Sinar Mentari dan Daun-daun Hijau  (5)

 

Y.A. Mahabhiksu Thich Nhat Hanh

 

Puisi Mengancingkan Baju

 

Kita sungguh dapat lebih baik daripada segelas sari buah apel. Kita bukan hanya menjadi tenang ketika duduk diam, melainkan dapat melakukannya sambil berdiri, berbaring, bahkan sambil bekerja. Apa yang mencegah mentari kesadaranmu untuk bersinar selagi anda berjalan, membuat secangkir teh, atau mencuci baju?

 

Ketika pertama kali berguru di Vihara Tu Hieu, saya telah belajar memelihara kesadaran dalam melakukan berbagai aktivitas —merawat kebun, menyapu halaman, mencuci piring. Saya mempraktekkan metoda yang diajarkan oleh seorang guru Zen, Doc The, dalam bukunya Essentials of the Practice to Apply Each Day. Menurut buku itu, kita harus sadar (eling) dalam setiap tindakan. Ketika bangun tidur kita sadar bahwa kita bangun, saat mengancingkan baju kita sadar sedang mengancingkan baju, waktu mencuci tangan kita tahu sedang mencuci tangan.

 

Doc The juga menyusun puisi-puisi pendek untuk menolong kita agar tetap sadar di saat melakukan segala sesuatu.  Berikut ini adalah puisi untuk mengiringi kita saat mengancingkan baju:

 

Saat mengancingkan baju

aku berharap agar semua makhluk

menjaga hati mereka agar tetap hangat

dan tidak menjadi lupa diri.

 

Dengan bantuan syair-syair seperti itu, mentari kesadaran dengan leluasa menyinari tindakan jasmani kita.

 

Ketika masih kecil saya sering mendengar ibu menasehati kakak perempuan saya untuk memperhatikan setiap gerakannya (agar tetap sopan). Saya gembira karena sebagai anak lelaki saya tidak perlu “memperhatikan setiap gerakan”. Baru ketika mulai berlatih meditasi saya menyadari bahwa saya harus memperhatikan gerakan-gerakan saya seribu kali lebih dari kakak perempuanku. Dan bukan hanya gerakan, melainkan juga pikiran dan perasaan!

 

Ibu saya, seperti semua ibu-ibu di dunia, mengetahui bahwa seorang anak gadis yang memperhatikan gerakan-gerakannya akan tampak menarik —ia jadi tenang, tidak terburu-buru, dan lemah- lembut. Tanpa disadari, ibu saya telah mengajarkan meditasi kepada anak perempuannya.

 

Begitu pula, orang yang melatih kesadarannya akan menarik dipandang mata. Seorang guru Zen, dengan hanya mengamati siswanya membunyikan bel, menyapu halaman, dan mengatur meja, dapat mengira sejauh mana siswa itu telah maju dalam meditasinya. Ia dapat mengukur “tingkat” yang dicapai siswanya melalui gerak-gerik dan kepribadiannya —yaitu buah dari melatih kesadaran, yang disebut “citarasa zen”.

 

Sumber : “Cuci Piringmu Sehabis Makan”, Penerbit Karaniya, 1993

Penerjemah : Tirtasanti


Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT
click here


Yahoo! Groups Links

Kirim email ke