SANG LELAKI & SANG WANITA

  Dalam praktek kehidupan sehari-hari, laki-laki dan perempuan lantas memiliki 
ruang-ruang aktivitas sendiri-sendiri. Keduanya memiliki pasang surut dan 
dinamikanya sendiri-sendiri.

  Mayoritas laki-laki ingin tampil sebagai lelaki. Mereka ingin menguatkan 
fitrah lelakinya itu dengan berbagai atribut yang semakin menegaskan 
kelaki-lakiannya. Mulai dari pakaian, pekerjaan, rumah tangga, sampai berbagai 
aksesoris dalam kehidupannya.

  Demikian pula perempuan. Sebagian besar mereka juga ingin menampilkan 
kewanitaannya. Karena itu segala aktivitas mereka bertujuan untuk menonjolkan 
perbedaan itu. Semakin berbeda semakin menarik. Semakin sama, semakin 
membosankan. Begitulah kira-kira semangatnya. Dan itu memang terbukti 
kebenarannya. Dan memang begitulah seharusnya.

  Maka segala upaya dan energi pun dikerahkan untuk memberikan kepuasaan 
terhadap ekspresi gender itu. Secara individual, mayoritas lelaki ingin 
menampilkan diri sebagai sosok yang kekar dan kokoh. Pelindung wanita. Karena 
itu ingin diunggul-unggulkan dan dihormati.

  Sedangkan mayoritas wanita merasa senang jika dilindungi, disayangi dan 
dihargai. Karena itu kebanyakan justru mereka menempatkan diri dalam posisi itu.

  Lelaki cenderung agresif, sedangkan wanita cenderung defensif. Lelaki 
cenderung aktif, wanita cenderung pasif. Ini menjadi semacam insting gender. 
Memang ada beberapa perkecualian, pada sebagian lelaki dan wanita. Akan tetapi, 
kalau kita bicara secara statistik, maka sifat mayoritasnya adalah seperti itu.

  Sebagai contoh, kalau ada seorang laki-laki yang kerempeng, tak berotot, 
berkulit lembut, pasif, tak bisa melindungi, tak mampu menafkahi, dan 
sebagainya, maka lelaki seperti ini kurang diminati oleh wanita untuk menjadi 
pasangannya. Kebanyakan wanita ingin punya pasangan lelaki yang bisa 
melindunginya. Baik dalam artian fisik, finansial, maupun psikis alias kejiwaan.

  Lelaki yang lebih kokoh secara fisik lebih disukai oleh kebanyakan wanita, 
meskipun tidak harus seperti seorang binaragawan. Seorang lelaki yang kaya, 
juga lebih disukai wanita daripada lelaki yang miskin. Demikian pula lelaki 
yang memiliki kedewasaan sikap lebih disukai oleh kebanyakan wanita. Meskipun, 
ada beberapa perkecualian pada orang-orang tertentu. Tetapi sekali lagi kita 
bicara dalam skala mayoritas.

  Sebaliknya, kalau anda bertanya pada seorang lelaki, wanita macam apakah yang 
dia rindukan untuk menjadi pasangannya, maka anda akan memperoleh kondisi 
sebaliknya. Kebanyakan lelaki menyukai wanita yang berkulit lembut dan tidak 
terlalu berotot.

  Mereka juga lebih suka wanita yang tidak lebih kaya darinya. Kecuali lelaki 
itu memang ingin ‘berlindung’ kepada sang wanita. Banyak kasus perceraian 
terjadi disebabkan oleh kalah tingginya penghasilan lelaki dibandingkan dengan 
wanita. Dan ini menjadi sumber pertengkaran terus menerus di dalam keluarga 
tersebut. Sekali lagi jika ditanyakan kepada lelaki - dengan kondisi normal - 
mereka akan lebih suka jika merekalah yang menafkahi keluarganya.

