----- Original Message ----- From: Nana Djumhana Assalamu'alaikum wr.wb.
Allah berfirman, bismillahirrahmaanirrahiim, "Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu segala keperluan hidup di bumi, dan (menciptakan) makhluk-makhluk yang sekali-kali kamu bukan pemberi rizki kepadanya. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu" (QS Al Hijr 19-21). "Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar karena pembicaraanmu tentang berita dusta itu. (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita dusta itu dari mulut ke mulut, dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga dan kamu menganggapnya sesuatu yang ringan saja, padahal di sisi Allah (hal itu) adalah besar. Dan mengapa kamu tidak berkata di waktu mendengar berita dusta itu : 'Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperbincangkan hal ini. Maha suci Allah, ini merupakan dusta yang besar'. Allah memperingatkan kamu agar (jangan) berbuat yang seperti itu kembali untuk selama-lamanya jika kamu orang-orang beriman, dan Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu. Dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana. Sesungguhnya orang-orang yang menginginkan agar perbuatan keji itu tersiar di kalangan orang-orang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui" (QS An Nuur 14-19). Maha benar segala firman Allah. Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan kepada hambaNya, agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, yang kepunyaanNya lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan, dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan kadar ukurannya dengan sangat akurat (QS Al Furqaan 1-2). Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang maha pemurah itu sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulangkali adakah yang kamu lihat itu sesuatu yang tidak seimbang ? (QS Al Mulk 3). Segala puji dan ungkapan syukur hanya bagi Allah atas segala karunia dan rahmatNya yang berlimpah kepada kita semua, dan atas perkenaanNya kita dipertemukan kembali melalui mimbar yang hadir di pagi hari Jum'at terakhir di bulan Jumadil Awal (26 Jumadil Awal 1427 H), yang bertepatan dengan tanggal 23 Juni 2006, dengan kajian tentang musibah banjir lumpur di Porong, Sidoarjo, yang selama ini dianggap sebagai human error dari pemboran eksplorasi minyak dan gas, benarkah demikian ? Maka ikutilah bahasannya. Namun sebelum itu, selaku umat Nabi Muhammad salallahu alaihi wassalam, seyogyanya kita bermohon semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau, seluruh keluarga dan para sahabatnya, serta semua pengikutnya yang senantiasa istiqamah mendakwahkan Islam dimana dan kapan saja. Muslimin dan muslimat dimana saja berada, Ketika kita sedang terkonsentrasi kepada pemberitaan masalah gempa yang melanda wilayah Jogjakarta dan sekitarnya serta penanganan korban pasca gempa tersebut, dan juga berita tentang Gunung Merapi yang dianggap sudah menurun aktivitasnya sehingga statusnya diturunkan dari "awas" menjadi "siaga", namun baru beberapa jam kemudian justru gunung tersebut memuntahkan lava pijar yang diikuti awan panas "wedhus gembel" yang lebih besar, yang memakan korban dua orang relawan yang berusaha berlindung di dalam bunker. Nun di timur, di Jawa Timur, tepatnya di daerah Porong, Sidoarjo terjadi pula musibah yang cukup merepotkan dan mengganggu penduduk setempat dan kegiatan industri yang berada di sekitarnya, yaitu banjir lumpur panas, yang terjadi dua hari setelah gempa bumi yang mengguncang Jogja dan sekitarnya. Sehingga penduduk setempat diungsikan ke tempat yang aman dan kegiatan industri berhenti total karena lumpur panas terus mengalir dari dalam bumi, dan menutupi daerah setebal lebih dari satu meter serta mengganggu kelancaran arus lalu-lintas jalan toll Gempol - Surabaya, bahkan saat ini ditutup sebagian dan akan dialihkan melalui jembatan bailley yang hampir selesai dibangun. Semburan lumpur panas tersebut keluar melalui tiga titik dengan volume sekitar 40.000 - 50.000 meter kubik per hari, yang masih terus mengalir hingga hari ini, dan tidak tahu sampai kapan akan berhenti. Sehingga timbunan lumpur di sekitar sumber semburannya saat ini telah mencapai dua-setengah meter tingginya, dan mungkin akan terus bertambah dan membentuk gunung kecil. Kebetulan di dekat lokasi semburan lumpur tersebut, perusahaan minyak nasional Lapindo Brantas sedang melakukan pemboran eksplorasi, sehingga semburan lumpur itu dianggap "drilling hazard", oleh karenanya Lapindo Brantas yang harus bertanggung-jawab sepenuhnya atas bencana ini. Sejak awal seluruh media massa menyampaikan hal ini dan membentuk opini masyarakat awam, termasuk pemerintah, dimana semburan lumpur panas tersebut berasal dari kebocoran gas yang terjadi karena adanya pemboran tersebut. Atau dengan kata lain bencana semburan lumpur panas tersebut sebagai akibat "human error". Benarkah demikian ? Bencana semburan lumpur panas ini terjadi dua hari setelah gempa bumi yang mengguncang wilayah Jogja dan sekitarnya. Sejak ditayangkan pertama kali di televisi dan diberitakan di media massa, sebagai seorang geolog yang kebetulan mempunyai data bawah tanah daerah bencana Porong, terus terang saya menyangkal apa yang diberitakan oleh media massa, dan meyakini bahwa kejadian itu merupakan bencana alam murni. Hal ini disampaikan tanpa ada maksud membela Lapindo yang harus bertanggung-jawab atas bencana ini, tetapi karena sebagai praktisi pemboran yang mengetahui prosedur dan akibat yang terjadi jika drilling hazard. Dan hal ini semakin jelas dan lebih meyakinkan lagi ketika saya rapat dengan eksplorasi BP Migas yang dihadiri juga oleh staf dari bagian pemboran, pada hari Kamis siang 15 Juni pekan lalu (materi rapatnya tentang pemboran di Irian Jaya Barat, dan usai rapat dibicarakan tentang banjir lumpur tersebut), bahwa tidak ada kesalahan prosedur akibat human error dalam pemboran yang dilakukan oleh Lapindo, dan semburan lumpur tersebut merupakan bencana alam sebagai "mud vulcano" yang muncul di tiga titik agak jauh dari lokasi pemboran, kemungkinan sebagai dampak dari adanya gempa Jogja terhadap daerah bencana Porong. Lumpur panas yang menyembur keluar itu jelas dan dapat dipastikan bukan lumpur yang digunakan dalam pemboran eksplorasi, tetapi merupakan lumpur laut yang diperkirakan berumur sekitar 5 sampai 15 juta tahun, yang terjebak dan tidak sempat membatu di antara batuan sedimen yang lebih tua dan lebih muda dalam lapisan kulit bumi. Sehingga ketika ada kesempatan keluar ke permukaan bumi melalui rekahan atau patahan, maka muncullah semburan lumpur panas yang berbau tidak enak dan berasa asin, yang dalam istilah geologi disebut dengan "mud vulcano". Hal ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kegiatan gunung api seperti yang sedang terjadi di Gunung Merapi, meskipun ada kata vulcano. Pernahkah anda mendengar "Bledug Kuwu" ? Itulah contoh mud vulcano. Mud vulcano "Bledug Kuwu' letaknya empat kilometer selatan kota kecil Wirosari (di tepi barat jalan Wirosari - Sragen), yaitu antara Purwodadi - Blora, Jawa Tengah, atau kira-kira 200 kilometer sebelah barat agak barat-laut dari lokasi bencana semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Sudah ratusan tahun mengalirkan lumpur panas, meskipun saat ini alirannya intermitten (terputus-putus), dan sudah lama airnya dibuat garam oleh penduduk setempat. Kalau kita perhatikan lumpur yang keluar dari "Bledug Kuwu" dan dibandingkan dengan lumpur yang keluar dari semburan di daerah bencana Porong, maka secara fisik akan mirip. Data bawah tanah yang ada di wilayah bencana (lihat sketsa yang terlampir, atau kalau ada yang penasaran dan ingin tahu, bisa datang ke tempat saya), struktur Porong secara geologi merupakan sebuah antiklin barat timur agak ke timur-laut melanjut ke Selat Madura, terbentuk karena adanya "shale diapir" yang berasosiasi dengan pensesaran. Padahal target pemboran yang dilakukan Lapindo itu adalah batuan karbonat formasi Kujung yang ada di bawah "shale diapir" tersebut, dan lokasi pemboran berada menjauhi atau di tepinya "shale diapir", karena sangat berbahaya dan tidak mungkin lokasi pemborannya di tengah atau puncak dari "shale diapir" untuk dapat mencapai target tersebut. Kalau kita lihat Peta Struktur Elemen Utama separuh bagian timur Pulau Jawa (juga bisa dilihat di tempat saya), maka sistim sesar atau patahan yang ada, secara langsung atau tidak langsung tampak saling berkaitan, sebagai akibat adanya sistim tumbukan lempeng Samudra Hindia dan lempeng Kontinen Asia Tenggara. Sehingga ketika terjadi gempa bumi di daerah Jogja, dimana yang banyak menimbulkan kehancuran bangunan dan menelan korban jiwa adalah yang berada di jalur-jalur sistim patahan, maka sangat mungkin akan berpengaruh ke tempat lainnya juga, yang dalam hal ini adalah ke daerah Porong. Barangkali dampak gempa tersebut telah mengaktifkan sesar antiklin Porong atau membuat rekahan pada batuan penutup yang menahan "shale diapir" tadi, sehingga lumpur panas yang bertekanan cukup tinggi dan membentuk "shale diapir" tersebut keluar melalui rekahan atau patahan, dan terjadilah "mud vulcano" pada tiga titik, sebagai suatu bencana alam murni, dan boleh kita namai sebagai "Bledug Porong". Kalau dianggap sebagai "drilling hazard", seharusnya lumpur itu keluar dari satu titik pemboran, dan kenyataannya lumpur itu keluar dari tiga titik yang agak jauh dari titik pemboran. Tetapi mengapa sampai saat ini bencana tersebut dianggap "human error" dari aktivitas pemboran yang dilakukan oleh Lapindo Brantas, dan bukan sebagai bencana alam ? Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah, Meskipun bencana banjir lumpur yang terjadi di Porong, Sidoarjo ini tidak menimbulkan korban jiwa manusia secara langsung, namun akan berdampak luas dan merugikan bagi kehidupan di wilayah bencana. Dari segi lingkungan, adanya banjir lumpur panas dan asin serta mengandung sedikit gas hidrogen sulfida yang beracun ini jelas merupakan pencemaran dan akan merusak lingkungan. Lumpur tersebut akan terus mengalir sampai waktu yang tidak kita ketahui, seperti halnya "Bledug Kuwu" yang sudah ratusan tahun masih terus mengalir sampai saat ini meskipun alirannya terputus-putus. Jika aliran lumpur ini tidak segera ditangani secara tepat dan benar, akan mencemari wilayah yang lebih luas. Dan tanah yang tercemari lumpur ini tidak akan dapat ditanami lagi karena kadar garam yang terkandung dalam lumpur tersebut sangat tinggi. Sedang untuk menghentikan aliran lumpur tersebut dengan pemboran miring akan sangat sulit dan memakan biaya yang sangat besar, dan belum tentu berhasil baik. Maka sebaiknya melokalisir atau membatasi ruang gerak tempat keluarnya lumpur dan kemudian mengalirkannya ke suatu tempat lain yang beresiko lebih rendah. Dampak yang membahayakan dengan adanya aliran lumpur dari dalam bumi ini adalah cepat atau lambat akan terjadi penurunan tanah atau ambles karena terjadi "settlement" di daerah bencana dan jalurnya, sehingga bangunan yang ada di atasnya akan mengalami kerusakan atau ambruk. Jika turunnya permukaan tanah hanya beberapa sentimeter saja, tidak begitu bermasalah. Tetapi jika turunnya lebih dari dua meteran, maka tidak menutup kemungkinan air laut Selat Madura akan menginvasi masuk ke daratan sehingga daerah itu akan menjadi teluk, atau paling tidak menjadi rawa untuk selamanya. Hal ini sebenarnya merupakan suatu sunnatullah pada alam, khususnya pada muka bumi yang akan terus mencari keseimbangan, sesuai firman Allah dalam QS Al Hijr 19-21 yang terjemahannya dikutipkan pada awal mukadimah mimbar ini. Maka untuk menghindari kemungkinan tersebut, sebaiknya pemerintah daerah Jawa Timur, khususnya Kabupaten Sidoarjo, segera bertindak untuk memindahkan pemukiman dan industri serta fasilitas kehidupan yang ada di wilayah mud vulcano yang rawan bencana penurunan tanah. Bukankah Allah telah mengingatkan pula sunnahNya bagi manusia : "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu masyarakat sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu masyarakat, maka tak ada yang dapat menolaknya, sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia" (QS Ar Ra'd 11). Dari segi sosial dan ekonomi, tentu adanya banjir lumpur ini akan berdampak negatif. Belum diketahui berapa kerugian material maupun non-material akibat banjir lumpur ini, karena aliran lumpur tersebut tidak diketahui sampai kapan akan berhenti. Yang jelas berapa banyak penduduk akan kehilangan tempat tinggal dan berapa banyak buruh yang menganggur karena industri di wilayah bencana berhenti total. Apalagi jika kemudian terjadi settlement sehingga permukaan tanah tempat bangunan pemukiman dan industri berdiri itu ambles dan menyebabkan kerusakan atau kehancuran bangunan dan berbagai prasarana kehidupan yang ada di daerah bencana tersebut. Belum lagi dengan tersendatnya transportasi dan lumpuhnya jalan toll Gempol-Surabaya yang berdampak kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Apakah semua ini harus ditanggung oleh Lapindo ? Kasihan benar. Kita tidak tahu mengapa para pakar kebumian di perusahaan itu tidak menyampaikan kebenaran sesuai data yang dimiliki, untuk menyanggah pemberitaan dari media massa yang sudah menjadi opini publik. Atau memang ada maksud tertentu dengan membiarkan anggapan orang bahwa bencana banjir lumpur itu disebabkan oleh human error dari aktivitas pemboran eksplorasi yang dilakukan Lapindo ? Wallahu'alam. Untuk diketahui saja bahwa pemilik perusahaan tersebut adalah seorang mentri koordinator pada kabinet SBY saat ini. Disamping itu, operasi pemboran tersebut diasuransikan dengan ganti rugi sebesar US $ 27 juta, namun jika terbukti bencana itu disebabkan oleh alam, maka tidak akan mendapat ganti rugi. Dan secara bisnis, bisa saja perusahaan itu kemudian dianggap "force majeure", tetapi dampaknya terhadap perusahaan lain seperti JOB Pertamina-Petrochina Tuban yang juga melakukan operasi di sebelah wilayah kerja Lapindo, akan bercitra negatif dan ditolak masyarakat setempat. Maka berkaitan dengan hal ini, Allah telah mengingatkan : "Sesungguhnya mereka merencanakan (suatu) rekayasa dengan perekayasaan (yang canggih). Dan Aku pun merekayasa (pula) dengan perekayasaan (yang jauh lebih canggih). Karenanya diberi tangguh orang-orang ingkar itu dengan pemberian tempo yang sebentar kepada mereka" (QS Ath Thaariq 15-17). Bagi kita, berhati-hatilah terhadap suatu berita, apalagi berita itu diragukan kebenarannya atau berita yang tidak benar alias dusta. Allah telah mengingatkan hal ini dan mengancam dengan azab yang keras di dunia dan di akhirat kelak bagi yang menyebarkan berita yang tidak benar dan dianggap sebagai suatu kebenaran, seperti dalam firmanNya QS An Nuur 14-19 yang terjemahannya dikutipkan pada mukadimah mimbar ini. Sebelum mengakhiri mimbar ini, dengan adanya musibah yang datang berturut-turut, termasuk banjir bandang di Sulawesi Selatan pada pekan ini, mari kita berdo'a agar diselamatkan dari berbagai musibah, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw : "Allahumma innii a'udzubika min jahdil balaai wa darkisy syaqaai wa suuil qadhaai wa syamaatatil a'daai (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari musibah berat, dari kecelakaan yang menimpa, dari ketentuan yang jelek, dan dari kejahatan musuh yang aniaya)" (HR Bukhari, Muslim dan Nasa'i dari Abi Hurairah). Akhirul kalam, alhamdulillahi rabbil 'aalamiin. Wassalamu'alaikum wr.wb. Nana Djumhana ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> See what's inside the new Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/vbOolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> =================================================================== Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar =================================================================== Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/