TERANGKUM DALAM KITAB YANG NYATA Yang 'nampak' termaktub di dalam 'Kitab Yang Nyata' Yang 'ghaib' juga terkandung di dalam Kitab Yang Nyata. Segala kontradiksi itu terdapat di dalam sebuah kitab yang dinamakan LAUH MAHFUZH. Inilah sebuah KITAB INDUK yang merangkum segala kejadian dalam dinamika alam semesta, sejak miliaran tahun yang lalu, sampai berakhirnya alam semesta. Struktur kitab ini sempat kita bahas pada diskusi tentang jiwa dan Ruh. Ia bagaikan komputer raksasa 'The Super Giant Main Frame' yang memuat data-data dalam skala tak berhingga. Seluruh angka yang dikenal manusia tidak mampu menggambarkan besarnya kapasitas 'memori dan Hardisk' nya. QS. Al A'aam (6) : 59 Dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Dengan kata lain, Kitab yang Nyata itu adalah kitab yang memuat Ilmu Allah yang terhampar di alam semesta. Kitab yang memuat segala kenyataan dan peristiwa. Padahal, kita tahu bahwa ilmu Allah itu tidak habis dituliskan dengan menggunakan 7 samudera tinta sekalipun. QS. Luqman (31): 27 Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Jadi, betapa besarnya 'Kitab' yang bisa memuat ilmu-ilmu Allah itu. Ia adalah kitab induk yang bisa memuat seluruh kejadian dalam skala miliaran tahun. Dulu, sekarang maupun nanti. Sangat banyak ayat yang menggambarkan 'kedahsyatan' Kitab tersebut. Di antaranya, beberapa di bawah ini. QS. Al Hajj (22) : 70 Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. QS. An Naml (27) : 75 Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Bahkan ilmu-ilmu Allah yang terkandung di dalam Al QurÃÂn pun merupakan sebagian saja dari kandungan Lauh Mahfuzh. Sebagiannya terdapat pada kitab-kitab suci terdahulu seperti Zabur, Taurat dan Injil. Sebagiannya lagi terdapat dalam ayat-ayat kauniyah yang terhampar di alam semesta. Dalam kesempatan ini saya hanya ingin mengatakan bahwa segala yang tampak dan tidak tampak, segala yang gaib dan tidak gaib, yang besar yang kecil, yang dulu dan yang nanti, semuanya terkandung di dalam sebuah 'Kitab Nyata'. di sisi Allah. Maka, kalau kita bisa 'meleburkan diri' ke dalam Keberadaan Allah, kita bakal mengetahui banyak rahasia yang terhampar di langit dan bumi. QS. Zukhruf (43) : 4 Dan sesungguhnya Al QurÃÂn itu dalam Induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. QS. Al Baqarah (2) : 269 Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang mendalam) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah), QS. An Nisaa' (4) :54 ataukah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. Dua point yang mendasar terkandung dalam ayat-ayat di atas. Yang pertama, Lauh Mahfuzh adalah kitab yang mengandung banyak hikmah, yang sebagiannya diturunkan lewat Al QurÃÂn dan kitab-kitabNya terdahulu. Yang kedua, hikmah itu diberikan kepada orang-orang berakal yang berserah diri hanya kepada Allah. Di antaranya adalah nabi Ibrahim. Kita melihat korelasi dan benang merahnya, bahwa orang-orang seperti nabi Ibrahim dan nabi Muhammad adalah orang-orang yang sudah mencapai derajat muslimuun berserah diri hanya kepada Allah saja. Ego mereka sudah demikian rendahnya di hadapan Allah. Sudah melebur ke dalam Sifat-SifatNya. Sehingga terbukalah segala rahasia. Hal-hal yang bagi orang lain ghaib, bagi beliau-beliau bisa menjadi tidak ghaib. QS. Ali Imran (3) : 179 Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar. QS. At Takwir (81) : 24 Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang pelit untuk menerangkan yang ghaib Ya, Allah telah memilih di antara rasul-rasulNya untuk mengetahui hal-hal yang ghaib. Mereka yang terpilih adalah rasul-rasul yang memiliki tingkat berserah diri paling tinggi. Penuh keikhlasan dalam 'menghilangkan' egonya. Dan hanya mengakui EGO Tertinggi di alam semesta ini, Allah Subhanahu wa ta'ala. Maka, tidak heran, nabi Ibrahim dan nabi Muhammad adalah rasul-rasul yang digambarkan bisa mencapai langit tertinggi di tingkat yang ke tujuh. Bahkan pada saat Isra' Mi'raj, rasulullah saw telah bersimpuh di puncak langit di Sidratul Muntaha menyaksikan rahasia tertinggi alam semesta QS, An najm (53) : 18 Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. ANTARA PELITA DAN CAHAYA Perumpamaan paling menarik yang menggambarkan hubungan keber-ADA-an makhluk dengan Allah, adalah yang tercantum di dalam ayat ini. QS. An Nuur (24) : 35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Setidak-tidaknya, ada tiga hal yang menyebabkan perumpamaan tersebut menarik untuk dicermati. Yang pertama, Perumpamaan tentang Allah itu disampaikan oleh Allah sendiri. Yang kedua, Allah menggunakan idiom Pelita dan cahaya dalam perumpamaan tersebut. Yang ketiga, Allah membimbing siapa saja yang dikehendakiNya menuju kepada cahayaNya. Sungguh menarik bahwa Allah banyak membuat perumpamaan di dalam Al QurÃÂn untuk menjelaskan ayat-ayat yang mengandung makna mutasyaabihaat Tak kurang dari 47 kali Allah membuat perumpamaan di dalam Al QurÃÂn. Semua itu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran yang mendalam dan sarat dengan hikmah kepada manusia yang mau berpikir, dengan cara ringkas. Sebab Al QurÃÂn memang hanya memberikan pokok-pokoknya saja. QS. Az Zumar (39) : 27 Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al QurÃÂn ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. QS. Al Baqarah (2) : 26 sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberiNya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, Bahkan untuk menjelaskan surga dan neraka, Allah juga menggunakan perumpamaan. Sebab surga dan neraka adalah suatu tempat yang sulit diceritakan keadaannya. Allah membuat perumpamaan Surga sebagai kebun yang indah, berisi mata air mata air, penuh buah-buahan dan sebagainya. Sedangkan neraka, sebagai tempat sangat panas yang mengerikan, penuh derita. QS. Ar Ra'd (13) : 35 Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka. Dan masih banyak lagi perumpamaan yang dibuat Allah untuk memberikan pelajaran kepada kita secara ringkas. Termasuk untuk menggambarkan hubungan antara Allah dengan makhlukNya pun Allah menceritakan lewat sebuah perumpamaan. Semua itu ditujukan bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran dengan menggunakan akal pikirannya secara jemih... QS. Ar Ruum (30) : 28 Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezki yang telah Kami berikan kepadamu, maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal. Untuk menggambarkan hubungan antara Allah dengan seluruh makhluk ciptaanNya, Allah membuat perumpamaan Pelita dan cahaya. ... perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, (dan) kaca itu seakan akan bintang seperti mutiara... " Sungguh perumpamaan yang sangat sempurna untuk menggambarkan hubungan antara Allah dengan makhluk Nya. Allah bagaikan sebuah 'Pelita Raksasa' di balik sebuah kaca rahasia. Sedangkan makhluk adalah cahaya yang terpancar ke segala penjuru alam semesta. Cahaya Pelita itu digambarkan membuat kaca tersebut berpendar dengan sendirinya, meskipun tidak disentuh api. Bagaikan mutiara berkilauan yang memancarkan cahaya berwarna-warni. Pelita tidak tampak dari luar, karena tersimpan di dalam 'kaca rahasia'. Jati Diri sang Pelita, tak akan pernah terbuka. Kecuali hanya lewat 'tanda-tanda' yang terpancar dari bermiliar-miliar cahayaNya. Karena pendaran cahaya itulah, kita jadi tahu ada Pelita di balik kaca. Tapi, cahaya bukanlah Pelita. Cahaya, sekadar pancaran. Cahaya hanyalah 'jejak' bahwa di situ ada Pelita sebagai sumber cahaya. Tanpa Pelita, cahaya tak pernah ada. Pelita, begitu nyata keberadaannya, sedangkan cahaya, tak pernah benar-benar ada. Cahaya adalah 'bayangan maya' dari Sang Pelita. Terpancar dari FitrahNya. Tapi, ia bukan Fitrah itu sendiri. Ia hanya sebagian kecil dari Fitrah Sang Pelita. Bisakah Anda memisahkan cahaya dari Sang Pelita? Tentu saja tidak, karena cahaya tak pernah terlepas dari Pelita. Dimana pun ada Pelita, di situ pula ada cahaya. Cahaya berdampingan dengan sesama cahaya. Bermiliar-miliar cahaya, tak ada batasnya. Cahaya dan cahaya, melebur menjadi cahaya yang berbeda. Tapi, ia tetap saja cahaya. Tak pernah menjadi Pelita. Bertingkat-tingkat, segala cahaya menuju cahaya yang paling mulia. Cahaya Inti Sang Pelita. Cahaya Putih terburai menjadi cahaya pelangi yang berwarna-warni. Terpancar ke segala penjuru alam semesta. Namun, seluruhnya bakal berakhir dalam penyatuan kembali warna-warni cahaya. Menjadi cahaya putih. Cahaya paling mulia yang terpancar dari Sang Pelita di balik kaca. Sahabat-sahabatku, perumpamaan cahaya dan pelita ini sungguh sangat mempesona. Sebab, kalau kita teliti jumlah cahaya yang terburai dari cahaya putih itu berjumlah tak terbatas. Dan, yang bisa dibedakan oleh mata manusia hanyalah sekitar 7 saja: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Padahal, sebenarnya cahaya-cahaya itu bergeser secara kontinum. Ada jutaan cahaya antara merah dan jingga. Demikian pula, antara jingga dan kuning. Antara kuning dan hijau, antara hijau dan biru, dan nila, dan ungu. Pergeseran itu bergantung pada tingkat frekuensinya. Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi energinya. Dan, yang paling tinggi adalah warna putih, yaitu ketika seluruh warna cahaya itu melebur menjadi satu. Cahaya ilahiah. Dengan kata lain Allah ingin menjelaskan, bahwa makhluk ciptaanNya memiliki jenis dan strata bermacam-macam, bergantung frekuensinya. Bergantung kualitasnya. Bergantung energinya. Allah membimbing hambaNya siapa pun dia kepada Cahaya yang memiliki energi paling tinggi, yaitu cahaya Putih. Caranya cuma satu: meleburkan seluruh warna cahaya yang ada, menjadi satu warna saja. Inilah cahaya utama yang paling universal. Cahaya merah adalah cahaya yang paling rendah energinya. Dalam pembahasan tentang karakter aura, ia melambangkan ego yang sangat tinggi: pemarah, pendendam, sulit memaafkan, iri, dengki, sombong, serakah, dan cinta dunia berlebihan. Yang energinya lebih tinggi adalah warna cahaya jingga kuning. Aura jingga kuning menggambarkan ego yang sudah mulai menurun ke arah karakter sosial. Ia orang yang pintar bergaul. Meskipun egonya masih dominan. Lebih tinggi lagi, adalah warna hijau. Inilah cahaya kedermawanan. Seseorang yang memancarkan aura hijau menunjukkan karakter kepedulian pada orang lain. Memiliki rasa empati yang tinggi. Berjiwa sosial. Ego pribadinya semakin rendah, menuju kepada sifat-sifat universal. Lebih tinggi lagi adalah warna biru. Warna cahaya yang mengambarkan sifat-sifat keilmuan, kejujuran, keadilan, dan kontemplasi. Orang yang telah mencapai aura biru biasanya suka melakukan pencarian makna-makna kehidupan sejati. Warna nila dan ungu, memiliki energi lebih tinggi lagi, yang menggambarkan ego semakin rendah. Orang-orang dengan aura ungu adalah orang yang mengabdikan hidupnya untuk kemanusiaan. Ego pribadinya rendah, didominasi oleh ego sosialnya. Dan yang paling tinggi dari semua itu adalah warna putih. Inilah aura universal dengan energi tertinggi. Warna putih hanya bisa terjadi jika seluruh warna-warna cahaya 'melebur' menjadi satu. Seluruh karakter cahaya bakal hilang musnah, berganti dengan cahaya putih, yang sama sekali berbeda. Maka, ketika Allah mengatakan: Cahaya di atas cahaya (berlapis lapis), Allah membimbing kepada cahaya Nya siapa yang Dia kehendaki, sebenarnya Dia sedang menunjukkan sebuah proses penyatuan kembali seluruh sifat-sifat kemanusiaan menuju kepada Sifat-Sifat ketuhanan Nya. Ini senada dengan yang diajarkan Rasulullah saw, bahwa 'belum Islam seseorang sampai dia bisa menundukkan hawa nafsunya' Menundukkan seluruh sifat keduniawian yang tidak terkendali. Jadi, ketika seseorang telah bisa melebur hawa nafsunya, sebenarnya dia telah 'berserah diri' kepada Allah. Seluruh sifat-sifat egoistik dan sosialisnya berubah menjadi sifat-sifat spiritualitas. Sifat-Sifat Ketuhanan yang universal. Seluruh auranya telah melebur menjadi satu: Cahaya Putih. Maka, dalam waktu yang bersamaan, sebenarnya dia telah meleburkan diri bersama-sama dengan makhluk Allah di seluruh penjuru langit dan bumi, dalam sebuah ALUNAN TASBIH tiada henti. Berjuta-juta malaikat, dan miliaran makhluk bumi, serta bertriliun-triliun benda langit di jagad semesta raya sedang BERTASBIH DALAM SEBUAH ORKESTRA YANG SANGAT MENGGETARKAN JIWA... Laa ilaaha illaallaah Tidak ada 'tuhan' selain ALLAH Laa ilaaha illa huwa Tidak ada 'tuhan' selain DIA. Laa ilaaha illa anta tidak ada ÁÕuhan¡¦selain ENGKAU Laa ilaaha ilia ana Tidak ada 'tuhan' selain AKU Tidak ada apa-apa di seluruh penjuru jagad raya kecuali cuma DIA Al Hasyr (59) 22 - 24 Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha suci, Yang Maha sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. wallaahu aÃÍam bishshawab
=================================================================== Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar =================================================================== Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/