Quote:
"..
Total dana subsidi raskin yang harus dikeluarkan pemerintah untuk
setahun hanya sekitar Rp 18,4-Rp 21,1 triliun, jika dibagi dengan
jumlah penduduk miskin 37,17 juta jiwa maka pemerintah sebenarnya
hanya mensubsidi Rp 495.360-Rp 568.320 per penduduk miskin per tahun.
"Angka ini jauh lebih kecil dari subsidi BBM kepada kelas menengah
atas yang mencapai Rp 870 ribu per bulan. Apakah kita mau terus-
terusan mensubsidi mereka ini dibanding mensubsidi rakyat miskin,"
ujarnya.
.."

Lebih besar mana dengan bunga (baru bunganya saja) dana rekap perbankan
di APBN (+/- 60 Trilyun) tiap tahun? Mereka yang disubsidi kurang 'besar'
apa
(seluruh rakyat yang menanggungnya - bukan yang disubsidi lagi)?
Kalau begitu, kita hapuskan juga beban bunga tersebut.. dan biarkan
konglomerat
hitam dan penikmat BLBI dan dana rekap perbankan harus mau MENANGGUNG
SENDIRI - JANGAN BAGI HUTANG KE SELURUH RAKYAT!!

Enak saja, saat sulit minta ditanggung seluruh rakyat.. :-|
Saat enak/untung, diam saja, cukup tercatat (bangga?) sebagai orang
terkaya..
Masa bodoh orang lain hidup susah.. yang penting mereka tetap bergelimang
kemewahan.. :-(

Wassalam,

Irwan.K

2008/2/14 Putra <[EMAIL PROTECTED]>:

  http://www.kompas.co.id/read.php
> ?cnt=.xml.2008.02.14.19463567&channel=1&mn=15&idx=16
>
> Subsidi BBM Lebih Besar Dibanding Subsidi Raskin
>
> 50 Persen Barang Bersubsidi Tidak Tepat Sasaran
> Kamis, 14 Februari 2008 | 19:46 WIB
>
> JAKARTA,KAMIS - Subsidi pemerintah kepada kelas menengah-atas melalui
> subsidi BBM jauh lebih besar dibanding subsidi kepada rakyat melalui
> beras raskin. "Subsidi BBM kepada keluarga kelas menengah-atas bisa
> mencapai Rp870 ribu per bulan, sementara itu subsidi kepada rakyat
> miskin dengan beras raskin hanya Rp 495.360 - Rp 568.320 per orang
> selama setahun," kata Peneliti Puslit Ekonomi LIPI Dr Latif Adam di
> Jakarta, Kamis (14/2).
>
> Dikatakannya, jatah beras miskin (raskin) yang akan dinaikkan dari
> 10kg menjadi 15kg tidak akan mampu memenuhi kecukupan pangan rakyat
> miskin sesuai standar badan pangan dunia (FAO/Food and Agriculture
> Organization) sebesar 16kg beras per kapita per bulan.
>
> Paket stimulus insentif fiskal untuk stabilitas harga pangan 1
> Februari 2008, antara lain berisi kebijakan menambah jatah beras
> raskin dari 10kg menjadi 15kg per KK per bulan dengan harga Rp 1.600
> per Kg. "Jadi jika diasumsikan dalam satu keluarga ada tiga anggota
> maka 15kg itu hanya mampu memenuhi kecukupan pangan rakyat miskin 30
> persen, padahal keluarga miskin biasanya memiliki banyak anggota,"
> katanya.
>
> Karena itu, urainya, wajar saja jika terdengar rakyat mulai mencampur
> beras dengan ketela atau hanya makan nasi aking, karena tak mampu
> menanggung kebutuhan sisanya yang lebih dari 70 persen itu. Yang
> sangat memprihatinkan, pemerintah tetap menggelontorkan subsidi BBM
> untuk kelas menengah dan atas yang bermobil pribadi hingga puluhan
> triliun rupiah.
>
> Total dana subsidi raskin yang harus dikeluarkan pemerintah untuk
> setahun hanya sekitar Rp 18,4-Rp 21,1 triliun, jika dibagi dengan
> jumlah penduduk miskin 37,17 juta jiwa maka pemerintah sebenarnya
> hanya mensubsidi Rp 495.360-Rp 568.320 per penduduk miskin per tahun.
> "Angka ini jauh lebih kecil dari subsidi BBM kepada kelas menengah
> atas yang mencapai Rp 870 ribu per bulan. Apakah kita mau terus-
> terusan mensubsidi mereka ini dibanding mensubsidi rakyat miskin,"
> ujarnya.
>
> Angka Rp 870 ribu tersebut ia hitung berdasarkan harga keekonomian
> premium Rp 7.400 per liter yang dijual menjadi hanya Rp 4.500.
> Selisih yang dibayarkan pemerintah Rp 2.900 jika dikalikan 10 liter
> per hari maka pemerintah mensubsidi Rp 870 ribu per bulan. (ANT)
>
> EDJ
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke