ANTARA ADA DAN TIADA
   
  Kita dan semua benda di sekitar kita ini, sebenarnya ADA ataukah TIADA? 
Sebuah, pertanyaan mendasar, yang selama ini dijawab secara filsafat belaka. 
Hasilnya, adalah sebuah perdebatan panjang yang tiada habisnya.
   
  Memang, kalau kita mengambil kesimpulan apa adanya dari segala yang bisa kita 
observasi dari sekitar, kita pasti akan mengatakan bahwa segala sesuatu ini 
benar-benar ada. Buktinya, kita bisa melihat, bisa mendengar, bisa membaui 
aromanya, bisa merasakan, meraba dan memegangnya.
   
  Tapi, kalau kita mau berpikir lebih jauh dan substansial, kita akan berpikir: 
kita dulu pernah TIDAK ADA, sekarang 'ADA', dan nanti kembali TIDAK ADA. Jadi, 
yang lebih substansial itu 'TIDAK ADA' ataukah 'ADA' ya..?
   
  Lebih mendalam lagi, kalau kita melakukan analisa, mungkin kita akan 
mempertanyakan ke 'ADA' an kita sekarang. Benarkah kita sekarang ini 
benar-benar 'ADA'? Ataukah, yang terjadi sebenarnya adalah: kadang 'ADA¡¦kadang 
'TIDAK ADA'. Kapankah kita merasa ADA? Dan kapan kita merasa TIDAK ADA?
   
  Kita merasa 'ADA' pada saat kita 'berpikir' dan 'sadar' akan keber ADA-an 
kita. Ketika kita tertidur dan hilang kesadaran, kita pun TIDAK ADA. Termasuk 
segala eksistensi yang ada di sekitar kita. Semua itu ADA ketika kita menyadari 
bahwa sesuatu itu ADA. Dan TIDAK ADA, ketika kita melupakannya, atau tidak 
menyadari dia ADA.
   
  Tapi, bukankah itu hanya sekadar persepsi kesadaran orang perorang? Pada 
kenyataannya, kan orang lain menganggap dan melihat semua itu ada.
   
  Jadi itu bukan tidak ada, cuma tidak disadari bahwa itu ada. Dan seterusnya, 
dan seterusnya, kita bisa berdebat sangat panjang tentang ADA dan TIADA.
   
  Namun, bagi orang-orang yang bergelut di dunia filsafat, banyak yang meyakini 
bahwa keber-ADA-an segala sesuatu ini sebenarnya semu. Ada yang mengatakan 
begini: kita dan segala sesuatu ini ADA, karena kita BERPIKIR. Kalau kita tidak 
berpikir, kita dan segala sesuatu ini pun TIDAK ADA.
   
  Dalam filsafat Jawa, dikatakan begini: 'ananing ana kuwi diana anaake' 
Artinya, kita ada karena diadakan. Kalau kita tidak mengadakannya, maka sesuatu 
itu pun tidak ada.
   
  Kedua pendapat itu memiliki kemiripannya. Pada intinya segala keberadaan ini 
tidak mutlak. Dulu pernah tidak ada, dan kemudian menjadi ada karena diadakan. 
Baik oleh sang Pencipta, oleh pikiran kita, maupun oleh proses produksi 
manusia. Dan suatu ketika nanti bakal rusak atau musnah.
   
  Begitulah memang kenyataan yang terpampang di sekitar kita. Ada nuansa yang 
sangat kental bahwa segala sesuatu tidak abadi. Terutama ketika dilihat dalam 
suatu 'Skala Waktu' yang panjang. Semua ini lebih banyak TIDAK ADA nya 
ketimbang ADA. Kalau pun ADA hanyalah sesaat. Setelah itu berubah menjadi 
sesuatu yang lain.
   
  Cobalah kita cermati diri kita sendiri. Badan kita sekarang ini, sebenarnya 
berbeda dengan badan kita semenit yang lalu! Kenapa begitu? Karena seluruh 
sel-sel tubuh kita yang berjumlah triliunan ini sedang berubah terus semakin 
menua. Tambah tua seiring waktu yang bergerak.
   
  Setiap saat terjadi metabolisme massal yang mengubah keadaan tubuh kita. 
Rambut yang tadinya hitam, kini mulai bertambah putih. Kulit yang tadinya 
kenyal, kini mulai mengendor dan keriput. Otot yang tadinya kuat dan kencang, 
kini mulai melemah. Mata yang tadinya bening dan tajam, kini mulai merabun. 
Telinga yang tadinya peka, kini mulai menuli. Kualitas jantung, paru-paru, 
ginjal, liver, pencemaan, otak dan seluruh bagian badan kita terus berubah 
menua.
   
  Bermiliar dan bertriliun keadaan tubuh kita sebenarnya terus berubah dari 
menit ke menit. Tubuh kita semenit yang lalu telah 'hilang' ditelan waktu, dan 
kini memiliki 'tubuh baru' yang sama sekali berbeda dengan tubuh kita 
sebelumnya.
   
  Jangankan semenit, 1 detik yang lalu pun badan kita ini tidak sama dengan 
badan kita yang sekarang. Semuanya sedang terus 'lenyap berganti' dari waktu ke 
waktu. Dan itu, bukan hanya terjadi pada tubuh, tapi juga jiwa kita. Jiwa kita 
terus berubah seiring dengan pengalaman kejiwaan yang mendera.
   
  Dan bukan hanya diri kita. Tapi seluruh manusia di muka bumi sedang mengalami 
proses 'lenyap-berganti' secara dramatis terhadap kondisi dirinya. Pada seluruh 
manusia di manapun dia berada.
   
  Komposisi lingkungan hidup di sekitar kita pun sedang 'lenyap berganti' dari 
waktu ke waktu., Tidak pernah tetap. Mulai dari kondisi air, atmosfer, 
tumbuh-tumbuhan, binatang, cuaca dan iklim, sinar matahari, sampai benda-benda 
pengisi langit seperti planet, bulan, bintang, galaksi dan superkluster. 
Seluruh materi dan energi pengisi Jagad Raya ini semuanya 'lenyap berganti' 
dari detik ke detik, menit ke menit, waktu ke waktu. Tidak ada yang tetap. 
Semuanya sedang berubah secara dramatis!
   
  Kalau kita kaitkan kembali dengan ADA dan TIADA, maka seluruh kondisi di alam 
semesta ini sebenarnya sedang bergerak dinamis antara ADA dan TIADA. Sebentar 
ADA, kemudian TIADA lagi. Sebentar lagi ADA, sedetik berikutnya sudah TIADA 
lagi. Bahkan keber-ADA-an itu demikian singkatnya, hanya 'melintas', kemudian 
langsung berubah menjadi sesuatu yang lain. Sekadar 'numpang lewat'!
   
  Begitu pula sebaliknya, yang tadinya TIADA, sesaat kemudian menjadi ADA. Dan, 
ke TIADA an itu pun hanya sesaat, berganti menjadi ADA. Begitulah seterusnya, 
ADA dan TIADA saling berubah tanpa henti selama bermiliar-miliar tahun usia 
alam semesta ini.
   
  TIADA lebih banyak terjadi dibandingkan dengan ADA. Keber-ADA-an sempat eksis 
hanya dalam orde waktu yang sangat singkat, setelah itu berubah menjadi TIADA 
untuk selama-lamanya. Sekali lagi, ADA hanya sekadar 'numpang lewat' di antara 
ke-TIADA-an...
  'Kehidupan' adalah keber-ADA-an yang sekadar numpang lewat dalam 'Kematian' 
panjang. Terang benderangnya 'Siang' adalah sekadar keber-ADA-an yang numpang 
lewat dalam gelap pekatnya 'sang Malam'. Seluruh alam semesta ini diliputi oleh 
kegelapan, kecuali kedipan-kedipan bintang yang tak seberapa terang, di sana 
sini.
   
  Rasa bahagia dan senang, sekadar keber-ADA-an yang meningkahi silih 
bergantinya derita dan kecemasan. 'Sehat' kita pun, hanyalah kondisi 'normal' 
sesaat di antara penyimpangan metabolisme bertriliun-triliun sel di dalam tubuh 
kita.
   
  Dalam kehidupan dunia ini, kadar kerusakan dan keburukan jauh lebih banyak 
dibandingkan dengan ketertataan dan kebaikan. Kenapa demikian, karena 
pergerakan Sunnatullah alam semesta memang sedang menuju pada kehancurannya. 
Entropi alam semesta meningkat dari waktu ke waktu.
   
  Jadi, segala sesuatu yang kita anggap ADA, dan 'benar-benar terjadi' itu 
sebenarnya hanyalah kondisi sesaat di antara ke TIADA an. Sebab ADA dan TIADA 
sebenarnya adalah kondisi yang berpasangan, yang sudah menjadi Sunnatullah. 
Keduanya akan terus silih berganti secara dinamis.
   
  QS.Yunus(10) : 31
  Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau 
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah 
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari 
yang hidup dan siapakah yang Mengatur segala urusan?" Maka mereka akan 
menjawab: 'Allah".
  Maka katakanlah: "Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada Nya)?"
   
  QS. Al An'aam (6) : 1
  Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan 
gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan 
Tuhan mereka.
   
  QS. Al An'aam (6) : 73
  Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar Dan benarlah 
perkataan Nya di waktu Dia mengatakan: 'jadilah, lalu terjadilah" dan di tangan 
Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib 
dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui
   
              Dan masih banyak lagi ayat yang menjelaskan tentang pasang 
pasangan antara berbagai kondisi yang kelihatan berlawanan itu. Antara hidup 
dan mati, antara gelap dan terang, antara yang ghaib dan yang nampak, dan lain 
sebagainya.
   
  Alam semesta ini memang dibangun oleh Allah dengan 'neraca keseimbangan' dari 
dua kondisi ekstrim yang berlawanan. Keduanya bergerak silih berganti. Seluruh 
prosesnya saling mengontrol dalam keseimbangan, yang luar biasa sempurna. Tidak 
ada cacat sedikit pun. Dengan ketelitian ukuran yang serapi-rapinya.
   
  QS. Ar Rahman (55) : 7
  Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keseimbangan). 
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.
   
  QS. Al  An'aam (6) : 65
  Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas 
kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan 
(yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian) kamu keganasan 
sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda 
kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya).
   
  QS. Al Furqan (25) : 2
  yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai 
anak, dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah 
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan 
serapi-rapinya.
   
  Pasang-pasangan sudah menjadi sifat alam yang bisa kita buktikan dari sekitar 
kita. Justru kondisi berpasang-pasangan itulah yang menyebabkan terjadinya 
KESEIMBANGAN. Dan, keseimbangan itu pula yang menjadi 'kunci energi' 
berlangsungnya dinamika 'kehidupan' alam semesta selama bermiliar-miliar tahun. 
Allah menegaskan itu di dalam firman-firmanNya.
   
  QS. Al Mulk (67) : 3
  Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak 
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka 
lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
   
  QS. Al Infithaar (82) : 7
  Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan 
(susunan tubuh) mu seimbang,
   
  Kekuatan keseimbangan telah menjadi penggerak dasar kehidupan. Dinamika alam 
semesta maupun dinamika dalam proses-proses biokimiawi tubuh kita. Jika 
keseimbangan hilang, yang terjadi adalah bencana. Ini bukan hanya bermakna 
fisik pada alam, atau biologis pada diri makhluk hidup, tapi juga bermakna 
kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan seluruh sendi-sendi kehidupan.
   
  Maka, ketika bicara tentang ADA dan TIADA, kita sebenarnya sedang berbicara 
tentang dua kutub ekstrim dalam kelaziman hidup kita : kanan-kiri, atas-bawah, 
timur-barat, baik-buruk, dulu-nanti, gagal-sukses, dan lain sebagainya.
   
  Kita tahu, dua kutub ekstrim itu sebenarnya bukan substansi. Keadaan yang 
lebih substansial, justru adalah KESEIMBANGAN di antara keduanya. Masing-masing 
kutub ekstrim itu hanyalah penampakan. Kadang-kadang KIRI, kadang-kadang KANAN. 
Kadang di ATAS, kadang di BAWAH. Kadang SUKSES, di lain waktu GAGAL. 
Kadang-kadang ADA, tapi di saat lain bisa TIADA.
   
  KESEIMBANGAN alias JALAN TENGAH adalah FITRAH ILAHIAH. Allah adalah sang 
Pencipta semua kondisi Ekstrim itu, karenanya Ia bukan ekstrim kanan ataupun 
ekstrim kiri. Ia meliputi keduanya sebagai sistem keseimbangan. 
   
  Demikian pula terhadap ADA dan TIADA. Allah meliputi ADA dan TIADA, dalam 
sebuah sistem keseimbangan. Dialah yang mengendalikan sistem keseimbangan 
antara ADA dan TIADA itu. DIA menciptakan ADA dari TIADA. Dan menciptakan TIADA 
dari ADA.
   
  Dialah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang 
mati dari yang hidup. Dia pula yang mengeluarkan gelap dari terang, dan 
mengeluarkan terang dari gelap. Dan seterusnya, eksistensi masing-masing 
kondisi itu muncul karena adanya eksistensi lainnya yang berlawanan.
   
  Tapi, sebagaimana kehidupan manusia yang singkat, 'kehidupan' alam semesta 
ini pun numpang lewat dalam 'ketiadaan' alam semesta yang panjang. Alam semesta 
 yang sudah berusia sekitar 12 miliar tahun  ini suatu ketika bakal lenyap 
kepada ketiadaan.
   
  Alam ini dulu muncul dari ketiadaan. Maka suatu ketika ia akan kembali kepada 
ketiadaan. Ia ADA karena dulu pernah TIDAK ADA. Dan karena sekarang ada, maka 
suatu ketika ia akan kembali tidak ada. Begitulah seterusnya, dalam kendali 
Allah yang Maha Berkehendak. Allah menciptakan dan mengulangi kejadian sesuai 
dengan kehendakNya.
   
  QS. Al Anbiyaa' (21) : 104
  (Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran 
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan 
mengulangnya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya Kamilah 
yang akan melaksanakannya.
   
  QS. Al Ankabuut (29) : 19
  Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan dari 
permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu 
adalah mudah bagi Allah.
   
  Karena kehidupan alam dunia ini menuju pada kerusakan, maka kita butuh energi 
untuk mengimbangi kecenderungan jelek kita. Inilah yang disebut Allah dalam 
ayat-ayat berikut ini.
   
  QS. Al Ashr : 1-3
  Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, 
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat 
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi 
kesabaran.
   
  Jadi secara alamiah, alam semesta termasuk manusia mengalami trend untuk 
semakin jelek kualitasnya. Kenapa? Karena entropi alam semesta terus-menerus 
meningkat. Manusia merugi terus. Dan tren itu oleh Allah dikendalikan lewat 
dimensi Á¸aktu¡¦ Karena itu Allah bersumpah 'Demi Waktu manusia benar-benar 
merugi' Pergerakan waktu menyebabkan perubahan entropi yang semakin tinggi, 
semakin 'merugikan'.
   
  Agar selamat kita harus mengikuti hukum keseimbangan. Kita lawan dengan 
kondisi sebaliknya, untuk menurunkan kerugian. Agar kehidupan kita berada dalam 
jalan keseimbangan'. Itulah yang dimaksud Allah dengan keimanan, amal saleh, 
nasehat menasehati agar tetap mengarah kepada kebaikan dan kesabaran. Itulah 
Diin al Islam.
   
  Allah menggambarkan hal itu dalam banyak ayatNya. Untuk mengimbangi jalan 
kegelapan yang menjadi trend alam semesta, Allah menurunkan cahaya yang terang 
benderang lewat Firman-FirmanNya di dalam Al QurÃÂn. Barangsiapa mengikuti 
petunjuk itu, maka mereka akan selamat kembali kepada Keseimbangan Fitrahnya. 
Sebaliknya, jika tidak, maka manusia akan hanyut di dalam trend entropi yang 
meningkat. Mereka bakal larut dalam 'kegelapan' jagad semesta raya.
   
  QS. Al Hadid (57) : 9
  Dialah yang menurunkan kepada hamba Nya ayat-ayat yang terang (Al QurÃÂn) 
supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya 
Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang
   
  Meskipun trend ke arah dominasi kegelapan demikian besar, tapi Allah menjamin 
kegelapan akan sirna dan berganti terang ketika dilawan dengan cahaya. Entropi 
yang meningkat dilawan dengan entropi yang menurun, bakal seimbangan Diinul 
Islam.
   
  QS. Israa (17) : 81
  Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap" 
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
   
  Kebatilan bakal lenyap berganti kebenaran, karena keduanya adalah pasangan 
abadi yang silih berganti. Sekali waktu kebatilan yang muncul, di waktu yang 
lain kebenaran yang muncul.
   
  Akan tetapi, akhir dari segala-galanya, seluruh eksistensi itu bakal lenyap 
semuanya di dalam Kemutlakan Dzat Allah. Sebab, kebatilan hanya ada dan 
bermakna dalam sudut pandang manusia. Demikian pula kebenaran. Bagi Allah tidak 
ada bedanya. Karena tidak merugikan atau pun memberi manfaat kepadaNya. 
Semuanya adalah milikNya semata.
   
  Yang disebut kebatilan, atau kejahatan atau dosa, adalah segala sesuatu yang 
merugikan manusia. Sedangkan yang disebut kebenaran dan pahala adalah sesuatu 
yang memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Tidak ada yang bisa merugikan dan 
memberi manfaat kepada Allah!
   
  Maka, segala yang ada pada manusia bakal lenyap seluruhnya. Yang kekal 
hanyalah Allah. Segala kontradiksi dalam kehidupan kita bakal 'sampyuh' dalam 
keseimbangan Fitrah Ilahiah. Lebur dalam Kualitas Ketuhanan yang tidak pernah 
kita bayangkan sebelumnya...
   
  QS. An Nahl (16) : 96
  Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal 
Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan 
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
   
   
  BENARKAH INI SEBUAH KENYATAAN
   
  Hidup bagaikan mimpi, kata kawan saya. Baru kemarin rasanya masa kecil 
berlalu, lantas tumbuh menjadi dewasa. Kini sudah tua, dan sebentar lagi 
meninggalkan dunia yang fana. Tak tahu kemana.
   
  Setiap hari kita merasakan hal-hal yang kurang lebih sama. Pagi tadi kita 
terbangun dari tidur semalaman, kini kita beraktivitas penuh kesadaran, nanti 
malam kita lelap kembali dalam tidur yang entah bakal terbangun kembali ataukah 
lenyap selamanya.
   
  Begitu pula kecamuk pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Baru saja kita 
merasakan senang dan bahagia, tak lama kemudian kita alami duka dan derita. 
Sebelumnya kita memperoleh rasa tentram dan damai tapi tak lama kemudian 
dihinggapi rasa cemas berkepanjangan.
   
  Hidup kadang terasa aneh, bagaikan mimpi saja layaknya. Sehingga, tak jarang 
kita berpikir: ini kenyataan ataukah semu belaka ? Hidup dan mimpi memang 
mirip. Mimpi adalah 'aktivitas otak' di dalam 'TIDUR' Sedangkan hidup adalah 
'aktivitas otak' di dalam KEMATIAN'  Mimpi adalah KEMBANG TIDUR, sedangkan 
hidup adalah KEMBANG KEMATIAN. Mungkin Anda tidak sependapat dengan ungkapan 
ini, tapi cobalah cermati kemiripan keduanya.
   
  Apakah sebenarnya mimpi? Manakah yang lebih substansial antara mimpi dan 
tidur? Tentu kita sependapat bahwa yang lebih substansial di antara keduanya 
adalah 'tidur'. Dikarenakan tidur, maka seseorang bisa bermimpi. Dengan kata 
lain, mimpi hanya bisa terjadi di dalam tidur.
   
  Bagaimana mimpi bisa terjadi? Sampai sekarang, para pakar masih belum 
menemukan jawaban yang memuaskan. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah 
terulangnya memori di dalam otak. Artinya, sekadar melintasnya ingatan saja. 
Tidak memberikan makna.
   
  Tapi, ada yang berpendapat bahwa mimpi adalah 'aktivitas jiwa' alias 
pengalaman jiwa di dunianya sana. Sehingga, itu sebenarnya adalah kejadian 
sesungguhnya. Cuma, di dunia yang berbeda.
  Ada pula yang mengatakan, bahwa mimpi sekadar perlambang dari 'dunia lain' 
yang terkait dengan kehidupan di dunia nyata. Semuanya masih serba belum 
memuaskan, dan terus mengalami perkembangan penelitiannya.
   
  Namun yang jelas, kita bisa merasakan bahwa sebuah mimpi terasa 'benar-benar 
terjadi' di dalam tidur kita. Sehingga jika kita sedang mimpi buruk, nafas kita 
bisa terengah-engah karenanya. Atau berkeringat dingin. Atau ada yang sampai 
ngompol segala. Artinya, aktivitas mimpi itu memiliki pengaruh yang riil dalam 
diri kita.
   
  Aktivitas kelistrikan otak yang terjadi, dan koordinasi organ-organ terkait, 
sama persis dengan ketika kita sedang mengalami kejadian sesungguhnya di luar 
mimpi.
   
  Jadi, dari sudut pandang kerja otak, mimpi tidak ada bedanya dengan 
pengalaman riil dalam kehidupan kita sehari-hari. Tapi, ia muncul dalam kondisi 
otak sedang tidur. Karena itu muncul istilah 'Mimpi' adalah 'Kembang Tidur' 
Sebuah 'kehidupan' yang muncul di dalam 'kematian'!
   
  Ini mirip dengan yang terjadi dalam pengalaman kehidupan kita. Kalau skala 
pembahasan kita diperluas, maka kehidupan ini bagaikan sebuah mimpi, sedangkan 
'tidurnya' adalah 'kematian' kita.
   
  Kematian bukan hanya berarti lepasnya jiwa sesudah habis usia kita. 
Sebenarnya, sebelum kita lahir kita juga berada di dalam alam kematian.'Alam 
kematian' adalah alam dimana jiwa, ruh dan badan kita belum bersatu. Dan, alam 
dimana jiwa, ruh dan badan kita sudah terpisah.
   
  QS. Al Baqarah (2) : 28
  Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah 
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian 
kepada-Nya lah kamu dikembalikan?
   
  Dengan sangat gamblang Allah menginformasikan kepada kita bahwa dulu kita 
berada di dalam alam kematian, selama miliaran tahun bersama terciptanya alam 
semesta. Kemudian, Allah menghidupkan kita untuk beberapa puluh tahun. Lantas, 
dimatikanNya kembali. Dan nanti, pada periode Akhirat, kita bakal dihidupkanNya 
kembali.
   
  Jadi, 'alam kematian' adalah alam yang terjadi 'sebelum dan sesudah' 
kehidupan. Atau dengan kata lain, 'alam kehidupan' ini berada di dalam 'alam 
kematian'. Ya, kehidupan kita ini sebenarnya 'terendam' di tengah-tengah 
berlangsungnya kematian kita. Sebelum lahir kita 'mati', sesudah lahir ÁÖsia 
habis¡¦kita juga mati.
   
  Ini, sungguh sangat mirip dengan mimpi. Sebelum bermimpi kita tertidur. 
Kemudian muncul mimpi. Sesudah selesai mimpi kita juga tertidur. Jadi, 'TIDUR' 
identik dengan 'MATI'. Sedangkan 'MIMPI' identik dengan 'HIDUP'. Sehingga, 
seperti telah kita bahas tentang Jiwa, Allah mengidentikkan tidur dengan 
kematian. Di antaranya ayat ini.
   
  QS. Az Zumar (39) : 42
  Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang 
belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia 
tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang 
ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan 
Allah bagi kaum yang berfikir
   
  Selain itu, Rasulullah saw pun mengajari kita do'a menjelang tidur dan ketika 
bangun, mengidentikkan tidur dengan kematian.
   
  Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut, astaghfirullahalladzii laa ilaaha 
illa huwal hayyul qayyum
  (Dengan namaMu ya Allah kami hidup dan dengan namaMu pula kami mati, 
ampunilah kami ya Allah, Tiada Tuhan Selaln Dia yang Maha Hidup lagi Maha 
Mengurus MakhlukNya)
   
  Alhamdulillahilladzii ahyanaa baÃÅa maa amaatana wa ilaihi nusyuur.
  (Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah kematian kami, 
dan kepadaNyalah tempat kembali)
   
  Tidur dan mati, kata Allah, adalah kondisi pasif dimana jiwa sama-sama tidak 
aktif dalam kesadaran. Jiwanya ditahan oleh Allah. Dan dikembalikan lagi ketika 
orang tersebut bangun dari tidurnya. Atau, ketika orang mati dibangkitkan 
kembali.
   
  Sudut pandang ini sangat menarik, karena memberikan gambaran kehidupan 
manusia dalam skala waktu yang sangat panjang. Skala waktu alam semesta, yang 
berjangka miliaran tahun.
   
  Kehidupan manusia bagaikan 'sepercik air' di 'samudera kematian'nya. Betapa 
tidak. Alam semesta ini sudah berusia sekitar 12 miliar tahun, sedangkan usia 
kita hanya puluhan tahun saja.
   
  Selama miliaran tahun itu kita berada di 'alam kematian'. dan kemudian diberi 
'sepercik kehidupan' oleh Allah dalam waktu demikian singkat. Untuk kemudian 
mati kembali. Persis seperti munculnya ÁÔepercik mimpi¡¦dalam tidur lelap kita 
yang panjang. 
   
  Kita jadi bertanya-tanya dalam hati, kalau begitu eksistensi kita ini lebih 
banyak berada di alam kematian? Sedangkan 'Hidup'. hanyalah sekilas mimpi? la 
bukan substansi? 
   
  Ya, yang lebih substansial ternyata adalah Á®ati¡¦ Hidup hanyalah 'Kembang 
Kematian'. Sebagaimana Mimpi sekadar Á¬embang Tidur¡¦ la bukan kenyataan. 
Á¬enyataannya¡¦adalah kita sedang tertidur, dan di dalam tidur itulah kita 
bermimpi...
   
  Maka, Allah memberikan perumpamaan tentang kehidupan ini seperti 'main-main 
dan sendau gurau' belaka. Kehidupan yang sesungguhnya adalah di Akhirat, 
setelah menyeberangi ÁÌematian¡¦kita.
   
  QS. M Ankabuut (29) : 64
  Dan tiadalah kehidupm dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan 
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
   
              Kalimat lahwun wa laÃÊbun 'sendau gurau dan main-main'   
menunjukkan kepada kita betapa kehidupan dunia ini sebenarnya adalah kehidupan 
yang 'remeh-temeh". dalam skala waktu alam semesta   Dunia Akhirat. la cuma 
setetes air dari samudera kehidupan yang sesungguhnya. Ini Cuma sekadar 'mimpi' 
saja. Tapi ingat, mimpi itu tetap memiliki dampak riil bagi diri kita setelah 
'bangun'. Jika mimpi Anda buruk, Anda akan terbangun dengan badan sakit semua. 
Jika Anda bermimpi indah, Anda akan bangun dengan rasa bahagia.
   
  Di ayat lain lagi, Allah mengibaratkan 'hidup' dengan turunnya air hujan yang 
menyirami tumbuh-tumbuhan sehingga subur menyenangkan. Tapi semua itu tidak 
lama. Karena tumbuhan itu bakal mengering, dan lenyap tertiup angin.
   
  QS. Al Kahfi (18) : 45
  Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah 
bagaikan air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya 
tumbuh-tumbuhan dimuka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang 
diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
   
  QS. Al Hajj (22) : 6
  Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan 
sesungguhnya Dialah yang menghidupkan setelah yang mati dan sesungguhnya Allah 
Maha Kuasa atas segala suatu,
   
  Lantas, Allah menegaskan di ayat berikutnya, bahwa hanya Allah yang haq, yang 
kekal abadi. Selebihnya hanyalah semu. Tak pernah kekal. Silih berganti, tak 
pernah eksis dalam arti yang sesungguhnya. Hanya melintas saja. Numpang lewat.
   
  Karena itu, lanjutNya, hanya Allah sajalah tempat bergantung. Dialah Dzat 
yang paling NYATA. Yang Haq yang Hidup. Selebihnya SEMU dan MATI. Kalau pun 
'hidup', sebenarnya hanya 'seakan-akan'. Ayat berikut ini memberikan penegasan, 
bahwa hanya Allah saja yang Hidup, Yang Tidak Mati.
   
  QS. Al Furqaan (25) : 58
  Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah 
dengan memujiNya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba Nya,
   
  KEMATIAN adalah wajah lain dari KEHIDUPAN, yang terangkum dalam DZAT 
KETUHANAN. Sekali waktu DIA memunculkan 'sepercik kehidupan' dari KEMATIAN, Di 
waktu yang lain, DIA mengeluarkan 'sepercik kematian' dari KEHIDUPAN.
   
  QS. Ar Ruum (30) : 19
  Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari 
yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan 
dikeluarkan (dari kubur).
   
  QS. Ali Imron (3) : 27
  Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam 
malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang 
mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa 
hisab (batas)."
   
  Ayat-ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa hidup dan mati adalah dua 
kondisi sederajat, hanya saja berlawanan. Sehingga, sekali waktu 'hidup' keluar 
dari kematian, tapi di waktu yang lain ÁÎati' keluar dari kehidupan. Persis 
antara siang dan malam, gelap dan terang, materi dan energi, haq dan kebatilan.
   
  Semua itu hanyalah kondisi-kondisi yang ÁÏumpang lewat'. Semu dan tidak 
abadi. Hanya menjadi 'TANDA-TANDA' adanya suatu DZAT MAHA ABADI yang menjadi 
sumber dari segala kontradiksi semu. Dialah Dzat Maha Agung, yang tidak 
tergambarkan dan tak pernah bisa terwadahi oleh bahasa manusia: ALLAH AZZA 
WAIALLA...
   
   





===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke