Kenapa Anarkisme Masih Terjadi?

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com


 Anda pasti sudah mendengar atau membaca berita tentang;demo anarkis
yang terjadi di depan Gedung DPR RI, dan kampus Atmajaya pada Selasa
(24/6) kemarin. Pasalnya, selain merusak aset-aset negara, demo
berakhir brutal.


Apa sebenarnya yang sedang terjadi pada masyarakat kita sehingga
mereka berbuat seakan tidak ada hukum yang mengatur. Di mana
keberadaan polisi, ulama, cendekiawan, dan pemerintah? mengapa
keberadaan mereka sama dengan tiadanya?  (wujuduhu ka`adamihi), apa
yang ada dalam fikiran para pelaku? terpaksa, main-main atau menikmati?
Sebenarnyalah bahwa anarki yang berkepanjangan menggambarkan tentang
keberadaan masyarakat yang sedang sakit. Manusia ada yang menderita
sakit kepala, sakit perut, sakit kanker dan ada yang hanya sakit kulit
atau bisulan. Suatu bangsa terkadang hanya menderita sakit luarnya,
terkadang perutnya (kemiskinan), terkadang kepalanya (krisis
kepe¬mimpinan) dan terkadang justru kanker (moral bangsa). Ketepatan
diagnosa akan mempermudah terapi, kekeliruan diagnosa akan
mengakibatkan salah terapi.

Sebab Mendasar Perilaku Anarki
Secara psikologis, perilaku anarki pada dasarnya adalah jalan keluar
dari sebuah kebuntuan komunikasi. Pelaku anarkis secara samar-samar
merasa sedang memperjuangkan sebuah kepentingan, baik kepen¬tingan
politik, ekonomi, sosial atau kepentingan lainnya. Perilaku anarkis
yang berupa kekerasan dan pemaksaan kehendak adalah jalan keluar
terakhir yang ditempuh ketika dialog tidak lagi mampu mewadahi
perbedaan.  Dialog akan mengalami jalan buntu jika masyarakat saling
mencurigai satu sama lain dan tidak memiliki rasa percaya (trust)
kepada aparat hukum (pengelola negara). Ketidak percayaan kepada
aparat hukum (pengelola negara) terjadi karena pengalaman yang dialami
masyarakat di mana hukum dan keadilan tidak ditegakkan secara benar
oleh aparat. Perilaku anarki biasanya marak ketika kekuasaan negara
tidak  berjalan efektif.

Dasar-dasar kepercayaan (trust)
Kepercayaan (trust) merupakan modal sosial yang mengikat antar anggota
masyarakat untuk bekerja sama membangun sebuah masyarakat yang unggul
yang dicita-citakan bersama. Kepercayaan atau rasa percaya kepada
pihak lain memungkinkan orang untuk mengorganisasikan diri mereka ke
dalam sebuah institusi yang dinamis. Dengan kepercayaan, institusi
yang dibangun masyarakat akan menjadi efektif. Tanpa adanya
kepercayaan, maka semua institusi yang dibangun (keluarga, hukum,
polisi dan bahkan negara) tidak akan berjalan efektif.

Kepercayaan adalah sesuatu yang menyenangkan (reward) dan ketidak
percayaan (distrust) adalah sesuatu yang menyiksa (punishment). Betapa
tersiksanya suami atau istri jika mereka tidak saling mempercayai satu
dengan yang lain. Demikian juga ketidak percayaan antara rakyat dan
pemerintah, antara masyarakat dengan polisi, antara pencari keadilan
dengan lembaga peradilan, antara masyarakat dengan public service akan
melahirkan perasaan tidak aman pada kedua belah pihak. Perasaan tidak
aman itu jika tidak diwadahi akan sangat mudah meledak menjadi
perilaku anarkis.


sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com



Salam Cinta,
agussyafii

Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
[EMAIL PROTECTED] atau http://mubarok-institute.blogspot.com







Kirim email ke