  Para lelaki juga lebih suka kepada wanita yang bermanja-manja kepadanya, 
butuh perlindungannya, butuh bimbingannya. Ini menjadi salah satu alasan, 
kenapa banyak pasangan lelaki dan perempuan selalu lebih tua si lelaki. 
Meskipun ada juga yang sebaliknya. Akan tetapi itu minoritas.

  Namun demikian, lelaki juga suka kepada wanita yang mandiri dalam 
kewanitaannya. Termasuk dalam sikap keibuannya. Itu bisa berarti keibuan bagi 
anak-anaknya, tapi sekaligus ‘keibuan’ bagi pasangannya.

  Menariknya, sang wanita juga menyukai dirinya sebagai seorang ibu bagi 
anak-anaknya, sekaligus juga sebagai ‘ibu’ bagi pasangannya. Tentu saja selama 
hubungan pasangan itu berjalan normal dan saling menghargai.

  Intinya, jika kita melihat kepada fitrah masing-masing, lelaki dan perempuan 
itu akan memperoleh kepuasan dan kebahagiaannya jika mereka bisa memenuhi 
fitrahnya. Lelaki sebagai lelaki dan perempuan sebagai perempuan...

  Sebagian pendapat menduga, ini adalah produk budaya. Artinya, kebiasaannya 
sejak dulu memang demikian, sehingga membentuk patron yang demikian pula.

  Akan tetapi, penelitian lebih lanjut tentang otak lelaki dan perempuan, 
ternyata menunjukkan bahwa mereka memang berbeda secara biologis. Bukan hanya 
fisik, melainkan sampai ke psikis dan perilakunya, dikarenakan fungsi otak dan 
hormon yang berbeda.

  Bisa saja kondisi ini dibentuk dan direkayasa untuk berubah, akan tetapi 
ketika lelaki dan perempuan itu berinteraksi lebih dekat, akan muncul 
kecenderungan untuk kembali ke fitrah semula. Jika dipaksakan berubah, yang 
terjadi adalah pertengkaran dan kemudian mereka bakal berpisah atau bercerai. 
Konsep pasangan akan runtuh. Dan kemudian mereka akan memilih hidup 
sendiri-sendiri. Lantas, bermunculanlah penyakit-penyakit sosial dikarenakan 
kegagalan tersebut.

  Ini adalah fitrah alam. Seperti halnya siang dan malam. Bisa saja dipaksakan 
seseorang mengalami siang terus menerus, atau malam terus menerus, tetapi yang 
terjadi adalah masalah bagi yang bersangkutan.

  Ini juga seperti konsep sosialisme yang komunis. Sama rasa, sama rata. Semua 
manusia disamaratakan. Padahal sesungguhnya setiap kita adalah berbeda. 
Memiliki keinginan yang berbeda. Ingin tampil berbeda. Ingin berekspresi secara 
berbeda. Memiliki kemampuan yang juga berbeda. Dan pasti memiliki ukuran 
kepuasan dan kebahagiaan yang berbeda.

  Ketika dipaksa sama, itu hanya akan berjalan sementara waktu. Sekian lama 
kemudian, semuanya bakal runtuh. Sebagaimana kita saksikan pada sistem 
komunisme di dunia internasional. Akan tetapi sistem individualisme dan 
liberalisme yang keterlaluan pun bakal menemui masalah, karena sesungguhnyalah 
semua manusia memiliki fitrah untuk berpasang-pasangan.

  Kembali kepada lelaki dan perempuan, masing-masing harus memperoleh porsi 
yang sesuai dengan fitrahnya. Individu yang berbeda, yang diciptakan untuk 
berpasangan dan membantu satu sama lain.

  Sebagai individu mereka harus memperoleh penghormatan dan penghargaan. Akan 
tetapi sebagai pasangan, mereka harus bisa saling memberi kepada pasangannya 
agar terjadi keseimbangan dalam fungsi sosialnya. Setiap kita adalah makhluk 
individu yang sekaligus makhluk sosial. Individualisme yang sosialis. Atau 
sosialisme yang individualis...


 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke