Menciptakan sebuah gelembung keuangan, telah menjadi salah satu cara membuat 
uang tanpa memberikan kontribusi produktif bagi sebagian orang. Seringkali 
terjadi, suatu lembaga mempromosikan sebuah skema invetasi yang tidak didukung 
oleh suatu aktivitas yang produktif. Banyak pemilik tabungan tergoda untuk ikut 
serta menanamkan investasinya akibat kepiawaian promosi yang dilakukan dengan 
janji keuntungan yang sangat besar setiap bulan. Oleh karena banyaknya dana 
yang masuk, dengan gampang pihak yang melakukan promosi tersebut memakai 
sebagian uang dari investor untuk membayar keuntungan-keuntungan yang telah 
dijanjikan kepada investor yang datang terlebih dahulu. Pembayaran keuntungan 
ini menimbulkan rasa percaya terhadap skema itu, sehingga menambah keyakinan 
banyak orang untuk berinvestasi. Akibatnya, banyak orang dicengkram demam 
spekulasi dan menjual asset mereka untuk ikut serta dalam keuntungan besar yang 
dijanjikan  berupa harta kekayaan yang diperoleh tanpa susah
 payah. Kemudian, pada titik tertentu, semua menjadi terbalik. Asset yang 
dipertaruhkan untuk mendapatkan kekayaan yang luar biasa, hanya menjadi impian 
kosong dengan hilangnya pihak yang seharusnya bertanggungjawab.
   
  Gelembung keuangan (financial bubble) yang bersifat spekulatif tersebut 
melibatkan penawaran benda-benda yang jauh lebih besar daripada nilai yang 
sesungguhnya. Hal itu merupakan bentuk penipuan yang canggih dan terselubung 
serta memakan banyak korban. Menurut Korten (1999), kondisi itu, juga dapat 
terjadi dalam bursa dunia. Banyak orang berdasarkan keyakinan yang salah, bahwa 
membeli saham atau reksa dana akan menghasilkan keuangan yang produktif di masa 
depan. Akan tetapi, berdasarkan angka Federal Reserve tahun 1993, pendanaan 
saham yang dijual melalui penjualan saham baru hanya menyumbang empat persen 
terhadap seluruh modal keuangan dari perusahaan-perusahaan terbuka di Amerika 
Serikat. Sisa modal didapatkan dari pinjaman sebesar 14%, dan pendapatan yang 
ditahan sebesar 82%. Banyak orang tidak sadar, bahwa ternyata 
perusahaan-perusahaan tersebut lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli 
saham mereka sendiri dibandingkan dengan apa yang mereka terima dari penerbitan
 saham-saham baru.
   
  Era ekonomi baru telah membawa sebuah era di mana milyaran dolar dalam bentuk 
“investasi” baru mengalir amat deras ke pasar saham dan menaikkan harga-harga 
dengan kecepatan yan belum pernah terjadi sebelumnya. Akan tetapi, aliran dana 
yang murni dari pasar saham ke perusahaan pada hakikatnya adalah negatif. 
Menurut Korten, sesungguhnya, pasar saham adalah sebuah kasino judi canggih 
dengan wataknya yang unik. Para pemain di pasar saham, melalui interaksinya, 
memperbesar harga saham-saham yang dimainkan demi menambah asset keuangan 
kolektif mereka. Hal itu, memperbesar tuntutan mereka terhadap kekayaan yang 
sesungguhnya dari anggota masyarakat yang lain.
   
   
  Bersambung ...................................
   
   
  Penulis: MERZA GAMAL (Pengkaji Sosial Ekonomi Islami) 
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   

                
---------------------------------
 All-new Yahoo! Mail - Fire up a more powerful email and get things done 
faster. 

[Non-text portions of this message have been removed]



Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke