http://www.suarapembaruan.com/News/2007/06/13/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY -------------------------------------------------------------------------------- Yusron Ternyata Abu Dujana SP/Ignatius Liliek Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Sisno Adiwinoto menunjukkan foto Abu Dujana, tersangka teroris yang selama ini dicari polisi dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (13/6). Polri menyatakan bahwa Yusron Mahmudi yang tertangkap baru-baru ini adalah Abu Dujana. [JAKARTA] Yusron Mahmudi (37), tersangka teroris yang ditangkap Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri di Banyumas, Jawa Tengah, pada Sabtu (9/6) lalu, ternyata adalah Abu Dujana alias Abu, aktor intelektual serangkaian kasus pengeboman di Indonesia . Kepastian itu diungkapkan Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Sisno Adiwinoto saat dikonfirmasi SP di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (13/6) pagi. "Yusron yang ditangkap di rumahnya, di Desa Kebarongan, Kecamatan Kemrajen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, itu adalah Abu Dujana," ungkap Sisno. Penangkapan tersebut merupakan hasil pengembangan pemeriksaan terhadap tersangka Suparjo, Sarwo Edi Nugroho, Said Suparman dan Sudai M. Empat tersangka itu diringkus di lokasi terpisah di Jawa tengah dan Jawa Timur pada 20 Maret lalu. Polisi kemudian mengkonfrontir keterangan empat orang itu, dan mereka menyebut bahwa Yusron adalah Abu Dujana. "Setelah dilakukan pemeriksaan DNA, sidik jari, kami konfrontir dengan tersangka lainnya dan melakukan metode crime science processing, Yusron alias Ainul Bahri alias Sobirin alias Sorem alias Dedi adalah Abu Dujana," tuturnya. Saat penangkapan polisi menemukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama Yusron Mahmudi. Banyaknya identitas tersebut membuat Abu Dujana selalu lolos dari penyergapan. Penyamaran nama atau identitas itu merupakan strategi Dujana untuk menghilangkan jejak dari kejaran polisi dan untuk memperbanyak komunitasnya. Selain membekuk Abu Dujana, Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri juga menangkap tujuh orang yang merupakan kelompok Abu Dujana. Mereka berinisial ZS (45), NA (33), IAM (17), NSAS (19), AM (33), AW (31), dan AS (29), yang ditangkap pada 10 dan 11 Juni lalu. Kini Dujana dan ketujuh anak buahnya tersebut masih diperiksa intensif untuk kepentingan penyidikan, terkait pengungkapan kasus terorisme. Yusron alias Abu Dujana adalah pemimpin sayap militer atau Syariah Al-jamaah Al-Islamiyah, yang terlibat langsung dalam kepemilikan senjata api, amunisi ilegal di Sleman, DI Yogyakarta Selain itu, dalam pemeriksaan kasus terorisme, Dujana juga terlibat penyimpanan amunisi dan bahan peledak di Sukoharjo (Jawa Tengah), Gresik dan Surabaya, Jawa Timur. Mabes Polri menyebutkan, dia terlibat pula dalam aksi teror di wilayah Poso, Sulawesi Tengah. Dia juga menyembunyikan pelaku peledakan bom Hotel JW Marriott di Jakarta, termasuk aksi peledakan bom lainnya di Ibukota. Perlemah JI Secara terpisah, Direktur International Crisis Group, Sidney Jones berpendapat, dengan tertangkapnya Abu Dujana, kekuatan Jemaah Islamiyah (JI) di Indonesia semakin lemah. Sebab, Dujana adalah pemimpin tertinggi sayap militer (panglima perang) JI. "Dengan tertangkapnya Abu Dujana, saya optimistis Noordin M Top dalam waktu dekat juga akan ditangkap. Karena semua informasi JI, termasuk mengenai Noordin, ada pada Abu Dujana," kata Sidney kepada SP, Rabu pagi. Dia menjelaskan, Noordin M Top sudah lama berpisah dengan JI dan mendirikan organisasi sendiri. Walaupun demikian, orang-orang JI tetap membutuhkan Noordin. Abu Dujana, tuturnya, merupakan penghubung antara Noordin dengan kelompok JI lainnya. Ideologi Noordin, lanjutnya, sama dengan ideologi Al-Qaeda, yang menempatkan Amerika Serikat dan sekutunya sebagai musuh utam sehingga wajib hukumnya untuk menghancurkan AS dan simpatisannya di mana pun, termasuk Indonesia. Namun, sebagian besar anggota JI tidak setuju dengan Noordin. Bagi mereka, kalau melakukan pengeboman di Indonesia, lebih banyak ruginya daripada target yang dicapai. Menurut Sidney, selama ini Abu Dujana dan kelompoknya merekrut banyak orang. "Jumlah anggota JI sekarang sekitar 900 orang. Namun, sebagai besar dari jumlah ini tidak setuju dengan teror pengeboman," jelasnya. Dia menambahkan, selain Noordin M Top, petinggi JI di Indonesia yang juga harus ditangkap polisi adalah Sukarnaen dan Nuaim. "Nuaim ini pernah menjadi ketua JI (Mantiqi II) untuk Indonesia," ungkapnya. [G-5/E-8] Last modified: 13/6/07 [Non-text portions of this message have been removed]