BERTUHAN KEPADA SIAPA?
   
  Kepada siapakah manusia mesti bertuhan? Semuanya sangat bergantung pada 
kecerdasan akalnya. Apakah dia bisa menemukan Tuhan yang paling Perkasa atau 
tidak. Apakah dia bisa menemukan Tuhan yang Paling Baik ataukah tidak. Apakah 
dia bisa bertemu Tuhan yang Paling Besar di antara segala eksistensi alam 
semesta ataukah tidak.
   
  Banyak orang memilih Tuhan yang begitu sepele dan lemah. Misalnya, berupa 
kalung azimat. Atau, patung sesembahan. Atau, Dewi Keberuntungan. Atau, bahkan 
dirinya sendiri yang dijadikan Tuhan. Kita bisa berdiskusi panjang untuk 
menunjukkan betapa lemah dan sepelenya Tuhan-Tuhan yang mereka pilih itu. Dan 
sungguh tidak pantas menjadi Tuhan bagi orang-orang yang memiliki akal dan 
kecerdasan cukup baik. Apalagi kecerdasan tinggi.
   
  Seseorang yang memiliki kecerdasan cukup baik, pasti akan memilih Tuhan yang 
layak dijadikan tempat bergantung. Bukan Tuhan yang 'tidak layak', yang justru 
bergantung kepada kita. Tuhan yang 'memberikan manfaat' ketika disembah. Bukan 
Tuhan yang justru 'memanfaatkan' kita, atau kita yang memberikan manfaat kepada 
dia. Tuhan yang jauh lebih Perkasa dari kita, Bukan Tuhan yang kalah perkasa 
oleh kita. Tuhan yang mampu memberikan pertolongan ketika kita butuhkan, bukan 
Tuhan yang justru membutuhkan pertolongan kita.
   
  Sayangnya banyak manusia tidak melakukan pemikiran seperti itu di dalam 
mencari Tuhan yang pantas dia 'sembah' dan agung-agungkan. Entahlah, kenapa 
banyak manusia lebih suka bertuhan secara untung-untungan, ikut-ikutan, 
menduga-duga, dan bahkan asal-asalan.
   
  Jarang yang sengaja melakukan pencarian dengan melewati pemikiran panjang 
yang terstruktur dengan baik. Sehingga dia memperoleh kesimpulan meyakinkan, 
yang bisa dipertanggung jawabkan.
   
  Saya lebih suka melakukan pendekatan yang terakhir ini, dalam mencari Tuhan. 
Saya juga tidak mau sekadar ikut-ikutan dalam bertuhan. Sebab, semua akibatnya 
adalah saya sendiri yang menanggungnya. Bahagia maupun derita. Dunia maupun 
akhirat.
   
  Kepada siapakah kita sebaiknya bertuhan? Tentu pertanyaan ini sangat relevan 
untuk diajukan kepada siapa pun. Termasuk kepada saya dan Anda. Ya, cobalah 
Anda pikirkan jawabannya. Menurut Anda, kepada siapakah Anda ingin bertuhan?
   
  Kepada 'sesuatu' yang lemah ataukah yang kuat dan perkasa? Pasti Anda akan 
menjawabnya: ya, pastilah kepada yang kuat dan perkasa. Masa iya ,kita mau 
bertuhan kepada yang lemah?!
   
  Kepada siapakah Anda ingin bertuhan, kepada yang pintar ataukah yang bodoh? 
Pastilah juga Anda akan menjawab: tentu saja kepada yang pintar bahkan sangat 
pintar!! Tahu segala macam sehingga bisa menjadi tempat bertanya dan 
berkonsultasi!
   
  Kepada siapakah juga Anda ingin bertuhan, kepada yang besar ataukah yang 
kecil? Tentu pula Anda akan menjawab: saya kira kita semua ingin bertuhan 
kepada sesuatu yang besar Jauh lebih besar dari kita. Bahkan sangat besar, 
sehingga lebih besar dari apa pun yang pernah kita pahami!
   
  Kepada siapakah Anda ingin bertuhan, kepada yang suka ngasih rezeki atau yang 
malah moroti rezeki kita? Sudah juga bisa dipastikan, bahwa Anda akan bertuhan 
kepada yang suka ngasih rezeki.
   
  Dan seterusnya. Dan seterusnya. Anda bisa menginventarisasi spesifikasi Tuhan 
yang Anda inginkan, beratus-ratus spesifikasi lagi.
   
  Tapi intinya, pasti Anda ingin memiliki Tuhan yang bisa dibanggakan. Tuhan 
yang bisa dijadikan tempat bergantung ketika butuh pertolongan. Tuhan yang bisa 
ngajari ilmu pengetahuan dan kepahaman tentang segala sesuatu. Tuhan yang 
selalu menjaga kesehatan kita dan selalu mencukupi kebutuhan hidup kita. Ya, 
Tuhan yang menyayangi dan sekaligus 'menarik' untuk kita cintai dan kita 
sayangi.
   
  Pokoknya Tuhan yang banyak memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada kita! 
Bukan Tuhan yang menyusahkan kita. Anda setuju??! Sudah pasti setuju. Karena, 
saya juga ingin bertuhan kepada Tuhan yang demikian itu.
   
  Bahkan saya juga ingin Tuhan itu begitu dekatnya dengan saya, sehingga dimana 
pun dan kapan pun saya memerlukan pertolonganNya, saya bisa langsung bertemu 
denganNya. Dan pasti, DIA mengabulkan permintaan-permintaan kita dengan penuh 
kasih sayang.
   
  Bukan Tuhan yang begitu jauh dan tak jelas 'keberadaannya" sehingga sulit 
dihubungi. Apalagi, Tuhan yang cuek terhadap kita. Tentu tidak masuk dalam 
kriteria Tuhan yang kita inginkan. Dan, sulit untuk menjadi klangenan kita, 
alias menjadi yang selalu kita rindukan.
   
  Ya, ringkas kata, tuhan yang pantas dijadikan Tuhan adalah DIA yang penuh 
perhatian kepada kita, sebagai hambaNya. Tuhan yang tidak membutuhkan kita 
untuk membangun kepentinganNya, tapi justru DIA menjadi kebutuhan kita, dan 
selalu memenuhi kepentingan kita. Tuhan yang 'menguntungkan' untuk disembah dan 
dijadikan pusat dari segala orientasi kehidupan kita!
   
  Wah, adakah eksistensi yang bisa memenuhi spesifikasi yang berat itu? 
Benarkah ada 'Sosok Sempurna' yang demikian hebat? Itulah yang mesti kita cari, 
kalau kita memang membutuhkan Tuhan dalam kehidupan kita. (Tapi, sebagaimana 
telah kita bahas di depan, kenyataannya manusia selalu butuh Tuhan, bukan?!)
   
  Kalau Anda tanya saya, pasti saya katakan dengan sejujurnya bahwa saya butuh 
Tuhan! Sebab saya sangat menyadari betapa ternyata saya memiliki banyak 
kekurangan dan kelemahan. Sehingga kalau saya hidup di atas kekuatan saya 
sendiri sepenuhnya, saya bakal menemui banyak problem yang tidak terselesaikan.
   
  Saya bakal mengalami stress berkepanjangan, karena saya sangat menyadari 
ternyata begitu banyaknya persoalan dalam hidup ini yang berada di luar 
kemampuan saya. Meskipun beberapa kawan mengatakan bahwa saya ini termasuk 
orang yang tidak bodoh-bodoh banget, punya wawasan dan skill lumayan, kemampuan 
manajerial yang cukup, dan sebagainya dan sebagainya. Tapi, itu kan pandangan 
orang luar.
   
  Saya sangat tahu diri saya. Bahwa saya seringkali menjadi demikian bodoh 
dalam menghadapi banyak persoalan. Apalagi yang berat-berat dan di luar dugaan.
   
  Saya juga sering mengalami stress, ketika tidak mampu mencapai 
sasaran-sasaran pekerjaan saya. Dan tidak jarang, itu menjadi stress 
berkepanjangan yang sangat menekan jiwa.
   
  Dulu, saya juga suka khawatir terhadap rezeki. Bukan ketika sedang lapang. 
Tapi ketika sedang terjepit. Saya tak jarang, juga risau dengan kesehatan.
   
  Lebih gelisah lagi, kalau saya ingat usia. Saya sedang antri menuju kematian. 
Sementara saya tidak tahu ada apakah di balik kematian itu?! Saya menjadi 
sangat ngeri terhadap kematian. Cerita-cerita mistis di sekitar saya menjadi 
penambah kegelisahan.
   
  Dan seterusnya. Dan seterusnya. Puluhan, atau mungkin ratusan daftar 
kelemahan, kekhawatiran, kegelisahan, dan problem saling silang dalam kehidupan 
saya.
   
  Saya butuh 'Teman' yang kuat. Yang kalau saya perlukan, IA selalu siap 
menolong tanpa pamrih dan memberatkan saya. Saya juga butuh 'Konsultan' yang 
hebat, karena begitu banyak pekerjaan besar yang harus saya lakukan dan 
selesaikan dalam hidup ini.
   
  Disamping itu, saya butuh pula 'Psikiater' yang handal. Yang ketika saya 
menemui masalah, saya bisa curhat sepuas-puasnya. Didengarkan dengan penuh 
perhatian dan bisa memberikan solusi yang tepat dan menentramkan.
   
  Dalam hal rezeki, saya memerlukan 'Partner Bisnis' bermodal raksasa. Karena 
saya ingin hidup sejahtera. Begitu pula saudara-saudara saya yang butuh 
pertolongan bisa datang kapan saja kepada saya karena saya punya ‘backingEyang 
demikian dermawan. Apalagi, saya juga ingin membuka lapangan kerja 
seluas-luasnya bagi orang-orang yang tidak beruntung, padahal mereka sebenarnya 
punya skill dan ingin bekerja keras dalam hidupnya.
   
  Ya, dan akhirnya saya butuh seorang 'Sahabat' yang selalu mendampingi dalam 
berbagai kondisi, suka dan duka, sedih dan gembira.
   
  Adakah 'orang' yang bisa memenuhi segala keinginan itu? Apakah diri saya 
sendiri bisa memenuhi segala yang saya sebut di atas? Saya tahu pasti 
jawabannya: Tidak! Apakah kawan-kawan dan orang di sekeliling saya mau memenuhi 
semua keinginan 'gila' tersebut? Pasti malah ditertawakan oleh orang sedunia!
   
  Kalau begitu, siapakah yang mau menjadi 'Sahabat' dari orang yang egois 
menang sendiri  seperti saya ini? Orang yang maunya cuma menerima pertolongan 
atas kepentingannya sendiri. Sementara itu, orang lain yang menolongnya tidak 
memperoleh imbalan sedikitpun dari apa yang kita minta darinya. Jawabnya cuma 
satu: TUHAN! Lho, Tuhan yang mana? Tuhan yang Sesungguhnya ... !!
   
  Begitulah Al Qur’an ngajari kita. Kalau bertuhan itu mbok ya jangan kepada 
hal-hal yang remeh-temeh. Tapi bertuhanlah kepada yang hebat sekalian. Jangan 
tanggung-tanggung! Masa iya bertuhan kepada patung, kepada azimat, kepada 
sesama manusia, dan kepada segala sesuatu yang jelas-jelas tidak hebat dan 
tidak bisa menolong kita.
   
  QS. Ahqaf (46) : 28
  Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan 
diri, tidak dapat menolong mereka? Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari 
mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.
   
  QS. Al A'raaf (7) : 197
  Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, 
bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri."
   
  QS. Al Anbiyaa (21) : 43
  Atau adakah, mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari 
(azab) Kami. Tuhan-tuhan itu tidak sanggup menolong diri Mereka sendiri dan 
tidak (pula) mereka dilindungi dari (azab) Kami itu?
   
  QS. Maryam (19) : 42
  Ingatlah ketika la (Ibrahim) berkata kepada bapaknya: "Wahai bapakku, mengapa 
kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat 
menolong kamu sedikitpun?
   
  Betapa telaknya Allah berfirman di dalam Al Qur’an terhadap orang-orang yang 
bertuhan secara tidak masuk akal. Masa iya, kita bertuhan kepada sesuatu yang 
tidak bisa menolong kita. Lha untuk apa kita bertuhan kepadanya.
   
  Wong, menolong dirinya sendiri pun tidak bisa. Ya nggak usah bertuhan aja 
lah! Ngrepoti! Buang- buang waktu dan energi!
   
  Apakah yang disebut berhala? Allah menjelaskan dalam ayatNya yang lain bahwa 
berhala adalah segala sesuatu selain 'Tuhan yang Sesungguhnya'. Jadi tidak 
selalu berupa patung. Dalam contoh di atas, kebetulan yang dimaksud berhala 
adalah patung-patung yang dibuat oleh orang tua nabi Ibrahim. Hal itu 
dikemukakan oleh Allah dalam ayat berikut ini.
   
  QS. An Nisaa (4) : 117
  Yang mereka sembah selain DIA itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan 
menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang 
durhaka,
   
  Di era modern ini berhala bisa berarti segala macam selain Tuhan yang 
mendominasi hidup dan kehidupan kita. Mulai dari kesombongan terhadap diri 
sendiri, harta benda, kekuasaan, sampai kebergantungan kepada benda-benda 
supranatural atau pun mistik.
   
  Tapi begitulah memang cara bertuhan orang yang tidak menggunakan akal. 
Sekadar ikut-ikutan orang-orang di sekitarnya atau apa yang dilakukan nenek 
moyangnya saja.
   
  Al Qur’an mengkritik habis-habisan cara bertuhan yang demikian. Sebab, akan 
sangat mudah terjerumus kepada sesuatu yang salah. Allah telah memberikan akal 
kepada kita untuk menimbang dan menyeleksi informasi dari sekitar. Kita akan 
mempertanggung jawabkan segala keputusan itu.
   
  QS. Al Baqarah (2) : 170
  Dan apabila dikatakan kepada mereka: Ikutilah apa yang telah diturunkan 
Allah," mereka menjawab: ETidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah 
kami dapati dari nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), 
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak 
mendapat petunjuk?E   
  Sehingga dalam ayat yang lain lagi, Allah mengingatkan dengan nada 'mengejek 
tapi menyadarkan' bahwa berhala-berhala yang mereka jadikan Tuhan itu 
sebenarnya tidak berpengaruh apa pun bagi mereka. Sama saja mereka berdoa 
kepada berhala itu ataupun tidak, tidak ada dampaknya!
   
  QS. Al A'raaf (7) : 193
  Dan jika kamu menyerunya (berhala) untuk memberi Petunjuk kepadamu, tidaklah 
berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruanmu; sama saja buat kamu menyeru 
mereka ataupun kamu berdiam diri.
   
  QS. Ar Ra'd (13) : 14
  Hanya bagi Allah lah do'a yang benar Dan berhala-berhala yang mereka sembah 
selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka, melainkan 
seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya 
sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan 
do'a (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.
   
   
  KENAPA MESTI ALLAH?
   
  Lantas, kalau begitu : Siapakah 'Tuhan Sebenarnya' yang memenuhi kriteria 
tersebut? Marilah kita cari bersama. Tidak sulit untuk menemukannya, karena 
dalam sejarah kemanusiaan kita sudah mengenal berbagai macam Tuhan, dari 
berbagai bangsa dan berbagai agama.
   
  Islam sendiri tidaklah turun di zaman rasul Muhammad saja. Melainkan sejak 
zaman pertama kali ada manusia, Allah telah menamakan agamaNya sebagai Islam. 
Dan Pemeluknya disebut sebagai musslimuun alias orang yang berserah diri. Hal 
itu bisa kita temukan dalam berbagai ayat Al Qur’an al Karim.
   
  QS. Al Baqarah : 132
  Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula 
Ya'qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! sesungguhnya Allah telah memilih 
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama IslamE  
 
  Ayat di atas telah memberikan gambaran kepada kita bahwa sejak zaman nabi 
Ibrahim, beliau telah menyebut agamanya sebagai agama Islam. Padahal kita tahu, 
bahwa anak cucu Ibrahim inilah yang menurunkan agama-agama besar yang sekarang 
kita kenal, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Semua itu sebenarnya hanya berasal 
dari satu agama saja, yaitu agama Ibrahim, Islam.
   
  QS. Ali 1mran (3) : 19
  Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam, Tiada berselisih orang-orang 
yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, 
karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat 
Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab Nya.
   
  QS. Al Hajj (22) : 78
  Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia 
telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama 
suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah 
menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam 
(Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu 
semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, 
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah 
Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
   
  Ayat ini juga menegaskan bahwa sejak dulu yang namanya Agama yang turun dari 
Allah itu adalah Islam, yang bermakna 'berserah diri' kepadaNya. Bahwa kemudian 
ada yang mengubah nama, itu baru terjadi di kemudian hari karena adanya 
perbedaan-perbedaan kepentingan dari penganutnya. Tapi, 'berserah diri' menjadi 
makna utama dari ‘IslamE
   
  Bahkan, Al Qur’an juga memberikan gambaran bahwa yang disebut 'Islam' itu 
sebenarnya adalah makna universal dari sikap 'berserah diri'. Bukan hanya 
sekadar atribut, simbol, dan lambang-lambang. Bukan hanya untuk manusia, tetapi 
semua makhluk berakal. Baik yang di langit maupun di bumi. Hal itu digambarkan 
dalam ayat berikut ini.
   
  QS. Ali Imran : 83
  Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal 
kepada-Nya-lah berserah diri siapa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka 
maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.
   
  Maka, 'Tuhan yang sebenarnya' itu sesungguhnya adalah Tuhan yang satu. 
Tuhannya siapa saja. Tuhan dari semua makhluk yang berakal. Tidak ada yang 
berhak mengklaim bahwa Tuhan yang benar itu adalah Tuhan golongan atau kelompok 
tertentu.
   
  Selama kita mengacu kepada sifat-sifat yang benar dari Dzat ketuhanan itu, 
maka kita telah mengacu kepada Tuhan yang sama. Apa pun namanya. Dalam konteks 
Al Qur'an itulah yang kita sebut sebagai Allah.
   
  Akan lain halnya, ketika kita mengacu kepada substansi dan sifat-sifat yang 
berbeda. Tentu saja Tuhan yang kita maksudkan lantas berbeda pula. Al Qur’an 
sendiri menegaskan hal itu. Bahwa Tuhan para penganut Al Kitab sejak dulu kala, 
sesungguhnya adalah Tuhan yang sama. Dan kepadaNya sepatutnya setiap kita 
berserah diri. Sekali lagi, asalkan substansi sifat-sifatNya layak disebut 
Tuhan.
   
  QS. Al Ankabut : 46
  Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang 
paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: 
“Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang 
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan hanya kepada-Nya 
kami berserah diriE   
  Ayat di atas mengingatkan kepada kita, bahwa kita dilarang 'berdebat kusir' 
dengan para penganut kitab lainnya dalam hal ketuhanan. Apalagi sampai 
menimbulkan pertengkaran. Yang dianjurkan adalah berdiskusi secara baik untuk 
mencari kebenaran. Kecuali dengan orang-orang yang memang zalim, mau menang 
sendiri. Percuma, tidak akan menemukan solusinya. Lebih baik hentikan saja.
   
  Sebenarnya 'Tuhanku dan Tuhanmu adalah Tuhan yang satu' kata Al Qur’an. Dan 
kepadaNya kita semua berserah diri.
   
  Jadi persoalan pokoknya sebenarnya bukan pada nama penyebutannya, tetapi pada 
sifat-sifatNya. Meskipun kita menyebut nama Tuhan yang sama, tetapi sifat yang 
kita maksudkan berbeda, maka sesungguhnya kita telah bertuhan kepada Dzat yang 
berbeda. Sebaliknya, ketika kita menyebut nama yang berbeda, tetapi mengacu 
kepada sifat-sifatNya yang sama, maka sebenarnya kita telah menyembah kepada 
Tuhan yang sama.
   
  Sayangnya, kebanyakan manusia menyembah Tuhan yang namanya berbeda, dengan 
sifat yang berbeda pula. Sehingga, Tuhan yang dimaksudkan pun menjadi berbeda. 
Dan, ketika sifat-sifat itu tidak sesuai dengan kriteria 'Tuhan Yang Sempurna', 
maka Allah mengatakan itu sebagai 'nama kosong' belaka.
   
  QS. Yusuf (12) : 40
  Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama 
yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu 
keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. 
Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang 
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
   
  QS. An Najm (53) : 23
  Itu tidak lain hanyalah nama-nama Yang kamu dan bapak-bapak kamu 
mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuknya. Mereka 
tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh 
hawa nafsu mereka, dan  sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari 
Tuhan mereka.
   
  Coba bayangkan, Allah dengah sangat tegas mengatakan, bahwa orang yang 
menyembah Tuhan yang karakternya tidak mengarah kepada Allah, disebutNya 
sebagai hanya menyembah 'nama'. Bukan menyembah Dzat!
   
  Allah tidak pernah mempermasalahkan nama-nama. Karena yang lebih substansial 
adalah Dzat. 'Nama' hanyalah pepesan kosong. Dengan kata lain, Allah ingin 
menegaskan bahwa Tuhan di alam semesta ini tidak bisa tidak ya cuma satu saja. 
Apa pun namaNya, jika Ia benar-benar Tuhan, maka pasti akan mengarah kepada 
Dzat yang Tunggal, yaitu Allah.
   
  Karena itu, meskipun Allah memperkenalkan dirinya di dalam Al Qur’an ribuan 
kali tidak kurang dari 2500 kali namun Allah memperbolehkan kita menyebut Nya 
dengan nama apa saja yang kita suka, selama sesuai dengan sifat-sifatNya.
   
  QS. Israa'(17): 110
  Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar Rahman, Dengan nama yang mana saja 
kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan 
janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula 
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"
   
  Inilah yang diamalkan oleh para sufi sejak lama. Mereka lebih suka menyebut 
Allah dengan Huwa (DIA). Sedangkan Nama-NamaNya lebih menunjukkan Sifat-Sifat, 
yang seketika mengisi 'makna' dalam jiwa sang sufi ketika menyebut Huwa.
  Ayah saya pernah mengajarkan kepada saya, bahwa Allah hadir di setiap nafas 
kita. Karena itu, 'barengilah tarikan dan hembusan nafasmu dengan kata Huwa' 
dalam hati, tanpa bersuara, katanya.
   
  Ketika menarik nafas,’HUE Ketika menghembuskan nafas,'WA' ' Maka, keluar 
masuknya nafas adalah sebuah dzikir yang tiada pernah terputus. Sementara itu, 
batinnya langsung mengarah kepada Allah yang SATU, dengan segala Sifat 
Ketuhanan yang terdapat dalam Asmaaul Husna. Ada juga yang menyebut asma 
‘AllahEketika menghembuskan nafas atau menarik nafas. Hal ini sesuai dengan 
firman-Nya
   
  Ali Imron : 191. 
  (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam 
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi 
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan 
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
   
  QS. An Nisaa' (4): 103
  "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu 
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah 
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya 
shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang 
beriman."
   
  Dengan tegas Allah swt memerintahkan kita agar selalu berdzikir 
(mengingatNya), baik itu di waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Karena 
kelak di Yaumul Hisab Allah menghisab setiap manusia dengan sangat teliti, 
sehingga hembusan dan tarikan nafaspun dimintai pertanggungan jawab.
   
  Maka, kita melihat korelasi yang jelas antara Islam sebagai agama universal 
yang bermakna ‘berserah diriE dengan Allah sebagai Tuhan yang juga universal - 
Tuhannya seluruh umat manusia. Bahkan Tuhan bagi segala yang ada di dalam alam 
semesta.
   
  Coba telaah kembali ayat-ayat di atas. Bahwa Islam adalah agama universal 
bagi siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Bagi mereka yang menggunakan 
akal dalam beragama. Bukan orang-orang yang sekadar ikut-ikutan, dikarenakan 
nenek moyang dan orang-orang di sekitarnya berlaku demikian.
   
  Sementara itu, Allah sebagai Tuhannya orang-orang Islam juga bersifat 
universal. Tuhan yang menyediakan diri menjadi Tuhan umat manusia. Bukan hanya 
menjadi Tuhan bagi orang-orang yang berKTP dan beratribut Islam. Puluhan ayat 
dalam Al Qur’an bercerita demikian. Di antaranya adalah berikut ini.
   
  QS. An Nas : 1 -  3
  Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia. Rajanya manusia. 
Sesembahan manusia.
   
  QS. Al A'raaf (7) : 67
  Hud berkata: "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi 
aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam.
   
  QS. Az Zumar (39) : 38
  Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan 
langit dan bumi?Eniscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka 
terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah 
hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat 
menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, 
apakah mereka dapat menahan rahmatNya? Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku ". 
Kepada Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.
   
              Begitulah, dengan sangat meyakinkan Allah mengatakan bahwa 
dirinyalah satu-satunya Tuhan alam semesta dengan segala isinya. Bukan hanya 
karena namaNya, melainkan karena sifat-sifatNya yang Maha Sempurna. Maha Suci 
dari segala kekurangan. Satu-satunya Dzat yang pantas disebut Tuhan...
   
  QS. At Hasyr (S9) 24
  Dia lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang 
Mempunyai Nama-nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada Nya apa yang ada di 
langit dan di bumi. Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]






===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke