MENERUSKAN GENERASI

  Salah satu kebahagiaan dalam berumah tangga adalah ketika punya keturunan. 
Sebaliknya akan membuat sedih dan menderita ketika tidak memiliki keturunan.


  Fitrah manusia adalah ingin hidup langgeng. Tapi karena umur terbatas, maka 
kita ingin melanggengkan eksistensi kita lewat keturunan. Bukan hanya 
meneruskan keturunan, melainkan juga memunculkan kebahagiaan. Rasanya, kita 
seperti melihat diri kita terlahir kembali ke dunia dalam bentuk yang lebih 
kecil. Dan, lantas takjub dibuatnya.


  Maka, ayah dan ibunya seringkali berebut menyebut persamaan si anak dengan 
dirinya. "Wah, hidungnya kayak hidungku," kata si ayah. "Ya, tapi matanya kayak 
mataku," kata ibunya tidak mau kalah. Keduanya lantas tertawa lebar. Bahagia 
menyambut kehadiran sang buah hati.


  Memperoleh keturunan adalah kebahagiaan yang tiada terkira dalam rumah 
tangga. Allah membalas susah payah orang tua dalam ‘membuat anak’ tersebut 
dengan rasa bahagia yang luar biasa. Anda yang belum punya anak, pasti tak akan 
bisa memahami betapa bahagianya memiliki anak.


  QS. Ali lmran (3): 39
  Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri 
melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu 
dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang 
datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang 
Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh."


  QS. Huud (11): 71
  Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan 
kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq, dan dari Ishaq (akan lahir 
puteranya) Ya'qub.


  Begitulah, ayat-ayat Qur'an pun bercerita tentang kegembiraan dan kebahagiaan 
mereka yang memperoleh anak setelah sekian lama belum memperolehnya.


  Anak-anak itulah yang bakal meneruskan kehidupan orang tuanya. Karena itu 
Allah memerintahkan kepada setiap orang tua agar menjaga, merawat dan mendidik 
anak-anaknya dengan sebaik-baiknya, supaya menjadi generasi yang salih dan 
salihah. Anak-anak yang pandai, berakhlak mulia, sejahtera, dan memberi manfaat 
sebesar-besarnya.
  QS. An Nisaa' (4): 9
  Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di 
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap 
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah 
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.


  Nah, untuk menghasilkan generasi kuat semacam itu kuncinya ada pada kualitas 
lembaga rumah tangga yang dibangun oleh orang tuanya. Jika rumah tangga itu 
Islami, tenteram, bahagia, dan tertata dengan baik, Insya Allah akan 
menghasilkan anak-anak yang baik di masa depan. Sebaliknya, jika rumah tangga 
tersebut amburadul, maka ia pun akan menghasilkan anak-anak yang ‘amburadul’.


  Rasulullah pernah mengatakan, bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan 
suci dan bersih. Orang tuanyalah yang menjadikannya seorang muslim, nasrani, 
yahudi atau majusi.


  Hal ini menunjukkan betapa sentralnya peranan orang tua bagi kualitas 
anak-anaknya di masa depan. Jika orang tuanya suka bertengkar, maka 
anak-anaknya pun akan memiliki sifat-sifat suka bertengkar. Jika orang tuanya 
suka berlaku kasar, maka anak-anaknya pun bakal senang berlaku kasar. Namun, 
jika orang tuanya memberikan contoh kasih sayang dan kelembutan dalam keluarga, 
maka anak-anak mereka pun bakal menyukai budaya kasih sayang dan kelembutan 
dalam hidupnya.


  Pendidikan di sekolah dan luar sekolah masih kalah oleh pendidikan dalam 
keluarga. Sejak kecil anak melihat contoh yang paling dekat dengannya. Dan itu 
ada pada orang tua mereka.


  Memang ada masa-masa si anak mencoba meniru contoh-contoh yang ada di luar 
keluarganya, akan tetapi terbukti kemudian, mereka akan kembali pada apa yang 
telah terbiasa dan dibiasakan oleh orang tuanya sejak kecil kepadanya.


  Karena itu, sering kita dengar pepatah mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh 
dari pohonnya. Artinya, seorang anak tidak akan jauh dari akhlak dan didikan 
orang tuanya. Selain karena faktor genetik yang diturunkan, hal itu juga 
bersumber dari kebiasaan yang ditanamkan selama bertahun-tahun.


  Maka, betapa idealnya kalau anak-anak kita itu, selain memiliki kualitas 
orang tuanya, juga berkembang dengan kualitas dirinya sendiri yang sesuai 
dengan jamannya.


  Janganlah berharap untuk menjadikan anak-anak itu sama persis seperti kita. 
Karena jaman mereka akan sangat berbeda dengan jaman orang tuanya. Kesuksesan 
orang tua adalah ketika anak-anaknya tumbuh berkembang melebihi dirinya...

Kirim email ke