa sehingga dapat lebih saling memahami,” katanya. 
Pengusaha Peter F Gontha melihat tur promo Slank ke Amerika Serikat itu 
merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk menampilkan wajah Indonesia 
yang sesungguhnya dan mengubah citra buruk yang telanjur melekat pada pandangan 
publik dunia, terutama AS. ”Coba bayangkan jika kita tiba-tiba kedatangan grup 
band dari Iran atau Somalia yang ternyata bisa memainkan rock ’n’ roll. Itu 
pasti akan mengubah persepsi yang sudah telanjur terbentuk selama ini. Orang 
Amerika pun jadi tahu bahwa kita juga bangsa yang berbudaya,” kata Gontha, yang 
bersama Usman Sapta, menjadi sponsor utama perjalanan Slank ke AS. 
Ubah citra 
Salah satu gitaris Slank, Abdee Negara, mengakui, dalam setiap penampilan 
mereka di kota-kota di AS, mereka selalu menjumpai orang yang bahkan belum tahu 
Bali atau Indonesia. ”Kami sempat ragu, apakah publik Amerika akan menerima 
musik kami. Ternyata sambutannya luar biasa. Kami gunakan kesempatan ini untuk 
memperkenalkan Indonesia,” ujar Abdee. 
Citra negatif Indonesia sebagai sarang teroris itu juga yang sempat memunculkan 
peristiwa tidak mengenakkan pada awal keberangkatan Slank. Gitaris Slank 
lainnya, Ridho, sempat tidak memperoleh visa untuk masuk ke AS. Kabarnya, tidak 
keluarnya visa itu hanya gara-gara Ridho memiliki nama lengkap Mohammad Ridwan 
Hafiedz. ”Penyebab pastinya kami tidak tahu. Pihak kedutaan hanya bilang, kami 
boleh bertanya, tetapi tidak akan dijawab,” kata Bunda Iffet, manajer Slank. 
Ridho akhirnya tetap mendapat visa dan bergabung dengan teman-teman saat 
pertunjukan ke-8 di Boston, Massachusetts. 
Konser kecil Slank di rumah Dubes AS tersebut mengesankan sebuah usaha 
Pemerintah AS untuk menampilkan wajah yang lebih ramah dan akrab dengan dunia. 
Mungkinkah ini terkait dengan terpilihnya ”Si Anak Menteng” Barack Obama dari 
Partai Demokrat sebagai presiden AS, 4 November lalu? 
Menanggapi dugaan ”perubahan citra” itu, Duta Besar Hume hanya tersenyum dan 
mengatakan, ”Meski Anda tidak setuju dengan semua kebijakan kami, kami tetap 
berharap Anda akan datang dan menikmati pesta di sini!” 
------  
  
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! 
  
Best Regards, 
Retno Kintoko 
  
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm 
 



 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke