http://www.poskota.co.id/redaksi_baca.asp?id=1652&ik=32


Terkecoh Anak "Mentri" 

Senin 1 September 2008, Jam: 4:44:00 

Jadi mentri itu enak, jadi anak mentri juga ikut enak. Agaknya, jadi menantu 
mentri juga enak. Buktinya di Yogyakarta, sejumlah gadis rela menyerahkan harta 
dan kehormatannya pada Herudin, 25, yang mengaku anak mentri. Padahal aslinya, 
ayah lelaki itu jangankan mentri, mantri pengairan juga tidak! 

Zaman Orde Lama dan Orde Baru, nama mentri-mentri itu sangat dikenal. Masa 
Presiden Soekarno, siapa tak kenal Ruslan Abdulgani, Chairul Saleh, Subandrio, 
Ali Sastroamidjojo, dan Y. Leimena. Lalu masa pemerintahan Soeharto, siapa pun 
pasti kenal Adam Malik, Sumitro Djojohadikusumo, Prof. Subroto, Ali Moertopo, 
Muchtar Kusumaatmadja, Ali Alatas, BY Habibie dan sudah barang tentu Harmoko. 
Tapi setelah reformasi, yang populer selalu hanya presidennya saja. Begitu pula 
dalam pemerintahan SBY kini, kalau ada mentri yang ngetop paling-paling Paskah 
Suzetta dan MS Kaban! 

Tapi populer apa tidak, posisi mentri memang sangat didambakan orang. Di 
samping kekuasaan dan kekayaan, dia juga bisa memperoleh fasilitas dan 
kehormatan dari sana. Karena itu misalnya, di zaman Orde Baru dulu menjelang 
Presiden Soeharto mengumumkan kabinetnya, banyak orang menunggu-nunggu telepon 
dari Cendana. Terlebih-lebih bagi mereka yang merasa punya kans jadi mentri, 
dia tak berani pergi keluar kota jauh-jauh. Dia selalu dekat pesawat telepon, 
nunggu suara Pak Harto yang berat itu. "Apakah Saudara tidak keberatan 
memperkuat kabinet saya..?" begitu kata-kata Pak Harto yang dirindukan 
sekelompok orang. 

Herudin anak muda asal Banjarmasin (Kalsel), agaknya orang yang sangat mafhum 
akan psikologi massa seperti itu. Dan dia ingin memanfaatkan, sehingga bisa 
meraih keuntungan sesaat dalam hal harta dan wanita. Dengan modal tampang yang 
lumayan, lalu ada kendaraan mewah bolehnya ngambil dari rental, dia mencoba 
aksi pengibulannya ke DI Yogyakarta. Kenapa dia mengambil sasaran ke situ, 
karena dia tahu persis putri-putri Mataram tersebut banyak yang cantik 
dan..mudah percaya sama orang. 

Dalam hiruk pikuknya Jalan Malioboro yang padat penuh pedagang, dia sempat 
berkenalan dengan gadis Ikawati, 22, yang cukup memenuhi standar. Di pun lalu 
memperkenalkan diri sebagai Herudin yang anak mentri Anu. Mahasiswi perguruan 
tinggi swasta di Yogya itu langsung saja percaya, karena dia bisa cerita banyak 
tentang mentri Anu dengan segala kegiatannya. Ditambah kemudian Ika diajak 
jalan pakai mobil bagus berplat B yang seri belakangnya pakai BS, semakin 
sempurnalah kepercayaan itu. 

Setelah akrab dan jinak, ujung-ujungnya si anak mentri tersebut minta sejumlah 
uang dengan alasan untuk ini itu. Ika yang sudah kadung percaya pada Herudin, 
memberikannya saja, termasuk ketika diminta kehormatannya juga. Maklum, 
mahasiswi yang tinggal di Slemen itu sangat berharap kelak jadi menantu mentri. 
Pikir Ika, modal keringat sedikit tak apa, toh nanti akan membawa diri dan 
keluarganya naik status, jadi mantu dan besan mentri. 

Tapi ternyata, setelah entuk-entukan luar dalam, Herudin menghilang dan mencari 
sasaran gadis lain. Korban kedua adalah Niken, 22, juga seorang mahasiswi. 
Sebagaimana terhadap Ika sebelumnya, Herudin juga mengaku anak mentri, minta 
uang lalu ke ranjang, setelah itu lari tungganglanggang! Cuma dia lebih banyak 
mencatat kecurigaan sang kekasih yang selalu pakai Kijang Inova, tapi plat 
nomernya selalu berganti-ganti tersebut. Nah, berkat laporan Niken itulah, 
jejak Herudin dengan mudah dilacak. Saat dia menginap di sebuah hotel di Maguwo 
dekat Bandara, polisi membekuknya. 

Dalam pemeriksaan terungkap, sudah ada 7 gadis cantik yang menjadi korban anak 
mentri gadungan itu. Sebagian di Banjarmasin, sebagian besar di daerah 
Yogyakarta. Selain uang dan kehormatan, laptop pun disikat juga oleh Herudin. 
Paling unik, lelaki dari Banjarmasin ini sama sekali bukan anak mentri. 
Jangankan mentri, bapaknya di Banjarmasin sana, jadi mantri pengairan juga 
tidak. Gara-gara ulahnya tersebut, penganggur ganteng itu kini mendekam di 
Polsek Depok, Sleman. 

Jauh-jauh menipu sampai Sleman, hanya untuk memuaskan "si leman". 

Kirim email ke