MEMUTAR VIDEO KEHIDUPAN
   
  Bisakah di Masjidil Haram memutar video...?
   
  Pak Imran, seorang jamaah dari Makassar, pernah bercerita tentang pengalaman 
ruhaninya ketika berada di dekat ka'bah. Sejak berangkat dari tanah air pak 
Imran sudah mempunyai pendirian, bahwa nanti sesampai di Mekah, khususnya 
ketika di masjidil Haram, ia tidak akan mencium hajar aswad seperti keinginan 
para jamaah haji pada umumnya.
   
  Entah apa yang menyebabkan pendiriannya semacam itu. Tetapi satu hal yang pak 
Imran inginkan yaitu bahwa ia ingin berdo'a senikmat mungkin di dinding Ka'bah. 
Yang disebut multazam! Keinginan tersebut rupanya sudah terpatri kuat-kuat 
dalam hatinya sejak pak Imran mengikuti manasik haji.
   
  Sesampai di Masjidil Haram, begitu pak Imran melihat setiap jamaah ternyata 
ingin mencium hajar aswad, hati pak Imran tetap tidak tergerak sedikit pun 
untuk menciumnya. Bahkan ketika ada seorang jamaah perempuan yang ingin mencium 
hajar aswad, pak Imran dengan gigihnya mengawal orang sebut dari kerumunan 
jama'ah lainnya. Dan akhirnya orang tersebut berhasil menciumnya. Maka dengan 
wajah sangat puas, orang tersebut mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga 
kepada pak Imran.
   
  Ternyata sudah ada beberapa orang yang tertolong oleh pak Imran berkaitan 
dengan masalah pencium hajar aswad. Keesokan harinya, pak Imran ternyata 
tergoda juga untuk ikut merasakan bagaimana rasanya bisa mencium batu hitam 
itu. Maka dengan teknik dan pengalaman yang ia miliki, ketika ia beberapa kali 
berhasil menolong orang lain, pak Imran mulai beraksi mendekati hajar aswad.
   
  Berdesak-desakan di antara kerumunan orang banyak, dan dengan teknik 
'canggih' yang dimilikinya, pak Imran yang posisinya berada jauh dari ka'bah 
bisa berangsur-angsur bergerak mendekati hajar aswad. Akh, betapa gembiranya 
hati pak Imran.
   
  Dalam hati pak Imran cukup berbangga dengan caranya ia bisa mendekati hajar 
aswad di tengah keramaian yang luar biasa itu. Ketika dirinya tinggal meraih 
batu itu untuk diciumnya, ternyata pak Imran merasa kesulitan. Beberapa kali ia 
mental keluar lagi. Begitu sudah dekat mukanya ke batu tersebut, tinggal 
menciumnya saja, kembali ada semacam gelombang manusia yang menghantamnya, dan 
kembali ia terpental dan tidak berhasil untuk menciumnya. Sampai akhirnya pak 
Imran putus asa.
   
  Maka ia membiarkan saja ketika dirinya mengikuti putaran thawaf sampai 
akhirnya ia keluar dan menjauh dari hajar aswad yang ditujunya. Dan pak Imran 
pun hanya bisa mengeluh seorang diri:
  " ...Kenapa ya, kemarin begitu mudahnya aku menolong orang lain, bahkan 
beberapa orang bisa aku lindungi untuk membantu mereka bisa mencium hajar 
aswad. Tetapi sekarang ketika giliranku untuk menciumnya, begitu sulitnya aku 
mencapainya. Padahal tinggal sejengkal saja.... Tapi tetap saja aku gagal untuk 
menciumnya..."
   
  Akhirnya pak Imran merasa betul-betul gagal dalam upayanya mencium batu hitam 
yang terkenal dengan nama hajar aswad itu.
   
  Pada keesokan harinya, pak Imran sudah melupakan kejadian itu. Ia dan 
keluarganya menuju masjid untuk melakukan aktivitas rutin yang berupa thawaf 
maupun shalat di masjidil Haram.
   
  Ketika hari menjelang dhuhur, pak Imran mendapat tempat duduk di shaf yang 
agak dekat dengan ka'bah. Di tengah kerumunan jama'ah yang luar biasa banyaknya 
itu, pak Imran berusaha mendekati ka'bah. Ia tidak ambil peduli tentang 
kegagalannya mencium hajar aswad kemarin. Kini pak Imran terfokus ingin sekali 
mohon ampun atas segala kesalahannya, baik selama ia melakukan perjalanan musim 
haji ini, atau juga kesalahan masa lalunya.
   
  Pak Imran begitu gagal mencium hajar aswad kemarin, sudah merasa bahwa ada 
kesalahan yang besar yang ia lakukan. Yaitu ia telah merasa berbangga diri 
dapat menolong beberapa jamaah perempuan ketika ia di dekat hajar aswad. Ia 
merasa bahwa yang membuat beberapa orang tersebut bisa mencium hajar aswad 
karena berkat pertolongannya. Pak Imran kini merasa sadar. Bahwa semua 
peristiwa adalah karena Allah semata. Ia sungguh merasa salah. Maka ingin 
sekali pak Imran saat itu bertaubat, dan mohon ampun kepada Allah atas segala 
kekeliruannya.
   
  Tanpa disadarinya, pak Imran berjalan menuju ke arah ka'bah. Yaitu pada suatu 
area sempit, tetapi begitu banyaknya kerumunan para jama'ah di tempat itu. Pak 
Imran terus saja maju ke arah kerumunan para jamaah. Hatinya begitu ingin masuk 
ke dalam kerumunan itu.
   
  Ketika pak Imran sudah dekat dengan ka'bah, tiba-tiba kerumunan itu 'membuka' 
memberi jalan pada pak Imran. Maka dengan begitu mudahnya pak Imran masuk ke 
dalam berjubelnya para jamaah, dan iapun langsung menempelkan muka dan 
tangannya, dan juga seluruh tubuhnya di dinding ka'bah. Sambil tiada hentinya 
air matanya meleleh membasahi pipinya. Tak tahu apa yang diucapkannya.
   
  Yang jelas seluruh perasaannya tumpah bersama air matanya membasahi dinding 
ka'bah. Begitu nikmatnya pak Imran, seluruh persoalan hidupnya seolah tak ada 
lagi. Semua ia serahkan kepada Sang Penciptanya. Pak Imran pun tenggelam dalam 
dekapan Sang Kekasih.
  
  Ketika kutanyakan apa yang dirasakan saat itu, pak Imran hanya bisa menjawab :
  "... Saya barusan memutar video kehidupan saya. Saya melihat dengan jelas 
betapa banyaknya saya melakukan kesalahan dan kekeliruan. Bahkan saya merasa 
sering lupa mensyukuri nikmat Allah yang begitu banyak saya terima setiap 
harinya... Ah, betapa tidak adilnya saya. Allah begitu murahnya memberi apa 
saja untukku. Sementara aku begitu tak tahu diri. Kemurahan itu, aku tukar 
dengan pengabdian yang tidak semestinya...."
   
  Yang aneh, kata pak Imran :
  "...Begitu lamanya saya berada di Multazam. Padahal banyak sekali orang 
antri, dan banyak yang tidak mempunyai kesempatan meskipun hanya sesaat untuk 
sekedar berdo'a. Sementara saya bisa begitu lamanya melihat video kehidupan 
saya..."
   
  Ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan atau bahkan menjadikan kesimpulan 
pak Imran.
  Ternyata jika sejak awal hati itu sudah tidak ingin akan sesuatu, ada saja 
jalannya, sehingga keinginan yang muncul secara spontan, tidak akan tercapai. 
Karena tidak sesuai dengan maksud hati semula. Contohnya adalah ketika ia sudah 
sejak awal tidak ingin mencium hajar aswad, sampai berupaya semaksimum apa pun, 
tetap saja keinginan pak Imran itu tak terwujud. Bahkan ironisnya ia bisa 
menolong dan membantu beberapa jamaah yang ingin mencium hajar aswad, sampai 
mereka bisa melakukannya.
   
  Sebaliknya jika sejak awal hati sudah terfokus akan sesuatu, dan hati sudah 
begitu inginnya untuk menikmatinya, ada saja jalannya, maka dengan mudahnya 
akan terwujudlah keinginan itu. Contohnya adalah begitu mudahnya pak Imran 
meraih multazam. Bahkan ia bisa berlama-lama disitu.
   
  Menurut pak Imran begitu mudahnya ia mencapai maksud hatinya. Menurut 
kesimpulan pak Imran, hati memiliki kekuatan yang luar biasa dahsyatnya. Bisa 
membuat sesuatu menjadi mudah. Juga bisa membuat sesuatu menjadi sulit. 
Bergantung bagaimana sikap hati kita.
   
  Ketika hati tak tergerak untuk mencium hajar maka dengan upaya apa pun tetap 
saja keinginan itu tak tercapai. Ketika hati sejak awal berangkat sudah dengan 
ikhlas berniat ingin berdo'a di multazam, maka begitu mudahnya mencapai 
keinginan itu.
   
  Bersabda Rasulullah saw :
  Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi Allah 
melihat langsung dan memperhatikan niat dan keikhlasan dalam hatimu.
  (HR. Muslim, dari Abu Hurairah)

Kirim email ke